Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN PERPAJAKAN PPh PASAL 21

Dosen Pengampu:Hendrik Samosir

Disusun Oleh:

DIANA S LIMBONG (18510196)

ANCE TAMPUBOLON(18510252)

FEBRIYANTI LUMBANGAOL(18510263)

MONA LESTARI NABABAN(18510276)

YOSEPHA NATANAEL PURBA(18510291)

UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat

dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah perpajakan  ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Makalah ini membahas

tentang “PPH Pasal 21”.

            Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan

tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan

dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, Orang tua

tercinta, dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Terutama

terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Hendrik Samosir, selaku dosen mata kuliah

ini yang selalu memberikan arahan demi terselesaikannya makalah ini.

            Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam

penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat penulis

harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan makalah selanjutnya. Dan semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................................................2

B. .      Rumusan Masalah.....................................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3

BAB II.........................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4

A. Defenisi Pajak..................................................................................................................................4

B. Pengertian Pajak PPh Pasal 21.........................................................................................................4

C. Siapa Subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21...................................................................................4

D. Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21......................................................................................5

E. Siapa Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21...................................................................................6

F. Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)....................................................7

G. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21..........................................................................8

BAB III......................................................................................................................................................22

PENUTUP.................................................................................................................................................22

A. Kesimpulan....................................................................................................................................22

B. Saran..............................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai

kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti

kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya.

Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.

            Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari

penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran

serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan,

karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam

bentuk tidak langsung. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi

dalam negeri.

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas

penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi

perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya

secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.


2
B. .        Rumusan Masalah

Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:

A.   Defenisi Pajak

B.   Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

C.    Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21

D.   Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

E.   Siapa pemotong pajak penghasilan pasal 21

F.    Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)

G.   Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 atas penghasilan

C.     Tujuan Penulisan

 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

A.    Sebagai Syarat untuk penyelesaian mata kuliah Perpajakan

B.     Menjelaskan mengenai semua tentang PPH pasal 21

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan

dan digunakan untuk membayar pengeluaran Umum.

B. Pengertian Pajak PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan

dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau

jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

C. Siapa Subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21


Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah orang pribadi yang

merupakan :

a) Pegawai.

b)   Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.

c) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu :


4
a) Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dan orang –

orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama

mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

b)  Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang

– Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat

bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan

lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

D. Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21


Dasar hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 yaitu :

a) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.

b) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan

Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran,

Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran

Pajak.

5
d) Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian

Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta

Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

e) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata

Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

f) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tentang

Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.

g) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara

Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak

Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

E. Siapa Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21


Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU

adalah :

a) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun

cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b) membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.

c) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan badan – badan lain yang

membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
6
d) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang

membayar:

1.   Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan atau

kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam dalam negeri,

termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas

namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

2. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa

yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri.

3.   Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang.

4.  Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan

internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan

kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun

kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

F. Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang

bersifat teratur maupun tidak teratur;

b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima paensiun secara teratur berupa uang

pensiun atau penghasilan sejenisnya;

7
c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan

dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran lain jenis;

d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,

upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,

honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,dan imbalan

sejenis dengan nama apapun.

G. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

1. Perhitungan Perubahan PTKP Terbaru Tahun 2016 :

PTKP 2016 Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)

Uraian Status PTKP


Wajib Pajak  TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-
PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin

Uraian Status PTKP


WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-

8
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung

Uraian Status PTKP


WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-
 Catatan: 

 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang

 TK : Tidak Kawin

 K : Kawin

 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

2. Tarif pajak

Penghasilan Netto Tarif pajak


Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai dengan 250 juta 15%
250 juta sampai dengan 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

3.  Perhitunganya :

Contoh 1:
9
1. Perhitungan PPh 21 menggunakan PTKP yang lama (selama bulan Januari – Juni 2016):

Andi Ahmad pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Abadi Selamat dengan memperoleh

gaji sebulan Rp 5.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Andi

menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan                                                                                                     Rp 5.000.000,00

Pengurangan :

1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.000.000,00       Rp 250.000,00

2. Iuran pensiun                                               Rp 100.000,00 (+)    Rp 350.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan                                                                                Rp 4.650.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 4.650.000,00 =                       Rp 55.800.000,00

