Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 (PPh 22)

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Perpajakan Kelas F


Dosen pembimbing:
Dr. Novi Puspitasari, S.E, M.M

Disusun Oleh:

Kelompok 7
Novan Fransisco R 160810201164
Achmad Oggy Kurniawan 160810201228
Alwan Kurnia Aji 160810201249
M. Alif Fikri F 160810201262
Fredyan Bimantara 160810201279

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang tiada pernah berhenti mencurahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya kepada semesta alam. Dengan kemudahan dan pertolongan Tuhan YME,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah perpajakan tentang “Pajak Penghasilan pasal
22”

Dalam pemyusunan makalah ini, penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan,


dan pengetahuan penulis dalam penyusunannya. Namun kesulitan tersebut dapat dibantu oleh
beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan berupa tenaga dan pikiran.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, walaupun penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan
penyusunan dan penulisan makalah ini.

Jember, 31 Agustus 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

2.1 Pengertian PPh Pasal 22.......................................................................................2


2.2 Pemungut PPh Pasal 22.......................................................................................2
2.3 Objek PPh Pasal 22..............................................................................................3
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22.............................................................4
2.5 Pembayaran Pemungutan PPh Pasal 22...............................................................4
2.6 Kewajiban Membuat Bukti Pungut......................................................................6
2.7 Saat terutang dan pelunasan PPh pasal 22...........................................................7
2.8 Batas Waktu Setor dan Pelaporan PPh Pasal 22..................................................9
2.9 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22.........................................................................11
Contoh Kasus.......................................................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................................16

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk
pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap
Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang.
Titik pengenaannya ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat
pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan
barang yang dianggap “menguntungkan” sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan
besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak
tersebut dikenakan cicilan pembayaran Pajak Penghasilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan PPh pasal 22?
2. Siapa saja badan yang wajib memungut PPh pasal 22?
3. Apa saja pengecualian terhadap pemungutan PPh pasal 22?
4. Bagaimana pembayaran PPh menurut pasal 22?
5. Bagaimana membuat bukti pemungutan PPh pasal 22?
6. Bagaiman perhitungan tarif PPh pasal 22?

1.3 TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian dari PPh pasal 22, mengetahui siapa saja badan yang
wajib memungut PPh, dan mengerti pengecualian dalam pemungutan PPh.
2. Untuk memahami cara pembayaran PPh dan bisa untuk membuat bukti
pemungutan pajak PPh.
3. Supaya memahami dan bisa menghitung sendiri tarif PPh pasal 22.
4. Dan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah perpajak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PPh PASAL 22

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal
22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu
pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Mengingat
sangat bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya, ketentuan PPh Pasal 22 relatif
lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh 21 atau pun PPh 23. Pada
umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan
dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian. 

2.2 PEMUNGUT PPh PASAL 22

Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal
22 impor barang;

2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut


pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang;

3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang


yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);

4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);

2
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:

o PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT


Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero);

o Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran


atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.

6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,


pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang


batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan. 

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22
saat penjualan adalah:

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri;

2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri;

3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas; 

3
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan
industri hilir.

5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:

o mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan


perikanan; dan

o menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.

6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.  90/PMK.03/2015, pemerintah


menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 

2.3 OBJEK PPh PASAL 22

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2017 yang


selanjutnya disebut PMK 165 mengatur antara lain mengatur tentang:

 Pembebasan PPh final dalam rangka proses Balk Nama ke Badan Pertanahan
Nasional
 Harta yang belum tersebut di atas dalam Surat Pernyataan Harta dan / atau Surat
Pemberitahuan Tahunan
 Penyelesaian sengketa dan upaya hukum terhadap sengketa SKPKB
 Pelaporan Harta tambahan dalam masa 3 (tiga) tahun
 Penggunaan kode akun pajak untuk pembayaran PPh, sanksi administrasi dan SKPKB

2.3 PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPh PASAL 22


Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal 22:

1. Impor barang dan penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan


perundang – undangan tidak terhutang pajak penghasilan
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan Pajak
Pertambahan Nilai:
4
a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik, dinyatakan dengan Surat
Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pajak Pasal 22 yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar di
Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia
c. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau
kebudayaan
d. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum, dilakukan secara otomatis tanpa
Surat Keterangan Bebas (SKB)
e. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB)
f. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
g. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah, dilakukan
secara otomatis tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB)

h. Barang pindahan; dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keterangan Bebas


