Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Halim

Nim : 201710081

Mata Kuliah : Hukum Pajak

Dosen : Tri Dian Aprilsesa, S.H., M.H.

Hari/Tanggal : Jumat / 12 November 2021 (13.00-14.00)

Kelas : 01

Universitas Muhammadiyah Pontianak

1. Kemukakan sejarah timbulnya pemungutan pajak di Indonesia?

Jawab :
Di Indonesia pajak mulanya sebuah upeti atau pemberian secara cuma-Cuma
dari rakyat kepada penguasa dikala itu. kan tetapi uperi hanya dipakai guna
kepentingan penguasa saja tidak dipakai untuk kepentingan rakyat. Namun seiring
berjalannya waktu pemberian upeti oleh rakyat tidak lagi dipakai demi kepentingan
suatu pihak saja, melaikan mjlai mengarah ke kepentingan rakyat. Selain itu pada
akhirnya dibuat sebuah aturan yang lebih baik dengan memedulikan unsur keadilan.
Oleh sebab itu rakyat pun dilibatkan dalam pembuatan aturan-aturan pemungnutan
pajak sebab hasil pajak tersebut nantinya dipakai demi kepentingan rakyat. Saat
Indonesia dijajah oleh belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem perpajakan
modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu diantaranya pajak rumah tinggal
yang diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha. Dari sejarah masa penjajahan belanda
inilah sistem perpajakan Indonesia berkembang
2. Jelaskan tata cara pemungutan pajak di Indonesia!

Jawab :
 Self Assessment System
Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang
bersangkutan secara mandir

 Official Assessment System


Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat
perpajakan sebagai pemungut pajak kepada seorang wajib pajak.

 Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan
wajib pajak dan bukan juga petugas pajak/fiskus.

3. Jelaskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban Wajib Pajak di Indonesia! Dari sekian


banyak hak dan kewajiban tersebut, mana yang sudah pernah Anda jalani? Mengapa?

Jawab :

Hak-hak Wajib Pajak

 Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan


Anda berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta surat perintah
pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan tujuan pemeriksaan, meminta
detail perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT, serta hadir saat pembahasan akhir
hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.
 Hak mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan Kembali
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari Ditjen Pajak,
maka dapat mengajukan keberatan. Wajib Pajak juga berhak mengajukan banding
hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
 Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari seharusnya, maka Anda
berhak menerima kelebihan bayarnya. Caranya adalah mengirimkan surat
permohonan ke Kepala Kantor Pajak Pratama (KPP) atau melalui Surat
Pemberitahuan (SP).

 Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak


Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam waktu minimal satu bulan untuk
PPN dan tiga bulan untuk PPh terhitung sejak surat permohonan diterima Ditjen
Pajak.

 Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran


Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan pengangsuran
atau penundaan untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan
di Indonesia.

 Hak kerahasiaan
Hak dan kewajiban Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan kerahasiaan atas
semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen Pajak terkait kepentingan
perpajakan. Hal-hal yang dilindungi mencakup data dari pihak ketiga yang sifatnya
rahasia.

 Hak pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB)


Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan akibat
bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan pajak terutang PBB.

 Hak penundaan pelaporan SPT tahunan


Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan atau penundaan penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh badan dengan alasan atau kondisi tertentu.

 Hak pembebasan pajak


Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembebasan pemungutan atau
pemotongan Pajak Penghasilan dengan alasan atau kondisi tertentu.

 Hak pengurangan PPh Pasal 25


Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran PPh Pasal 25
dengan kondisi tertentu.

 Hak mendapatkan insentif perpajakan


Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas pembebasan
PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut, serta
perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di area pabean oleh Wajib
Pajak tertentu.

 Hak mendapatkan pajak ditanggung pemerintah


Khusus pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai menggunakan hibah atau dana
pinjaman luar negeri, PPh terutang atas penghasilan konsultan, kontraktor, dan
supplier utama ditanggung pemerintah

kewajiban Wajib Pajak

 Kewajiban mendaftarkan diri


Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak yang utama adalah mendaftarkan diri untuk
mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini bisa dilakukan di KP2KP atau
KPP. Bisa juga secara online melalui ereg.pajak.go.id atau aplikasi pajak online
AyoPajak yang telah diawasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

 Kewajiban memberi data


Data yang dimaksud adalah informasi orang pribadi atau badan yang dapat
menunjukkan kegiatan/usaha, penghasilan dan/atau kekayaan, peredaran usaha,
termasuk informasi terkait transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, nasabah debitur,
kartu kredit, hingga laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang
disampaikan kepada instansi lain di luar Ditjen Pajak.
 Kewajiban pembayaran, pelaporan, pemungutan/pemotongan pajak
Wajib Pajak harus menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.
Anda bisa melakukan hal ini secara mudah dan praktis melalui platform AyoPajak.

 Kewajiban pemeriksaan
Contoh kewajiban yang dimaksud adalah memenuhi panggilan untuk menghadiri
pemeriksaan, memberikan izin untuk memasuki ruangan atau tempat yang dinilai
perlu, dan memberikan keterangan jika dibutuhkan.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pajak Tidak Langsung (PTL) dan Pajak
Langsung (PL), serta berikan contoh sesuai dengan perundang- undangan pajak yang
berlaku baik Pajak Pusat maupun Pajak Daerah?

Jawab :

 Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeser kepada pihak lain. Dengan kata lain, pembayarannya dapat diwakilkan
kepada pihak lain.
Contoh nya :
 Cukai
Cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-
barang tertentu yang memiliki sifat serta karakteristik tertentu

 Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dengan kata lain, pajak langsung harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan

Contoh nya :
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB diatur langsung melalui Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah diubah dan disesuaikan
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Dasar pengenaan pajak
jenis ini adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditentukan
berdasarkan harga pasar per wilayah

5. Sebutkan dan jelaskan asas-asas apa saja yang harus diperhatikan dalam pemungutan
pajak?

Jawab :

 Asas yuridis, pemungutan pajak harus berdasar UU (Ps. 23A UUD 45, Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang)
 Asas Ekonomis, pemungutan pajak jangan sampai menghalangi produkdi dan
perekonomian rakyat.
 Asas Finansial, biaya pemungutan pajak lebih rendah dari pajak yg dipungut.

6. Dalam pembagian beban pajak diantara penduduk dikenal ada 2 (dua) teori yaitu teori
kepentingan dan teori gaya pikul. Jelaskan kedua macam teori tersebut dan berikan
contohnya?

Jawab :

 Teori Kepentingan
Dalam teori kepentingan, ibarat dua belah pihak yang saling membutuhkan
dan saling menguntungkan. Negara harus melindungi harta dan jiwa
masyarakat agar kepentingannya bisa terlaksana dengan baik

Contoh nya : penduduk desa mentibar perlu KTP, Penduduk kota sambas
KTP, Paspor, surat keterangan untuk sekolah, SIM, surat nikah, dll.

 Teori Gaya Pikul


Dalam teori gaya pikul, pajak yang harus dibayarkan oleh masyarakat harus
sesuai gaya pikul dan ukuran yang sesuai dengan pengeluaran dan
penghasilan, baik perorangan atau sebuah badan usaha.

Contoh nya : PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) menjadi unsur


kemampuan dan keadilan

Anda mungkin juga menyukai