Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

OLEH

KELOMPOK 5 :

1. ALFINDA FITRIA A. MUSTOFA (2210020047)


2. ERLINA SUKMAWATI (2210020006)
3. GRACEANA J.C NGARO (2210020044)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSTIAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pajak
Penghasila Pasal 22 dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah
perpajakan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, meskipun kami sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam
menulis makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini akan menambahkan informasi dan


wawasan untuk pembaca mengenai Pajak Penghsailan Pasal 22.

Kupang, 10 Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB 2 ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ............................................................................................................ 3
2.2 Pemungut Pajak ................................................................................................... 3
2.3 Objek Pajak ......................................................................................................... 5
2.4 Dikecualikan dari Objek Pajak Pasal 22 ............................................................. 7
2.5 Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22 .................................. 11
2.6 Tata Cara Pemungutan Dan Penyetoran Pph Pasal 22 ...................................... 13
2.7 Dasar Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ................................................ 14
2.8 Dasar Pengenaan Pajak Dan Tarif Pph Pasal 22 ............................................... 14
2.9 Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 ........................................................ 20
BAB 3 ......................................................................................................................... 25
PENUTUP ................................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Negara yang sangat penting
guna pembangunan Negara. Hampir keseluruhan dari kegiatan jual beli barang
dan pemberian jasa dikenakan pajak, sehingga tidak heran jika penerimaan dari
sektor perpajakan sangat penting bagi aktivitas negara.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang melakukan pengoptimalan dalam
penerimaan dan pemungutan pajak. Pemungutan pajak merupakan perwujudan
dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-
sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan. Dari berbagai
macam jenis pajak yang ada di Indonesia, Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan
salah satu jenis pajak yang dipungut langsung oleh bendaharawan pemerintah
baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun instansi lain yang
berkaitan dalam bidang impor atau kegiatan yang lainnya. Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang dibayarkan dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau
pemungutan dari pihak-pihak tertentu.
Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah UU pajak Penghasilan nomor
36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih memahami secara mendalam dan
komperhensif mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22, maka akan dibahas dalam
makalah ini dimana makalah ini adalah paparan mengenai Pajak Penghasilan
Pasal 22.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 22 ?
2. Siapa saja pemungut pajak penghasilan pasal 22 ?

1
3. Apa saja objek pajak ?
4. Apa yang dikecualikan dari objek pajak pasal 22 ?
5. Kapan Saat terutang dan dilunasi/dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ?
6. Bagaimana tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22 ?
7. Apa saja dasar pemungutan pajak penghasilan pasal 22 ?
8. Apa dasar pengenaan pajak dan tarif PPh pasal 22 ?
9. Bagaimana penghitungan pajak penghasilan pasal 22 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian pajak penghasilan pasal 22
2. Mengetahui siapa saja pemungut pajak penghasilan 22
3. Mengetahui apa saja objek pajak
4. Mengetahui apa yang dikecualikan dari objek pajak pasal 22
5. Mengetahui kapan saat terutang dan dilunasinya pajak penhasilan pasal 22
6. Mengetahui bagaimana tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22
7. Mengetahui apa saja dasar pemungutan pajak penghasilan pasal 22
8. Mengetahui dasar pengenaan pajak dan tarif PPh pasal 22
9. Mengetahui bagaimana penghitungan pajak penghasilan pasal 22

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pusat maupun daerah sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari wajib
pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang
lain.
Undang-undang Pph pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak
dalam tahun berjalan oleh wajib pajak atas penghasilan antara lain sehubungan
dengan impor barang atau jasa, pembelian barang dengan menggunakan dana
APBN atau APBD dan non-APBN atau APBD, dan penjualan sangat mewah.
Pemungutan Pph pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak final. PPh pasal 22
yang bersifat tidak final saja yang bisa di kreditkan dari total PPh terutang pada
akhir tahun saat pengisian Surat Pembirtahuan (SPT) Tahunan (Direktorat Jendral
Pajak, Booklet PPh).