(SKB).

i. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas,


barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan Pabean;

j. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;

k. Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang


yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara
l. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara

5
m. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi
Nasional (PIN)
n. Buku – buku pelajaran umum, kitab suci dan buku – buku pelajaran agama
o. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkapan
ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan
penyelenggaraan atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan
digunakan oleh perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional
p. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkatan Udara Niaga Nasional
q. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. KAI
r. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh TNI
s. Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kerja Sama

3. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impor nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali
4. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah – pecah
5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM dan benda – benda pos
6. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Opersioal Sekolah (BOS)
8. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang – barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang – barang
yang telah diekspor untuk keperluan pebaikan, pengerjaan dan pengujian,
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Bea dan
Cukai

6
2.5 PEMBAYARAN PPh PASAL 22
PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir
tahun, cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang
pribadi.

PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar


langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat transaksi.
Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor
dan bendahara.

2.6 KEWAJIBAN MEMBUAT BUKTI PUNGUT

Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor PPh
yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian melaporkannya
dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan
dapat dikreditkan pada akhir tahun di SPT Tahunan. 

Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh
bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib
lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong. 

2.7 Saat terutang dan pelunasan PPh pasal 22

Jenis pajak Saat terutang/pelunasan Sifat


Atas impor barang Bersama dengan saat Tidak final, sebagai
pembayaran Bea Masuk. kredit pajak
Dalam hal pembayaran Bea
Masukditunda atau
dibebaskan, maka PPh pasal
22 terutang dan dilunasi
pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan
impor barang (PIB).
Atas pembelian barang dari Pada saat pembayaran Tidak final, sebagai

7
direktorat jenderal kredit pajak
perbendaharaan, bendahara
pemerintah baik di tingkat
pusat maupun di tingkat
daerah.
Atas pembelian barang dari Pada saat pembayaran Tidak final, sebagai
badan usaha milik Negara dan kredit pajak
badan usaha milik daerah,
yang melakukan pembelian
barangdengan dana yang
bersumber dan belanja Negara
(APBN) dan atau belanja
daerah (APBD)
Atas pembelian barang dari Pada saat pembayaran Tidak final, sebagai
bank Indonesia (BI), PT. kredit pajak
Perusahaan Pengelola Aset
(PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT.
Telekomunikasi Indonesia
(TELKOM), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT
Garuda Indonesia, PT. Indosat,
PT Krakatau Steel, PT.
Pertamina, dan bank-bank
BUMN.
Atas penjualan hasil produksi Pada saat penjualan Kertas (tidak final)
dari badan usaha yang
Semen (tidak final)
bergerak dalam bidang usaha
Industri Semen, Industri Baja (tidak final)

Kertas, Industri Baja, dan Otomotif (tidak final)


Industri Otomotif.
Atas penjualan hasil produksi Saat penerbitan Surat Kepada penyalur/agen,
Produsen atau Importirbahan Perintah Pengeluaran bersifat final.

8
bakar minyak, gas dan Barang (Delivery Order) Selain penyalur atau
pelumas agen bersifat tidak final.
Atas pembelian bahan-bahan Saat pembelian
Industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor
perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.

2.8 Batas Waktu Setor dan Pelaporan PPh Pasal 22

Jenis Pajak Saat penyetoran Saat pelaporan


Atas impor barang Pemungutan pajak yang Paling lambat 7 (tujuh)
dilakukan oleh Direktorat hari setelah batas waktu
Jenderal Bea dan Cukai penyetoran pajak
harus disetor ke bank berakhir
persepsi atau Kantor Pos
dan Giro dalam jangka
waktu sehari setelah
pemungutan pajak
dilakukan.
Atas pembelian barang dari Pada hari yang sama dengan Paling lambat 14 (empat
direktorat jenderal pelaksanaan pembayaran belas) hari setelah Masa
perbendaharaan, bendahara atas penyerahan barang, Pajak berakhir.
pemerintah baik di tingkat dengan menggunakan Surat
pusat maupun di tingkat Setoran Pajak yang telah
daerah. diisi atas nama rekanan
serta ditandatangani oleh
pemungut pajak
Atas pembelian barang dari Pada hari yang sama dengan Paling lambat 14 (empat
badan usaha milik Negara dan pelaksanaan pembayaran belas) hari setelah Masa
badan usaha milik daerah, atas penyerahan barang, Pajak berakhir.
yang melakukan pembelian dengan menggunakan Surat

