Anda di halaman 1dari 15

KLIPING RANGKUMAN

MATERI ADMINISTRASI PAJAK

Disusun oleh :

Nama : Naila Mazidatus Sabrina


No.Absen : 23
Kelas : X AKL2
Kejuruan : Akuntansi Keuangan dan Lembaga

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BANGSRI

2022
DAFTAR ISI

SAMPUL MUKA ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

KOMPETENSI INTI DAN DASAR ................................................................ iii

YUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................... iv

BAB I PAJAK DAN PUMUNGUTAN LAINNYA ................................... 1

A. Definisi Pajak........................................................................... 1
B. ................................................................................................ 1
C. ................................................................................................ 2

ii
KOMPETENSI INTI DAN DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


3.1 Memahami jenis-jenis pajak dan 4.1 Mengelompokkan jenis-jenis pajak
ketentuan umum dan tata cara dan tata cara perpajakan.
perpajakan.
3.2 Menerapkan permohonan Nomor 4.2 Membuat surat permohonan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3.3 Menerapkan permohonan nomor 4.3 Membuat surat permohonan nomor
pengukuhan pengusaha kena pajak pengukuhan pengusaha kena pajak
(NPPKP). (NPPKP).
3.4 Memahami bentuk-bentuk surat 4.4 Mengelompokkan bentuk-bentuk
pemberitahuan (SPT), surat setoran surat pemberitahuan (SPT), surat
pajak (SSP), surat ketetapan pajak setoran pajak (SSP), surat ketetapan
(SKP), surat ketetapan pajak kurang pajak (SKP), surat ketetapan pajak
bayar (SKPKB), surat ketetapan kurang bayar (SKPKB), surat
pajak kurang bayar tambahan ketetapan pajak kurang bayar
(SKPKBT), surat ketetapan pajak tambahan (SKPKBT), surat ketetapan
lebih bayar (SKPLB) dan surat pajak lebih bayar (SKPLB), dan surat
ketetapan pajak nihil (SKPN). ketetapan pajak nihil (SKPN).
3.5 Menganalisis data pembuatan SPT 4.5 Melakukan perhitungan pajak
pajak penghasilan (PPh) Pasal 21. penghasilan (PPh) Pasal 21.
3.6 Menerapkan pengisian surat setoran 4.6 Melakukan pengisian surat setoran
pajak (SSP) PPh Pasal 21. pajak (SSP) PPh Pasal 21.
3.7 Memahami PPh Badan terutang 4.7 Mengelompokkan PPh Badan
terutang.
3.8 Menganalisis data terkait PPh Badan 4.8 Melakukan perhitungan PPh
terutang. Badan terutang.
3.9 Menerapkan Pengisian Surat Setoran 4.9 Melakukan Pengisian Surat
Pajak (SSP) PPh Badan. Setoran Pajak (SSP) PPh Wajib
Pajak Badan.

iii
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan mampu


1. Mendefinisikan pengertian pajak.
2. Mengidentifikasikan pungutan selain pajak.
3. Mengidentifikasi fungsi pajak..
4. Mengidentifikasi hukum pajak formal.
5. Mengidentifikasi perlawanan terhadap pajak.
6. Mengidentifikasi hierarki peraturan pajak.
7. Mengidentifikasi jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutan.
8. Mengidentifikasi jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggungnya.
9. Mengidentifikasi jenis pajak berdasarkan sifat pemungutan.
10. Mengidentifikasi dasar pengenaan pajak.
11. Mengidentifikasi sistem pemungutan pajak.
12. Mengidentifikasi syarat pemungutan pajak.
13. Mengidentifikasi asas pemungutan pajak.
14. Mengidentifikasi teori pemungutan pajak.
15. Mengidentifikasi tarif pajak.

iv
PAJAK DAN PUMUNGUTAN LAINNYA

A. Definisi Pajak
Pajak diperhitungkan salah satu pemasukan paling penting bagi negara, ahli ekonomi
mengemukakan pendapatnya tentang definisi pajak. Berikut disajikan sejumlah pendapat
para ahli mengenai definisi pajak.
a. Francis dalam buku Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la Science des Finances,
1906:
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk, untuk menutup belanja pemerintah.

b. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919):


