Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN KE-4:

PENDIDIKAN HUMANIORA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahamii pentingnya pendidikan humaniora;
2. Mengethaui dan memahami latar belakang serta metode pendidikan humaniora;

B. URAIAN MATERI
1. Pengantar

Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan


keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu
membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga akhirnya
terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional, kematangan moral,
dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan budaya. Kehidupan
dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap pribadi itu memiliki
dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana hidup bersama
orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu memiliki akal dan
budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain dan
memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah
akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari pendidikan
humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya dan
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk kehidupan yang
lebih sempurna.
Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan
keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu
membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga akhirnya
terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional, kematangan moral
dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan budaya. Kehidupan
dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap pribadi itu memiliki
dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana hidup bersama
orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu memiliki akal dan
budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain dan
memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah
akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari pendidikan
humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya dan
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk kehidupan yang
lebih sempurna.

2. Pengertian Humaniora

Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang


kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut
dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah
ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika,
logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan
fenomenologi.

3.  Pentingnya Mempelajari Pendidikan Humaniora


Berbagai macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat, tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah
menjadi keseharian. Indikatornya adalah pendidikan belum berperan signifikan dalam
proses membangun kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan.
Tampaknya, manusia harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan bangsa yang
berlarut-larut juga berhubungan dengan kegagalan pendidikan di masa lalu yang
mengakibatkan terjadinya proses dehumanisasi.
Gagasan dan langkah menuju pendidikan yang berorientasi kemanusiaan
merupakan salah satu upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin
terkikis. Melalui pendidikan de-humaniora diharapkan manusia dapat mengenal dirinya,
kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan alam fisik
melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada prinsipnya, pendidikan humaniora bertujuan membuat manusiawi/untuk
keselamatan dan kesempurnaan manusia.

4.  Latar Belakang Pendidikan Humaniora

a. Pengertian kebudayaan

Kebudayaan = cultuur (Bahasa Belanda) = culture (Bahasa Inggeris) berasal dari


perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktiviteit manusia unutki
mengolah danmengubah alam.
Dilihat dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang beratri budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa budaya adalah sebagai suatu oerkembangan dari
kata mejemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu merke
membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah Daya dari Budi yang
berupa cipta, rasa, dan karsa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa
tersebut.
Prof. Dr. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tatakelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.
Untuk lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
1).  Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia
yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non material.
2). Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
3)  Kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan
manusia adalah kebudayaan.
b. Manusia sebagai mahluk yang berbudaya
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi atau yang lazim
disebut pikiran dan perasaan. Disatu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan
tersebut telah memungkinkan munculnya tuntunan-tuntunan hidup manusia yang
lebih dari pada tuntunan mahluk lain. Dari difat tuntunan itu ada yang berupa
tuntutan jasmani dan adapula tuntutan rohani.
Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculonya karya-karya maunsia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh mahluk lain. Citpa, rasa,
dan karasa manusia sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa hentinya
berusaha menciptakan benda-benda baru unutk memenuhi hajat hidupnya; baik
yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini lahirlah Kebudayaan.
Berangkat dari batasan tersebut, maka yang dimaksudkan dengan manusia sebagai
mahluk berbudqaya tidak lain adlaah mahluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan.

c. Manusia sebagai pengemban nilai-nilai

Di muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh
karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang
berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang
bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan
tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia memang
ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal.
Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang berbeda-beda itu
bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material
saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan mereka
kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong
akibatnya tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru
dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua hal ini
bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani kita,
sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani kita.

d. Manusia sebagai makhluk termulia

Kalau kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya,
tidak berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di
antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk
yang lain, adalah :
1). Semua unsur alam, termasuk makhluk-makhluk lain, dapat dikuasai manusia dan
dapat dimanfaatkan unutk keperluan hidupnya
2). Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan
menghindarkannya dari kepunahan.
3). Manusia mampu mengusahakan agar apa yang ada dialam ini tidaksaling
menidakan
4). Manusia mampu mengubah apa yang ada dialam ini yang secara alamiah tidak
bermanfaat menjadi bermanfaat
5). Manusia memiliki kreatifitas oleh karenanya mampu menciptakan benda-benda
yang diperlukan.
6). Manusia memiliki rasa indah dankarenanya mampu menciptkan benda-benda seni
yang dapat menambah kenikmatan hidup rohaninya
7). Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya kehidupan mereka makin
berkembang dan makin sempurna
8). Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain dapat dikuasai manusia dan
dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.

e. Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai ancaman

Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan


manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu
saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya
lebih lanjut.
Dengan akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang
bersifat bahan mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa
dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan
mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak
berminat untuk selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan terlihat sekali perbedaan
antara keduanya.
Selain sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman. Budaya
merupakan bahaya bagi manusia sendiri, yang dimaksud umpama tekhnik, peradaban,
pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang masih kotor,
kediktatoran akal dan budaya yang tamat. Baginya budaya itu menguasai,
menyalahgunakan, menjajah dan mematikan.
Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya tanpa
memperhatikan etika. Akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan
kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak.

1. Metode Pendidikan Humaniora

Tugas pendidikan masa kini, pertama-tama bukannya mengajarkan “apa yang


paling baik diketahui dan dipikirkan pada masa lampau”, akan tetapi yang lebih
penting adalah menyajikan informasi dan orientasi terhadap masa kini, dan khususnya
orientasi terhadap masa depan di mana nantinya para siswa akan hidup di dalamnya.
Dengan pendidikan seperti itu, mereka akan memiliki kepekaan dan kemampuan-
kemampuan untuk mengambil bagian secara kreatif di berbagai kehidupan masa
mendatang.
Mengingat masa lampau tidak akan memberikan kesegaran pada masa kini dan
yang akan datang. Sesuai dengan maqolah dalam buku “Laa Tahzan” bahwasanya
hari ini adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan adalah hari ini, marilah kita
hadapkan diri kita pada kejadian sekarang. Boleh juga kita menoleh masa lampau,
sekedar untuk pelajaran. Kita bisa mengoreksi diri kita dengan melihat kesalahan-
kesalahan pada masa lampau. Namun hanya sebatas itu, jangan kita terlalu larut dalam
kejadian masa lampau.
Pendidikan humaniora adalah pembinaan kualitas kepribadian anak didik,
yaitu untuk mencapai tujuan pengembangan “pribadi seutuhnya”, maka perlu untuk
disajikan program-program kegiatan belajar-mengajar yang sifatnya non-verbal,
sehingga memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kesadaran kepekaannya,
serta kemampuan-kemampuan lainnya untuk menikmati kehidupan aktual dan bukan
lagi terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia intelek yang serba abstrak.
Hal tersebut sangat penting, seseorang yang hanya intelek, tidak akan
seimbang jika tidak disertai dengan kecakapan. Orang yang tidak cakap tidak akan
mampu menunjukkan dan mengembangkan keintelekannya. Begitu pula orang yang
cakap tapi tidak intelek. Dia mampu menunjukkan dan mengembangkan sesuatu.
Akan tetapi, dia tidak punya sesuatu atau materi atau bahan untuk ditunjukkan dan
dikembangkan.
Selain hal-hal di atas, pendidikan humaniora juga mementingkan masalah
spiritual. Manusia tak cukup hanya kaya, tampan, cantik dan berkecukupan. Orang
yang tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya ketenteraman hati. Hal ini dapat
dicapai dengan selalu mendekatkan diri pada sang khaliq dan mensyukuri nikmat-
Nya.

C. LATIHAN/TUGAS

Setelah Anda mempelajari materi, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah
ini:
1.Jelaskan mengenai pentingnya pendidikan Humaniora bagi Mahasiswa di Perguruan
Tinggi ?
2.Jelaskan hubungan antara manusia, budaya, dan kebudayaan?

D. REFERENSI

1. Widaghdo, Djoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan
ketigabelas, September 2015;
2. Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta 1987;
3. Haricahyono, Cheppy, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional, Surabaya.
4. 1987http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2009/10/pendidikan-humaniora.html

Anda mungkin juga menyukai