PTKP setahun

– untuk WP sendiri                                            Rp 36.000.000,00

– tambahan WP kawin                                    Rp 3.000.000,00 (+)               Rp 39.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setahun                                                                   Rp 16.800.000,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 16.800.000,00 = Rp 840.000,00

PPh Pasal 21 sebulan :

Rp 840.000,00 : 12 = Rp 70.000,00

Perhitungan PPh 21 menggunakan PTKP yang baru (selama tahun 2016):

Andi Ahmad pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Abadi Selamat dengan memperoleh

gaji sebulan Rp 5.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Andi

menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan                                                                                                     Rp 5.000.000,00

10
Pengurangan :

1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.000.000,00    Rp 250.000,00

2. Iuran pensiun                                            Rp 100.000,00 (+)       Rp 350.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan                                                                                Rp 4.650.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 4.650.000,00 =                         Rp 55.800.000,00

PTKP setahun

– untuk WP sendiri                                            Rp 54.000.000,00

– tambahan WP kawin                                     Rp 4.500.000,00 (+)           Rp 58.500.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setahun                                                                       Rp 0,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 0,00 = Rp 0,00

PPh 21 Masa Januari – Desember 2016 terutang =                              Rp. 0,00

PPh 21 Masa Januari – Juni 2016 yang telah disetor =                       Rp. 420.000,00

Terdapat Lebih bayar PPh 21 tahun 2016 sebesar Rp. 420.000,00, dan jika atas lebih bayar

tersebut perlakuannya sama dengan lebih bayar yang timbul karena kenaikan PTKP 2015, maka

atas lebih bayar tersebut dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya / tahun 2017.

Contoh 2:

Romansyah yang berstatus menikah yaitu pegawai pada PT Nusantara Jaya di Jakarta sejak 1

juni 2016dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1 Oktober2016dipindah

tugaskan lagi ke kantor cabangTasikmalaya.Gaji Romansyah sebesar Rp8.100.000 dan

pembayaran iuran pensiuan yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,Hitunglah PPh

pasal 21

Penyelesaian:
11
Perhitungan PPh pasal 1 sebagai berikut:

1)Kantor pusat di Jakarta

Gaji sebulan Rp8.100.000

Pengurangan:

 Biaya jabatan (5%xRp8.100.000) Rp405.000

 Iuran pesiuanan Rp100.000 Rp 505.000

Penghasilan neto sebulan Rp7.595.000

Penghasilan neto setahun (12xRp7.595.000) Rp91.140.000

PTKP(TK/0) setahun

 Untuk WP Sendiri Rp54.000.000

 Untuk WP Kawin Rp 4.500.000 Rp58.500.000

Penghasilan kena pajak Rp32.640.000

PPh pasal 21 terutang setahun (5%xRp32.640.000) =Rp1.632.000

PPh pasal 21 terutang sebulan (1/12xRp1.632.000)=Rp 136.000

PPh pasal 21 terutang yang harus dipotong untuk masa januari s.d. mei 2016 adalah:

(5/12xRp1.632.000) Rp 680.000

PPh pasal 21 yang sudah dipotong masa januaris.d.mei 2016

(5xRp136.000) Rp 680.000
12
PPh pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Pengisian Bukti Pemotongan PPh pasal 21 9Form 1721A1) di kantor Jakarta

Gaji(Januari s.d. Mei 2016)= Rp40.500.000

Penguranagan:

 Biaya Jabatan (5%xRp40.500.000) Rp2.025.000

 Iuran pensiunan setahun(5xRp100.000) Rp 500.000 Rp 2.525.000

Penghasilan neto 5 bulan sebesar Rp37.975.000

Penghasilan neto di setahunkan(12/5xRp37.975.000) Rp91.140.000

PTKP(TK/0)

 Untuk wajik pajak sendiri Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak menikah Rp 4.500.000 Rp58.500.000

Penghasilan kena pajak di setahunkan Rp32.640.000

PPh pasal 21 disetahunkan(5%xRp32.640.000) Rp 1.632.000

PPh pasal 21 terutang (5/12xRp1.632.000) Rp 680.000

PPh pasal 21 yang telah dipotong dan dilunasi (januari s.d mei 2016)

