Anda di halaman 1dari 5

DESKRIPSI MATERI PERTEMUAN KE-10 : RUANG LINGKUP HUKUM PAJAK

MATA KULIAH : PENGANTAR HUKUM INDONESIA

PENGANTAR :
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem
pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak
diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri
atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment
System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding
System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut
pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan dan
pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.

TUJUAN PERKULIAHAN :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahahsiswa diharapkan mampu menjelaskan Arti
dan Ruang Lingkup Hukum Pajak.

URAIAN MATERI :
A. Pengertian Hukum Pajak
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada Negara yang terhutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan – peraturan,dengan tidak dapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran –
pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Menurut UU No. 28 Tahun 2007
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung.
Menurut S.I.Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal-balik dari
Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Menurut Mr.Dr.N.J.Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
Menurut Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R. Brock
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
B. Asas-asas Hukum Pajak
Salah satu, aspek yang penting dalam hukum perpajakan adalah wewenang
fiskus (petugas pemungut pajak) dalam memungut pajaknya dari masyarakat. Hal ini
dapat juga disebut sebagai asas-asas pajak atau asas dalam pengenaan pajak. Asas-
asas ini terdiri dari :
1. Asas Status :
a) Asas Domisili (Domicile Principle). Contohnya, seperti yang dianut di
Indonesia. Orang yang telah menetap atau berdomisili di Indonesia melebihi
waktu 183 hari dalam 12 bulan dapat dikenakan pajak di Indonesia.
b) Asas Kewarganegaraan. Pengenaan pajak yang didasarkan pada
kewarganegaraannya. Asas ini tidak dianut oleh Indonesia. Contohnya,
seperti yang dianut oleh Amerika Serikat dan Filipina. Dimanapun wrga
negara AS dan Filipina berada, mereka dapat dikenakan pajak oleh negara
mereka.
2. Asas Sumber ( Source Principle) : menurut asas ini, suatu negara berwenang
mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari negara tersebut.
Contohnya, seperti produser film dari India yang melakukan syuting atau
membuat film di Indonesia dapat dikenakan pajak penghasilan atas film yang
dibuatnya di Indonesia. Contoh lainnya, seorang konsultan IT dari Singapura
yang datang ke Indonesia, penggantian imbalan atau pembayaran atas jasanya
tersebut dapat dikenakan pajak di Indonesia.
C. Sumber Hukum Pajak
Hukum pajak dibedakan menjadi 2, yaitu hukum pajak material dan hukum pajak
formal. Hukum pajak material memuat tentang pertanyaan APA, SIAPA, dan BERAPA.
Contoh hukum pajak material adalah UU PPh (Pajak Penghasilan) dan UU PPN (Pajak
Pertambahan Nilai). Hukum pajak formal memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam
hukum pajak material dan contohnya terdapat pada UU KUP (Ketentuan Umum
Perpajakan). Pertanyaan dalam hukum pajak formal, mengenai BAGAIMANA
mewujudkan hukum pajak material.
Hukum Pajak Material
Hukum pajak material dapat juga disebut sebagai ketentuan material dalam
perpajakan. Berarti, mengatur hal-hal secara materi dalam perpajakan. Siapa yang
dikenakan pajaknya atau siapa subjek pajaknya. Apa objek yang dikenakan pajaknya.
Berapakah besar tarif pajaknya dan besarnya pajak yang terutang. Berikut ini
merupakan contoh-contoh hukum pajak material secara rinci, diantaranya :
 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
 UU No. 42 tahun 2009 tentag Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa dan
Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM);
 UU No. 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB);
 UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai;
 UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah;
 UU No. 20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.
Hukum Pajak Formal
Dalam hukum pajak formal, diatur mengenai ketentuan bagaimana pelaksanaan
atau cara untuk mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan. Dapat
dikatakan bahwa hukum pajak material mengatur pajak secara materinya, sedangkan
hukum pajak formal adalah ketentuan pajak secara formalnya atau dalam ketentuan-
ketentuannya. Berikut ini merupakan undang-undang yang memuat hukum pajak
formal, yaitu :
 UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan (UU
KUP);
 UU No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (UU
PPSP);
 UU No. 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
Salah satu, contoh umumnya dalam hukum pajak formal adalah mengenai
seseorang yang menjadi Wajib Pajak (WP). Hal ini diatur dalam UU KUP. Seseorang
WP dalam UU Kup diatur mengenai cara-cara yang dia tempuh dalam membayar
pajaknya. Dimulai dari mendaftarkan diri ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) setempat
untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Kemudian, bagaimana WP
menyetorkan pajaknya dengan SSP (Surat Setoran Pajak) ke bank dan melaporkan
SPT (Surat Pemberitahuan) ke KPP. Semua hal mengenai sistem dan prosedur pajak
akan dibahas dalam hukum pajak formal yang tercantum dalam UU KUP. Selain itu,
UU KUP dapat dikatakan sebagai induk atau dasar dari ketentuan-ketentuan pajak
yang berlaku di Indonesia. Mengenai sistem dan prosedur pajak akan dibahas lebih
lanjut dalam postingan yang akan datang.
UJI PEMAHAMAN PERTEMUAN KE-10 : RUANG LINGKUP HUKUM PAJAK

MATA KULIAH : PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Petunjuk :
a. Jawab pertanyaan berikut dengan tulisan tangan saudara di atas kertas folio
bergaris, dikumpulkan pada saat perkulihan tatap muka di kelas
b. Jawaban harus urut sesuai nomor soal yang ada
Pertanyaan :

1. Setelah saudara membaca uraian materi diatas, buatlah bagan tentang Sumber-
Sumber Hukum Pajak dan Bagan tentang Asas-Asas Hukum Pajak. Lengkap
dengan petunjuknya (keterangan).

Anda mungkin juga menyukai