Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN PERPAJAKAN PPh PASAL 22

Dosen Pengampu:Hendrik Samosir

Disusun Oleh:

DIANA S LIMBONG (18510196)

ANCE TAMPUBOLON(18510252)

FEBRIYANTI LUMBANGAOL(18510263)

MONA LESTARI NABABAN(18510276)

YOSEPHA NATANAEL PURBA(18510291)

UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat

dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah perpajakan  ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Makalah ini membahas

tentang “PPH Pasal 22”.

            Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan

tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan

dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, Orang tua

tercinta, dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Terutama

terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Hendrik Samosir, selaku dosen mata kuliah

ini yang selalu memberikan arahan demi terselesaikannya makalah ini.

            Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam

penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat penulis

harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan makalah selanjutnya. Dan semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Pajak PPh Pasal 22.........................................................................................................3
B. Pemungut Pajak...............................................................................................................................3
C. Tarif Pajak.......................................................................................................................................5
D. Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22......................................................................................8
E. Dikecualikan dari Pemungut Pajak..................................................................................................9
F. Tata Cara Pemungutan Pajak, Penyetoran, Dan pelaporan............................................................13
G. Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain..............................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

            Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai

kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti

kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya.

Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.

            Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari

penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran

serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan,

karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam

bentuk tidak langsung. PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan

pemerintah baik pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau

lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah lainnyaberkenaan tentang pembayaran

atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta

berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.

B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang

a. Definisi Pajak PPh Pasal 22

b. Pemungut pajak PPH pasal 22

c. Tarif pajak PPh pasal 22

d. Kapan saat terutang dan pelunasan PPh pasal 22

1
e. Tentang Dikecualikan dari Pemungutan pajak PPh pasal 22

f. Tata Cara dan Prosedur pemungutan PPh pasal 22 atas penyerahan barang dan kegiatan

di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 22.

b.  Untuk mengetahui mengenai pemungut, objek, tarif dari PPh pasal 22.

c. Untuk mengetahui tata cara pemungutan,penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 22

d. Untuk mengetahui siapa saja yang dikecualikan dalam pemungutan PPh pasal 22 dan

kewajiban bukti potong

e. Untuk mengetahui bagaimana saat tehutang dan pelunasan serta pembayaran dari PPh

pasal 22.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak PPh Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendahara wan pemerintah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga

lembaga negara lainnya berkenan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan badan

tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau

kegiatan usaha di bidang lainnya.

Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan pasal 22 adalah pasal 22 Undang Undang pajak

penghasilan , selanjutnya diikuti dengan peraturan menteri keuangan Nomor 210/PMK.03/2008

berlaku sejak 31 Agustus 2010.

B. Pemungut Pajak
Pemungut pajak penghasilan pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Undang Undang

pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai atas impor barang

2. Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak

pada pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lembaga pemerintah dan lembaga

pemerintah lainnya berkenan dengan pembayaran atas pembenaran barang

3. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang

persediaan.

4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ataubpejabat penerbit surat perintah membayar yang

diberikan delegasi oleh KPA untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan

dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS)

3
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri bsemen,kertas, industri baja,dan

industri otomotif , yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak ,atau penjualan

hasil produksi nya didalam negeri

6. Produsen atau importer yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,

pertanian,dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas

pembelian bahan bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang

pengumpul

Dengan ketentuan baru ditegaskan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan pemungut

PPH pasal 22 .

1. Bendahara pemerintah pemungut pajak sehubungan dengan pembayaran penyerahan

barang:

Sesuai ketentuan undang undang pajak penghasilan bahwa pihak buang dapat

ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah bendahara pemerintah , termasuk bendahara

pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah ,dan

lembaga lembaga negara lainnya, berkenaan vdengan pembayaran atas penyerahan

barang termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat

lain yang menjalankan fungsi yang sama.

2. Badan badan tertentu untuk pemungut pajak dari wajib pajak yang melakukan

kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya;

Badan badan tertentu , baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan

kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha produksi barang tertentu antara lain

otomotif dan semen.

4
3. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan

barang yang tergolong sangat mewah.

Wajib Pajak Badan tertentu akan memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang

yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah ,

pemungutan pajak oleh wajib pajak badan tertentu sebagai barang yang tergolong

mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya.Seperti kapal pesiar ,

rumah sangat mewah , apartemen dan kondominium sangat mewah,serta kendaraan

sangat mewah.