9
barangdengan dana yang Setoran Pajak yang telah
bersumber dan belanja Negara diisi atas nama rekanan
(APBN) dan atau belanja serta ditandatangani oleh
daerah (APBD) pemungut pajak
Atas pembelian barang dari Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
bank Indonesia (BI), PT. 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
Perusahaan Pengelola Aset berikutnya pajak berakhir
(PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT.
Telekomunikasi Indonesia
(TELKOM), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT
Garuda Indonesia, PT. Indosat,
PT Krakatau Steel, PT.
Pertamina, dan bank-bank
BUMN.
Atas penjualan hasil produksi Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
dari badan usaha yang 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
bergerak dalam bidang usaha berikutnya pajak berakhir
Industri Semen, Industri
Kertas, Industri Baja, dan
Industri Otomotif.
Atas penjualan hasil produksi Sebelum Surat Perintah Paling lambat 20 (dua
Produsen atau Importirbahan Pengeluaran Barang puluh) hari setelah masa
bakar minyak, gas dan (delivery order) ditebus. pajak berakhir
pelumas
Atas pembelian bahan-bahan Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
Industri dan eksportir yang 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
bergerak dalam sektor berikutnya pajak berakhir
perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.

2.9 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22

10
Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat dan besarnya pungutan
pajak PPh Pasal 22 diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Besarnya
pungutan sebagaimana dimaksutd di atas yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada
tariff yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.

 Tarif PPh Pasal 22 atas impor

a) yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) sebesar 2,5% (dua setengah
persen) dari nilai impor. Kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu
sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor
b) yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (non-API) sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor;
c) yang tidak dikuasai sebesar 7,5% (tujuh setengah Persen) dari harga jual lelang.

Nilai impor yang sebagaimana dimaksud di atas adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and freight (CIF).

 Tarif PPh Pasal 22 atas pembelian yang dilakukan oleh BUMN/BUMD baik yang
menggunakan APBN/APBD atau tidak
Besarnya Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang yang
dilakukan oleh:

1. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat


maupun di tingkat daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian.
2. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dan belanja Negara (APBN) dan
atau belanja daerah (APBD)
3. Bank Indonesia (BI), PT. Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT Krakatau Steel, PT.
Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang
dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN.

11
Sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN. Jika harga pembelian sudah
termasuk Pajak Pertambahan Nilai maka perhitungan Harga Pembelian sebelum PPN
atau Dasar Pengenaan Pajak Pembelian adalah:

Dasar pengenaan pajak = (100:110) x Harga Pembelian termasuk PPN

Jika harga pembelian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Barang Mewah maka penghitungan Harga Pembelian sebelum PPN dan
PPnBM atau Dasar Pengenaan Pajak Pembelian adalah:

100 %
Dasar pengenaan Pajak = x Harga Pembelian termasuk
110 %+ Tarif PPnBM
PPN

 Tarif PPh Pasal 22 atas Penjualan HasilProduksi

Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi


oleh Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri; berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

1 Industri Semen

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut atas penjualan semua
jenis semen adalah sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) PPN.

Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut oleh Pemungut Pajak pada saat penjualan
semua jenis semen di dalam negeri.

Dalam melaksanakan pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 sebagaimana


dimaksud di atas, badan usaha yang bergerak di bidang industri semen selaku
Pemungut Pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam
rangkap 3 (tiga) yaitu:

 Lembar pertama: untuk pembeli


 Lembar kedua: untuk disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan
pada SPT Masa PPh Pasal 22)
 Lembar ketiga: sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan

12
2 Industri Kertas
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Industri Kertas
sebagaimana dimaksud diatas adalah pada saat penjualan kertas di dalam negeri
adalah 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.

Pemungut Pajak wajib memungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan


kertas pada saat penjualan kertas di dalam negeri dilakukan di lakukan sesuai
dengan tarif di atas.

Atas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, Pemungut Pajak wajib


menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dibuat dalam
rangkap 3 (tiga) yaitu:

 Lembar pertama: untuk Wajib Pajak (pembeli);


 Lembar kedua: disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada
SPT Masa PPh Pasal 22);
 Lembar ketiga: untuk arsip Pemungut Pajak.