Pajak adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik (tanpa kontra-
prestasi) dipungut oleh badan bersifat umum (negara) memperoleh pendapatan ketika
terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan) karena undang-undang telah
menimbulkan utang pajak.)

c. Prof. Edwin RA. Seligman dalam Esays in taxation, 1925:


Banyak keberatan atas kalimat "without reference" karena pajak uang tersebut
digunakan untuk produksi barang dan jasa, sementara benefit yang diperoleh akan
diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah ditunjukkan apalagi secara
perorangan.

d. Mr. Dr. N.J. Fieldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden,
1949:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontra-
prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum

e. Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen,
1951:

1
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma hukum,
dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra-prestasi, yang dapat ditunjukkan
dalam kasus yang bersifat individual, maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.

f. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat
untuk membayar pengeluaran umum (Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan.

g. Prof. Dr. PJ.A. Adriani:


Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka
yang wajib membayarnya menurut peraturan.

h. Sommerfield Ray M, Anderson Herschel M, dan Brock Horac R.:


Pajak adalah pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
dari pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proposional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

i. Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul "Pajak


Berdasarkan Asas Gotong Royong” Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964:
"Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum."

j. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2
Definisi pajak dari para ahli, disimpulkan pajak memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Sesuai dengan perubahan ketiga UUD
1945 Pasal 23, yang menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.
2) Tidak mendapatkan jasa timbal balik perseorangan yang ditunjukkan secara
langsung
3) Pemungutan pajak diperuntukan bagi pembiayaan umum pemerintah menjalankan
fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4) Pajak dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
5) Selain pajak berfungsi sebagai anggaran (budgeter), pajak ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(regulatif)

2. Pungutan Selain Pajak


Pungutan lain yang serupa dengan pajak tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang
berbeda dengan pajak, antara lain:
 Bea meterai yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan
benda meterai.
 Bea masuk dan bea keluar yaitu pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan undang-undang yang berlaku. Bea masuk
adalah pungutan yang dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai
barang atau tarif tertentu. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang
yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan
 Cukai yaitu pungutan yang dikenakan atas barang yang sudah ditetapkan untuk
masing-masing jenis barang tertentu yang mempuyar sifat atau karakteristik yang
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang cukai.
 Retribusi yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas
yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar retribusi

3
3. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber keuangan negara yang diperuntukan bagi
pembiayaan pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan sarana dan prasarana
b. Fungsi mengatur (regularend)
Sebagai alat untuk mengatur kebijakan tertentu di bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan.
c. Fungsi pemerataan pendapatan (redistribution)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara.
d. Fungsi legalitas pemerintahan (representation)
Pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta
akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan
e. Fungsi stabilitas
Pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan

4
KEDUDUKAN HUKUM DAN PERATURAN

A. Pajak
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
Wajib Pajak. Menurut Santoso Brotodihardjo, yang termasuk hukum publik yaitu hukum
tata negara, hukum pidana, dan hukum administratif, sedangkan hukum pajak merupakan
anak bagian dari hukum administratif. Sementara itu, menurut Prof. Dr.P. J. A Adriani,
hukum pajak seharusnya diberikan tempat di samping hukum administratif (otonomi
hukum pajak) karena hukum pajak dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian mempunyai tata tertib, dan istilah tersendiri untuk lapangan pekerjaannya.

1. Hukum Pajak Formal


mengatur cara mewujudkan hukum material menjadi suatu kenyataan, memuat norma
tentang tata cara penetapan pajak, kewajiban menyelenggarakan pembukuan, hak dan
kewajiban Wajib Pajak, hak dan kewajiban fiskus, tata cara pemungutan pajak.
2. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, besarnya pajak, dan sanks
pajak, memuat norma tentang objek pajak, subjek pajak, tanf pajak, dan sanksi.

