Disusun Oleh :
1
Kata Pengantar
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Definisi dan Fungsi Pajak............................................................................................................6
2.2 KEDUDUKAN DAN PEMBAGIAN HUKUM PAJAK............................................................7
2.3 TEORI DAN AZAS PAJAK.......................................................................................................9
2.4 JENIS PAJAK............................................................................................................................11
2.6 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK..................................................................................14
2.7 Timbul Dan Berakhirnya Hutang Pajak.....................................................................................15
2.7 TARIF PAJAK...........................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh
dunia,
baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika wajib
pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk
melakukan tindakan, penghindaran, pengelakan penyelundupan, dan
pelalaian pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan
menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Pelaksanaan
Pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem yang
telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya didewan
perwakilan, dengan
menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar
pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun maupum bagi wajib
pajak. Sistem
pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan
perundang –
undangan perpajakan menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam
pemenuhan
kewajiban pepajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah
Self Assesment
System, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan di lakukan
sepenuhnya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digu-
nakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
Fungsi Pajak :
Ada dua fungsi Pajak, yaitu :
a. Fungsi Anggaran ( Budgetair )
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi Mengatur ( Regulerent )
Pajak berfungsi sebagai salah satu alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.
7
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikarenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras .
b. Pajak yang tinggi dikarenakan terhadap barang-barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
10
Wajib Pajak orang pribadi, gaya pikul untuk pengeluaran atau
pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah penghasilan tertentu
yang tidak dikenakan pajak. Sebagai contoh, Tuan Akbar (tidak
kawin) dan Tuan Hakim (kawin, anak 2-K/2) mempunyai
penghasilan yang sama. Beban pajak untuk Tuan Akbar lebih
besar daripada Tuan Hakim karena gaya pikul
(pengeluaran/pembelanjaan) Tuan Akbar lebih kecil dibanding
Tuan Hakim.
4. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)
Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
warganya, teori ini mendasarkan pada paham Organische
Staatsleer Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu
negara, timbulah hak mutlak untuk memungut pajak. Orang-
orang tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan
tidak akan ada individu. Oleh karena itu, persekutuan (yang
menjelma menjadi negara) berhak atas satu dan yang lain.
11
2.4 JENIS PAJAK
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan
menurut lembaga pemungutnya.
1. Menurut Golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua :
a. Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh :
Pajak Penghasilan (PPh) PPh dibayar atau ditanggung oleh
pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
12
melihat ketiga unsur yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan
perpajakannya. Ketiga unsur tersebut terdiri atas :
1. penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal
yuridis diharuskan melunasi pajak.
2. penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya
memikul terlebih dahulu beban pajaknya.
3. pemikul pajak, adalah orang yang menurut undang-undang
harus dibebanı pajak.
Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, pajaknya
disebut Pajak Langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut
terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, pajaknya
disebut Pajak Tidak Langsung.
2. Menurut Sifat
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan keadaan subjeknya.
Contoh :
Pajak Penghasilan (PPh) Dalam PPh terdapat Subjek Pajak
(Wajib Pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang
pribadi tersebut memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak
(status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan
lainnya). Keadaan pribadi Wajib Pajak tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak
kena pajak.
13
b. Pajak Objektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi
Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
Contoh :
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
14
2.6 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel:
1. Stelsel Nyata ( Riel Stelsel )
Pengenaan pajak didasarkan pada objek ( penghasilan yang
nyata ), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan:
a. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih realistis.
b. Sedangkan Kekurangannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan rill
nyata diketahui).
2. Stelsel Anggaran (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang, Misalnya penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal
tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang
terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah
pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus
menunggu pada akhir tahun, Sedangkan kelemahannya adalah
pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan
stelsel anggaran. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggaran, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
15
2.7 Timbul Dan Berakhirnya Hutang Pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan
pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official
assessment system.
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang ,
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan.
Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut :
a. Pembayaran Pajak
b. Kompensasi
c. Daluwarsa
d. Pembebasan dan Penghapusan .
16
4. Rp. 90.000.000 10% Rp. 9000.00.
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap ( sama) terhadap berapa pun
jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang
terutang tetap.
Contoh:
Besarnya tariff Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan
nilai nominal berapa pun adalah Rp. 3000,00
3. Tarif Progresif
Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
Contoh: Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan untuk
wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
4. Tarif Degresif
17
Tarif berupa persentase tertenu yang makin menurun dengan
makin meningkatnya dasar pengenaan pajak
Contoh :
18
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
badan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak
19
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan
cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara
lain kepada Direktur Jenderal Pajak.
4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan.
8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri /Identitas wajib pajak.
b. Untuk mrnjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
Fungsi NPPKP
a.
21