Dalam pelaksanaan ketentuan ini Mentri Keuangan mempertimbangkan antara lain:

a. Penunjukan pemungut vpajak secara selektif,demi pelaksanaan pemungutan pajak secara

efektif dan efisien

b. Tidak menggangu kelancaran lalu lintas barang

c. Prosedur pemungutan uang sedarhana sehingga mudah dilaksanakan

Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini , dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan

kesederhanaan ,kemudahan,dan pengenaan,pajak yang tepat waktu.Sehubungan dengan hal

tersebut, pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini dapat bersifat final.

C. Tarif Pajak
Tarif PPh pasal 22 mengalami perubahan dengan perubahan ketiga Peraturan Menteri

Keuangan tentang Pemungutan PPh pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan

5
barang dari ketik kegiatan di bidang import atau kegiatan usaha di bidang lain,besarnya pungutan

pajak penghasilan pasal 22 ditetapkan sebagai berikut.

1. Atas import

a. barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini,sebesar 7,5% (7 setengah

persen) dari nilai impor

b. Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang

menggunakan angka pengenal impor (API),sebesar 2,5% (dua setengah persen)

dari nilai impor kecuali atas impor kedelai,gandum,dan tepung terigu sebesar

0,5% dari nilai impor

c. Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1, yang

menggunakan angka pengenal impor (API),sebesar 7,5% dari nilai impor dan

ataui

d. Yang tidak dikuasai,sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

Nilai import sebagai dasar perhitungan pajak sebagaimana dimaksud pada butir A angka

1,angka 2,angka 3 adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu

COSTAsurance and freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang

dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang impor .

2. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf b,huruf

c,huruf d,dan pembelian barang atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha

6
sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) huruf e sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak

termasuk pajak tambahan nilai.

3. Atas penjualan bahan bakar minyak bahan bakar gas dan pelumas oleh produsen atau

importir bahan bakar minyak bahan bakar gas dan pelumas adalah sebagai berikut:

1. Bahan bakar minyak sebesar :

a) 0,25% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada

stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina

b) 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada

stasiun pengisian bahan bakar Umum bukan Pertamina

c) 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada

pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b)

2. Bahan bakar gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

3.  Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

4. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh Badan Usaha yang

bergerak dalam bidang usaha industri semen,industri kertas,industri baja industri

otomotif’dan industri farmasi.

1. Penjualan semua jenis semen di dalam negeri sebesar 0,25% 

2. penjualan kertas sebesar 0,1% 

3. penjualan baja di dalam negeri sebesar 0,3%

4. penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45%

7
5. Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% dari dasar pengenaan pajak pertambahan

Nilai.

5. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh agen tunggal pemegang merek

(ATPM), Agen Pemegang Merek(APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar

0,45% dari dasar pengenaan pajak pertambahan Nilai.

6. Atas penjualan bahan-bahan untuk keperluan Industri atau ekspor oleh badan usaha

industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor

kehutanan,perkebunan,Pertanian,Peternakan,dan Perikanan sebesar 0,25% dari harga

pembelian tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

Dalam pemungutan pasal 22 tersebut ternyata pihak wajib pajak tidak memiliki NPWP. Oleh

karena itu sebagai konsekuensinya Wajib Pajak yang dipungut tersebut diterapkan tarif PPh pasal

22 yang lebih tinggi 100% dibanding tarif yang diterapkan kepada wajib pajak yang memiliki

NPWP. ketentuan penerapan tarif yang lebih tinggi diberlakukan untuk pemungutan pajak

penghasilan pasal 22 yang penggunaannya bersifat tidak final.

D. Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22

Pemungutan pajak penghasilan pasal 22 dilakukan oleh pihak-pihak sebagaimana diatur pada

pasal 22 ayat (1) undang-undang pajak penghasilan,terutang pada saat pembayaran kecuali

8
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Penetapan saat terutang dan pelunasan pajak penghasilan

pasal 22 diatur sebagai berikut.

1. Atas kegiatan impor barang,PPh pasal 22 terutang pada saat bersamaan dengan saat

pembayaran bea masuk. Apabila pembayaran bea masuk nya ditunda atau dibebaskan

PPh pasal 22 terutang pada saat penyelesaian dokumen PIB (pemberitahuan impor

barang)

2.  Atas kegiatan pembelian barang PPh pasal 22 terutang dan dipungut pada saat

dilakukan pembayaran.

