Disusun Oleh:
ANCE TAMPUBOLON(18510252)
FEBRIYANTI LUMBANGAOL(18510263)
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Makalah ini membahas
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan
tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan
dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, Orang tua
tercinta, dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Terutama
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Hendrik Samosir, selaku dosen mata kuliah
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Pajak PPh Pasal 22.........................................................................................................3
B. Pemungut Pajak...............................................................................................................................3
C. Tarif Pajak.......................................................................................................................................5
D. Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22......................................................................................8
E. Dikecualikan dari Pemungut Pajak..................................................................................................9
F. Tata Cara Pemungutan Pajak, Penyetoran, Dan pelaporan............................................................13
G. Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain..............................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari
penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran
serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan,
karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam
bentuk tidak langsung. PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang
1
e. Tentang Dikecualikan dari Pemungutan pajak PPh pasal 22
f. Tata Cara dan Prosedur pemungutan PPh pasal 22 atas penyerahan barang dan kegiatan
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 22.
b. Untuk mengetahui mengenai pemungut, objek, tarif dari PPh pasal 22.
d. Untuk mengetahui siapa saja yang dikecualikan dalam pemungutan PPh pasal 22 dan
e. Untuk mengetahui bagaimana saat tehutang dan pelunasan serta pembayaran dari PPh
pasal 22.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak PPh Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendahara wan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga
lembaga negara lainnya berkenan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan badan
tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan pasal 22 adalah pasal 22 Undang Undang pajak
B. Pemungut Pajak
Pemungut pajak penghasilan pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Undang Undang
1. Devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai atas impor barang
2. Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lembaga pemerintah dan lembaga
persediaan.
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ataubpejabat penerbit surat perintah membayar yang
diberikan delegasi oleh KPA untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan
3
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri bsemen,kertas, industri baja,dan
industri otomotif , yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak ,atau penjualan
pertanian,dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas
pembelian bahan bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang
pengumpul
Dengan ketentuan baru ditegaskan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan pemungut
PPH pasal 22 .
barang:
Sesuai ketentuan undang undang pajak penghasilan bahwa pihak buang dapat
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah ,dan
barang termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat
2. Badan badan tertentu untuk pemungut pajak dari wajib pajak yang melakukan
Badan badan tertentu , baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha produksi barang tertentu antara lain
4
3. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
Wajib Pajak Badan tertentu akan memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah ,
pemungutan pajak oleh wajib pajak badan tertentu sebagai barang yang tergolong
mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya.Seperti kapal pesiar ,
sangat mewah.
Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini , dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan
C. Tarif Pajak
Tarif PPh pasal 22 mengalami perubahan dengan perubahan ketiga Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pemungutan PPh pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
5
barang dari ketik kegiatan di bidang import atau kegiatan usaha di bidang lain,besarnya pungutan
1. Atas import
dari nilai impor kecuali atas impor kedelai,gandum,dan tepung terigu sebesar
menggunakan angka pengenal impor (API),sebesar 7,5% dari nilai impor dan
ataui
Nilai import sebagai dasar perhitungan pajak sebagaimana dimaksud pada butir A angka
1,angka 2,angka 3 adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu
COSTAsurance and freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang
2. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf b,huruf
c,huruf d,dan pembelian barang atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha
6
sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) huruf e sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak
3. Atas penjualan bahan bakar minyak bahan bakar gas dan pelumas oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak bahan bakar gas dan pelumas adalah sebagai berikut:
a) 0,25% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada
b) 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada
c) 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai untuk penjualan kepada
2. Bahan bakar gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai.
3. Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai.
4. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh Badan Usaha yang
4. penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45%
7
5. Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% dari dasar pengenaan pajak pertambahan
Nilai.
5. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh agen tunggal pemegang merek
(ATPM), Agen Pemegang Merek(APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar
6. Atas penjualan bahan-bahan untuk keperluan Industri atau ekspor oleh badan usaha
Dalam pemungutan pasal 22 tersebut ternyata pihak wajib pajak tidak memiliki NPWP. Oleh
karena itu sebagai konsekuensinya Wajib Pajak yang dipungut tersebut diterapkan tarif PPh pasal
22 yang lebih tinggi 100% dibanding tarif yang diterapkan kepada wajib pajak yang memiliki
NPWP. ketentuan penerapan tarif yang lebih tinggi diberlakukan untuk pemungutan pajak
Pemungutan pajak penghasilan pasal 22 dilakukan oleh pihak-pihak sebagaimana diatur pada
pasal 22 ayat (1) undang-undang pajak penghasilan,terutang pada saat pembayaran kecuali
8
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Penetapan saat terutang dan pelunasan pajak penghasilan
1. Atas kegiatan impor barang,PPh pasal 22 terutang pada saat bersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk. Apabila pembayaran bea masuk nya ditunda atau dibebaskan
PPh pasal 22 terutang pada saat penyelesaian dokumen PIB (pemberitahuan impor
barang)
2. Atas kegiatan pembelian barang PPh pasal 22 terutang dan dipungut pada saat
dilakukan pembayaran.
