Disusun Oleh:
Kelompok 7
Novan Fransisco R 160810201164
Achmad Oggy Kurniawan 160810201228
Alwan Kurnia Aji 160810201249
M. Alif Fikri F 160810201262
Fredyan Bimantara 160810201279
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan YME yang tiada pernah berhenti mencurahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya kepada semesta alam. Dengan kemudahan dan pertolongan Tuhan YME,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah perpajakan tentang “Pajak Penghasilan pasal
22”
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, walaupun penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan
penyusunan dan penulisan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian dari PPh pasal 22, mengetahui siapa saja badan yang
wajib memungut PPh, dan mengerti pengecualian dalam pemungutan PPh.
2. Untuk memahami cara pembayaran PPh dan bisa untuk membuat bukti
pemungutan pajak PPh.
3. Supaya memahami dan bisa menghitung sendiri tarif PPh pasal 22.
4. Dan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah perpajak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PPh PASAL 22
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal
22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu
pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Mengingat
sangat bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya, ketentuan PPh Pasal 22 relatif
lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh 21 atau pun PPh 23. Pada
umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan
dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian.
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal
22 impor barang;
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
2
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22
saat penjualan adalah:
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri;
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri;
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
3
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan
industri hilir.
o menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
Pembebasan PPh final dalam rangka proses Balk Nama ke Badan Pertanahan
Nasional
Harta yang belum tersebut di atas dalam Surat Pernyataan Harta dan / atau Surat
Pemberitahuan Tahunan
Penyelesaian sengketa dan upaya hukum terhadap sengketa SKPKB
Pelaporan Harta tambahan dalam masa 3 (tiga) tahun
Penggunaan kode akun pajak untuk pembayaran PPh, sanksi administrasi dan SKPKB
j. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
5
m. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi
Nasional (PIN)
n. Buku – buku pelajaran umum, kitab suci dan buku – buku pelajaran agama
o. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkapan
ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan
penyelenggaraan atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan
digunakan oleh perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional
p. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkatan Udara Niaga Nasional
q. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. KAI
r. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh TNI
s. Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kerja Sama
3. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impor nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali
4. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah – pecah
5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM dan benda – benda pos
6. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Opersioal Sekolah (BOS)
8. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang – barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang – barang
yang telah diekspor untuk keperluan pebaikan, pengerjaan dan pengujian,
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Bea dan
Cukai
6
2.5 PEMBAYARAN PPh PASAL 22
PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir
tahun, cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang
pribadi.
Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor PPh
yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian melaporkannya
dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan
dapat dikreditkan pada akhir tahun di SPT Tahunan.
Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh
bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib
lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong.
7
direktorat jenderal kredit pajak
perbendaharaan, bendahara
pemerintah baik di tingkat
pusat maupun di tingkat
daerah.
Atas pembelian barang dari Pada saat pembayaran Tidak final, sebagai
badan usaha milik Negara dan kredit pajak
badan usaha milik daerah,
yang melakukan pembelian
barangdengan dana yang
bersumber dan belanja Negara
(APBN) dan atau belanja
daerah (APBD)
Atas pembelian barang dari Pada saat pembayaran Tidak final, sebagai
bank Indonesia (BI), PT. kredit pajak
Perusahaan Pengelola Aset
(PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT.
Telekomunikasi Indonesia
(TELKOM), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT
Garuda Indonesia, PT. Indosat,
PT Krakatau Steel, PT.
Pertamina, dan bank-bank
BUMN.
Atas penjualan hasil produksi Pada saat penjualan Kertas (tidak final)
dari badan usaha yang
Semen (tidak final)
bergerak dalam bidang usaha
Industri Semen, Industri Baja (tidak final)
8
bakar minyak, gas dan Barang (Delivery Order) Selain penyalur atau
pelumas agen bersifat tidak final.
Atas pembelian bahan-bahan Saat pembelian
Industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor
perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
9
barangdengan dana yang Setoran Pajak yang telah
bersumber dan belanja Negara diisi atas nama rekanan
(APBN) dan atau belanja serta ditandatangani oleh
daerah (APBD) pemungut pajak
Atas pembelian barang dari Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
bank Indonesia (BI), PT. 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
Perusahaan Pengelola Aset berikutnya pajak berakhir
(PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT.
Telekomunikasi Indonesia
(TELKOM), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT
Garuda Indonesia, PT. Indosat,
PT Krakatau Steel, PT.
Pertamina, dan bank-bank
BUMN.
Atas penjualan hasil produksi Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
dari badan usaha yang 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
bergerak dalam bidang usaha berikutnya pajak berakhir
Industri Semen, Industri
Kertas, Industri Baja, dan
Industri Otomotif.
