Anda di halaman 1dari 103

MATA KULIAH

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Identitas Mata Kuliah

Program Studi : Ilmu Hukum


Mata Kuliah / Kode : Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa / MKDU
Jumlah SKS : 2 SKS
Prasyarat : --
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini membahas tentang Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa, Manusia dan Cinta Kasih,
Manusia dan Keindahan, Manusia dan penderitaan,
Manusia dan keadilan, Manusia dan pandangan hidup,
Manusia dan tanggung jawab, Manusia dan
kegelisahan, dan Manusia dan harapan.
Capaian Pembelajaran : Setelah pembelajaran, mahasiswa mampu memahami
tentang Pendidkan Budaya dan karakter Bangsa, serta
menjadi lebih manusiawi.

Penyusun : Saan, SH.,MH (Ketua)


Syamsudin Noor, SH (Anggota 1)
Nanik Ida Rosini SH., MH (Anggota 2)

Ketua Program Studi Ketua Team Teaching

Ferry Anka Sugandar, SH.,MH SAAN, SH., MH


NIDN. ... NIDK. 8808100016
Kata Pengantar

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa merupakan mata kuliah yang menyajikan
bahan pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia
menjadi lebih manusiawi. Sebelumnya mata kuliah ini dikenal dengan istilah Imu Budaya
dasar (IBD). Sebagai komponen MKDU (Mata Kuliah dasar Umum) ilmu ini diberikan
kepada para mahasiswa Perguruan Tinggi, naik negeri maupun swasta, dan bertujuan untuk
mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran danapresiasi terhadap lingkungan budaya.
Di Indonesia, pendidikan karakter bangsa kembali menjadi topik hangat sejak 2010.
Pembangunan budaya dan karakter bangsa dicanangkan oleh Pemerintah dengan diawali
‘Deklarasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa’ sebagai gerakan nasional pada Januari
2010. Hal ini ditegaskan ulang dalam Pidato Presiden pada peringatan Hari Pendidikan
Nasional, 2 Mei 2010. Sejak itu, pendidikan karakter menjadi perbincangan di tingkat
nasional.
Penulis yakin bahwa bahan ajar Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Universitas
Pamulang ini masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu penulis
sangat berterima kasih apabila dari para pemakai menyampaikan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Tangerang Selatan, Agustus 2016


Tim Penyusun.
DAFTAR ISI

Identitas Mata Kuliah............................................................ i


Kata Pengantar....................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................ iii

PERTEMUAN 1: PENDAHULUAN
A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 1
B. Uraian Materi................................................................... 1
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 16
D. Daftar Pustaka.................................................................. 18

PERTEMUAN 2: PENGENALAN PENDIDIKAN


BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 19
B. Uraian Materi................................................................... 20
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 36
D. Daftar Pustaka.................................................................. 37

PERTEMUAN 3: NILAI-NILAI BUDAYA DAN


KARAKTER BANGSA
A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 38
B. Uraian Materi................................................................... 39
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 55
D. Daftar Pustaka.................................................................. 56

PERTEMUAN 4: PENDIDIKAN HUMANIORA


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 57
B. Uraian Materi................................................................... 58
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 74
D. Daftar Pustaka.................................................................. 75

PERTEMUAN 5: MANUSIA DAN CINTA KASIH 1


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 76
B. Uraian Materi................................................................... 77
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 93
D. Daftar Pustaka.................................................................. 96

PERTEMUAN 6: MANUSIA DAN CINTA KASIH 2


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 96
B. Uraian Materi................................................................... 98
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 114
D. Daftar Pustaka.................................................................. 116

PERTEMUAN 7: MANUSIA DAN KEINDAHAN


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

UTS

PERTEMUAN 8: MANUSIA DAN PENDERITAAN


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 9: MANUSIA DAN KEADILAN


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 10: MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 11: MANUSIA DAN TANGGUNGJAWAB


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 12: MANUSIA DAN KEGELISAHAN I


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 13: MANUSIA DAN KEGELISAHAN 2


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

PERTEMUAN 14: MANUSIA DAN HARAPAN


A. Tujuan Pembelajaran....................................................... 117
B. Uraian Materi................................................................... 118
C. Latihan Soal/Tugas.......................................................... 134
D. Daftar Pustaka.................................................................. 136

UAS

GLOSARIUM........................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 149
PERTEMUAN KE-1:
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Karakter
2. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Karakter Bangsa dan;
3. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Pendidikan Karakter Bangsa

B. URAIAN MATERI

1. Pengantar

Mengimplementasikan pendidikan karakter bangsa pada mahasiswa


membutuh-kan strategi khusus. Selain karena mahasiswa merupakan insan akademis
yang kritis, pendidikan karakter juga unik karena yang dibahas adalah manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001), manusia adalah makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Karena manusia dibekali
pikiran, manusia juga didefinisikan sebagai makhluk hidup yang dilengkapi dengan
pikiran, yang bisa menggunakan dan memberdayakan pikirannya. Sementara,
Vashdev (2012) menyebutkan manusia adalah makhluk kebiasaan. Disebut demikian,
karena sistem kepercayaan (belief system), nilai (value), aturan (rules) atau sifat yang
ada dalam diri manusia, semuanya terbentuk dari pengalaman atau kebiasaan mereka
di masa lalu. Sebagai peserta didik di perguruan tinggi, mahasiswa telah memiliki
pengalaman dan kebiasaan yang beragam. Kondisi tersebut membentuk karakter
mereka.
Di Indonesia, pendidikan karakter bangsa kembali menjadi topik hangat sejak
2010. Pembangunan budaya dan karakter bangsa dicanangkan oleh Pemerintah
dengan diawali ‘Deklarasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa’ sebagai gerakan
nasional pada Januari 2010. Hal ini ditegaskan ulang dalam Pidato Presiden pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Sejak itu, pendidikan karakter
menjadi perbincangan di tingkat nasional. Munculnya Deklarasi tersebut disinyalir
akibat kondisi bangsa kita yang menunjukkan perilaku antibudaya dan antikarakter
(Marzuki, 2013). Perilaku antibudaya bangsa tercermin di antaranya dari memudarnya
sikap kebinekaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia, di samping kuatnya
pengaruh budaya asing di tengah-tengah masyarakat. Adapun perilaku antikarakter
bangsa di antaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada
bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan, serta ditandai
dengan munculnya berbagai kasus kriminal (Marzuki, 2013).
Diperlukan upaya serius untuk menjadikan nilai-nilai luhur yang telah dikenal,
kembali menjadi budaya dan karakter bangsa. Salah satu upaya ke arah itu adalah
memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan menitikberatkan pada pendidikan
karakter. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (Pemerintah
Republik Indonesia, 2010), disebutkan bahwa bentuk kegiatan pada program
pendidikan karakter bangsa konteks mikro, dapat dibagi menjadi empat, yakni:
kegiatan belajar-mengajar; kegiatan kehidupan keseharian di satuan pendidikan;
kegiatan ekstra-kurikuler; kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Mengingat
mahasiswa sebagai kelompok idealis dengan segala kelebihan dan potensinya,
pemberian pendidikan karakter bangsa kepada mereka memerlukan strategi khusus.
Tulisan berikut mengangkat praktik baik (best practices) implementasi pendidikan
karakter bangsa pada mahasiswa di perguruan tinggi yang diambil dari berbagai
sumber. Pembahasan meliputi pengertian karakter, karakter bangsa, pendidikan
karakter bangsa, dan implementasi pendidikan karakter bangsa pada kegiatan
kemahasiswaan.

2. Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa inggis, character, yang
berarti watak atau sifat. Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang
diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti
itu berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan
ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan
bawaan sejak lahir (Koesoema, 2007).
Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” seperti dikutip
Fauzone (2009) menguraikan, ada empat pola watak dasar atau karakter manusia.
Keempat karakter tersebut adalah 1) sanguinis/yang populer, 2) koleris/yang kuat, 3)
melankolis/yang sempurna, dan 4) plegmatis/yang damai. Keempat karakter tersebut
masing-masing memiliki nilai positif dan negatif. Manusia jarang hanya memiliki satu
model karakter, acapkali merupakan kombinasi dari dua, tiga, atau bahkan keempat
karakter tersebut. Yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah karakter mana
yang lebih menonjol atau mendominasi. Sementara itu, Yunmar dan Phoa (2013)
menyatakan bahwa teori tentang pembagian keempat karakter atau watak atau
tempramen manusia tersebut, awalnya diciptakan oleh Hippocrates. Menurut Yunmar
dan Phoa (2013) masing-masing karakter tersebut memiliki ciri khas tersendiri, seperti
diuraikan berikut.
a. Sanguinis: golongan ini cenderung ingin populer, ingin disenangi orang lain.
Hidupnya penuh dengan warna. Mereka senang bicara. Emosinya meledak-ledak
dan transparan. Pada suatu saat ia bisa berteriak, beberapa saat kemudian bisa
menangis. Orang sanguinis sedikit pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir
pendek, dan hidupnya tak teratur.
b. Koleris: golongan ini suka mengatur dan memerintah orang. Akibat sifat ini,
banyak dari mereka yang tidak punya teman. Orang koleris senang tantangan dan
petualangan. Mereka goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan
sesuatu. Baginya tidak ada istilah tidak mungkin. Kalau sudah mengobarkan
semangat, maka hampir dapat dipastikan apa yang akan dilakukannya akan
tercapai seperti yang diidamkan. Golongan koleris tidak mudah menyerah dan
mengalah.
c. Melankolis: agak berbeda dengan sanguinis. Golongan melankolis cenderung
teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka suka dengan fakta,
data, angka dan memikirkan segala sesuatu mendalam. Bila dalam sebuah
pertemuan, orang sanguinis mendominasi pembicaraan, orang melankolis
cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan. Kalau berbicara apa
yang ia katakan telah dipikirkan secara mendalam. Selalu ingin serba sempurna
dan tertata.
d. Plegmatis: kelompok ini tidak suka konflik, karena itu apa saja akan dilakukan,
sekalipun mereka tidak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika
timbul masalah, ia akan berusaha mencari solusi damai. Mereka mau merugi
bahkan rela sakit, asalkan masalahnya tidak berkepanjangan. Kaum plegmatis
kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan
bila memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau
menjadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan
mereka cenderung menunda-nunda.

Kembali ke pengertian, karakter merupakan nilai-nilai yang khas, baik watak,


akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap,
berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa, karakter didefinisikan sebagai nilai-nilai yang khas-
baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak
baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,
serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri
khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan,
kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010).

3. Karakter Bangsa

Karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi


perkembangan sosial-ekonomi bangsa tersebut. Kualitas karakter yang tinggi dari
masyarakatnya akan menumbuhkan kualitas bangsa tersebut. Beberapa ahli berkeyakinan
bahwa pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini. Menurut
Kartadinata (2013), karakter bangsa bukan agregasi karakter perorangan, karena karakter
bangsa harus terwujud dalam rasa kebangsaan yang kuat dalam konteks kultur yang
beragam. Karakter bangsa mengandung perekat kultural, yang harus terwujud dalam
kesadaran kultural (cultural awreness) dan kecerdasan kultural (cultural intelligence)
setiap warga negara.
Pada Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, disebutkan bahwa
karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku
kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalamkesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI (Pemerintah Republik Indonesia,
2010).
Lebih lanjut disebutkan bahwa untuk kemajuan Negara Republik Indonesia,
diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang
berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila
Pancasila secara utuh dan komprehensif meliputi: 1) bangsa yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, 2) bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) bangsa
yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa, 4) bangsa yang demokratis dan
menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia, dan 5) bangsa yang mengedepankan
keadilan dan kesejahteraan (Pemerintah Republik Indonesia, 2010).
Oleh Kemendiknas (2011), telah diidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu
ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan
Tujuan Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah: 1) religius, 2) jujur,
3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin
tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)
bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan,
17) peduli sosial, 18) tanggungjawab. Meskipun telah dirumuskan ada 18 nilai
pembentuk karakter bangsa, disetiap satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya. Pemilihan nilai-nilai tersebut berpijak dari kepentingan dan kondisi
satuan pendidikan masing-masing. Hal ini dilakukan melalui analisis konteks, sehingga
dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang
dikembangkan. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai
dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan (Kemendiknas, 2011).
Kedelapan belas nilai karakter tersebut dideskripsikan oleh Sari (2013) dan
Widiyanto (2013) seperti berikut.
a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air: cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai: sikap perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggungjawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Pendidikan Karakter Bangsa


Untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa, secara umum dapat dilakukan
melalui pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling melengkapi dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sesuai Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa, pendidikan karakter dimaknai sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan
pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok
yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan
kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010).

