Disusun oleh :
2022
DAFTAR ISI
A. Definisi Pajak........................................................................... 1
B. ................................................................................................ 1
C. ................................................................................................ 2
ii
KOMPETENSI INTI DAN DASAR
iii
TUJUAN PEMBELAJARAN
iv
PAJAK DAN PUMUNGUTAN LAINNYA
A. Definisi Pajak
Pajak diperhitungkan salah satu pemasukan paling penting bagi negara, ahli ekonomi
mengemukakan pendapatnya tentang definisi pajak. Berikut disajikan sejumlah pendapat
para ahli mengenai definisi pajak.
a. Francis dalam buku Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la Science des Finances,
1906:
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk, untuk menutup belanja pemerintah.
d. Mr. Dr. N.J. Fieldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden,
1949:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontra-
prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum
e. Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen,
1951:
1
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma hukum,
dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra-prestasi, yang dapat ditunjukkan
dalam kasus yang bersifat individual, maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
2
Definisi pajak dari para ahli, disimpulkan pajak memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Sesuai dengan perubahan ketiga UUD
1945 Pasal 23, yang menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.
2) Tidak mendapatkan jasa timbal balik perseorangan yang ditunjukkan secara
langsung
3) Pemungutan pajak diperuntukan bagi pembiayaan umum pemerintah menjalankan
fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4) Pajak dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
5) Selain pajak berfungsi sebagai anggaran (budgeter), pajak ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(regulatif)
3
3. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber keuangan negara yang diperuntukan bagi
pembiayaan pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan sarana dan prasarana
b. Fungsi mengatur (regularend)
Sebagai alat untuk mengatur kebijakan tertentu di bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan.
c. Fungsi pemerataan pendapatan (redistribution)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara.
d. Fungsi legalitas pemerintahan (representation)
Pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta
akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan
e. Fungsi stabilitas
Pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan
4
KEDUDUKAN HUKUM DAN PERATURAN
A. Pajak
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
Wajib Pajak. Menurut Santoso Brotodihardjo, yang termasuk hukum publik yaitu hukum
tata negara, hukum pidana, dan hukum administratif, sedangkan hukum pajak merupakan
anak bagian dari hukum administratif. Sementara itu, menurut Prof. Dr.P. J. A Adriani,
hukum pajak seharusnya diberikan tempat di samping hukum administratif (otonomi
hukum pajak) karena hukum pajak dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian mempunyai tata tertib, dan istilah tersendiri untuk lapangan pekerjaannya.
HUKUM PAJAK
“ Mengatur kewajiban dan hak wajib pajak”
Mengatur materinya: Mengatur Acaranya:
Subjek Cara Mendata
Objek Cara Menetapkan
Tarif Cara Membayar
Cara Melapor,dll
Contoh Contoh:
UU No. 36 Th 2008 (PPh) UU No. 16 Th 2009 (KUP)
UU No. 42 Th 2009 (PPn) UU No. 19 Th 1997 (Penagihan
UU No. 12 Th 1994 (PPB) Pajak)
UU No. 13 Th 1985 (Bea Materai)
5
3. Berakhirnya Utang Pajak
a. Pelunasan/pembayaran melalui kas negara, bank persepsi, kantor pos
b. Kompensasi jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak mempunyai kelebihan
pembayaran pajak, sedangkan jenis pajak lain mengalami kekurangan
c. Penghapusan utang Wajib Pajak, utang pajak berakhir dengan cara dihapuskan jika
Wajib Pajak menghadapi kebangkrutan, kadaluwarsa, atau lewat waktu.
d. Pembebasan utang, berakhirnya utang pajak tanpa persetujuan Wajib Pajak biasanya
diberikan terhadap sanksi administrasi).
e. Penundaan penagihan Penagihan ditunda dalam jangka waktu tertentu, jika Wajib
Pajak ternyata mampu, akan ditagih, jika kemudian tidak mampu, akan dihapus
E. JENIS PAJAK
1. Berdasarkan Lembaga Pemungutan
a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat untuk membiayai
rumah tangga negara pada umumnya Pengelolanya adalah Direktorat Jenderal Pajak
dan Direktorat Jenderal Bea Cukai lenis pajak yang dipungut antara lain Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn-BM, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Mulai
tahun 2011 untuk PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk pembiayaan rumah tangga daerah.