5xRp136.000 Rp 680.000

NIHIL

13
2)Kantor cabang Bandung

a.Penghasilan neto di Bandung

Gaji juni s.d.september 2016(4xRp8.100.0000) Rp32.400.000

Pengurangan

 Biaya jabatan(5%xRp32.000.000) Rp1.620.000

 Iuran pensiunan(4xRp100.000) Rp 400.000 Rp2.020.000

Penghasilan neto di Bandung Rp30.380.000

b.Penghasilan neto di Jakarta Rp37.975.000

Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp68.355.000

Penghasilan neto disetahunkan(12/9xRp68.355.000) Rp91.140.000

PTKP(TK/0) setahun

 Untuk wajib pajak sendiri Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000 Rp58.500.000

Penghasilan kena pajak disetahunkan Rp32.640.000

PPh pasal 21 disetahunkan(5%xRp32.640.000)=Rp1.632.000

PPh pasal 21 sebulan(1/12xRp1.632.000) =Rp 136.000

PPh pasal 21 terutangyang harus dipotong untuk masa januari s.d september2016 adalah

(9/12xRp1.632.000) Rp1.224.000
14
PPh pasal 21 terutang du Jakarta sesuai dengan form 1721 A1 Rp 544.000

PPh pasal 21 yang telah dipotong di bandung masa juni s.d September 2016

(4xRp136.000) Rp 544.000

PPh pasal 21 kurang (lebih)dipotong NIHIL

Pengisian bumkti pemotongan PPh pasal 21(formulir1721-A1) di kantor Bandung

Penghasilan neto di bandung

Gaji juni s,d September 2016(4xRp8.100.000) Rp32.400.000

Pengurangan:

 Biaya jabatan(5%xRp32.400.000) Rp1.620.000

 Iuran pensiunan(4xRp100.000) Rp 400.000 Rp 2.020.000

Penghasilan neto di bandung Rp30.380.000

Penghasilan neto di Jakarta Rp37.975.000

Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp68.355.000

Penghasilan neto yang disetahunkan(12/9xRp68.355.000) Rp91.141.000

PTKP(TK/0) setahun

 Untuk wajib pajak sendiri Rp.54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000 Rp58.500.000


15
Penghasilan kena pajak disetahunkan Rp32.640.000

PPh pasal 21 yang disetahunkan(5%xRp32.640.000) Rp 1.632.000

PPh pasal 21 terutang sebulan(9/12xRp1.632.000) Rp 1.224.000

PPh pasl 21 telah dipotong di bandung form 1721 A1 Rp 680.000

Selisih Rp 544.000

PPh pasal 21 dipotong di bandung form 1721 A1 Rp 544.000

PPh pasal 21 kurang (lebih)dipotong NIHIL

3)Kantor cabang tasikmalaya

a.penghasilan neto di tasikmalya

(3xRp8.100.000) Rp24.300.000

Pengurangan :

 Biaya jabatan (5%xRp24.300.000) Rp1.215.000

 Iuran pensiunan(3xRp100.000) Rp 300.000 Rp 1.515.000

Penghasilan neto di tasikmalaya Rp22.785.000

b.penghasilan neto di Jakarta Rp37.975.000

c.penghasilan neto di bandung Rp30.380.000

Jumlah penghasilan neto setahun Rp91.140.000

16
PTKP(TK/0)

 Untuk wajib pajak sendiri Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000 Rp58.500.000

Penghasilan kena pajak Rp32.640.000

PPh pasal 21 tang terutang disetahunkan(5%xRp32.640.000) Rp 1.632.000

PPh pasal 21 terutang di Jakarta dan bandung sesuai dengan form 1721 A1 Rp 1.224.000

PPh pasal 21 terutang di tasikmalaya Rp 408.000

PPh pasal 21sebulan yang harus dipotong di tasikmalaya(1/3xRp408.000) Rp 136.000

Pengisian bukti pemotongan PPh pasal 21 (formulir 1721 A1) di kantor tasikmalaya

Penghasilan neto di tasikmalaya

Gaji oktober s.d.december 2016(3xRp8.100.000) Rp24.300.000

Pengurangan :