Atas penjualan hasil produksi Sebelum Surat Perintah Paling lambat 20 (dua
Produsen atau Importirbahan Pengeluaran Barang puluh) hari setelah masa
bakar minyak, gas dan (delivery order) ditebus. pajak berakhir
pelumas
Atas pembelian bahan-bahan Paling lambat tanggal Paling lambat 20 (dua
Industri dan eksportir yang 10(sepuluh) bulan takwim puluh) hari setelah masa
bergerak dalam sektor berikutnya pajak berakhir
perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
10
Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat dan besarnya pungutan
pajak PPh Pasal 22 diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Besarnya
pungutan sebagaimana dimaksutd di atas yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada
tariff yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
a) yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) sebesar 2,5% (dua setengah
persen) dari nilai impor. Kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu
sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor
b) yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (non-API) sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor;
c) yang tidak dikuasai sebesar 7,5% (tujuh setengah Persen) dari harga jual lelang.
Nilai impor yang sebagaimana dimaksud di atas adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and freight (CIF).
Tarif PPh Pasal 22 atas pembelian yang dilakukan oleh BUMN/BUMD baik yang
menggunakan APBN/APBD atau tidak
Besarnya Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang yang
dilakukan oleh:
11
Sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN. Jika harga pembelian sudah
termasuk Pajak Pertambahan Nilai maka perhitungan Harga Pembelian sebelum PPN
atau Dasar Pengenaan Pajak Pembelian adalah:
Jika harga pembelian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Barang Mewah maka penghitungan Harga Pembelian sebelum PPN dan
PPnBM atau Dasar Pengenaan Pajak Pembelian adalah:
100 %
Dasar pengenaan Pajak = x Harga Pembelian termasuk
110 %+ Tarif PPnBM
PPN
1 Industri Semen
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut atas penjualan semua
jenis semen adalah sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut oleh Pemungut Pajak pada saat penjualan
semua jenis semen di dalam negeri.
12
2 Industri Kertas
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Industri Kertas
sebagaimana dimaksud diatas adalah pada saat penjualan kertas di dalam negeri
adalah 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
3 Industri Baja
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pemungut Pajak
badan usaha yang bergerak di bidang industri baja yang merupakan industri hulu
ditunjuk sebagai Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri
adalah 0,3% (tiga persepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak PPN dan tidak
bersifat final.
4 Otomotif
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang Wajib dipungut atas penjualan semua
jenis kendaraan bermotor adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP) PPN.
Dikecualikan dari pemungutan sebagaimana yang dimaksud di atas, penjualan
kendaraan bermotor kepada:
a) Instansi pemerintah
b) Corps Diplomatik
c) Bukan Subjek Pajak
13
Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam
rangkap 3 (tiga) yaitu:
5 Industri Farmasi
Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% dari dasar pengenaan pajak.
Contoh kasus
Kasus 1.
PT. FM adalah produsen makanan ringan yang memiliki Angka Pengenal Impor (AP). Pada
bulan maret 2009 PT.FM melakukan impor barang dari amerika dengan nilai faktur sebesar
US $. 150.000.-. Biaya asuransi yang dibayar adalah US$ 1.500.-. Dan ongkos angkut adalah
US$. 6.000.-. Tarif bea masuk adalah 25%. Pungutan lainnya sesuai dengan ketentuan pabean
adalah RP. 15.000.000.-. Kurs pajak saat melakukan clearance ke pelabuhan adalah 1 US$ =
Rp. 9.000.-.
14
Ditambah:
Jika PT.FM tidak memiliki angka pengenalan impor maka besarnya PPh Pasal 22 adalah:
7.5% x Rp. 1.786.875.000.- = Rp. 134.015.625.-
Kasus 2
PT.FM menjual barang hasil produksinya berupa kembang gula kepada Badan Usaha Milik
Usaha Negara senilai Rp. 990.000.000.-. (termasuk Pajak Pertambahan Nilai) yang didanai
oleh APBN.
Jawab:
Kasus 3
PT.FM membeli besi dari pabrik besi, PT. Baja Indutri di medan dengan total harga sebesar
Rp. 99.000.000.- termasuk PPN. Hitung PPh pasal 22 yang terutang?
Jawab:
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: Bendahara
Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan Badan-badan tertentu,
baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain. Yang menjadi objek PPh 22 antara lain Pembelian, Impor
Barang, Penjualan oleh Industri Tertentu, Penjualan BBM dan Gas oleh PERTAMINA serta
Penjualan Barang yang tergolong sangat Mewah
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bentuk
maupun materi yang tersaji di dalamnya. Kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya agar materi yang kami sajikan dapat
dipahami dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
17
Sumarsan, Thomas. 2015.Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan Lengkap
Berdasarkan Undang-undang Terbaru edisi 4. Kembangan – Jakarta Barat: Indeks
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-22
18