MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Dasar dasar perpajakan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu mata kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang perpajakan dan sistemnya. Kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Tri Wahyudi S.Pd.,M.Ak selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan pada bidang Perpajakan.
Saya ucapkan terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga para pembaca dapat menambah
pengetahuan dari makalah yang kami buat.
DAFTAR ISI
BAB I ………………………………………………………………… 2
PENDAHULUAN ................................................................................ 2
A. Latar Belakang .......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................... 4
1. Definisi Pajak ............................................................................ 4
2. Unsur Pajak ............................................................................... 6
3. Fungsi Pajak .............................................................................. 7
4. Syarat Pemungutan Pajak .......................................................... 8
5. Hukum Pajak ............................................................................. 11
6. Pengelompokan Pajak ............................................................... 13
7. Tata Cara Pemungutan Pajak .................................................... 17
8. Tarif Pajak ................................................................................. 21
PENUTUP ...................................................................................................... 23
A. Latar Belakang
2
kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk bberapa tahun terakhir yang
cukup signifikan. Dalam nota keuangan 2011, pada tahun 2008
penerimaan pajak mencapai 571,1 triliun rupiah, tahun 2009 menjadi
565,7 triliun rupiah, tahun 2010 sebesar 649 triliun rupiah, tahun 2011
meningkat menjadi 872,6 triliun rupiah.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memekasa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat. Mengingat
pajak merupakan pendapatan terbesar suatu Negara , tentu saja pemerintah
berupaya untuk meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor yang sangan
potensial ini, mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk
membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan Negara,
dituntut kesadaran warga Negara untuk memenuhi kewajiban
kenegaraannya. Terlepas dari kesadaran sebagai warga Negara, sebagian
masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak. Oleh karena itu
makalah ini dibuat dengan tujuan agar warga Negara memiliki pemahaman
yang mumpuni mengenai pajak dan kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi dan Unsur Pajak
2. Fungsi Pajak
3. Syarat Pemungutan Pajak
4. Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formal
5. Pengelompokan Pajak
6. Tata Cara Pemungutan Pajak
7. Tarif Pajak
C. Tujuan
3
1. Untuk mengetahui Definisi dan Unsur Pajak
2. Untuk mengetahui Fungsi Pajak
3. Untuk mengetahui Syarat Pemungutan Pajak
4. Untuk mengetahui Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formal
5. Untuk mengetahui Pengelompokan Pajak
6. Untuk mengetahui Tata Cara Pemungutan Pajak
7. Untuk mengetahui Tarif Pajak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Membahas definisi pajak, para ahli telah mendefinisikan pajak, seperti
yang dikemukakan berikut ini. Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, SH (dalam Brotodihardjo, 1993):
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontra- prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Dr. N. J. Feldmann: Pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
4
pengeluaran umum
Definisi pajak menurut Prof Dr. MJH. Smeets: Pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum dan yang
dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan
dalam hal yang individual, dimaksud untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.
Definisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani: Pajak adalah iuran
kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan
Definisi pajak menurut S. I. Djajadiningrat: Pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum
Definisi pajak menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik
pajak sebagai berikut.
- Arus uang (bukan barang) dari rakyat ke kas negara.
- Pajak dipungut berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan).
- Tidak ada timbal balik khusus atau kontraprestasi secara langsung yang
dapat ditunjukkan.
- Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran secara umum
5
demi kemakmuran rakyat.
B. Unsur Pajak
1. Subjek pajak
Unsur pajak yang utama adalah subjek pajak. Subjek pajak yang dimaksud
disini adalah orang atau badan yang dibebani pajak yang diatur dalam undang-
undang. Orang yang telah memenuhi syarat dikenakan pajak termasuk dalam
subjek pajak, misalnya adalah individu seperti pengusaha, pegawai atau pebisnis
serta juga badan usaha seperti lembaga atau perusahaan tertentu.
2. Wajib pajak
Wajib pajak juga termasuk salah satu unsur-unsur pajak. Pengertian wajib
pajak dalam sistem pajak di Indonesia adalah orang atau badan yang menurut
undang-undang memiliki kewajiban seperti mendapatkan/mencari nomor pokok
wajib pajak (NPWP) di Direktorat Jendral Pajak (Dirjen Pajak).
Fungsinya adalah untuk menghitung besarnya pajak dan menyetorkan sejumlah
dana pajak ke kas negara. Wajib pajak harus melaporkan kekayaan dan jumlah
pajak yang menjadi tanggungannya kepada kantor pelayanan pajak setempat
setiap tahun.
3. Objek Pajak
Unsur pajak yang berikutnya adalah objek pajak. Pengertian objek pajak
merupakan benda atau barang yang menjadi sasaran pajak. Contoh objek yang
6
dikenakan pajak misalnya yaitu mobil, rumah, laba, bangunan dan sebagainya.
Ada juga pajak penghasilan untuk tiap pendapatan yang didapatkan serta pajak
bumi bangunan (PBB) untuk tanah dan bangunan yang dimiliki.
4. Tarif Pajak
C. Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair
7
membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Contoh:
Penerimaan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan APBN.