 Biaya jabatan (5%x24.300.000) Rp1.215.000

 Iuran pensiunan(3xRp100.00) Rp 300.000 Rp1.515.000

Penghasilan neto di tasikmalaya Rp22.785.000

Penghasilan neto di Jakarta Rp30.380.000

Penghasilan neto di Jakarta Rp37.975.000

Penghasilan neto di bandung Rp30.380.000


17
Jumlah penghasilan setahun Rp91.140.000

PTKP(TK/0)

 Untuk wajib pajak sendiri Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000 Rp58.500.000

Penghasilan kena pajak Rp32.640.000

PPh pasal 21 terutang(5%xRp32.640.000) Rp 1.632.000

PPh pasal 21 terutang di Jakarta dan bandung sesuai dengan form 1721 A1 Rp 1.224.000

PPh pasal 21 terutang di tasikmalaya Rp 408.000

PPh pasal 21 telah dipotong (3xRp136.000) Rp 408.000

NIHIL

Contoh 3

Hadori status menikah dan anak satu,telah memiliki NPWPbekerja paada PT Jaya dengan

memperoleh gaji sebesar Rp7.550.000,-sebulan.Dalam tahun yang bersangkutan Hadori

menerima bonus sebesar Rp24.000.000,-.Setiap bulannya Hadori membayar iuran pensiun Dana

Pensuin yang pendiriannya telah disahkan oleh Mentri Keuangan sebesar Rp60.000,-Hitunglah

PPh pasal 21 atas bonus?

Perhitungan PPh pasal 21 atas bonus:

1.a PPh pasal 21atas gaji dan bonus (penghasilan setahun)


18
Gaji setahun (12xRp7550.000) Rp 90.600.000

Bonus Rp 24.000.000

Penghasilan bruto setahun Rp114.600.000

Pengurangan :

 Biaya jabatan (5%xRp114.600.000) Rp5.730.000

 Iuran pensiun setahun (12x60.000) Rp 720.000 Rp 6.450.000

Penghasilan neto setahun Rp108.150.000

PTKP (TK/1)

 Untuk wajib pajak Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000

 Untuk wajib pajak anak Rp 4.500.000 Rp 63.000.000

Penghasilan kena pajak Rp 45.150.000

PPh pasal 21terutang atas gaji dan bonus(5%xRp45.150.000) =Rp2.257.000

1.b PPh pasal 21 atas gaji setahun

Gaji setahun (12xRp7.550.000) Rp 90.600.000

Pengurangan :

 Biaya jabatan(5%xRp90.600.000) Rp4.530.000

 Iuran pensiun setahun(12x60.000) Rp 720.000 Rp 5.250.000

19
Penghasilan neto setahun Rp 85.350.000

PTKP(TK/1)

 U ntuk wajib pajak sendiri Rp54.000.000

 Untuk wajib pajak kawin Rp 4.500.000

Penghasilan kena pajak Rp 22.350.000

PPh pasal 21 terutang atas gaji(5%xRp22.350.000) Rp 1.117.500

1.c PPh pasal 21 terutang atas bonus

PPh pasal 21 atas bonus =Rp2.275.000-Rp1.117.5000 =Rp1.140.000

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas

penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi

perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya

secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.

Pemungutan serta tarif pajak pph didasarkan atas undang – undang yang ada. Pajak

merupakan penyumbang terbesar bagi kas negara. Ingat, bayarlah pajak sesuai dengan UU yang

berlaku. Demikianlah kesimpulan ini, Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

21
B. Saran

Penulis sangat berharap jika pemungutan wajib pajak tersebut harus bisa dipertanggung

jawabkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai pajak tersebut selalu disalahgunakan. Tujuan

adanya pajak adalah untuk pembangunan bersama bukan untuk segelintir orang.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Supramono, SE., MBA., DBA & Theresia Woro Damayanti SE., Perpajakan Indonesia –

mekanisme dan perhitungan, 2010. Yogyakarta: CV Andi Offset

Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, 2005, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ilyas & Richard Burt .Hukum Pajak, Edisi Revisi on ; Wirawan, 2008. Penerbit Salemba

22

Anda mungkin juga menyukai