Pendidikan karakter adalah pendidikan sepanjang hayat, sebagai proses kearah


manusia yang sempurna. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan
keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa. Periode yang paling
sensitif dan menentukan adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi
tanggungjawab orang tua(Kartadinata, 2009). Di sisi lain disebutkan bahwa
pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi.
Pendidikan adalah persoalan kemanusiaan yang harus didekati dari perkembangan
manusia itu sendiri (Kartadinata, 2009).
Disadari pendidikan merupakan tulang punggung dalam strategi pembentukan
karakter bangsa. Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dapat
dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi. Dalam konteks makro,
penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh unit
utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional. Peran pendidikan
sangat strategis karena merupakan pembangun integrasi nasional yang kuat. Selain
dipengaruhi faktor politik dan ekonomi, pendidikan juga dipengaruhi faktor sosial
budaya, khususnya dalam aspek integrasi dan ketahanan sosial (Republik Indonesia,
2010).
Menurut Marzuki (2013), pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok,
yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good),
dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan Karakter tidak sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih
dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik
sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Jadi, pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan Pendidikan Akhlak atau
Pendidikan Moral.
Selanjutnya Marzuki (2013) menjelaskan yang menjadi persoalan penting di
sini adalah bagaimana karakter atau akhlak mulia ini bisa menjadi kultur atau budaya,
khususnya bagi peserta didik. Artinya, kajian tentang akhlak mulia ini penting, tetapi
yang lebih penting lagi adalah bagaimana nilai-nilai akhlak mulia bisa teraplikasi
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi habit peserta didik. Budaya
merupakan kebiasaan atau tradisi yang sarat dengan nilai-nilai tertentu yang tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan.
Budaya dapat dibentuk dan dikembangkan oleh siapa pun dan di mana pun.
Pembentukan budaya akhlak mulia berarti upaya untuk menumbuhkembangkan
tradisi atau kebiasaan di suatu tempat yang diisi oleh nilai-nilai akhlak mulia.
Widayanto (2013) menyebutkan secara harfiah pendidikan adalah suatu usaha
yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sedangkan
budaya diartikan keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Karakter merupakan watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Oleh karena itu, Pendidikan Karakter
Bangsa disimpulkan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-
nilai karakter yang baik menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1.Jelaskan 4 (empa) karakter menurut Yunmar dan Phoa (2013)?
2.Mengapa diperlukan pengajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ?

D. REFERENSI

1. Nyoman Sadra Dharmawan, Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Pada


Mahasiswa Di Perguruan Tinggi, makalah Universitas Udayana
2. Bendesa, K.G. 2011. Model Pendidikan Karakter di Universitas Udayana. Makalah
disampikan pada Workshop Institusional Pemantapan Sistem Penjaminan Mutu Fakultas
dan ISS Universitas Udayana Tahun Anggaran 2011. 23 Agustus 2011.
3. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.
4. Fanzone. 2009. Resensi Buku Personality Plus (Kepribadian Plus). Pengarang Florence
Littaeur. http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/ 1859319-personality-
plus-kepribadian-plus/. Akses: 29 Agustus 2013; 07:10 AM.
5. Kartadinata, S. 2009. Mencari Bentuk Pendidikan Karakter Bangsa. Makalah. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
6. http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbingan/195003211974121-
sunarya_kartadinata/mencari_bentuk_pendidikan_karakter_bangsa.pdf. Akses: 29
Agustus 2013; 07:18 AM.
7. Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta.
8. Koesoema, D.A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Grasindo. Jakarta.
9. Marzuki. 2013. Revitalisasi Pendidikan Agama di Sekolah dalam Pembangunan
Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (1): 64-76.
10. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta.
11. Sari, N.K. 2013. Pendidikan dan Pembinaan Karakter Bangsa.
12. http://nurii-thaa.blogspot.com/2013/04/pendidikan-dan-pembinaan-karakter-
bangsa.html. Akses: Rabu, 28 Agustus 2013; 08:51 AM.
13. Suyatno. 2010. Peran Pendidikan Sebagai Modal Utama Membangun Karakter
Bangsa. Makalah disampaikan pada Saresehan Nasional ‘Pembangunan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa’. Kopertis Wilayah III. Jakarta. 12 Januari 2010.
14. Vasdhev, G. 2012. Happiness Inside. Noura Books (PT Mizan Publika). Jakarta.
15. Widayanto. 2013. Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa di Lingkungan
Sekolah dan Masyarakat. Widyaiswara Madya BDK Surabaya.
16. http:// bdsurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PBKB1.pdf. Akses: Rabu 28 Agustus
2013; 09:03 AM
PERTEMUAN KE-2:
PENGENALAN PENDIDIKAN
BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Pengertian Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa;
2. Memahami fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;
3. Memahami tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 

Sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional maka


pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3
UU Sisdiknas). Sedangkan budaya adalah nilai, moral, norma dan keyakinan (belief),
fikiran yang dianut oleh suatu masyarakat/bangsa dan mendasari perilaku seseorang
sebagai dirinya, anggota masyarakat, dan warganegara. Budaya mengatur perilaku
seseorang mengenai sesuatu yang dianggap benar, baik, dan indah. Selanjutnya, karakter
adalah watak yang  terbentuk dari nilai, moral, dan norma yang mendasari cara pandang,
berfikir, sikap, dan cara bertindak seseorang serta yang membedakan dirinya dari orang
lainnya. Karakter bangsa terwujud dari karakter seseorang yang menjadi anggota
masyarakat bangsa tersebut.

Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter


bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan pendidikan.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan


keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan
lingkungan alamnya.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan


potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik di masa depan.

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang


telah  dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai
sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada
diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif

2.. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan


potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya (Ki Hajar
Dewantara; Pring; Oliva). Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan
menyebabkan mereka tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka
tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam
lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah
dia menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya.

Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang adalah budaya
di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih
luas yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh ummat
manusia. Apabila peserta didik menjadi asing terhadap lingkaran-lingkaran budaya
tersebut pada gilirannya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan
dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian maka dia sangat rentan
terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki
norma dan nilai budaya nasional nya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pertimbangan (valueing) tersebut. 

Semakin kuat dasar pertimbangan yang dimilikinya semakin kuat pula


kecenderungannya untuk menjadi warganegara yang baik. Pada titik kulminasinya,
norma dan nilai budaya tersebut akan menjadi norma dan nilai budaya bangsanya.
Dengan demikian maka warganegara Indonesia akan memiliki wawasan, cara berpikir,
cara bertindak dan menyelesaikan masalah yang sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-
Indonesia-annya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan
dalam UU Sisdiknas yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” .
Oleh karena itu aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU
Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan
potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa. 

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut


menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui
berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama,
pendidikan jasmani dan olahraga, seni serta ketrampilan). Dalam mengembangkan
pendidikan karakter bangsa kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian
yang teramat penting. Prof Dr Sartono Kartodirdjo secara tegas menyatakan bahwa
kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pendidikan sejarah karena
sejarah dapat memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa dirinya dan
bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain
itu dalam pendidikan karakter bangsa harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan,
wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan di mana dirinya dan bangsanya hidup
(geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan
sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik
(ketatanegaraan/ politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya,
kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan
terhadap kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian
maka nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh
dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan bahkan
ummat manusia. 

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai


atau kebajikan (virtue) yang menjadi dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang
menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan
budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal
dari pandangan hidup/ideology bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang
terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. 

2. Fungsi Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa

Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi sebagai:

a. Perluasan pengembangan potensi peserta didik agar mereka  memiliki


kepeduliaan terhadap nilai-nilai yang mendasari kehidupan budaya dan karakter
bangsa
b. Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggungjawab dalam
pengembangan ranah yang lebih luas dari ranah kognitif.
c. Wahana dalam mengembangkan potensi kemanusiaan peserta didik sebagai
individu, anggota masyarakat, dan warganegara.

3. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan


warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
b. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan
c. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh dignity.
C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ?

2. Jelaskan fungsi dan tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa?

D. REFERENSI

1. Hasan, Said Hamid, dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan


Karakter Bangsa: Jakarta: Kemdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
kurikulum
2. binham.wordpress.com/2012/04/06/pengertian-pendidikan-budaya-dan-karakter-
bangsa/
3. http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-pendidikan-budaya-dan.html
PERTEMUAN KE-3:
NILAI-NILAI PENDIDIKAN
BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. memiliki pengetahuan tentang Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;
2. memahami nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;

B. URAIAN MATERI

1. Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasikan dari sumber Agama, Pancasila, Budaya,  dan Tujuan Pendidikan
Nasional. Berdasarkan keempat sumber tersebut teridentifikasi sejumlah Nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa..

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasi dari:
a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama.
Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari
agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama.
b. Pancasila: negara Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
peserta didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik
adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warganegara.
c. Budaya adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat
yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-
nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep
dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi
sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.
d. Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di
dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. 
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk
pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:
a. Religius : suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan
menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan. 
c. Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan
orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya.
d. Disiplin: suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang
harus dilaksanakannya.
e. Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang
tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang
dilakukan selesai pada waktunya
f. Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah
dimiliki
g. Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah
dimilikinya
h. Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain dalam kedudukan yang sama
i. Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa
yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait. 
j. Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
l. Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
n. Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang
dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa
o. Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca
bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk
membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka
hadapi.
q. Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa serta indikator
keberhasilannya?

2. Jelaskan hubungan antara nilai budaya dan karakter bangsa dengan sikap prilaku yang
anda alami?
D. REFERENSI

1. Hasan, Said Hamid, dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan


Karakter Bangsa: Jakarta: Kemdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
kurikulum
2. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, Jakarta
2010.
3. binham.wordpress.com/2012/04/06/pengertian-pendidikan-budaya-dan-karakter-
bangsa/
3. http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-pendidikan-budaya-dan.html
4. http://lenterakecil.com/nilai-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa/
PERTEMUAN KE-4:
PENDIDIKAN HUMANIORA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahamii pentingnya pendidikan humaniora;
2. Mengethaui dan memahami latar belakang serta metode pendidikan humaniora;

B. URAIAN MATERI
1. Pengantar

Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan


keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu
membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga akhirnya
terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional, kematangan moral,
dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan budaya. Kehidupan
dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap pribadi itu memiliki
dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana hidup bersama
orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu memiliki akal dan
budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain dan
memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah
akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari pendidikan
humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya dan
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk kehidupan yang
lebih sempurna.
Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan
keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu
membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga akhirnya
terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional, kematangan moral
dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan budaya. Kehidupan
dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap pribadi itu memiliki
dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana hidup bersama
orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu memiliki akal dan
budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain dan
memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah
akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari pendidikan
humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya dan
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk kehidupan yang
lebih sempurna.

2. Pengertian Humaniora

Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang


kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut
dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah
ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika,
logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan
fenomenologi.

3.  Pentingnya Mempelajari Pendidikan Humaniora


Berbagai macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat, tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah
menjadi keseharian. Indikatornya adalah pendidikan belum berperan signifikan dalam
proses membangun kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan.
Tampaknya, manusia harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan bangsa yang
berlarut-larut juga berhubungan dengan kegagalan pendidikan di masa lalu yang
mengakibatkan terjadinya proses dehumanisasi.
Gagasan dan langkah menuju pendidikan yang berorientasi kemanusiaan
merupakan salah satu upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin
terkikis. Melalui pendidikan de-humaniora diharapkan manusia dapat mengenal dirinya,
kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan alam fisik
melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada prinsipnya, pendidikan humaniora bertujuan membuat manusiawi/untuk
keselamatan dan kesempurnaan manusia.