3 Industri Baja

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pemungut Pajak
badan usaha yang bergerak di bidang industri baja yang merupakan industri hulu
ditunjuk sebagai Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri
adalah 0,3% (tiga persepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak PPN dan tidak
bersifat final.

4 Otomotif

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang Wajib dipungut atas penjualan semua
jenis kendaraan bermotor adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP) PPN.
Dikecualikan dari pemungutan sebagaimana yang dimaksud di atas, penjualan
kendaraan bermotor kepada:
a) Instansi pemerintah
b) Corps Diplomatik
c) Bukan Subjek Pajak

13
Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam
rangkap 3 (tiga) yaitu:

 Lembar pertama: untuk wajib pajak pembeli


 Lembar kedua: untuk disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak
(dilampirkan pada SPT Masa PPh Pasal 22)
 Lembar ketiga: untuk arsip pemungut pajak.

5 Industri Farmasi

Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% dari dasar pengenaan pajak.

Contoh kasus

Kasus 1.

PT. FM adalah produsen makanan ringan yang memiliki Angka Pengenal Impor (AP). Pada
bulan maret 2009 PT.FM melakukan impor barang dari amerika dengan nilai faktur sebesar
US $. 150.000.-. Biaya asuransi yang dibayar adalah US$ 1.500.-. Dan ongkos angkut adalah
US$. 6.000.-. Tarif bea masuk adalah 25%. Pungutan lainnya sesuai dengan ketentuan pabean
adalah RP. 15.000.000.-. Kurs pajak saat melakukan clearance ke pelabuhan adalah 1 US$ =
Rp. 9.000.-.

Hitung Pph yang harus dibayar

Menentukan nilai impor


Nilai faktur US$ 150.000.-.

Biaya asuransi Dalam/Luar Negeri US$ 1.500.-.

Biaya ongkos angkut US$ 6.000.-.

Jumlah CIF(Cost Insurance and Freight) US$ 157.500,-.


Besarnya nilai Cost Insurance and freight dalam rupiah:

US$ 157.500.-. X Rp.9.000 Rp. 1.417.500.000

14
Ditambah:

Bea masuk: 25% x Rp. 1.417.500.000 Rp. 354.375.000


Pungutan lainnya Rp. 15.000.000
Nilai impor Rp. 1.786.875.000.-.

PPh Pasal 22 atas impor dari Amerika adalah:


25 % x Rp. 1.786.875.000.-. = Rp 44.671.875

Jika PT.FM tidak memiliki angka pengenalan impor maka besarnya PPh Pasal 22 adalah:
7.5% x Rp. 1.786.875.000.- = Rp. 134.015.625.-

Kasus 2

PT.FM menjual barang hasil produksinya berupa kembang gula kepada Badan Usaha Milik
Usaha Negara senilai Rp. 990.000.000.-. (termasuk Pajak Pertambahan Nilai) yang didanai
oleh APBN.

Jawab:

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan BUMN adalah:


Dasar pengenaan pajak dari nilai pembelian Rp. 990.000.000.-
= (100: 110) x Rp. 990.000.000.- = Rp. 900.000.000
Jadi PPh pasal 22 adalah:
1,5% x Rp.900.000.000.- = Rp. 13.500.000.-

Kasus 3

PT.FM membeli besi dari pabrik besi, PT. Baja Indutri di medan dengan total harga sebesar
Rp. 99.000.000.- termasuk PPN. Hitung PPh pasal 22 yang terutang?

Jawab:

Dasar Pengenaan Pajak: (100/110) x Rp. 99.000.000.-. = Rp.90.000.000


PPh pasal 22 yang dipungut oleh PT. Baja Industri adalah:
0,3% x Rp. 90.000.000.-= Rp 270.000

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

16
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: Bendahara
Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan Badan-badan tertentu,
baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain. Yang menjadi objek PPh 22 antara lain Pembelian, Impor
Barang, Penjualan oleh Industri Tertentu, Penjualan BBM dan Gas oleh PERTAMINA serta
Penjualan Barang yang tergolong sangat Mewah

3.2 KRITIK DAN SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bentuk
maupun materi yang tersaji di dalamnya. Kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya agar materi yang kami sajikan dapat
dipahami dan bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

17
Sumarsan, Thomas. 2015.Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan Lengkap
Berdasarkan Undang-undang Terbaru edisi 4. Kembangan – Jakarta Barat: Indeks

https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-22

18

Anda mungkin juga menyukai