2.2 Pemungut Pajak


Berdasarkan peraturan mentri keuangan nomor 224/PMK.011/2012,
pemungut PPh pasal 22 adalah :
1. Bank Devisa dan Direktorat jenderal Bea dan Cukai atas impor barang.
2. Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada pemerintah pusat, daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lain berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme
uang persediaan (UP).

3
4. Kuasa penggunan anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah
membayar yang diberi delegasi oleh KPA untuk pembayaran kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS).
5. Badan usaha milik negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi :
a. PT Pertamina (Persero), PT perusahaan listrik negara (Persero), PT
perusahaan gas negara (Persero) Tbk., PT telekomunikasi indonesian
(persero) Tbk., PT garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
perumahan (Persero) Tbk., PT Wiyaja karya (Persero) Tbk., PT Adhi
karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero) ; dan
b. Bank-bank badan usaha milik negara Berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan keperluan untuk kegiatan
usahanya.
6. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industry
kertas, industri baja yang merupakan industri hulu (termasuk industri hulu
yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir), industry otomotif,
dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distibutor
didalam negeri ;
7. Agen tunggal pemeggang merek (ATPM), agen pemeggang merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor
dalam negeri ;
8. Produsen atau importit bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumnas,
atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumnas ;
9. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari
pedangang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

4
Berdasarkan peraturan mentri keuangan nomor 253/PMK.03/2008
sebagaimana telah diubah terakhir dengan peraturan mentri keuangan nomor
90/PMK.03/2015, pemungut PPh pasal 22 termasuk wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Barang yang
tergolong sangat mewah adalah :
1. Pesawat terbang pribadi dan helikoter pribadi;
2. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
3. Rumah besertan tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya
lebih dari Rp5.000.000.000 atau luas bangunan lebih dari 400m2 ;
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000 atau luas bangunan lebih dari
150m2;
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle
(mpv), minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari
Rp 2.000.000.000 atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3000cc; dan
/atau
6. Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp 300.000.000 atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.

2.3 Objek Pajak


1. Impor barang.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
dan lembaga-lembaga negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP)
yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran.

5
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) oleh kuasa pengguana anggaran KPA atau pejabat
penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh kuasa pengguana
anggaran (KPA).
5. Pembayaran atas pembelian barang dan /atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya badan usaha milik negara, yaitu badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meluputi :
a. PT Pertamina (Persero), PT perusahaan listrik negara (Persero), PT
perusahaan gas negara (Persero) Tbk., PT telekomunikasi indonesian
(persero) Tbk., PT garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
perumahan (Persero) Tbk., PT Wiyaja karya (Persero) Tbk., PT Adhi
karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero) ; dan
b. Bank-bank badan usaha milik Negara
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor didalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja yang merupakan industri hulu (termasuk industri hulu yang terintegrasi
dengan industri antara dan industri hilir), industri otomotif, dan industri
farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh agen tunggal pemeggang
merek (ATPM), agen pemeggang merek (APM), dan importer umum
kendaraan bermotor;
8. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumnas oleh produsen
atau importi bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumnas;
9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, perternakan, dan perikanan; dan

6
10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib
pajak badan.

2.4 Dikecualikan dari Objek Pajak Pasal 22


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.011/2013,
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai.
a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbale balik.
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui
dan terdaftar dalam Peraturan Menteri keuangan yang mengatur tentang
tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang
untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatanya yang
bertugas di Indonesia.
c. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana.
d. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum.
e. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
f. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya.
g. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.
h. Barang pindahan.