4.  Latar Belakang Pendidikan Humaniora

a. Pengertian kebudayaan

Kebudayaan = cultuur (Bahasa Belanda) = culture (Bahasa Inggeris) berasal dari


perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktiviteit manusia unutki
mengolah danmengubah alam.
Dilihat dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang beratri budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa budaya adalah sebagai suatu oerkembangan dari
kata mejemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu merke
membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah Daya dari Budi yang
berupa cipta, rasa, dan karsa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa
tersebut.
Prof. Dr. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tatakelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.
Untuk lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
1).  Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia
yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non material.
2). Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
3)  Kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan
manusia adalah kebudayaan.
b. Manusia sebagai mahluk yang berbudaya
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi atau yang lazim
disebut pikiran dan perasaan. Disatu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan
tersebut telah memungkinkan munculnya tuntunan-tuntunan hidup manusia yang
lebih dari pada tuntunan mahluk lain. Dari difat tuntunan itu ada yang berupa
tuntutan jasmani dan adapula tuntutan rohani.
Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculonya karya-karya maunsia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh mahluk lain. Citpa, rasa,
dan karasa manusia sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa hentinya
berusaha menciptakan benda-benda baru unutk memenuhi hajat hidupnya; baik
yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini lahirlah Kebudayaan.
Berangkat dari batasan tersebut, maka yang dimaksudkan dengan manusia sebagai
mahluk berbudqaya tidak lain adlaah mahluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan.

c. Manusia sebagai pengemban nilai-nilai

Di muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh
karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang
berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang
bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan
tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia memang
ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal.
Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang berbeda-beda itu
bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material
saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan mereka
kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong
akibatnya tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru
dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua hal ini
bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani kita,
sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani kita.

d. Manusia sebagai makhluk termulia

Kalau kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya,
tidak berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di
antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk
yang lain, adalah :
1). Semua unsur alam, termasuk makhluk-makhluk lain, dapat dikuasai manusia dan
dapat dimanfaatkan unutk keperluan hidupnya
2). Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan
menghindarkannya dari kepunahan.
3). Manusia mampu mengusahakan agar apa yang ada dialam ini tidaksaling
menidakan
4). Manusia mampu mengubah apa yang ada dialam ini yang secara alamiah tidak
bermanfaat menjadi bermanfaat
5). Manusia memiliki kreatifitas oleh karenanya mampu menciptakan benda-benda
yang diperlukan.
6). Manusia memiliki rasa indah dankarenanya mampu menciptkan benda-benda seni
yang dapat menambah kenikmatan hidup rohaninya
7). Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya kehidupan mereka makin
berkembang dan makin sempurna
8). Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain dapat dikuasai manusia dan
dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.

e. Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai ancaman

Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan


manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu
saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya
lebih lanjut.
Dengan akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang
bersifat bahan mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa
dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan
mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak
berminat untuk selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan terlihat sekali perbedaan
antara keduanya.
Selain sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman. Budaya
merupakan bahaya bagi manusia sendiri, yang dimaksud umpama tekhnik, peradaban,
pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang masih kotor,
kediktatoran akal dan budaya yang tamat. Baginya budaya itu menguasai,
menyalahgunakan, menjajah dan mematikan.
Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya tanpa
memperhatikan etika. Akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan
kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak.

5. Metode Pendidikan Humaniora

Tugas pendidikan masa kini, pertama-tama bukannya mengajarkan “apa yang


paling baik diketahui dan dipikirkan pada masa lampau”, akan tetapi yang lebih
penting adalah menyajikan informasi dan orientasi terhadap masa kini, dan khususnya
orientasi terhadap masa depan di mana nantinya para siswa akan hidup di dalamnya.
Dengan pendidikan seperti itu, mereka akan memiliki kepekaan dan kemampuan-
kemampuan untuk mengambil bagian secara kreatif di berbagai kehidupan masa
mendatang.
Mengingat masa lampau tidak akan memberikan kesegaran pada masa kini dan
yang akan datang. Sesuai dengan maqolah dalam buku “Laa Tahzan” bahwasanya
hari ini adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan adalah hari ini, marilah kita
hadapkan diri kita pada kejadian sekarang. Boleh juga kita menoleh masa lampau,
sekedar untuk pelajaran. Kita bisa mengoreksi diri kita dengan melihat kesalahan-
kesalahan pada masa lampau. Namun hanya sebatas itu, jangan kita terlalu larut dalam
kejadian masa lampau.
Pendidikan humaniora adalah pembinaan kualitas kepribadian anak didik,
yaitu untuk mencapai tujuan pengembangan “pribadi seutuhnya”, maka perlu untuk
disajikan program-program kegiatan belajar-mengajar yang sifatnya non-verbal,
sehingga memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kesadaran kepekaannya,
serta kemampuan-kemampuan lainnya untuk menikmati kehidupan aktual dan bukan
lagi terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia intelek yang serba abstrak.
Hal tersebut sangat penting, seseorang yang hanya intelek, tidak akan
seimbang jika tidak disertai dengan kecakapan. Orang yang tidak cakap tidak akan
mampu menunjukkan dan mengembangkan keintelekannya. Begitu pula orang yang
cakap tapi tidak intelek. Dia mampu menunjukkan dan mengembangkan sesuatu.
Akan tetapi, dia tidak punya sesuatu atau materi atau bahan untuk ditunjukkan dan
dikembangkan.
Selain hal-hal di atas, pendidikan humaniora juga mementingkan masalah
spiritual. Manusia tak cukup hanya kaya, tampan, cantik dan berkecukupan. Orang
yang tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya ketenteraman hati. Hal ini dapat
dicapai dengan selalu mendekatkan diri pada sang khaliq dan mensyukuri nikmat-
Nya.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1.Jelaskan mengenai pentingnya pendidikan Humaniora bagi Mahasiswa di Perguruan
Tinggi ?
2.Jelaskan hubungan antara manusia, budaya, dan kebudayaan?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
PERTEMUAN KE-5:
MANUSIA DAN CINTA KASIH 1

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami hubungan antara cinta dan cinta kasih
2. Memahami makna kasih sayang;

B. URAIAN MATERI
1. Pengantar

Pada hakikatnya manusia dilahrikan oleh Tuhan memiliki perasaan, terutama perasaan
cinta. Kebanyakan orang menlihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah
dicintai, lebih daripada itu masalah yang dicintai yaitu masalah kemampuan orang
untuk mencinta, maaka masalahnya bagi mereka ialah bagaimana supaya dicinatai.
Setiap orang membutuhkan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
Cinta bukanlah terutama hubungan dengan seseorang tertentu. Cinta adalah sikakp,
sesuatu orientasi watak yang menentukkan hubungan pribadi dengan dunia
keseluruhan, bukan menuju sesuatu objek cinta. Jika seseorang pribadi hanya
mencintai satu pribadi lain dan acuh tak acuh terhadap sesamanya yang lain, cintanya
bukanlah cinta, tetpai ikatan simbolik atau egoisme yang diperluas.
Dari jaman dulu sampai sekarang hakikat cinta kasih masih menjadi perbincangan
yang tidak dibatasi secara jelas dengan makna yang luas pula. Walaupun, sulit juga
untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup
manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa
Khalil Gibran, seorang punjagga terkenal, berpendapat bahwa “Cinta hanyalah
sebuah kemisterian”. Cinta sangat erat dalam kehidupan dan tidak bias di pisahkan
dalam kehidupan. Tidak pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak
penting. Mereka haus akan cinta, mereka butuh akan cinta.
Kendati pun demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir tentang apa dan
bagaimana cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu,  cinta bisa
diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat
memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Begitupun dengan kasih sering sekali kita terkecoh bahkan sulit untuk membedakan
cinta dan kasih itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik mengambil judul
makalah Manusia dan Cinta Kasih, agar dapat membantu kita semua untuk lepas dari
ketidak jelasan Cinta Kasih yang selalu menjadi bahan perenungan, diskusi, cerita
yang tidak pernah ada akhirnya.

2. Pengertian Cinta Kasih

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih, yaitu :


a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan J.S. Purwodarminta, cinta
adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat
kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang
atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan
kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa
cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang)
kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
b. Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa
cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan
yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah
hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsure-
unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
c. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsure, yaitu
ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya
bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-
kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah
tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu,
Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti sayang.
Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen
jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan
rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta
itu tidak ada maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama, antara keduanya
terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang
mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa,
mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta
yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur
terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai dengan
belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang
bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif,
berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan
kebahagiaan.

3. Macam-macam Cinta Menurut Ajaran Agama

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-
kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain, atau
juga istri dan anaknya, harta, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bisa
kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
a. Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup,mengembangkan potensi dirinya,dan meng aktualisasikan dirinya dan ia pun
mencintai  segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia
membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup. Berkembang, 
mengaktualisasikan diri, mendatangkan rasa sakit,  penyakit dan mara bahaya. Al –
Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia  terhadap dirinya sendiri ini,
kecenderungannya untuk  menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya,
melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal
gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan
dirinya dari segala keburukan.
“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua
keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan
dan kemewahan hidup.” (QS,al-Adiyat, 100:8)
“Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah
permohonannya yang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatan, dan berbagai
kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila tertimpa bencana, keburukan,
atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan ia mengira tidak akan bisa memperoleh
karunia lagi,” (QS,Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan
melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada
orang lain dan cinta berbuat kebajikan pada mereka.
b. Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia
lainnya , ia tidak boleh tidak harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan
egoismenya. Oleh karena itu,Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia
pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa
kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta
kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu
Allah langsung memberikan pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak
berlebih-lebihan dalam cintanya kepada dirinya sendiri dan melepaskan diri dari gejala-
gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan sholat, memberikan zakat,
bersedekah terhadap orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan
Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri
sendiri dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian bisa  merelisasikan kebaikan
individu dan masyarakat. Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman
agar saling mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu
sesungguhnya terkandung pengarahan kepada mukmin agar tidak berlebih-lebihan
dalam mencintai diri sendiri.
c. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan  dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam
melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antar suami dan istri. Ia
merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia yang menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung, dan merasa tentram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir.”  (QS,Ar-Rum,
30:12)
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting yaitu melahirkan keturunan demi
kelangsungan jenis.
d. Cinta Keibuan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada
diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi.
Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan
naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa
dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
e. Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antar ayah dan anak-anaknya tidak  terjalin oleh ikatan-ikatan
fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dan anaknya , maka para ahli ilmu jiwa
modern berpendapat  bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti
halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya , karena mereka sumber kesenangan, 
kegembiraan baginya , kekuatan, kebanggan ,dan merupakan faktor penting bagi
kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya setelah dia meninggal
dunia.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah Nabi Nuh as. Betapa
cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa
cinta,kasih sayang, belas kasihan, untuk naik perahu agar tidak tenggelam ditelan
ombak :
   “…Dan Nuh memanggil anaknya – sedang anak itu berada di trmpat yang jauh
terpencil – : “Hai ..anakku naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama-sama orang-orang yang kafir.” (QS, Yusuf, 12:84)
Biasanya cinta kebapakan nampak dalam perhatian seorang bapak kepada anak-
anaknya, asuhan, nasehat, dan pengarahan yang diberiaknnya kepada mereka , demi
kebaikan dan kepentingan mereka sndiri.
f.Cinta Kepada Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat
memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik
dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta
menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan
menundukkan semua bentuk cinta yang lain. Semua tingkah laku dan tindakannya
ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
        “Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha
penyayang” (QS Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjasi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan
semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam
semesta.
g. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta,
menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan
ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat
luhur lainnya.