3. Atas pembelian hasil produksi PPh pasal 22 terutang dan dipungut atas penjualan. 

4. Atas penjualan hasil produksi atau pengolahan barang,PPh pasal 22 terutang dan

dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah pengeluaran barang (delivery order)

5. pemungutan PPh pasal 22 atas pembelian barang atau bahan-bahan oleh pemungut

butir 2,3,4 dan 5 dilaksanakan dengan cara pemungutan dan penyetoran oleh

pemungut pajak atas nama wajib pajak ke bank persepsi atau kantor pos.

E. Dikecualikan dari Pemungut Pajak


Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan

perundang undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.

2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan

Nilai:

a) barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesta

berdasarkan asas timbal balik

9
b) barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di

Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam

peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea

masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para

pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

c) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah, umum, amal, sosial, kebudayaan. atau

untuk kepentingan penanggulangan bencana;

d) barang untuk keperluan museum, kebun binatang. konservasi alam, dan tempat lain

semacam itu yang terbuka untuk umum:

e) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

f) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya

g) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah

h) barang pindahan

i) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman

sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang undangan kepabeanan

j) barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk

kepentingan umum

k) persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang

diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara

l) barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan

pertahanan dan keamanan negara

m) vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

n) buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama

10
o) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan,

kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta

alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan

oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional

p) pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau ale keselamatan

manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang điimpor dan digunakan oleh

Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional

q) kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta

prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia

r) peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah negara

Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia

s) barang untuk kegiatan hulu Miyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh

Kontraktor Kontrak Kerja Sama

3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor

kembali.

4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian

diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk

keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2,

angka 3, dan angka 4, berkenaan dengan: a pembayaran yang jumlahnya paling banyak

Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah:

11
b. pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/

PDAM, dan benda-benda pos.

6. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan

Urusan Logistik (BULOG).

7. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas

untuk tujuan ekspor.

8. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS).

Perlu diperhatikan dalam pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 (perhatikan pengeculian

dari pemungutan PPh Pasal 22), yaitu sebagai berikut.

1. Pengecualian dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Impor pada angka 2 tetap

berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif Bea Masuk 0% (nol persen).

2. Bukti administrasi atas pengecualian tersebut dapat diberikan dengan: A.Surat

Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Pajak, yaitu untuk pengecualian pada angka 1 dan angka 7. B. Tanpa SKB atau

otomatis, yaitu untuk pengecualian pada angka 4, angka 5, angka 6, dan angka 8.

3. Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai

dan/atau Direktur Jenderal Pajak, yaitu untuk pengecualian pada angka 2. dan

pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas barang impor yang terkena tarif Bea

Masuk 0% (nol persen) seperti disebut pada butir 1.

12
F. Tata Cara Pemungutan Pajak, Penyetoran, Dan pelaporan
Dalam hal melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang

dilakukan oleh pemungut diatur sebagai berikut.

1. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang, dan dilunasi bersamaan dengan

saat pembayaran Bea Masuk.

2. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan

Pasal 22 Terutang dan dilunasi pada saat penyelesalan dokumen Pemberitahuan Impor

Barang (PIB).

3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut disebut pada angka 2.

angka 3, dan angka 4 terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas,

industri baja, dan industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan.

5. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas, dan pelumas

terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery

order).

6. Pajak penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul

terutang dan dipungut pada saat pembelian.

7. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara

penyetoran oleh: a. importir yang bersangkutan; atau b. Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai, ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan.

8. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang cleh pemungut pajak

sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan angka 4, wajib disetor oleh

13
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama

rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

9. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan

pelumas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja, dan

industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank

devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak.

10. Pemungutan Pajak Penghasilan Paasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan

industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor

kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan wajib disetor oleh pemungut ke kas

negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

11. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jenderal Bea dan Cukal

dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan angka 4.

menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagal Bukti Pemungutan

Pajak.

12. Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 5, angka 6, dan angka 7 wajib

menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap 3 (tiga).

yaitu:a. lembar kesatu untuk Wajib Pajak (pembeli/pedagang pengumpul); b. lembar

kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kanior Pelayanan Paa (dilampirkan pada

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22), dan c. lembar ketiga sebagai

arsip pemungut pajak yang bersangkutan.

14
13. Pemungut pajak diwajibkan melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan

Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.

14. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 seperti pada angka 7, angka 8, angka 9, dan angka

10, dan pelaporan PPh Pasal 22 dilakukan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkas

dalam peraturan menteri keuangan tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran,

penyetoran, dan pelaporan pemungutan pajak.

15. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, pembelian barang oleh

pemungut pajak seperti pada angka 2, angka 3, dan angka 4, penjualan hasil produksi

industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif dan pembelian bahan

bahan untuk keperluan industri atau ekspor bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan

sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang

dipungut. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak

gas, dan pelumas kepada:

a) penyalur/agen bersifat final;

b) selain penyalur/agen bersifat tidak final.

G. Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penyerahan Barang
dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain

Sebagai tindak lanjut peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang

pemungutan PPH Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan

di bidang impor atau kegiatan usaha di biodang lain diterbitkannya peraturan Direktur Jenderal

Pajaknyang mengatur lebih lanjut masalah dimaksud, dengan peraturan sebagai berikut.

15
1. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industry baja yang merupakan industri hulu

berstatus sebagai pemungut Pajak Pajak Penghasilan Pasal 22.Dalam badan hal usaha

yang bergerak di bidang usaha industri baja mengolah atau memproses lebih lanjut

sebagian atau seluruh hasil produksinya menjadi produk antara dan/atau produk hilir

sehingga badan usaha tersebut melakukan kegiatan produksi secara terintegrasi, maka

Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut atas penjualan produk hulu, produk antara, dan

produk hilir.

2. Penunjukan pemungut PPh pasal 22 sebagai mana dimaksud dengan angka 5 dilakukan

kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan badan usaha yang

melakukan penjualan hasil produksinya di dalam negeri, dengan surat keputusan yang

berlaku sejak tanggal ditetapkan.

3. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha otomotif adalah badan usaha yang bergerak

di dalam bidang industry otomotif termasuk ATPM(Agen Tunggal Pemegang Merek),

APM(Ageb Pemegang Merek), dan importir umum kendaraan bermotor.

4. Penunjukan pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 sebagaimana dimaksud dengan angka

7 dilakukan kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan industry dan

eksportir yang melakukan pembelian bahan bahan untuk keperluan industry atau ekspor

mereka dari pedagang pengumpul dengan surat keputusan yang berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

5. Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya :

a. Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan,dan

b. Menjual hasil tersebut kepada badan industry dan eksportir yang bergerak dalam

sector kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan.

16
6. Dalam hal badan usha sebagai pemungut pajak pada amhka 5, dan angka 7 tidak lagi

ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22, maka kepala KPP menerbitkan Surat

Keputusan Pencabutan Wajib Pajak sebagai pemungut Pasal 22.

7. Dalam hal terjadi pengembalian barang hasil produksi yang dibeli dari badan usaha

sebagai pemungut PPh pasal 22 setelah masa pajak terjadinya pengeluaran, pembeli harus

membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada pemungut PPh pasal 22.

8. Pembuatan Nota Retur harus dinuat dalam masa pajak terjadinya pengembalian barang

hasil produksi.

9. Pengembalian barang hasil produksi dianggap tidak terjadi dalam hal:

a. Masa pajak terjadinya pengembalian, atas pengembalian tersebut dilakukan

penggantian barang yang sama, baik dalam jumblahn fisik maupun harganya;

b. Nota Retur tidak selengkapnya mencamtumkan keterangan;

c. Nota Retur tidak dibuat dalam masa pajak terjadinya pengembalian barang hasil

produksi.

Dalam hal nota retur telah memenuhi ketentuan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah dipungut

dapat dikurangkan dari pajak penghasilan Pasal 22 Terutang dalam masa pajak terjadinya

pengembalian tersebut.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik

pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga

pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah lainnyaberkenaan tentang pembayaran atas

penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta

berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.

Pemungutan serta tarif pajak pph didasarkan atas undang – undang yang ada. Pajak

merupakan penyumbang terbesar bagi kas negara. Ingat, bayarlah pajak sesuai dengan UU yang

berlaku. Demikianlah kesimpulan ini, Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

B. Saran

Penulis sangat berharap jika pemungutan wajib pajak tersebut harus bisa dipertanggung

jawabkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai pajak tersebut selalu disalahgunakan. Tujuan

adanya pajak adalah untuk pembangunan bersama bukan untuk segelintir orang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Supramono, SE., MBA., DBA & Theresia Woro Damayanti SE., Perpajakan Indonesia –

mekanisme dan perhitungan, 2010. Yogyakarta: CV Andi Offset

Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, 2005, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ilyas & Richard Burt .Hukum Pajak, Edisi Revisi on ; Wirawan, 2008. Penerbit Salemba

19

Anda mungkin juga menyukai