7
i. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan kepabeanan.
j. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum.
k. Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
l. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
m. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi
Nasional (PIN).
n. Buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci,
buku pelajaran agama. dan buku ilmu pengetahuan lainnya.
o. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal
tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya.
p. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam

8
rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada
Perusahaan Angkutan Udara Niaga nasional.
q. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta
Api Indonesia (Persero), dan komponen atau bahan yang diimpor oleh
pihak yang ditunjuk oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang
digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh
PT Kereta Api Indonesia (Persero).
r. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kementerian
Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan
Nasional, yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, TNI atau pihak
yang ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan atau TNI; dan/atau
s. Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang
yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian,
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak, berkenaan dengan:
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling
banyak Rp2.000.000 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah. Pemungut Pajak tersebut terdiri dari:

9
1) Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi
atau lembaga Pemerintah dan lembaga- lembaga negara lainnya;
2) Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
3) Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA).
b. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling
banyak Rp10.000.000 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah. Pemungut pajak tersebut merupakan BUMN yang meliputi:
1) PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero); dan
2) Bank-bank Badan Usaha Milik Negara.
c. Pembayaran untuk:
1) Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-
benda pos;
2) Pemakaian air dan listrik.
d. Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk
sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang
dihasilkan di Indonesia dari:
1) Kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan
kontrak kerja sama; atau

10
2) Kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi
berdasarkan kontrak kerja sama.
e. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan
panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha
panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya
panas bumi;
6. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor;
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
8. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri
otomotif, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai
pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat 1 huruf c
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya.

2.5 Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22


Saat terutang dan dilunasi/dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas:
1. Impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak
termasuk dalam pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
atas impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor.

11
2. Pembelian barang oleh bendahara pemerintah, Kuasa Pengguna Anggaran,
bendahara pengeluaran, pejabat penerbit SPM terutang dan dipungut pada saat
pembayaran.
3. Pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh
PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
Bank-bank Badan Usaha Milik Negara terutang dan dipungut pada saat
pembayaran.
4. Penjualan hasil produksi oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri
farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam
negeriterutang dan dipungut pada saat penjualan.
5. Penjualan kendaraan bermotor oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),
Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor atas
penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri terutang dan dipungut pada
saat penjualan.
6. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas terutang dan
dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang (delivery
order).
7. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industri
dan ekspor oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, terutang dan dipungut pada
saat pembelian.

12
2.6 Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 22
1. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan
dengna cara penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat
Jendral Bea dan Cukai, ke kas Negara melalui kantor pos, bank devisa, atau
bang yang ditunjuk oleh mentri keuangan.
2. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh
pemungut pajak (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran,
pejabat penerbit SPM) wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui
kantor pos, bank devisa, atau bang yang ditunjuk oleh mentri keuangan,
dengan menggunakan surat setoran pajak yang telah diisi atas nama rekanan
serta ditandatangani oleh pemungut pajak.
3. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak,
gas, dan pelumnas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industry
kertas, industri baja, dan industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke
Kas Negara melalui kantor pos, bank devisa, atau bang yang ditunjuk oleh
mentri keuangan menggunakan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
4. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan baku
untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir
yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan
wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui kantor pos, bank devisa,
atau bang yang ditunjuk oleh mentri keuangan menggunakan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.
5. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jendaral Bea
dan Cukai, dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud pada poin 2, 3, dan 4
subbab “Pemungut Pajak” (bendahara pemerintah, KPA, bendahara
pengeluaran, pejabat penerbit SPM) menggunakan formular surat setoran
pajak yang berlaku sebagai Bukti Pemungutan Pajak.

13
6. Pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada poin 5, 6, dan 7 pada subbab
‘Pemungut Pajak” (badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha tertentu;
produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumnas, industri dan
eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan) wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
dalam rangkap tiga, yaitu :
a. Lembar kesatu untuk Wajib Pajak (pembeli/pedangang pengumpul)
b. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada kantor pelayanan
pajak (dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan
Pasal 22); dan
c. Lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.
7. Pemungut pajak wajib melaporkan hasil pemungutannya dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.