2. Berdasarkan Cara Pemungutan
a. Pajak langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dilimpahkan kepada orang lain (secara ekonomis) dan
dipungut secara berulang pada waktu tertentu. setiap bulan atau tahun (berkala)
Contoh PPh dan PBB
6
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pemungutanya tidak didaftar berdasarkan
nomor kohir, tetapi jika ada peristiwa, perbuatan tertentu, pembayar pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya kepada orang lain. Contoh PPN, PPnBM, Bea Cukai
dan Bea Metera
7
c. Withholding Tax System Pemungutan dan pemotongan pajak melalui pihak ketiga.
Sistem ini tecermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai Conton PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23, PPh Pasal 22 dan PPN
8
penghasilan ataupun menerima hadiah
d. Asas efisiensi, artinya biaya pemungutan pajak sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
2. Menurut W. J. Langen
a. Asas daya pikul, artinya besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan
penghasilan Wajib Pajak semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
b. Asas manfaat, artinya pajak yang dipungut harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum
c. Asas kesejahteraan, artinya pajak yang dipungut digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
d. Asas kesamaan, artinya dalam kondisi yang sama. Wajib Pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama
e. Asas beban sekecil-kecilnya, artinya pemungutan pajak diusahakan serendah
rendahnya jika dibandingkan dengan nilai Objek Pajak sehingga tidak
memberatkan para Wajib Pajak
3. Menurut Adolf Wagner
a. Asas politik finansial artinya pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara
b. Asas ekonomi, artinya penentuan Objek Pajak harus tepat. Contoh: PPN, PPn-BM
c. Asas keadilan, artinya pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi
d. Asas administrasi, yaitu menyangkut masalah kepastian perpajakan, kapan, di
mana harus membayar pajak, keluwesan cara membayar, dan besarnya pajak
e. Asas yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
4. Asas pemungutan Pajak di Indonesia
Berdasarkan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, segala pajak keuangan
negara ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pengenaan Pajak, yaitu
a. Asas domisili/asas kependudukan (domicile/residence principle) yaitu pengenaan
Pajak Penghasilan orang pribadi atau badan adalah penduduk (resident) yang
berdomisili di negara.
b. Asas sumber artinya, pengenaan pajak penghasilan yang diperoleh orang pribadi
atau badan adalah Objek Pajak yang timbul dan negara.
9
c. Asas kebangsaan (nationalitylcitizenship principle) artinya, pembebanan pajak
berdasarkan status kewarganegaraannya yang dilakukan dengan cara
menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas worldwide
income.
I. TARIF PAJAK
Jenis tanf pajak antara lain sebagai berikut :
1. Tarif Tetap yaitu, tarif berupa jumlah atau angka yang tetap.
2. Tarif Degresif yaitu penetapan tarif yang persentasenya semakin menurun jika dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif Proporsional yaitu pengenaan tarif pajak dengan persentase tertentu yang sifatnya
tetapi d berubah) semakin besar dasar pengenaan pajaknya, semakin besar pula jumla
stan pajak yang harus dibayar, namun persentasenya tetap sama.
4. Tarif progresif yaitu, penetapan tarif pajak dengan persentase tertentu yang semakin
besar jika dasar pengenaan pajaknya semakin besar Pengenaan tanf pajak progresif
dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Progresif progresif
10
yaitu, tard pajak berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak, dengan kenaikan tetap.
b. Progresif proposional
c. Progresif Degresif
11