Seperti halnya produk hukum yang lain, maka hukum pajak pun
mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil
dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya:
Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajakt Pajak diberlakukan bagi
8
setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak sanksi atas
pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran.
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan
yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak yaitu:
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut
harus dijamin kelancarannya.
Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.
9
3. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan
membayar pajak.
Contoh:
1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam
tarif.
2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
10
yaitu 10%
3) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang
berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).
E. Hukum pajak
11
Hukum pajak materiil ialah kaidah-kaidah atau berbagai ketentuan dari
suatu peraturan perundang-undangan pajak yang berkaitan dengan isi dari
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Hukum pajak material ini
menerangkan tentang Objek, Subjek, dan Tarif Pajak. Berbeda dengan hukum
pajak formil, hukum pajak materil PPh terpisah dari hukum pajak materil
PPN. Hukum pajak materil PPh ialah II No.7 Tahun 1983 setelah perubah
terakhir dari UU No.36 Tahun 2008, sedangkan untuk PPN ialah UU No.8
Tahun 1983 sesuai dengan pengubahan terakhir yaitu UU No.42 Tahun 2009.
Contoh bentuk dari hukum pajak materiil ialah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPN dan PPnBM).
Hukum pajak formil ialah hukum yang memuat terkait prosedur untuk
mewujudkan hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi.
Hukum pajak formil ini memuat tentang tata cara atau prosedur penetapan
jumlah utang pajak, hak-hak fiskus untuk pengadaan monitoring dan evaluasi.
Selain itu, dalam menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan
pembukuan, pencatatan, dan prosedur pengajuan surat keberatan ataupun
banding.
Berikut contoh bentuk dari hukum pajak formil ialah Ketentuan dan Tata
Cara Perpajakan. Bentuknya ialah sebagai berikut:
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 mengenai perubahan atas Undang-
undang Nomor 19 Tahun 1997 mengenai penagihan pajak dengan surat paksa
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 mengenai perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.
Hukum pajak formil menerangkan mengenai hak dan kewajiban wajib pajak
serta hak dan kewajiban fiskus. Hak wajib pajak dapat dilihat dalam UUKUP
yaitu mengajukan keberatan, meminta restitusi, dan mengajukan banding.
12
Adapun, kewajiban pajak sesuai dengan yang diuraikan dalam UUKUP ialah
mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP; mengisi, melaporkan, dan
menandatangani Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) atau Surat
Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP); melakukan pencatatan atau pembukuan;
dan membayar pajak terutang bagi wajib pajak yang terutang.
Kemudian, hak fiskus diatur dalam UUKUP untuk melakukan pemeriksaan,
mengeluarkan Surat Tagihan Pajak, mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak, dan
mengeluarkan Surat Paksa. Kewajiban fiskus yang ditetapkan dalam UUKUP
ialah untuk memberikan keputusan atas keberatan pajak dari wajib pajak;
merahasiakan wajib pajak; dan mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
pada wajib pajak.
F. Pengelompokan Pajak
1. Sifat Pajak
A. Pajak Subjektif
13
B. Pajak objektif
Pajak langsung
- Pajak Pertamabahan Nilai (PPN)
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
14
- Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
A. Pajak Negara
15
ketentuan perpajakan.
• Cukai: Cukai adalah pungutan yang dilakukan oleh negara secara
tidak langsung kepada konsumen yang menikmati atau menggunakan
obyek cukai.
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak bumi dan bangunan adalah
pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya
kepentingan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
perorangan atau badan yang mempunyai hak atasnya atau
memperoleh manfaat daripadanya.
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB): BPHTB
adalah bea yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
B. Pajak Daerah
1. Pajak Provinsi
• Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) atau biasa dikenal
dengan istilah balik nama
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dikenakan pada
saat pembelian BBM
• Pajak Air Permukaan
16
2. Pajak Kabupaten/ Kota
• Pajak Hotel
• Pajak Restoran
• Pajak Hiburan
• Pajak Reklame
• Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
• Pajak Parkir
• Pajak Air Tanah
• Pajak Sarang Burung Walet
• Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
1. Stelsel Pajak
17
Menurut stelsel anggapan, pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu
tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun
pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama
tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun sehingga
penerimaan pajak oleh pemerintah dapat diperoleh sepanjang tahun,
sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan
pada keadaan yang sesungguhnya atau tidak realistis.
C. Stelsel campuran
18
2. Asas Pemungutan Pajak
B. Asas sumber
C. Asas kebangsaan
19
3. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan sebagai berikut.
20
H. Tarif Pajak
1. Tarif Tetap
Tarif Tetap yaitu tarif dengan jumlah atau angka tetap berapa pun
yang menjadi dasar pengenaan pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang tetap.
Contoh:
Misalnya bea meterai untuk cek dan bilyet giro berapapun
jumlahnya dikenakan bea meterai yang sama sebesar Rp3.000.
21
3. Tarif Progresif
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Adam Smith. 1776. An Inquiry Into the Nature and Causes of the
Wealth of the Nations.
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan:
Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus. Edisi 2. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta
www. haruspintar.com
24