2.7 Dasar Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22


Dasar pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah:
1. Nilai impor
2. Harga jual lelang
3. Harga pembelian

2.8 Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif PPh Pasal 22


Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut.
1. Atas impor :
a. Barang barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11 dalam
CD lampiran buku ini sebesar 7.5 persen dari nilai impor;
b. Selain barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11
dalam CD lampiran buku ini, yang menggunakan Angka Pengenal Impor

14
(API), sebesar 2.5 persen dari nila impor, kecuali atas impor kedelai,
gandum, dan tepung teriga sebesar 0,5 persen dari nilai impor;
c. Selain barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11
dalam CD lampiran buku ini, yang tidak menggunakan Angka Pengenal
Impor (API), sebesar 7,5 persen dari nila impor; dan/atau
d. Yang tidak dikuasai, sebesar 7.5 persen dan harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud pada poin 2, 3, dan 4 subbab
"Pemungut Pajak" (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran,
pejabat penerbit SPM) sebesar 1,3 persen dari harga pembelian
3. Atas Pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha
Badan Usaha Milik Negara, yang meliput: PT Pertamina (Persero), PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusaha Gas Negara (Persero) Tbk.,
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk., PT Adhi Kar (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT
Krakatau Steel (Persero); dan bank-bank Badan Usa Milik Negara, sebesar 1,5
persen dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
4. Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau import bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
adalah sebagai berikut.
a. Bahan bakar minyak sebesar:
1) 0.25 persen dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum
Pertamina;
2) 0.3 persen dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bakan
Pertamina;

15
3) 0.3 persen dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
untuk penjualan kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada poin
1 dan 2;
b. Bahan bakar gas sebesar 0,3 persen dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai;
c. Pelumas sebesar 0,3 persen dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.
5. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi:
a. Penjualan semus jenis semen sebesar 0,25 persen;
b. Penjualan kertas sebesar 0,1 persen dari DPP PPN
c. Penjualan baja sebesar 0.3 persen dari DPP PPN;
d. Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar
0,45% dan DPP PPN;
e. Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3 persen dari DPP PPN;
6. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merel TATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor sebesa 0,45 persen dari dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai.
7. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor badan
usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, perternakan dan perikanan, sebesar 0,25 persen dari
harga pembelian dan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea
Masuk, yaitu Cost, Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan
pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepabeanan dibidang impor.

16
Besarnya tarif pemungutan yang ditetapkan pemerintah yang diterapkan terhadap
wajib pajak yang tidak memiliki nomor pokok wajib pajak lebih tinggi 100 persen
daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang dapat menunjukan Nomor
Pokok Wajib Pajak. Ketentuan ini berlaku untuk Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang bersifat tidak final.

Skema Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan
Pemungut Objek Pajak Tarif
Pajak
Impor Barang-Barang
Tertentu sesuai PMK 7,5%
No.175/PMK0/0.11/2013
Impor Barang-Barang 2,5% (dengan
Bank Devisa dan
Tertentu selain yang API) kecuali
Ditjen Bea dan Nilai impor
ditetapkan PMK kedelai, gandum
Cukai
No.175/PMK0/0.11/2013 dan terigu 0,5%
Impor Barang-Barang
Tertentu selain yang 7,5% (tanpa
ditetapkan PMK API)
No.175/PMK0/0.11/2013
7,5% (yang
Impor barang Harga Jual Lelang
tidak dikuasai)
Pembayaran atas
Bendahara
pembelian barang yang
Pemerintah dan
dilakukan oleh 1,5%
Kuasa Pengguna
Bendahara Pemerintah
Anggaran (KPA)
atau KPA

