Kelompok 1 :
Asdi Supriatno
Isak Panamuan
Kegiatan Belajar 1
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Berdasarkan Pasal 2 Ayat (3) UU PPh yang termasuk subjek pajak dalam negeri adalah
sebagai berikut.
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
b. Yang dimaksud adalah seseorang bertempat tinggal di Indonesia dan secara formalitas
dibuktikan berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
c. Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka orang pribadi tersebut termasuk sebagai Wajib Pajak dalam negeri.
d. Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
f. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Dalam Pasal 2 ayat (3) UU PPh yang termasuk dalam Subjek Pajak luar negeri adalah
sebagai berikut.
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2000, terhadap penghasilan-
penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan (bukan merupakan Objek Pajak).
Dikecualikan dari Pajak Penghasilan menurut ketentuan tersebut adalah
B. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Besarnya pengenaan pajak penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas
penghasilan berupa hadiah undian adalah sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah
undian. Adapun pertimbangan dikenakan sebesar 25% adalah dalam rangka
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak penghasilan berupa hadiah
undian dengan nama dan dalam bentuk apapun.
3. Peraturan Pemerintah No. 140 Tahun 2000 mengenai Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Adapun pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Pengertian jasa
konstruksi ini juga berlaku bagi wajib pajak dengan status sebagai kontraktor maupun
sebagai subkontraktor.
a. Pelunasan pajak penghasilan
Sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari jasa konstruksi dilunasi dengan:
1. dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-undang Pajak Penghasilan oleh pengguna
jasa.
2. dikenakan berdasarkan ketentuan Pajak Penghasilan Pasal 25 Undang- undang Pajak Penghasilan,
dalam hal pemberi penghasilan adalah pengguna jasa lainnya selain pengguna jasa lainnya
3. dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada usaha kecil besertifikat dengan ketentuan
besarnya pajak penghasilan yang harus dipotong oleh pengguna jasa seperti badan pemerintah
4. dikenakan pajak yang bersifat final pada usaha kecil besertifikat sesuai dengan ketentuan besarnya
Pajak Penghasilan yang harus disetor sendiri,
b. Pengenaan pajak
Besarnya pengenaan pajak penghasilan yang terutang dan harus dipotong oleh pengguna jasa atau
disetor sendiri oleh wajib pajak penyedia jasa yang bersangkutan ditetapkan seperti di bawah ini.
1. Sebesar 4% dari jumlah bruto yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan
konstruksi.
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi.
3. Sebesar 4% dari jumlah bruto yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pengawasan
konstruksi.
4. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2002 mengenai Pajak Penghasilan atas Bunga dan
Diskonto Obligasi yang Diperdagangkan di Bursa Efek
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak penghasilan berupa bunga dan
diskonto obligasi yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek
dikenakan pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final kecuali bagi wajib pajak tertentu.
a. Pengenaan pajak
Besarnya pengenaan pemotongan Pajak Penghasilan ditentukan seperti di bawah ini.
1) Atas bunga obligasi dengan kupon (interest bearing bong)
2) Atas diskonto obligasi dengan kupon
3) Atas diskonto obligasi tanpa bunga (zero coupond bond)
b. Pengecualian
Adapun pihak-pihak yang menerima penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi
yang tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final.
c. Mekanisme pemungutan
Apabila wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang seluruh penghasilannya termasuk
penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi dalam suatu tahun pajak ternyata tidak
melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), wajib pajak yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan pengembalian jumlah pajak yang telah dipotong (restitusi).
5. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2002 mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan
PPh atas sewa tanah dan/atau bangunan diatur dalam PP No. 29 Tahun 1996 jo. PP No. 5
Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002 dan KMK- 120/KMK.03/1/2002 tanggal 1 April 2002 dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Atas penghasilan sewa tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Wajib Pajak orang
pribadi atau Wajib Pajak badan dikenakan tarif 10% dari Nilai Bruto Persewaan dan
bersifat final.
b. Pajak Penghasilan tersebut wajib dipotong oleh penyewa yang bertindak atau ditunjuk
sebagi Pemotong Pajak.
c. Dalam hal penyewa bukan sebagai Pemotong Pajak maka PPh terutang wajib dibayar
sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.
d. Nilai Bruto Penyewaan Tanah dan/atau bangunan termasuk biaya perawatan, biaya
pemeliharaan, biaya keamanan/fasilitas lain dan “service charge”, baik perjanjiannya
dipisah maupun disatukan dengan perjanjian sewa menyewa.
e. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 adalah sewa tanah dan/atau bangunan
dengan cara sewa guna usaha dengan hak opsi (Capital Lease).
6. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2000 mengenai Pajak Penghasilan Perusahaan
Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal pada
Perusahaan Pasangan Usahanya
Dalam rangka mendorong perkembangan perusahaan modal ventura dan sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000 maka dipandang perlu untuk mengatur
ketentuan tersendiri tentang pajak penghasilan atas penghasilan perusahaan modal ventura
yang merupakan keuntungan karena transaksi penjualan saham atau pengalihan modal pada
perusahaan pasangan usahanya.
Adapun yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah perusahaan modal ventura, dan objek
pajaknya adalah penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan
sahan atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya yang memenuhi
syarat sebagai berikut.
a. Perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, antara lain:
b. Perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek.
Atas penghasilan perusahaan ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya sesuai tarif pada Pasal 4 ayat (2) adalah
0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal.
7. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 1999 mengenai Pembayaran Pajak Penghasilan
dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
Mekanisme Pembayaran.
Pembayaran Pajak Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan melalui
berikut ini.
1. Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah:
a. Badan Pemerintah;
b. subjek pajak badan dalam negeri;
c. penyelenggara kegiatan;
d. bentuk usaha tetap;
e. kerja sama operasi;
f. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya; dan
g. orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. penyetoran dilakukan sendiri oleh yang menyewakan dalam hal penyewa adalah orang
pribadi atau bukan Subjek Pajak.
8. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1997 mengenai Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek
Dalam rangka mendorong perkembangan pasar modal dan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak maka atas penghasilan dari penjualan dalam di bursa efek yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.
Mekanisme.
Adapun besarnya tarif Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek di pungut sebesar 0.01% dari
nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996.
Penyetoran tambahan pajak penghasilan atas saham pendiri sebesar 0.05% dilakukan oleh saham
pendiri:
1. selambat-lambatnya 6 bulan setelah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1997,
apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum Peraturan Pemerintah
ditetapkan;
2. selambat-lambatnya 1 bulan setelah saham tersebut di perdagangkan di bursa, apabila saham
perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek pada saat atau setelah Peraturan Pemerintah
ini ditetapkan
TERIMA KASIH