4. Cinta Kasih
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S
Poerwadaminta yaitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada
seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih
sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak
dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian,
saling terbuka,  sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang
remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena
kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan
orang tuanya pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih
sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari
kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi
bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
5. Mewujudkan Cinta Kasih
Untuk dapat mewujudkan cinta kasih dan sayang dalam kehidupan agar tentram damai
dan bahagia dapat dengan cara :
a. Cara mewujudkan cinta pada diri sendiri
Dapat dilakukan dengan mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jasmani dan
rohani dirinya sendiri terpenuhi secara wajar. Contohnya mandi, menyisir rambut,
memaka wangi- wangian, mengenakan baju yang sopan tidak melanggar adat atau
norma yang ada.
b. Cara mewujudkan cinta pada sesama manusia
Dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian. Contohnya
saling tolong menolong, kerja bakti, saling tepo seliro, Jean Henry Dunant ( 1882-1910)
seorang bankir dan penulis berkebangsaan Swiss yang atas suka relanya menolong
setiap orang yang menderita luka-luka dalam pertempuran Solferino (1859) mendirikan
Palang Merah International (1863).
c. Cara mewujudkan cinta seksual
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang bertanggung jawab dan tidak
melanggar adat atau norma yang ada. Contohnya cinta eotis seorang lelaki terhadap
perempuan yang di sudah di ikat pernikahan di dasari percintaan.
d. Cara mewujudkan cinta keibuan
Dapat dilakukan dengan dilandasi kasih sayang ibu yang tak terhingga terhadap
anaknya dari sejak dikandung, melahirkan, dan mengurus sampai menikahkan dengan
tanpa pamrih sedikitpun dan doanya yang selalu menginginkan dan melihat anaknya
bahagia di jauhkan dari segala kesusahan.
e. Cara mewujudkan cinta kebapakan
Dapat dilakukan dengan dilandasi rasa menghhormati, kasih sayang kepada anaknya
dengan cara mencari nafkah, memerhatikan perkembangan anak, mengetahui apa yang
diperlukan oleh anaknya.
f. Cara mewujudkan cinta kepada Allah
Dapat dilakukan dengan dilandasi cinta yang teramat sangat dan meniadakan Tuhan
selain Allah dengan beraqidah yang kokoh dan bertaqwa atau menjalankan segala
perintah dan menjauhi larangan yang sudah di tentukan Nya.
g. Cara mewujudkan cinta kepada Rasul
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh suri teladan yang baik yang ada pada
diri rasul yaitu sidiq, tablig, amanah, dan fatonah yang di laksanakan setiap saat selama
masih diberi kehidupan oleh sang maha hidup.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan hubungan antara cinta dengan cinta kasih ?
2. Jelaskan

D. REFERENSI
1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-6:
MANUSIA DAN CINTA KASIH 2

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami hubungan antara kasih sayang dan cinta kasih
2. Memahami makna kemesraan, pemujaan, belas kasih, dan cinta kasih erotis.

B. URAIAN MATERI

1. Kasih Sayang

Menurut kamus umum bahasa indonesia W.J.S Purwodarmito kasih sayang diartikan
dengan perasaan sayang atau cinta kepada seseorang. Kasih sayang ini merupakan
pertumbuhan dari cinta. Kasih sayang ada dua bentuk yaitu, kasih mengasihi atau
saling menumpahkan kasih sayang, Kasih sayang juga dasar komunikasi dari
keluarga.
Kata kasih dan sayang itu mengandung pengertian yang sangat luas. Dan yang pasti
setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang
sebenarnya. Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan
cinta atau asmara antara seorang laki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat
universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-
lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu
punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan
diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang
dikasih dan disayanginya.

2. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan
berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga
bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan
sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
3. Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia terhadap Tuhan. Kecintaan manusia
terhadap Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupaan manusia. Hal ini dikarenakan
pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupaan yang sebenarnya.
Penyebab hal tersebut terjadi karena Tuhan pecipta alam semesta. Seperti dalam surat
Al-furqan ayat 59-60 yang menyatakan: “dia yang menciptakan langit dan bumi
beserta apa-apanya diantara keduanya dalam 6 rangkaian masa, kemudian dia bertahta
diatas singgah sananya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepadaNya tentang
soal-soal apa yang perlu diketahui.” Selanjutnya ayat 60, “bila dikatakan kepada
mereka, sujudlah kepada Tuhan yang Maha Pengasih.”
Kalau manusia cinta kepada Tuhan karena Tuhan sungguh maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kecintaan manusia itu dimanivestasikan dalam bentuk pemujaan atau
sembahyang. Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai
dengan agama,kepercayaan,kondisi dan situasi. Sembahyang dirumah, dimasjid,
digereja,dipura,dicandi, bahkan ditempat yang dianggap keramat merupakan
perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan. Oleh karena itu, pemujaan ini sebenarnya
karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal itu berarti manusia
mohon ampun atas segala dosanya,mohon perlindungan,mohon dilimpahkan
kebijaksanaan,dsb.
Pemujaan dapat menimbulkan daya kreatifitas pecintanya dengan cara mencipta.
Banyak kita temui Arca-arca yang menggambarkan dewa-dewa yang dipuja dalam
kesenian pahat.

4. Belas Kasihan
Belas kasihan adalah emosi manusia yang muncul akibat melihat penderitaan orang
lain. Rasa belas kasihan membuat orang-orang merasa iba sehingga ingin menolong
atau memberikan sesuatu yang bisa membahagiakan atau meringankan beban orang-
orang yang mengalami kesulitan atau musibah.

5. Cinta Kasih Erotis

Dalam cinta kasih persaudaraan merupakan cinta kasih antar orang yang sama dan
sebanding. Sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadapa orang lemah
yang tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara keduanya tetapi
mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta kasih tidak terbatas hanya
seorang saja. Berlawanan dengan 2 jenis cinta kasih diatas adalah cinta kasih erotis
yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang
lain

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Bagaimana hubungan natara kasih sayang dan keikhlasan ? Jelaskan ?
2. Jelaskan dan berikan contoh mengenai Pemujaan kepada sang pencipta ?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-7:
MANUSIA DAN KEINDAHAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami makna dan hakikat keindahan
2. Mengetahui dan memahami makna renungan, keserasian dan kehalusan..

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Keindahan
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal
dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan
identik dengan kebenaran. Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu
selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung
kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan atau keelokan 
merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang
memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari
estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah
sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan
dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.

Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya


adalah “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan
kata “beautiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan Spanyol ”beloo”.  Kata benda
Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk “indah” itu
καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat
etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.” Dalam bahasa Yunani Koine,
keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam (waktu) yang sepatutnya.”
 
2. Hakikat dari Keindahan
Keindahan adalah susunan kualitas atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal
kulitas yang paling disebut adalah kesatuan (unity) keselarasan (harmony) kesetangkupan
(symmetry) keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Herbet Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan
bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia. Filsuf abad
pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang
menyenangkan bilamana dilihat.

Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :


a. Keindahan dalam arti luas, menurut Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik
dan juga menyenangkan
b. Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu pengalaman estetik seseorang dalam
hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
c. Keindahan dalam arti terbatas, yaitu yang menyangkut benda-benda yang dapat
diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
 
Keindahan identik dengan kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik
yang selalu bertambah yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.
 
Ada 2 nilai yang penting dalam Keindahan :
a. Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu
hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
b. Nilai intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan
tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya pesan yang akan disampaikan dalam suatu
tarian.
 
Teori estetika keindahan menurut Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of
Art” dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
a. Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat subjektif adanya,  yakni
karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya
sendiri.
b.  Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan bersifat objektif adanya, yakni karena
keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek.
c.  Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang
subjektif dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi
pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi.
 
3. Hubungan Manusia dengan Keindahan

Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan
bentuk dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa,
seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari suatu
kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik.
Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan
sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu
keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia.
Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan
siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran
adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah. Sesuatu yang tidak mengandung kebenaran berarti
tidak indah. Karena itu hanya tiruan lukisan Monalisa yang tidak indah, karena dasarnya
tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran
menurut konsep dalam seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-
penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia yang menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan.
Pengalaman  keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar (auditory)
walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu
adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah
abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu
yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik
yang  selalu bertambah,  sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai
daya tarik. Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu
berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya.
Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan
benda lain sebagai objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan
orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam agama,
kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling
indah.
 
4.   Cara untuk Mengetahui Suatu Keindahan
 
a. Renungan
Renungan berasal dari kata renunag, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan
sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil
merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sarna lain berbeda,
meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda.
Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
Orang yang merenungkan setiap kegiatannya/segenap pengetahuannya yang dia miliki
dapat disebut berfilsafat. Tetapi tidak semua orang mampu berpikir kefilsafat. Dimana
kefilsafant mendasarkan diri pada penalaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logis
dan analitis. Berpikir merupakan kegiatan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang
benar. Sedang analisis adalah kegiatan. Berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu
sehingga pengetahuan yang kita peroleh disebut pengetahuan-pengetahuan tidak
langsung.
Ada 3 macam pemikiran  kefilsafatan adalah sebagai berikut:
1.  menyeluruh, artinya pemikiran yang luas bukan hanya ditinjau  sudut pandangan
tertentu. Tetapi ingin mengetahui ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
Contoh dengan moral dan seni dan tujuan hidup
2. mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental.
(keluar gejala) sehingga dapat dujadikan  dasar berpijak bagi segenap bidang
keilmuan.
3.  spekulatif artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar untuk pemikiran-
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Renungan atau  pemikiran berhubungan dengan keindahan didasarkan atas 3 macam teri
yaitu:
1. teori metafisika, plato mendalilkan adanya dunia ide para taraf yang tertinggi, sebagai
realita illahi itu.
2. teori pengungkapan, dam teori ini dikatakan oleh Benedelto Croce. Bahwa seni
adalah pengungkapan kesan-kesan yang dimiliki seserang
3. teori psikolgis, dinyatakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan
bawah sadar dari serang seniman.

b. Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi-serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau
kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian perpaduan,
ukuran dan seimbang.
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang
tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan
ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatuhal.
Dalam keselarasan itu seseorang memiliki persaan seimbang, teng, dan mempunyai
citrarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat di tengah-tengah
kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.
Dalam mencipta seni ada dua teori, yakni teri obyektif, dan teori subyektif. Teori
subyektif menyatakan bahwa keindahan itu adalah terciptanya nilai-nilai estetik yang
merupakan kualita yang telah melekat pada benda itu.
Dalam perimbangan sebagai cabang teori obyektif dinyatakan bahwa keindahan
merupakan suatu kualita dari benda. Dalam seni ada 6 asas. Asas-asas itu ialah kesatuan
total, tema, tema variasi, keseimbangan, perkembangan dan tata jenjang. Keserasian
tidak ada hubungannya dengan kemewahahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan
warna, bentuk, dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada
tinggi rendah, keras-lembut, dan panjang-pendek.

c.Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik
(budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus.
Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil
maupun dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau
sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap orang
yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu kehalusan dapat menunjukan nilai keindahan
seseorang dan sikap kasar bisa mengurangi nilai keindahan dari seseorang.
Dalam Al-Qur`an allah telah memberikan contoh dari suri tauladan yang sangat baik
kepada manusia, tentang bagaimana seharusnya cara pergaulan antar sesama. Keindahan
gaya bahasa Al-Qur`an yang halus dan baik dalam memberikan sesuatu pengarahan
kepada manusia.

Bagian-bagian rohanian yang melahirkan sikap ada 5 bagian yaitu


1.    Kelembutan dalam pergaulan
Agar dalam pergaulan terjaga kehalusan dan kelembutannya maka harus
berdasarkan prinsip : cinta kasih, kejujuran, keadilan dan kesatuan siakp. Apabila
dalam suatu keluarga itu dipegang teguh  dan sebagai dasar pergaulan , maka
lahirlah kehalusan atau kelembutan, kelembuatan, kedamaian, kebahagiaan, dan
ketenangan.
2.    pergaulan dalam masyarakat
keluarga adalah masyarakat, sudah tentu masyarakat terkecil, namun keluarga itu
mempunyai peranan dalam masyarakat , karena masyarakat itu terjadi dari
masyarakat kecil.
Apabila setiap keluarga menannamkan prinsip-prinsip di atas maka keluarga-
keluarga yang membentruk masyarakat itu akan hidup tentram, damai, bahagia, dan
selalu di jumpai kelembutan.
3.     kemauan
kemauan merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam bagian rohanian manusia.
Unsur kemauan itu penting, karena kemauanlah yang menentukan pilihan.
Yakni berbuat baik atau tidak berbuat baik . Kemauan juga disebut karsa, karena
kemauan atau karsa itu yang menentukan pilihan untuk baik atau buruk. Kemauan
baik ialah kemauan yang sifatnya luhur, yang tidak merugikan orang lain. Kemauan
buruk ialah kemauan yang merugikan orang lain. Selain itu kemauan terbagi dalam 3
bagin yaitu:
Kemauan lunak, kemauan keras dan kemauan berubah.
4.    Perasaaan
Perasaaan juga datangnya dari jiwa manusi, yang wujud luarnya tampak pada
tingkah lakunya perbuatan atau tindakan. Karena itu, perasaan pun merupakan salah
satu lapangan sikap
Perasaan disini yang dimaksud adalah perasaan yang d\ada jiwa atau yang ada pada
hati manusia. Karena dia menyeluruh hati manusia, maka perasaan yang pada jiwa
atau yang lazim ada pada hati manusia. Perasaann perlu dikendalikan dengan baik.
5.    Pikiran
Pikiran dalah bagian rohani manusia yang dapat menciptakan pengetahuan, gagasa,
pendapat, ide, dya, upaya(akal) teori, pertimbanagan, renungan, kesadaran,
kebujaksanaan.
            Demikian pila orang yang mampu mengendaliakn kemauannya dengan
pikirannya adalah orang yang realistik.,Sebaliknya, perasaaan dan kemauan berpengaruh
atas jalannya pikiran manusia
            Contoh perasaan yang halus akan mempengaruhi akal yang sehat,
keinginan,  kemauan , yang tinggi akan mendorong manusia untuk memeras otak atau
pikiran agar melahirkan ide atau gagasan yang baru.
            Jadi , antara pikiran, perasaaan, kemauan, yang lazim disebut “cipta, rasa, dan
karsa” manusia merupakan jalinan yang kuat sekali. cipta, rasa, dan karsa yangmembuat
manusia selalu bergerak, berubah, berkembang dan maju, dengan kata lain membuat
orang dinamis sebab itu, para filsuf yang menyebut ke tiga rohaniah itu “ Trias-dinamika

d. Kontemplasi

Suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk
mencari nilai-nilai makna, manfaat, dan tujuan, atau niat hasil penciptaan.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan hubungan natara manusia dengan keindahan ?
2. Jelaskan makna keserasian dalam keindahan?
D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-8:
MANUSIA DAN PENDERITAAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami makna dan hakikat penderitaan.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana cara manusia dalam menghadapi penderitaan.
3. Memahami pengaruh penderitaan terhadap manusia