17
Pembayaran atas
pembelian barang yang
Bendahara dilakukan dengan
1,5% Harga Beli
pengeluaran mekanisme uang
persediaan (UP) oleh
Bendahara Pengeluaran
Pembayaran atas
Kuasa Pengguna pembelian barang kepada
Anggaran (KPA) pihak ketiga yang
atau pejabat dilakukan dengan
penerbit Surat mekanisme pembayaran
1,5%
Perintah langsung (LS) oleh KPA
Membayar yang atau pejabat penerbit
diberi delegasi Surat Perintah Membayar
oleh KPA yang diberi delegasi oleh
KPA
PT Pertamina
(Persero), PT
Perusahaan
Listrik Negara
Pembayaran atas
(Persero), PT
pembelian barang
Perusahaan Gas
dan/atau bahan-bahan 1,5% Harga Beli
Negara (Persero)
untuk keperluan kegiatan
Tbk., PT
usaha
Telekomunikasi
Indonesia
(Persero) Tbk..
PT Garuda

18
Indonesia
(Persero) Tbk.,
PT Pembangunan
Perumahan
(Persero) Tbk.,
PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk.,
PT Adhi Karya
(Persero) Tbk.,
PT Hutama
Karya (Persero),
PT Krakatau
Steel (Persero);
dan bank-bank
BUMN
Penjualan bahan bakar
minyak kepada SPBU 0,3%
bukan Pertamina
Produsen atau Penjualan bahan bakar
importir bahan minyak kepada selain Tidak termasuk
0,3%
bakar minyak, SPBU Pertamina dan PPN
gas, dan pelumas bukan SPBU Pertamina
Penjualan bahan bakar
0,3%
gas

Penjualan pelumas 0,3%

0,25% Semen
Industri-Industri Penjualan hasil produksi
0,1% Kertas DPP PPN
Tertentu di dalam negeri
0,3% Baja

19
0,45% Otomotif
0,3% Farmasi
Agen Tunggal
Pernegang Merek
(ATPM), Agen
Pemegang Merek Penjualan kendaraan
0,45% DPP PPN
(APM), dan bermotor di dalam negeri
importir umum
kendaraan
bermotor
Badan usaha
industri atau
eksportir yang
bergerak dalam
Pembelian bahan-bahan
sektor kehutanan, Harga beli tidak
untuk keperluan industri 0,25%
pertanian, termasuk PPN
atau ekspor
perkebunan,
pertanian,
peternakan, dan
perikanan
Penjualan barang mewah Harga jual tidak
Wajib Pajak
yang tergolong sangat 0,5% termasuk PPN
Badan
mewah dan PPnBM

2.9 Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22


1. Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor barang tertentu sesuai PMK No.
175/PMK.011/2013
PPh pasal 22 = 7,5% x nilai impor

20
2. Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor barang-barang tertentu selain yang
ditentukan PMK No. 175/PMK.011/2013
a. Menggunakan Angka Pengenal Impor (API)
PPh pasal 22 = 2,5% x nilai impor
b. Tidak menggunakan Angka Pengenal Impor

PPh pasal 22 = 7,5% x nilai impor

3. Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor kedelai, gandum, dan tepung yang
menggunakan Angla Pengenal Impor (API)

PPh pasal 22 = 0,5% x nilai impor

4. Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor yang tidak dikuasai.

PPh pasal 22 = 7,5% x harga jual lelang

5. Penghitungan PPh Pasal 22 atas pembelian barang yang dilakukan oleh


bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, Kuasa Pengguna Anggaran,
dan Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar.

PPh pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN


PPN
6. Penghitungan PPh pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usaha oleh PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), PT Perusaha Gas Negara (Persero) Tbk., PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero),
PT Krakatau Steel (Persero); dan bank-bank Badan Usaha Milik Negara.

PPh pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN


PPN

21
7. Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak kepada SPBU
bukan pertamina.
PPh pasal 22 = 0,25% x penjualan tidak termasuk PPN

8. Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak kepada SPBU
bukan pertamina dan Non-SPBU.
PPh pasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN

9. Perhtiungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar gas


PPhpasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN

10. Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan pelumnas.