HUKUM PAJAK
“ Mengatur kewajiban dan hak wajib pajak”
Mengatur materinya: Mengatur Acaranya:
 Subjek  Cara Mendata
 Objek  Cara Menetapkan
 Tarif  Cara Membayar
 Cara Melapor,dll
Contoh Contoh:
 UU No. 36 Th 2008 (PPh)  UU No. 16 Th 2009 (KUP)
 UU No. 42 Th 2009 (PPn)  UU No. 19 Th 1997 (Penagihan
 UU No. 12 Th 1994 (PPB) Pajak)
 UU No. 13 Th 1985 (Bea Materai)

5
3. Berakhirnya Utang Pajak
a. Pelunasan/pembayaran melalui kas negara, bank persepsi, kantor pos
b. Kompensasi jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak mempunyai kelebihan
pembayaran pajak, sedangkan jenis pajak lain mengalami kekurangan
c. Penghapusan utang Wajib Pajak, utang pajak berakhir dengan cara dihapuskan jika
Wajib Pajak menghadapi kebangkrutan, kadaluwarsa, atau lewat waktu.
d. Pembebasan utang, berakhirnya utang pajak tanpa persetujuan Wajib Pajak biasanya
diberikan terhadap sanksi administrasi).
e. Penundaan penagihan Penagihan ditunda dalam jangka waktu tertentu, jika Wajib
Pajak ternyata mampu, akan ditagih, jika kemudian tidak mampu, akan dihapus

4. Perlawanan terhadap Pajak


Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya
pemungutan pajak Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Perlawanan pasif yaitu perlawanan pajak yang berkaitan erat dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut
2) Perlawanan aktif yaitu usaha wajib pajak untuk tidak membayar atau mengurangi
jumlah pajak yang seharusnya dibayar, yaitu dengan tax avoidance dan tax evasion

E. JENIS PAJAK
1. Berdasarkan Lembaga Pemungutan
a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat untuk membiayai
rumah tangga negara pada umumnya Pengelolanya adalah Direktorat Jenderal Pajak
dan Direktorat Jenderal Bea Cukai lenis pajak yang dipungut antara lain Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn-BM, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Mulai
tahun 2011 untuk PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk pembiayaan rumah tangga daerah.
2. Berdasarkan Cara Pemungutan
a. Pajak langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dilimpahkan kepada orang lain (secara ekonomis) dan
dipungut secara berulang pada waktu tertentu. setiap bulan atau tahun (berkala)
Contoh PPh dan PBB
6
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pemungutanya tidak didaftar berdasarkan
nomor kohir, tetapi jika ada peristiwa, perbuatan tertentu, pembayar pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya kepada orang lain. Contoh PPN, PPnBM, Bea Cukai
dan Bea Metera

3. Berdasarkan Sifat Pemungutan


a. Pajak subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan
Wajib Pajak. Penerapan di Indonesia dapat dilihat dalam pengenaan Pajak
Penghasilan orang pribadi (PPh Pasal 21), sebelum dikenakan pajak terlebih dahulu
penghasilan neto dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Contoh Pajak Penghasilan
b. Pajak objektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya (benda.
keadaan, perbuatan, peristiwa) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, kemudian ditetapkan subjeknya Contoh PPN, PPBM

F. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel nyata (riil stelsel) yaitu pengenaan pajak yang didasarkan pada objek yang
sesungguhnya, yang benar ada dan dapat ditunjuk. Contoh Pajak Penghasilan.
b. Stelsel anggaran (fictive stelsel) yaitu pengenaan pajak dipungut negara yang
dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di
seluruh wilayah negara. Contoh penetapan besaran angsuran pajak di awal tahun.
c. Stelsel campuran (gabungan dari stelsel ril dan stelsel fiktif), yaitu pada awal tahun
pajak digunakan stelsel fiktif, setelah akhir tahun digunakan stelsel riil. Contoh
Pajak Penghasilan
2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System Besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Wajib Pajak bersifat pasif, tahapan-tahapan
dalam menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang ditetapkan oleh
fiskus yang tertuang dalam SKP.
b. Self Assesment System yaitu mulai diaplikasikan bersamaan dengan reformasi
perpajakan tahun 1983 setelah terbitnya UU No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 Januari 1984.

7
c. Withholding Tax System Pemungutan dan pemotongan pajak melalui pihak ketiga.
Sistem ini tecermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai Conton PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23, PPh Pasal 22 dan PPN

3. Syarat Pemungutan Pajak


a. Syarat keadilan
Perungutan pajak harus adil sesuai dengan tujuan hukum yang mencapai keadilan
undang-undang.
b. Syarat yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang karena bersifat dapat
dipaksakan. Hak dan kewajiban Wajib Pajak maupun petugas pajak diatur dalam
UU No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
memberi kesempatan kepada Wajib Pajak yang tidak puas untuk mengajukan
keberatan dan banding.
c. Syarat ekonomis
Bisa menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan tidak boleh mengganggu
kelancaran kegiatan produksi.
d. Syarat finansial
Pemungutan pajak harus efisien, sesuai fungsi budgetair; biaya pemungutan
pajak dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil penghasilannya.
e. Sederhana
Pemungutan harus sederhana agar memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.

G. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


1. Menurut Adam Smith
Menurut Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nations
a. Asas kesesuaian (equality), artinya pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak.
b. Asas kepastian hukum (certainty), artinya semua pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang sehingga yang melanggar dikenai sanksi hukum.
c. Asas pemungutan pajak tepat waktu (convenience of payment), artinya pajak harus
dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak. Contoh: saat menerima

8
penghasilan ataupun menerima hadiah
d. Asas efisiensi, artinya biaya pemungutan pajak sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
2. Menurut W. J. Langen
a. Asas daya pikul, artinya besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan
penghasilan Wajib Pajak semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
b. Asas manfaat, artinya pajak yang dipungut harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum
c. Asas kesejahteraan, artinya pajak yang dipungut digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
d. Asas kesamaan, artinya dalam kondisi yang sama. Wajib Pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama
e. Asas beban sekecil-kecilnya, artinya pemungutan pajak diusahakan serendah
rendahnya jika dibandingkan dengan nilai Objek Pajak sehingga tidak
memberatkan para Wajib Pajak
3. Menurut Adolf Wagner
a. Asas politik finansial artinya pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara
b. Asas ekonomi, artinya penentuan Objek Pajak harus tepat. Contoh: PPN, PPn-BM
c. Asas keadilan, artinya pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi
d. Asas administrasi, yaitu menyangkut masalah kepastian perpajakan, kapan, di
mana harus membayar pajak, keluwesan cara membayar, dan besarnya pajak
e. Asas yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
4. Asas pemungutan Pajak di Indonesia
Berdasarkan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, segala pajak keuangan
negara ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pengenaan Pajak, yaitu
a. Asas domisili/asas kependudukan (domicile/residence principle) yaitu pengenaan
Pajak Penghasilan orang pribadi atau badan adalah penduduk (resident) yang
berdomisili di negara.
b. Asas sumber artinya, pengenaan pajak penghasilan yang diperoleh orang pribadi
atau badan adalah Objek Pajak yang timbul dan negara.

9
c. Asas kebangsaan (nationalitylcitizenship principle) artinya, pembebanan pajak
berdasarkan status kewarganegaraannya yang dilakukan dengan cara
menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas worldwide
income.

H. TEORI PEMUNGUTAN PAJAK


1. Teori Asuransi
Menurut teori ini adalah melindungi jiwa, raga, dan harta benda perseorangan.
2. Teori Kepentingan
Menurut teori ini, pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan
individu yang diperoleh dan pekerjaan negara.
3. Teori Daya Pikul
Menurut teori ini pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar Wajib
Pajak.
4. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti
Organisasi negara (organische staatsleer) mengajarkan bahwa negara mempunyai tug
menyelenggarakan kepentingan umum.
5. Teori Daya Beli Teori ini tidak mempersoalkan asal mula suatu negara memungut
pajak, tetapi lebih melihat "efeknya, dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar
keadilannya.

I. TARIF PAJAK
Jenis tanf pajak antara lain sebagai berikut :
1. Tarif Tetap yaitu, tarif berupa jumlah atau angka yang tetap.
2. Tarif Degresif yaitu penetapan tarif yang persentasenya semakin menurun jika dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif Proporsional yaitu pengenaan tarif pajak dengan persentase tertentu yang sifatnya
tetapi d berubah) semakin besar dasar pengenaan pajaknya, semakin besar pula jumla
stan pajak yang harus dibayar, namun persentasenya tetap sama.
4. Tarif progresif yaitu, penetapan tarif pajak dengan persentase tertentu yang semakin
besar jika dasar pengenaan pajaknya semakin besar Pengenaan tanf pajak progresif
dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Progresif progresif

10
yaitu, tard pajak berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak, dengan kenaikan tetap.
b. Progresif proposional
c. Progresif Degresif

11

Anda mungkin juga menyukai