B. URAIAN MATERI
1.    Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang sangat tidak
menyenangkan yang dapat dirasakan oleh manusia. Setiap manusia pasti pernah
mengalami penderitaan baik secara fisik maupun batin. Penderitaan juga termasuk
realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang
berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat
tidaknya suatu intensitas penderitaan.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan
suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan
dan kebahagiaan.
Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih terdapat banyak
orang yang sungguh-sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin
atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja
prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga
berusaha untuk mencegah penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia
yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan
lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk
menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang
terkandung dalam kemanusiaannya.

2.    Hubungan Manusia dan Penderitaan


Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha
kuasa atas segala yang ada isi jagad raya ini. Beliau menciptakan mahluk yang
bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan
penderitaan.
Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu
di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti
memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan
membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia
akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah
melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi
akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.
Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting
namun juga pemikirannya dan perasaanya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat
berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan
perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam
penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi
penghidupanya.
Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila
tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau
berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk
mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia, namun sikap memenuhi kehendak
hanya akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan
didalam neraka.
Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan
dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani.
Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari
kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri
maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganhap sebagai
menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan
memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang
terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak
mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring
manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka.
3.    Cara Manusia Menghadapi Penderitaan
Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? penderitaan fisik yang
dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau
menyembuhkannya, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada
kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.
a.      Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan
atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada
penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan
yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan
sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam,
hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk
propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat
digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan
juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk
mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.
Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan,
kesepian, ketakutan. Siksaan Yang Sifatnya Psikis:
1).       Kebimbangan, memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan
dipilih.
2).      Kesepian, merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri / jiwanya
walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
3).       Ketakutan, adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar –
besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
1).      Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
2).      Gamang adalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
3).      Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
4).      Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan
dialami.
5).      Kegagalan ketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa bahwa apa
yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari
suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan
ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat
tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problem nya dan tidak perlu
menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si
penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si
penderita sepuluh kali lebih parah.

b.      Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara
lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga
yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1).     Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam,
nyeri pada lambung
2).  Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis,
cemburu, mudah marah
3).   Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar
sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau
melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4).     Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5).   Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6).    Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda
antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :


1).   Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik
jasmani maupun rohani.
2).     Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3).  Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan
mengalami gangguan.
4).    Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5).   Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya
kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam
memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan,
perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak
mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6).   Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan
jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika
lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan
jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula
sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai
kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku
secara absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1).      Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang
sempurna.
2).      Terjadinya konflik sosial budaya.
3).    Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan
negatif.
1).      Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar
tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun
melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
2).      Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan
mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapai nya apa yang
diinginkan.

Bentuk frustrasi antara lain :


1).     Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali
dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang
dapat membahayakan orang sekitarnya.
2).     Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau ke kanak-
kanakan
3).     Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap)
misalnya dengan membisu.
4).      Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan
dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
5).      Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam
imaginasinya
6).      Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan
merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
7).      Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasi nya sendiri yang
dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1).      Kota – kota besar
2).      Anak-anak muda usia
3).      Wanita
4).      Orang yang tidak beragama
5).      Orang yang terlalu mengejar materi

4.    Sebab-Sebab Terjadi Penderitaan


Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya
penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :

a.      Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia


Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi
dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia
supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Allah SWT berfirman, aku tidak akan pernah merubah nasib hambaku melainkan
hambaku sendirilah yang merubahnya. Sudah jelas Tuhan tidak akan mengubah nasib
hambanya, karena atas usaha hambanya sendirilah yang bisa mengubah nasibnya itu.
Adapu perbedaan antara nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menjadi
penentunya sedangkan nasib buruk itu manusialah penyebabnya. Karena perbuatan
buruk antara sesama manusia menyebabkan menderitanya manusia yang lain,
contohnya:
1).      Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh majikannya,
sudah pantas jika majikannya yang biadab itu diganjar dengan hukuman penjara
oleh pengadilan negeri Surabaya supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki
sekaligus merasakan penderitaan yang telah diberikan kepada orang lain.
Sedangkan pembantu yang telah menderita itu dipulihkan.
2).      Perbuatan buruk orang tua Arie Hanggara yang menganiaya anak kandungnya
sendiri sampai mengakibatkan kematian, sudah pantas jika dijatuhkan hukuman
oleh pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan
sekaligus merasakan penderitaan anaknya.
3).      Perbuatan buruk para pejabat pada zaman orde lama dituliskan oleh seniman
Rendra dalam puisinya “bersatulah pelacur-pelacur kota Jakarta,” perbuatan buruk
yang merendahkan derajat kaum wanita tidak lebih dari pemuas nafsu seksual.
Karya Rendra ini dipandang sebagai salah satu usaha memperbaiki nasib buruk itu
dengan mengkomunikasikannya kepada masyarakat termasuk pelacur ibu kota itu.

b.      Penderitaan timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan.


Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan.
Namun kesabaran , tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami
manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan bentuk ini:
1).      Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang
tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasan luar biasa. Walaupun ia tidak dapat
melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia
memperoleh pendidikan sampai di Universitas., dan akhirnya memperoleh
gelar Doktor di Universitas Di Sorbone Perancis. Dia adalah Prof. Dr. Thaha
Husen, Guru besar Universitas di Kairo Mesir
2).      Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia menerima
cobaan ini. Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya
bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabaran dan pasrah kepada
Tuhan, sembuhlah Ia dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak
mengenalinya lagi. Di sini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup
kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang
lemah, seperti kesetiaan dan kesabarn sang istri yang luntur, karena penyakit
Nabi Ayub yang lama.
3).      Tenggelamnya Fir’aun di laut merah seperti disebutkan dalam Al-Qur’an
adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang ampuh dan sombong.
Fir’aun adalah raja mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun
bersama bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan –para pengikutnya
menyeberangi laut merah, laut itu terbelah dan Nabi Musa serta para
pengikutnya berhasil melewatinya. Ketika Fir’aun dan tentaranya berada tepat
ditengah belahan laut merah itu, seketika juga laut merah itu tertutup dan
mereka semua tenggelam.

5.     Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-
macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun
sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu
pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan
dan sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau
kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif,
tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya
anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri; anti kekerasan, ia
berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada
pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan
penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-
nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang
sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai.
Keadaan yang berupa hambatan yang harus disingkirkan.
C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan hubungan antara manusia dengan penderitaan ?
2. Jelaskan bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan ?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-9:
MANUSIA DAN KEADILAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami makna dan hakikat KEADILAN.
2. Mengetahui dan memahami.

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Keadilan
 
a. Teori Keadilan John Rawls Pemahaman Sederhana
Didalam perkembangan pemikiran filsafat hukum dan teori hukum tentu tidak lepas
dari konsep keadilan. Konsep keadilan tidak menjadi monopoli pemikiran satu orang
ahli saja. Banyak para pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan jawaban apa itu
keadilan. Thomas Aqunas, Aristoteles, John Rawls, Dowkrin, R Nozick dan
Posner sebagian nama yang memberikan jawaban tentang konsep
keadilan.Dari beberapa nama tersebut John Rawls, menjadi salah satu ahli yang selalu
menjadi rujukan baik ilmu filsafat, hukum, ekonomi, dan politik di seluruh belahan
dunia, tidak akan melewati teori yang dikemukakan oleh John Rawls. Terutama
melalui karyanya A Theory of Justice, Rawls dikenal sebagai salah seorang filsuf
Amerika kenamaan di akhir abad ke-20. John Rawls dipercaya sebagai salah seorang
yang memberi pengaruh pemikiran cukup besar terhadap diskursus mengenai nilai-
nilai keadilan hingga saat ini.
Akan tetapi, pemikiran John Rawls tidaklah mudah untuk dipahami, bahkan ketika
pemikiran itu telah ditafsirkan ulang oleh beberapa ahli, beberapa orang tetap
menggap sulit untuk menangkap konsep kedilan John Rawls. Maka, tulisan ini
mencoba memberikan gambaran secara sederhana dari pemikiranJohn
Rawls, khususnya dalam buku A Theory of Justice. Kehadiran penjelasan secara
sederhana menjadi penting, ketika disisi lain orang mengangap sulit untuk memahami
konsep keadilan John Rawls.
Teori keadilan Rawls dapat disimpulkan memiliki inti sebagai berikut:
1) Memaksimalkan kemerdekaan. Pembatasan terhadap kemerdekaan ini hanya untuk
kepentingan kemerdekaan itu sendiri,
2) Kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam kehidupan sosial maupun
kesetaraan dalam bentuk pemanfaatan kekayaan alam (“social goods”).
Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada kemungkinan keuntungan
yang lebih besar.
3) Kesetaraan kesempatan untuk kejujuran, dan penghapusan terhadap
ketidaksetaraan berdasarkan kelahiran dan kekayaan.
Untuk meberikan jawaban atas  hal tersebut, Rawls melahirkan 3 (tiga) pronsip
kedilan, yang sering dijadikan rujukan oleh beberpa ahli yakni:
1) Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)
2) Prinsip perbedaan (differences principle)
3) Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)
Rawls berpendapat jika terjadi benturan (konflik), maka: Equal liberty principleharus
diprioritaskan dari pada prinsip-prinsip yang lainnya. Dan, Equal opportunity
principle harus diprioritaskan dari padadifferences principle.

b. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan


diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan
terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua
orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka
masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak
sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama,
sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
c. Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan.
d. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan
bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan
kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan
dinamika masyarakat.
e. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah
sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
f. Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan
dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada
keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain,
keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan
setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
 
2. Perintah berbuat adil
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang memerintah kita berbuat adil. Misalnya, Allah SWT
berfirman: Berlaku adillah! Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Surah al-Ma-
idah/5: 8).
Dijelaskan ayat ini, keadilan itu sangat dekat dengan ketakwaan. Orang yang berbuat adil
berarti orang yang bertakwa. Orang yang tidak berbuat adil alias zalim berarti orang yang
tidak bertakwa. Dan, hanya orang adil-lah (berarti orang yang bertakwa) yang bisa
mensejahterakan masyarakatnya.
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman: Katakanlah, “Tuhanku memerintahkan
menjalankan al-qisth (keadilan)” (Surah al-A’raf/7: 29). Sesungguhnya Allah
memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan) (Surah al-Nahl/16: 90).
Sesungguhnya Allah telah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil). Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
sebaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(Surah al-Nisa/4: 58).
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar
menegakkan Keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri
ataupun ibu bapakmu dan keluargamu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih
mengetahui keadaan keduanya, maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, sehingga
kamu tidak berlaku adil. Jika kamu memutar balikkan, atau engggan menjadi saksi,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Surah al-
Nisa’/4:135).
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku
adil. (Surah al-Hujurat/49: 9).