3. Atas pembelian hasil produksi PPh pasal 22 terutang dan dipungut atas penjualan.
4. Atas penjualan hasil produksi atau pengolahan barang,PPh pasal 22 terutang dan
dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah pengeluaran barang (delivery order)
5. pemungutan PPh pasal 22 atas pembelian barang atau bahan-bahan oleh pemungut
butir 2,3,4 dan 5 dilaksanakan dengan cara pemungutan dan penyetoran oleh
pemungut pajak atas nama wajib pajak ke bank persepsi atau kantor pos.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan
Nilai:
a) barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesta
9
b) barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam
peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea
masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para
c) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah, umum, amal, sosial, kebudayaan. atau
d) barang untuk keperluan museum, kebun binatang. konservasi alam, dan tempat lain
f) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya
g) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
h) barang pindahan
i) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang undangan kepabeanan
j) barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
l) barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
m) vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
10
o) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta
alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional
p) pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau ale keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang điimpor dan digunakan oleh
q) kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
r) peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah negara
s) barang untuk kegiatan hulu Miyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2,
angka 3, dan angka 4, berkenaan dengan: a pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah:
11
b. pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/
6. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan
7. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
1. Pengecualian dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Impor pada angka 2 tetap
berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif Bea Masuk 0% (nol persen).
Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, yaitu untuk pengecualian pada angka 1 dan angka 7. B. Tanpa SKB atau
otomatis, yaitu untuk pengecualian pada angka 4, angka 5, angka 6, dan angka 8.
Jenderal Bea dan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai
dan/atau Direktur Jenderal Pajak, yaitu untuk pengecualian pada angka 2. dan
pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas barang impor yang terkena tarif Bea
12
F. Tata Cara Pemungutan Pajak, Penyetoran, Dan pelaporan
Dalam hal melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
1. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang, dan dilunasi bersamaan dengan
2. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan
Pasal 22 Terutang dan dilunasi pada saat penyelesalan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).
3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut disebut pada angka 2.
4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas,
industri baja, dan industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan.
5. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery
order).
7. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh: a. importir yang bersangkutan; atau b. Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
8. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang cleh pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan angka 4, wajib disetor oleh
13
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama
9. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank
devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak.
10. Pemungutan Pajak Penghasilan Paasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan wajib disetor oleh pemungut ke kas
negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
11. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jenderal Bea dan Cukal
dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan angka 4.
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagal Bukti Pemungutan
Pajak.
12. Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 5, angka 6, dan angka 7 wajib
kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kanior Pelayanan Paa (dilampirkan pada
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22), dan c. lembar ketiga sebagai
14
13. Pemungut pajak diwajibkan melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan
14. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 seperti pada angka 7, angka 8, angka 9, dan angka
10, dan pelaporan PPh Pasal 22 dilakukan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkas
dalam peraturan menteri keuangan tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran,
15. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, pembelian barang oleh
pemungut pajak seperti pada angka 2, angka 3, dan angka 4, penjualan hasil produksi
industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif dan pembelian bahan
bahan untuk keperluan industri atau ekspor bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang
dipungut. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak
G. Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penyerahan Barang
dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain
pemungutan PPH Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di biodang lain diterbitkannya peraturan Direktur Jenderal
Pajaknyang mengatur lebih lanjut masalah dimaksud, dengan peraturan sebagai berikut.
15
1. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industry baja yang merupakan industri hulu
berstatus sebagai pemungut Pajak Pajak Penghasilan Pasal 22.Dalam badan hal usaha
yang bergerak di bidang usaha industri baja mengolah atau memproses lebih lanjut
sebagian atau seluruh hasil produksinya menjadi produk antara dan/atau produk hilir
sehingga badan usaha tersebut melakukan kegiatan produksi secara terintegrasi, maka
Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut atas penjualan produk hulu, produk antara, dan
produk hilir.
2. Penunjukan pemungut PPh pasal 22 sebagai mana dimaksud dengan angka 5 dilakukan
kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan badan usaha yang
melakukan penjualan hasil produksinya di dalam negeri, dengan surat keputusan yang
3. Badan usaha yang bergerak di bidang usaha otomotif adalah badan usaha yang bergerak
7 dilakukan kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan industry dan
eksportir yang melakukan pembelian bahan bahan untuk keperluan industry atau ekspor
mereka dari pedagang pengumpul dengan surat keputusan yang berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
5. Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya :
b. Menjual hasil tersebut kepada badan industry dan eksportir yang bergerak dalam
16
6. Dalam hal badan usha sebagai pemungut pajak pada amhka 5, dan angka 7 tidak lagi
ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22, maka kepala KPP menerbitkan Surat
7. Dalam hal terjadi pengembalian barang hasil produksi yang dibeli dari badan usaha
sebagai pemungut PPh pasal 22 setelah masa pajak terjadinya pengeluaran, pembeli harus
membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada pemungut PPh pasal 22.
8. Pembuatan Nota Retur harus dinuat dalam masa pajak terjadinya pengembalian barang
hasil produksi.
penggantian barang yang sama, baik dalam jumblahn fisik maupun harganya;
c. Nota Retur tidak dibuat dalam masa pajak terjadinya pengembalian barang hasil
produksi.
Dalam hal nota retur telah memenuhi ketentuan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah dipungut
dapat dikurangkan dari pajak penghasilan Pasal 22 Terutang dalam masa pajak terjadinya
pengembalian tersebut.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga
penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.
Pemungutan serta tarif pajak pph didasarkan atas undang – undang yang ada. Pajak
merupakan penyumbang terbesar bagi kas negara. Ingat, bayarlah pajak sesuai dengan UU yang
B. Saran
Penulis sangat berharap jika pemungutan wajib pajak tersebut harus bisa dipertanggung
jawabkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai pajak tersebut selalu disalahgunakan. Tujuan
adanya pajak adalah untuk pembangunan bersama bukan untuk segelintir orang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Supramono, SE., MBA., DBA & Theresia Woro Damayanti SE., Perpajakan Indonesia –
Ilyas & Richard Burt .Hukum Pajak, Edisi Revisi on ; Wirawan, 2008. Penerbit Salemba
19