PPh pasal 22 = 0,3% x penjualan tidak termasuk PPN

11. Penghitungan PPhPasal 22 atas penjualan kertas hasil produksi di dalam


negeri. PPh pasal 22 = 0,1% x DPP PPN

12. Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis semen hasil produksi
di dalam negeri.
PPh pasal 22 = 0,25% x DPP PPN

13. Penghitungan PPh pasal 22 atas penjualan baja hasil produksi dalam negeri.
PPh pasal 22 = 0,3% x DPP PPN

14. Perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor
beroda dua atau lebih hasil produksi di dalam negeri.
PPh pasal 22 = 0,45% x DPP PPN

22
15. Perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis obat di dalam negeri.
PPh pasal 22 = 0,3% x DPP PPN

16. Perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
oleh agen tuggal pemeggang merek (ATPM), agen pemenggang merek
(APM), dan importer umum kendaraan bermotor.
PPhpasal 22 = 0,45% x DPP PPN

17. Perhitungan PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan


industry atau ekspor oleh badan usaha industry atau eksportir yang bergerak
dalam sector kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan.
PPhpasal 22 = 0,25% x hargapembeliantidaktermasuk PPN

CONTOH PENGHITUNGAN

Contoh 1: PPh Pasal 22 atas Pembelian barang oleh instansi pemerintah

Pada 1 Agustus 2011, PT Mahakarya berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok


alat-alat tulis kanter bagi Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan dengan nilai
kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai kontrak termasuk PPN)

Jawaban

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan
adalah:

Nilai kontrak termasuk PPN Rp 11.000.000

DPP: (100-110) x Rp11.000.000) Rp 10.000.000

PPN dipungut (10% dari DPP) Rp 1.000.000

PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp10.000.000) Rp 150.000

23
Contoh 2: PPh Pasal 22 atas impor barang

Pada tanggal 1 Juni 2011, PT Tomang mengimpor barang dari Jerman dengan harga
faktur US$10.000 Barang yang diimpor adalah jenis barang tidak termasuk dalam
barang-barang tertentu yang ditentukan Peraturan Menteri Keuangan No. 175/ PMK/
011/ 2013. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur
dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur. Bea masuk dan bea masuk tambahan
masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada
saat itu US$1 = Rp 10.000.

a. Hitung PPh Pasal 22 yang dipungut jika PT Tomang memiliki API


b. Hitung PPh Pasal 22 yang dipungut jika PT Tomang tidak memiliki API

Jawaban

Harga faktur (Cost) US$ 10.000

Biaya Asuransi (insurance): 5% x US$10.000 US$ 500

Biaya angkut (freight): 10% x US$10.000 US$ 1.000

CIF (Cost, Insurance, & Freight) US$ 11.000

CIF (dalam Rupiah): US$11.500 x Rp10.000 Rp 115.000.000

Bea masuk (20% x Rp115.000.000) Rp 23.000.000

Bea masuk tambahan (10% x Rp115.000.000) Rp 11.500.000

Nilai Impor Rp 149.500.000

a. PPh Pasal 22 jika PT Tomang memiliki Angka Pengenal Impor (API) 2,5% x
Rp149.500.000 Rp3.737.500
b. PPh Pasal 22 jika PT Tomang tidak memiliki Angka Pengenal Impor (API)
7,5% x Rp149.500.000 = Rp11.212.500

24
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh


bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu untuk
memungut pajak dari wajib pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar pemungutan pajak pasal 22 ada tiga
yaitu: nilai impor, harga jual lelang, dan harga pembelian. Besarnya tarif
pemungutan yang ditetapkan pemerintah yang diterapkan terhadap wajib
pajak yang tidak memiliki nomor pokok wajib pajak lebih tinggi 100 persen
daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang dapat menunjukan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Ketentuan ini berlaku untuk Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 yang bersifat tidak final.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2016. Pajak Penghasilan Pasal 22. Jakarta. Salemba Empat

26

Anda mungkin juga menyukai