3. Keadilan Sosial
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, keadilan mempunyai arti sifat (perbuatan,
perlakuan dsb ) yang tidak berat sebelah ( tidak memihak ). Sedangkan sosial berarti
segala sesuatu yang mengenai masyarakat, kemasyarakatan atau perkumpulan yang
bersifat dan bertujuan kemasyarakatan (bukan dagang atau politik).
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan
orang yang bijaksana.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata
maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut
umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui
dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia
serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain,  ada sikap untuk menjunjung tinggi
martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
sila Ketiga, Persatuan Indonesia;  menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai
tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-
kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan;  mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta
dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung
bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan
masing-masing.
Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif
dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan
masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
Keadilan sosial mengandung arti memelihara hak-hak individu dan memberikan hak-
haknya kepada setiap orang yang berhak menerima karena manusia adalah makhluk
sosial, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.

4. Macam-macam Keadilan
a. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang
adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok
baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral,
sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
b. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is
done when equals are treated equally).
c. Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.
Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban
dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak
adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

5. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya
apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-erbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Barang siapa berkata jujur serta
bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar. Orang bodoh yang
ujur lebih baik daripada orang pandai yang lancung.
Jujur berarti pula menepati janji atau menepati sanggupan, baik yang telah terlahir dalam
kata-kata maupun apa yang masih di dalam hati (niat). Jadi seseorang yang tidak menepati
niatnya berarti mendustai dirinya sendiri. Apabila niat itu terlahir dari kata-kata, padahal
tidak di tepati maka kebohonganya di saksikan oran lain. Jujur memberikan keberanian
dan ketentraman hati, serta mensucikan, lagi pula membuat luhurnya budi pekerti.
Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat menikammu, serta jangan pula
mendusta, walaupun dustamu menguntungkan. Barang siapa berkata jujur serta bertindak
sesuai kenyataan yang ada, artinya orang itu berbuat benar.
Orang bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada orang pandai yang lancing. Barang
siapa tidak dapat dipercaya tutur katanya atau tidak menepati janji dan kesanggupannya,
termasuk golongan orang munafik sehingga tidak menerima belas kasihan Tuhan.
Pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi,
kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan keajiban, serta rasa takut terhadap
kesalahan atau dosa.

6. Kecurangan
Curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik,
meskipun tidak serupa. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai
dengan hati nurani.

Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan


yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang paling hebat, paling kaya, dan
senang bila masyarakat di sekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak
senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apa pun tidak membenarkan
orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan orang lain,
lebih pula mengumpulkan harta dengan cara yang curang. Hal semacam itu salam istilah
agama tidak diridhoi Tuhan.

7. Pemulihan Nama Baik


Pemulihan nama bik merupakan suatu pencapaian atau tujuan utama orang hidup. Setiap
orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik atau tidak tercemar nama baiknya.
Lebih-lebih jika dia menjadi teladan bagi orang atau tetangga di sekitarnya adalah suatu
kebangganan batin yang tidak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungan nya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Baik atau tidaknya nama kita bergantung kepada diri
kita sendiri menyikapi dan menjalani kehidupan kita bersosialisai atau bermasyarakat di
sekitar kita.

Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh
dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang
dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul,
sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang
dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah
kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai
dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama
baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir,
melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan
kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih
sayang, tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur,
adil dan budi luhur selalu dipupuk.

8. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan
yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang
seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat
mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan
menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk
moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang
menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar
atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak
menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha
mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu
adalah pembalasan.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan makna dan hakekat Keadilan ?
2. Jelaskan bagaimana hubungan antara kejujuran, kecurangan, dan keadilan ?
D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-10:
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami makna dan hakikat pandnagan hidup.
2. Mengetahui dan memahami cita-cita, kebajikan dan sikap hidup.

B. URAIAN MATERI
1.Pengantar

Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing


kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi
kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan
aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang
telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran,
sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan
pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang
paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang
berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya,
apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang
bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh
merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang
diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila
menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung
kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta
kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa
pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain :
1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada
dalam pandangan hidupnya.
5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hiup
erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup
manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok
orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-
kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti
kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman
Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya
bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan
sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi
pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan
hidupnya menuju tujuan akhir.
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan didalam
masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup.
Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian
hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang
karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.

2.  Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan
hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia
tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada
orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah
tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda
bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah
sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas
manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup
seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat,
atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan
lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai.
Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya.
Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruhi oleh
situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak menimbulkan daya
kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film, musik, tari,
filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.

3.  Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-
norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas
jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat,
manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,
dan sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi,
yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia
sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk.
Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam
hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim
terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah
suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati
masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan,
manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar
manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu
adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan
hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah
laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang
berselubung kebajikan.

4.  Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Dalm menghadapi
kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi
kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga
sikap positif sedangkan sikap nonetis disebut juga sikap negatif. Ada tujuh sikap etis,
yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah
hati, dan sikap bangga. Sedangkan sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup,
sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap positif bagi
bangsa Indonesia. Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras, sikap gotong
royong, menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai
pendapat orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah
lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan
inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena
tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah
laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan,
lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika
yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi
tenang dan tentram.
Namun demikian dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang
merah yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap
tidak  dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu
sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk
yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan, motivasi, atau bahkan dengan nilai-
nilai tertentu.
Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah
laku bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku
bermotivasi, sedang nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai
terhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.
Dalam buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap
mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap manusia
yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya. Tahap
ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan. Sedangkan
tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak dalam diri
manusia modern.
Sedangkan menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi
kendala dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu,
bahaya tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar
yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara
buta pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata
mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah
Hidup Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan
aspek pamrih, antara lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri, dan
hanya mementingkan kebutuhan sendiri.

5.  Manusia Dan Pandangan Hidup


Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri
manusia tersebut. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut ialah
pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain
manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak
semua manusia menyadari, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama
semata-mata atau dasar keturunan.  Pandangan hidup penting bagi kehidupan manusia
dimasa sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia
memilikinya.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan.
Buka kebutuhan sesaat melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab
setiap saat kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di akhir
nanti.
C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan makna dan hakekat manusia dan pandangan hidup?
2. Bagaimana makna pandangan hidup dalam kehidupan Saudara ?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-11:
MANUSIA DAN TANGGUNGJAWAB

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami makna dan hakikat tanggungjawab.
2. Mengetahui dan memahami.

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Tanggungjawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum
bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau  perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang bertanggung jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupa-
kan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk ‘I’uhan.
Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia
mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial.Ia tidak dapat hidup
sendirian dengan perangkat nilai-nilai sclera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan
seseorang dalam jaminan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak meng-
ganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam
konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.Manusia sebagai makhluk
individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya (seimbangan
jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai
penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya
apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap
dirinya juga muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, manusia sadar akan
keyakinan dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang
bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang
menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain,
tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan
akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.

2. Macam-macam tanggung jawab


Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak
lain. Untuk itu ia akan menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi
lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain
yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu
dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar
ini, dikenal jenis-jenis atau macam-macam dari tanggung jawab.
a.   Tanggung Jawab manusia terhadap diri sendiri
Menurut sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Akan tetapi manusia juga
seorang pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri, angan-angan untuk berbuat ataupun bertindak, sudah barang tentu
apabila perbuatan dan tindakan tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi
mengundang kekeliruan dan juga kesalahan. Untuk itulah agar maanusia itu dalam
mengisi kehidupannya memperoleh makna, maka atas diri manusia perlu diberi
Tanggung Jawab.
b.  Tanggung Jawab kepada keluarga
 Masyarakat kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami-istri, ayah-ibu dan anak-
anak, dan juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung Jawab ini
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi Tanggung Jawab juga merupakan
kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
c.  Tanggung Jawab kepada masyarakat
Satu kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan
anggota masyarakat. Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan
sebagainya manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Secara kodrati dari sejak lahir sampai manusia mati, memerlukan bantuan orang lain.
Terlebih lagi pada zaman yang sudah semakin maju ini. Secara langsung maupun
tidak langsung manusia membutuhkan hasil karya dan jasa orang lain untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup. Dalam kondisi inilah manusia membutuhkan dan
kerjasama dengan orang lain.
Kekuatan pada manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisik ataupun
kemampuan jiwanya saja, namun juaga terletak pada kemampuan manusia
bekerjasama dengan manusia lain. Karena dengan manusia lain, mereka dapat
menciptakan kebudayaan yang dapat membedakan manusia dengan makhluk hidup
lain. Yang menyadarkan manusia ada tingkat mutu, martabat dan harkat, sebagai
manusia yang hidup pada zaman sekarang dan akan datang.
Dalam semua ini nampak bahwa dalam mempertahankan hidup dan mengejar
kehidupan yang lebih baik, manusia mustahil dapat mutlak berdiri sendiri tanpa
bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran
bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada
dasarnya berkat bantuan atau kerjasama dengan orang lain didalam masyarakat.
Kesadaran demikian melahirkan kesadaran bahwa setiap manusia terpanggil hatinya
untuk melakukan apa yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat. Boleh jadi inilah
Tanggung Jawab manusia yang utama dalam hidup kaitannya dengan masyarakat.
d.  Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara
Satu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga nagara suatu
negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat olah
norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat
berbuat semau sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung
jawab kepada negara.
e.  Tanggung Jawab kepada Tuhan
 Manusia ada tidak dengan sendirimya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan.
Sebagai ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-
sarana pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam
sekitarnya.
Dalam mengembangkan dirinya manusia bertingkah laku dan berbuat. Sudah tentu
dalam perbuatannya manusia membuat banyak kesalahan baik yangdisengaja maupun
tidak. Sebagai hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan
yang saalah itu atau dengan istilah agama atas segala dosanya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang, maka manusia itu harus mempertanggung jawabkan
kelalaiannya itu diakhirat kelak.
Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak
bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul
sendiri, penderitaan akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia
menutupi perbuatannya yang salah dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya, misalnya dengan hartanya, kekuasaannya, atau kekuatannya
(ancaman), namun manusia tak dapat lepas dari tanggung jawabnya kepada Tuhan.

3. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga
sebaga perwujudan, kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat,
atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan ikhlas.
Timbulnya pengabdian itu pada hakikatnya ada rasa tanggung jawab. Apabila kita
bekerja keras dari pagi sampai sore dibeberapa tempat untuk memenuhu kebutuhan
rumah tangga kita, itu berarti mengabdi kepada keluarga, karena kasih sayang kita
pada keluarga. Lain halnya jika keluarga kita membantu teman, karena ada kessulitan,
mungkin sampai berhari-hari ikut menyelesaikannya sampai tuntas, itu bukan
pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.
Macam-macam pengabdian :
a. Pengabdian kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan cinta
dan kasih sayang. Kasih sayang ini mengandung pengertian pengabdian dan
pengorbanan. Tidak ada kasih sayang tanpa pengabdian. Bila ada kasih sayang tidak
disertai pengabdian. Berarti kasih sayang itu palsu atau semu. Pengabdian kepada
keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri kepada suami
dan anak-anaknya, anak-anak kepada orang tuanya.
b. Pengabdian kepada masyarakat
Manusia dalah anggota masyarakat, ia tidak dapat hidup tanpa orang lain, karena tiap-
tiap orang lain saling membutuhkan. Bila seseorang yang hidup di masyarakat tidak
mau memesyarakatkan diri dan selalu mengasingkan diri, maka apabila mempunyai
kesulitan yang luar biasa, ia akan ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia
akan menyadai dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.
Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota mayarakat harus mau mengabdikan diri
kepada masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Oleh karena nama baik tempat ia tinggal, membawa nama baiknya pula. Bila remaja
masyarakat kampungnya terkenal dengan “remaja berandal” suka berkelahi,
mengganggu orang, atau merampas hak orang lain, maka bagaimanapun juga ia akan
merasa malu.
c. Pengabdian kepada Negara
Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu
negara. Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini
biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Tidak ada arti cinta tanpa
pengabdian.
d. Pengabdian kepada Tuhan
Manusia tidak ada sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung
jawabnya kapada Tuhan Yanag Maha Esa. Selain itu juga manusia harus menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

4. Pengorbanan
Pengorbanan  berasal dari kata korban atau kurban yang berarti
persembahan,sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan  kebaktian. 
Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur
keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas
kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.

Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat
dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan  kotbah agama. Dari kisah para
tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh  tauladan, bagaimana  scmestinya  wajib
berkorban.  Berikut ini diberikan dua buah penggambaran.                Pangeran
Sidharta Gautama dari Kapilawastu diharapkan oleh ayahnya untuk kemudian
menggantikan kedudukannya sebagai raja. Tetapi, Pangeran tersebut lebih tetarik
pada kehidupan pertapa untuk memperoleh penerangan agung bagaimana caranya
manusia dapat membebaskan  dirinya  dari  sengsara (samsara) melalui  pelepasan
(mokhsa) dan mencapai kehidupan abadi di sorga (nirvana). Ia mengorbankan
kehidupannya yang mewah duniawi dalam istana, ia mengorbankan kepentingan
keluarganya, karena memandang bahwa kepentingan umat manusia yang bodoh
(avidhya) perlu didahulukan. Usahanya berhasil memperoleh  penerangan agung di
tcmpat pertapaan Bodh Gaya, yang kemudian disiarkan kepada umat manusia. Ia rela
mengorbankan  duniawinya, keluarganya. demi kepentingan  umat manusia yang
derajatnya lebih tinggi. Ia menjadi seorang Budha yang akhimya tidak dilahirkan
kembali dan menjadi pendiri agama Budha.

Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengorbankan  putra tunggalnya
Ismail. Walaupun  ia sangat sayang pada putranya tersebut, perintah Allah untuk
mengorbankan  tetap dipatuhinya. Allah menguji kesetiaan dan besamya
pengorbanan  Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak sampai hati melihat pisaunya
dipotongkan  ke leher putranya, tetapi ia sudah bertekad setia menjalankan
perintahNya. Kemudian terbukti. bahwa putra yang mau dikorbankan kepada Allah
sudah berganti dengan biri-biri. Pengorbanan  yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
kepada Allah lebih tinggi kadamya daripada pengorbanan oleh nabi ibrahim sekarang
yang ditiru oleh oleh umat Islam yang menjalankan ibadah haji di Tanah Suci maupun
umat Islam di wilayah lain dengan mengorbanan temak untuk keperluan fakir miskin
pada hari raya Idul Qurban.

Perbedaan antara pengertian pcngabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena
adanya pengabdian  tentu ada pengorbanan.  Antara sesama kawan, sulit dikatakan
pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya.
Tetapi  untuk kala pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan  merupakan  akibat dan pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta
benda, pikiran,  perasaan,  bahkan  dapat juga  berupa
jiwanya.Pengorbanan diserahkan secara  ikhlas tanpa  pamrih, tanpa ada
perjanjian, tanpa  ada transaksi,  kapan  saja diperlukan.

Pengabdian  lebih banyak menunjuk kepada  perbuatan sedangkan,  pengorbanan


lebih banyak menunjuk  kepada pemberian  sesuatu misalnya berupa pikiran,
perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam  pengabdian   selalu  dituntut 
pengorbanan,tetapi  pengorbanan belum tentu menuntut  pengabdian.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Jelaskan makna dan hakekat manusia dan tanggungjawab?
2. Jelaskan hubungan antara pengabdian dengan pengorbanan ?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-12:
MANUSIA DAN KEGELISAHAN 1

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab kegelisahan.
2. Mengetahui dan memahami cara-cara mengatasi kegelisahan.

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di
hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti),
cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini
sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa
khawatir atau takut.Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan.
Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab
kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak
menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita
sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui
ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui
khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya
jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu
apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar
yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa
tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan
merupakan gejala universal yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya
dapat diketahui dari gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun        cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang
dalam situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya,
misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk
merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan lain-
lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan atau
kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan,
bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal
yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu
harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan
pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan
spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan
masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri
manusia (internal) misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal)
misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.

Penyebab lain kegelisahan karena adanya kemampuan seseorang untuk membaca


dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong
dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas
(hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga
disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian.
Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam
kehidupan manusia.  Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya
menjadi tiga macam, yaitu :
a.     Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat
adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :  Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya.
Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir
seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru
seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini
bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di
rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus
meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada
contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah
karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.

b.     Kegelisahan Neurotik (Saraf)


Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara
alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang
akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini
ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui
siapa yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid
sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.

c.     Kegelisahan moral


Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau
malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini
timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak
mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan
kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah. Keadaan
mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa
bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap
permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.

Banyak yang menilai kegelisahan ada macam-macam diantaranya adalah kegelisahan negatif
dan positif yang di artikan sebagai berikut :

a.  Kegelisahan Negatif  :  kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas, yaitu
kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang
mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah
konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam
‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada. Tentu saja hal ini merupakan
ancaman bagi eksistensi manusia sebagai kesatuan yang integral.
b. Kegelisahan Positif  :  Dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit
dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan
kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara tiba-tiba dan tak
terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat
membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan
manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada
darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia.

2. Faktor Penyebab Kegelisahan


Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula
dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan,
terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan
berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir   hayatnya. Faktor
penyebab kegelisahan antara lain:

a).    Dari Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1).        Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang
telah berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan
berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta
diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan
sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak
mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan
buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia,
mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya
secara keseluruhan demi memperoleh  kerelaannya.

2).        Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan
tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah,
berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya.
Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan  jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini,
kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama,
mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari
berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat
menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat
menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar,
sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak         
negatifnya.

3).        Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat
keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang
dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga
sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan
guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran
tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan
tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan
bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis
kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.

4).        Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab
seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita
membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan
keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar
dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan
berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang
mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya
sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
5).        Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya
was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya
merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat
dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan   diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri
seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian
akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan
perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya
kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.

6).        Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri
kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan
terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia
menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih
utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.

b).   Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita
dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama
dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana
anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku
orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan segala
penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang dibencinya
dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang kepada orang lain.

3. Cara Mengatasi Kegelisahan

Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:


a. Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita
tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan
sebagainya.
b.  Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan
senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan
berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-
keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa  kita.
c. Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga
Ia mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah
yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang
bagi umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Mengapa manusia mengalami kegelisahan?
2. Bagaimana mengatasi kegelisahan dalam diri manusia ?

D. REFERENSI
1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html.
PERTEMUAN KE-13:
MANUSIA DAN KEGELISAHAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami keterasingan, Kesepian, dan ketidakpastian.
2. Mengetahui dan memahami cara-cara mengatasi keterasingan, kesepian, dan
kegelisahan.

B. URAIAN MATERI

1. Keterasingan

Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang
berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil.
Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia merupakan
bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia, sebagaimana juga
kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa
keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap
orang akan pernah mengalami keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya
berbeda-beda.
Contoh : Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir
mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat
“kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir
mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu
keluar. Ia hidup dalam keterasingan.

a. Sebab – sebab keterasingan

Bila kita memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya,
hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-
sebab hidup terasing itu bersumber pada :
1). Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap
angkuh atau sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan
aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat
kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak
antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran
seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif  seperti
misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan
semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku,
pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan
lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut
terjadi konflik batin atau konflik fisik.
2). Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini
menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku,
tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder.
Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain
kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena
kesalahan perbuatannya.

b. Macam-macam keterasingan

1). Keterasingan karena cacat fisik


Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak
Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa
malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari
pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
2) Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh
membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan
ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang
yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya
orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
3). Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan
tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak
pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan
kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa
sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar
dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu
dalam pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan
bahasa asing yang belum pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut
meskipun pakiannya tidak kalah dengan mereka karena pendidikan dan
pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka. Karena itu ia menghindarkan diri
dan menyendiri saja.
4). Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya
sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya,
yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di
wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan
dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi
milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul.
Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup
dalam keterasingan.

c. Takut kehilangan hak.

Bila sikap sombong atau sikap-sikap sejenis maupun sikap rendah diri, bila kita
renungkan orrang hidup keterasingan itu karen atakut kehilangan haknya. Seperti
halnya, Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan
mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah
musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya,
sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam
keterasingan karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa
takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada
orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.

d. Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan

Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah
diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi
keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena
menganggap semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang
rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya.
Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu
dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.

2. Kesepian

Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau
kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya.
Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh :
a. Setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
b. Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
c. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan
lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.

Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup
manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan
kasus penyebabnya.
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang
yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul,
dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh : Pangeran Sidharta, putra raja
Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan.
Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan,
maka ia meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk
mencari hakikat hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara
keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan
dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi
kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil
dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.

3. Ketidakpastian

Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh  berbagai
sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan
adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak
kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia
menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.

a. Sebab sebab ketidakpastian


Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab
seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1).   Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab lain
yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin
menjatuhkan dia. Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir
olehnya ada kawan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi,
apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2).   Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu
hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap
tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki.
Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.

3).   Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya,
sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan
yang serupa berulang kali. Contoh :Keinginannya mengambil barang orang (mencuri),
padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.

4).  Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan,
pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau
sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu
hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah
dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak
histeris.

5).   Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :

a). Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.

b). Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting. Akibatnya,
semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
c). Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya
sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah
dialami.

6).  Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga
berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau
pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-
tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak pada
perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi
tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh : Atang memang seorang
peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan
mengoceh (berbicara) tidak menentu.

7).   Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-
pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa
apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-
larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan
menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau
berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak
mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari
penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut
tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Mengapa manusia mengalami keterasingan dan kesepian>
2. Bagaimana mengatasi kesepian dan ketidakpastian dalam diri manusia ?

D. REFERENSI
1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. From.Erich. 1983. Seni Mencintai. Jakarta: Sinar Harapan
10. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
11. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html
PERTEMUAN KE-14:
MANUSIA DAN HARAPAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami
2. .

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Harapan
            Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi.Yang
mempunyai harapan atau keinginan itu hati.Putus harapan berarti putus asa.
Contoh :
Budi seorang mahasiswa universitas terbuka,Ia belajar rajin dengan  harapan didalam ujian
semester memperoleh nilai A.
Dari contoh diatas terlihat apa yang diharapkan Budi ialah terjadinya buah keinginan,karena
itu Budi bekerja keras.Budi belajar tak kenal waktu dengan satu keyakinan bahwa apa yang
diharapkan akan terwujud.Untuk mewujudkan harapan harus disertai dengan usaha.Meskipun
sudah berusaha keras kadang – kadang harapan itu belum tentu terwujud..Apakah Budi sudah
pasti mendapat nilai A ? belum tentu.Tuhanlah yang menentukan,manusia sekedar berusaha.
            Harapan artinya keinginan yang belum terwujud.Setiap orang mempunyai
harapan.Tanpa harapan manusia tidak ada artinya.Manusia yang tidak mempunyai harapan
berarti tidak dapat diharapkan.
            Dalam diri manusia ada dorongan,yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan
hidup.Dorongan kodrat itu ialah menangis,tertawa,berpikir,bercinta,berkata,mempunyai
keturunan, dan sebagainya. Kebutuhan hidup adalah kebutuhan jasmani dan
rohani.Kebutuhan jasmani ialah pangan,sandang dan papan sedangkan kebutuhan rohani
meliputi kebahagiaan,kesejahteraan,kepuasan hiburan, dan sebagainya.

            Sehubungan dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow mengategorikan


kebutuhan manusia menjadi lima macam,yang merupakan lima harapan manusia ialah :
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2. Harapan untuk mendapatkan keamanan (safety)
3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai
    (beloving and love)
4. Harapan memperoleh status atau untuk diterima/diakui lingkungan
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita–cita (self actualization)

2. Harapan Sebagai Fenomena Nasional

            Harapan dalam satu dan lain hal bisa disebut sebagai fenomena yang universal
sifatnya. Artinya harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia
dimanapun juga. Ini berarti setiap manusia, tidak peduli latar belakangnya, mempunyai
keinginan untuk terpenuhinya segala harapan yang ada pada dirinya. Dan begitu
menggejalanya harapan tersebut sampai-sampai orang yang akan meninggalpun tetap
menaruh harapan-harapan tertentu,dengan meninggalkan pesan-pesan,baik secara lisan atau
melalui surat wasiat kepada ahli waris yang ditinggalkan.
            Tentang keinginan dan kebutuhan manusia sudah banyak ahlinya yang mengupasnya.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa keinginan itu tidak lain merupakan bentuk lain dari
kehendak manusia yang begitu kuat. Tegasnya harapan yang sangat mendalam akan
menimbulkan apa yang disebut emosi.Itulah mengapa kadang-kadang harapan seseorang
sekaligus bisa mempengaruhi emosi yang bersangkutan.
            Dan bukanlah satu hal yang berlebihan kalau dikatakan bahwa kepribadian massa
yang berbentuk dalam situasi semacam itu sekaligus didorong oleh nalurinya.Dalam
pandangan banyak ahli psikologi,dorongan naluri semacam itu hanyalah salah satu dari
dorongan naluri yang bisa berkembang dalam diri setiap manusia.Diluar itu masih banyak
lagi dorongan naluri seperti : dorongan untuk mempertahankan hidup,dorongan sex,dorongan
untuk mencari makan,dorongan untuk bergaul dengan sesamanya,dorongan untuk berbakti,
dorongan untuk meniru,dan ada juga dorongan untuk menikmati keindahan.
            Mengutip pandangan A.F.C.Wallace dalam bukunya culture and personality,Mas
Aboe Dhari menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur
kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak,harapan,keinginan,dan emosi seseorang.

3. Kepercayaan

            Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran.Kepercayaan adalah hal-hal yangberhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran.Kepercayaan juga mengikat seseorang,sehingga dengan yakin melakukan hal
yang di percayainya tanpa ragu.Ada ucapan yang sering kita dengar :
a. Ia tidak pecaya pada diri sendiri.
b. Bagaimanapun juga kita harus percaya kepada pemerintah.
c. Kita harus percaya akan nasihat-nasihat kiai karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran
Alqur’an dan sebagainya.
            Dengan contoh bebagai kalimat diatas jelaslah bahwa dasar kepercayaan adalah
kebenaran.
            Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas oarang lain itu disebabkan karena orang
lain itu dapat dipercaya.Yang diselidiki bukan lagi masalah orang yang diberitahukan itu
dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaanya
disebut kepercayaan.
            Dalam beragama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya
diberitahukan langsung oleh Tuhan atau secara tidak langsung kepada manusia. Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima  dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Keyakinan itulah yang harus
dihormati,hak atas keyakinan pribadi merupakan dasar dan penghargaan diri dari semua
orang seagama dengan dia, disebut toleransi.
            Sebelum kita berbicara lebih jauh alangkah baiknya kita mengetahui apa itu
kebenaran.Menurut Poejawiyatna didalam bukunya Filsafat Tingkah Laku,merupakan cita-
cita orang yang tahu. Tidak ada seseorang yang suka pada kekeliruan, itu nyata dalam usaha
ilmu untuk mencapai kebenaran.
            Orang yang tahu sebenarnya menyatakan sesuatu terhadap sesuatu. Oleh karena tahu
akan sesuatu terhadap sesuatu maka secara mental akan memunculkan keputusan.Karena
putusan merupakan hasil dari tahu akan sesuatu terhadap sesuatu maka haruslah diucapkan
atau diakatakan baik melalui lisan maupun tulisan ataupun dengan perantara.Mungkin
putusan itu hanya terpendam dalam hati saja(seperti halnya bahwa budi dan kehendak ialah
dasar kemanusiaan.Itulah sebabnya manusia selalu memilih tindakan yang menurut
keyakinannya baik dan benar). Kalau  putusan itu dikatakan maka pernyataan itu haruslah
benar karena sebagai alat komunikasi,putusan ini menunjuk maksud.
            Persesuaian antara putusan dan keyakinan disebut kebenaran etis.Kebenaran etis
disebut juga kebenaran subjektif dan kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif.
Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkanya :
            Didunia ini ada berbagai kepercayaan,tetapi semua kepercayaan harus berdasar pada
kebenaran dan sumber kebenaran berasal dari manusia, sesuai dengan contoh-contoh diatas
sehingga dalam hal ini kepercayaan dapat dibedakan atas:

a.Kepercayaan pada diri sendiri


            Kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia karena
pada hakikatnya percaya pada diri sendiri adalah percaya pada Tuhan yang maha esa.Percaya
pada diri sendiri adalah menganggap diri tidak salah,dirinya mampu mengerjakan apa yang
yang diserahkan atau dipercayakan.Contoh :
Wibisana,adik Rahwana berkhianat kepada kakaknya dan bergabung dengan musuh
kakaknya yaitu Rama karena ia percaya bahwa dirinya benar.Ia memihak kepada kebenaran
dan kakaknya dianggap dipihak yang salah.

b.Kepercayaan kepada orang lain


            Kepercayaan kepada orang lain bisa berupa percaya kepada saudara,guru,orangtua
atau siapa saja.Kepercayaan ini sudah tentu karena percaya kepada kata hatinya.Adasebuah
pepatah mengatakan “orng itu dipercaya karena ucapannya”.Misal orang berjanji sesuatu itu
dipenuhi,meskipun janji itu tidak didengar orang lain.Contoh :
  Nyi Ratu kalinyamat bertapa telanjang hanya berkainkan rambut(tapa wudha sinjang
rikma),karena menginginkan kematian pangeran jipang,arya penangsang.Ia akan berhenti
bertapa,bila penangsang sudah terbunuh.Akhirnya arya penangsang dapat dibunuh oleh suta
wijaya(putra angkat sultan Pajang).

c.Kepercayaan kepada pemerintah


            Berdasarkan pandangan teokratisa menurut buku Etika,Filsafat Tingkah Laku karya
Prof.I.R.Poejawiyatna,negara berasal dari Tuhan.Tuhan langsung memerintah dan
mmemimpin langsung bangsa manusia,semua pengemban kewibawaan,terutama pengemban
tertinggi yaitu raja langsung dikarunial kewibawaan oleh Tuhan.
            Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat ,
(kewibawaan pun milik rakyat.Rakyat adalah negara,rakyat itu menjelma pada negara.Satu-
satunya realitas adalah negara).
            Pandangan  demokratis yang lain ialah tidak menyamakan rakyat dengan negara,tetapi
rakyat menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya,pun sumber  kedaulatan dan segala
hak(J.J.Rousseau).Apa yang menjadi kehendak rakyat adalah hak itulah yang disebut
kedaulatan mutlak(republik).

d. Kepercayaan kepada Tuhan


            Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting,karena keberadaan
manusia itu bukan ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan.Kepercayaanitu amat
penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya.Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan daripadanya
manusia harus percaya kepada Tuhan,sebab Tuhanlah yang selalu menyertai
manusia.Pengukuhan iman (Kepercayaan),bahwa adanya zat itu merupakan kebenaran
mutlak.Perwujudannya terdapat dalam ikrar yang lisan yang dibenarkan dengan hati dan dan
dilaksanakan dalam perbuatan(affirmation).
            Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada
Tuhannya.Usaha itu antara lain :
a. Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
b. Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat (ambek paramartha).
c. Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia manusia dengan jalan suka
menolong,dermawan dan sebagainya.
d. Mengurangi nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
e. Menekan perasaan negatif seperti iri,dengki,fitnah dan sebagainya.

4. Manusia Dan Harapan

            Kita ingat akan ibarat demikian,”manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum
ajal”. Artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu tidak
ubahnya seperti orang mati. Jadi harapn itu sifatnya manusiawi,dimiliki oleh siapapun dan
dari golongan manapun.Bila ditinjau dari wujudnya  dapat dikatakan tidak terhingga, namun
bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu ialah hidup bahagia di dunia dan akhirat.
            Dalam hubungan dengan pendidikan moral,untuk mewujudkan “harapan” itu sebagai
berikut :
a.Harapan seperti apa yang baik;
b.Bagaimana caranya mencapai harapan itu;
c.Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
            Sebab sering kita saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak-
anaknya agar menjadi seseorang yang memiliki jabatan atau pangkat yang tinggi .Menurut
dugaannya bahwa semua pangkat,jabatan yang tinggi mamapu mamberikan
kebahagiaan.Padahal belum tentu demikian.Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya
didunia saja,namun di akhirat,maka sudah selayaknya “harapan ” untuk hidup bahagia
dikedua tempat itu sudah kita niati.
            Orang yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya cenderung mudah sekali terseret
kejalan yang kurangbaik .Tidak jarang lalu menghalalkan cara untuk mendapatkan kekayaan
tersebut,tidak perduli itu teman atau lawan yang terpenting harapannya tercapai.akhirnya bila
sudah kaya semata mata semuanya itu hanya untuk memuaskan kehendaknya,memuakan
hawa nafsunya.karena kepuasannya dilandasi dengan hawa nafsu maka selamanay tidak akan
puas.Dan akhirnya yang didapat bukanlah suatu kebahagiaan bila harapannya tidak tercapai
namun suatu yang selalu meresahkan hatinya karena kehendaknya tidak terpenuhi.
            Tetapi lain halnya dengan orang yang menyadari sepnuhnya bahwa apa yang ada pada
dirinya hanyalah titipan Tuhan,yang penggunaannya pun harus sesuai dengan kehendak-
Nya.Maka orang itu orang itu tidak akan pernah risau banyak atau sedikit yang didapat maka
ia akan mengeluarkannya dengan ikhlas untuk kepentingan yang disenangi oleh Tuhan
seperti :membayar zakat,berkurban,membantu pembangunan masjid,memlihara anak yatim
dan sebagainya.Seandainya harapannya belum berhasil atau tercapai ia akan tetap bersabar
tanpa mengurangi usahanya, sebab ia yakin Tuhan tidak akan mengubah nasibnya bila ia
sendiri tak mau berusaha kearah perubahan itu.Bila harapannya berhasil maka ia akan
meningkatkan rasa syukurnya namun jika belum berhasil ia akan tetap bersabar dan
bertawakal.
            Berharap hari esok lebih baik daripada hari ini memang hak dan kewajiban
kita.Namun kita harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.Yang
penting marilah kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad SAW : “Berusahalah untuk urusan
duniamu seolah olah kamu akan hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk urusan
akhiratmu seolah olah kamu akan mati esok pagi.”2

5. Harapan Terakhir

            Menurut aristoteles,hidup dan kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya
kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Ia belum sampai pada pemikiran bahwa segala
sesuatu yang ada dibumi dan jagad raya berasal dari Tuhan.Dalam hidup didunia, manusia
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang beragam. Untuk menghadapi persoalan-persoalan
hidup,manusia belajar dari manusia lain, baik informal maupun formal agar kehidupnya dapat
lebih sejahtera.
            Manusia meiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup
yang bersifat kebendaan, sedangkan kebetuhan rohani dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya
rohani,khususnya keagamaan.Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan
yang bersifat duniawi saja,tetapi juga bersifat ukhrowi. Dengan demikian orang harus
memikirkan soal-soal yang bersifat dunia – akhirat. Semakin tinggi kesadaran kehidupan
beragama semakin yakinlah mereka bahwa semua manusia akhirnya akan mati.
            Pada bangsa primitif diyakini bahwa kehidupan sesudah didunia masih memerlukan
kebutuhan seperti dunia, karena itu jenazah dilengkapi denga kebutuhan-kebutuhan.Dalam
ajaran islam jenazah hanya dibungkus dengan kain kafan dan diletakkan langsung ditanah
agar secepatnya kembali pada tanah,innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
            Bagi orang atheis dengan pandangan materialistis mereka tidak percaya akan adanya
Tuhan.Mati bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan tetapi jantungnya berhehnti
berdenyut,sebaliknya bagi orang theis percaya kepada Tuhan dan meyakini bahwa seseorang
yang meninggal itu karena rohnya kembali kepada Tuhan.Mereka yakin bahwa kebahagiaan
yang diharapkan adalah kebahagiaan akhirat sehingga mereka yang makin tua dansadar
bahwa hidupnya tidak lama lagi memprsiapkan diri untuk menghadapi kematian yang
merupakan pintu memasuki dunia akhirat.
            Dalam QS.Ali imron (3:185),Allah berfirman ,”Setiap nafsin akan merasakan
mati,...Jadi setiap individu akan mengalami kematian. Dan karena setiap manusia memiliki
keturunan maka setiap manusia memberikan warisan dan berharap keturunannya menjadi
lebih baik.Itulah harapan terakhir manusia.

           
C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1. Mengapa manusia memerlukan harapan dalam kehidupanya?
2. Berikan contoh harapan dalam kehidupan kalian?
D. REFERENSI
1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html
5. Alamsyah, M 1987. Budi Nuarani Filsafat Berikir. Jakarta :Titik Terang.
6. Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
7. Poedjawijatna, I.R. 1986. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.
8. Faisal, Sanapiah dan Mappiare. Tanpa Tahun. Demensi-Demensi Psikologi.
Surabaya : Usaha Nasional.
9. Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
10. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-kasih.html

Anda mungkin juga menyukai