Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perpajakan 1 dengan dosen pengampu LA ODE ABDUL RAKHMAN, S.E.,
M.AK. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Perpajakan 1 yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan .......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk publik saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara,
seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai
dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura
maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk
beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan
atau dari hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua
sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada
negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga
mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan,
kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul
pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara
untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem
pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak
diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri
atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System
terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding System
merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut
pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan dan
pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
4
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu
harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif
pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian
para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang,
badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu
bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib
pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang
dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut
apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga
dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek
setiap jenis pajak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat permasalahan pajak yang harus dipecahkan. Pajak
menjadi salah satu sumber utama perkembangan perekonomian suatu negara. Adapun
masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kapan saat timbulnya utang pajak?
2. Bagaimana cara pengenaan utang pajak?
3. Bagaimana hapusnya hutang pajak terjadi?
4. Apa saja macam-macam tarif pajak?
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Ditetapkan jangka waktu pelunasannya;
3. Jika terlambat bayar/kurang bayar, berakibat dikenakan sanksi;
4. Dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
Pada umumnya yang berhutang pajak ini terdiri dari seseorang tertentu,
namun dapat pula ditentukan dalam undang-undang pajak bahwa disamping
orang-orang tertentu ini, ada orang (pihak) lain yang ditunjuk untuk turut
bertanggung-jawab atas pelunasan hutang pajak ini. Penunjukan pihak lain ini
didasarkan atas pertimbangan-pentimbangan sebagai berikut:
1. Agar fiskus mendapat jaminan yang lebih kuat bahwa utang pajak tersebut
dapat dilunasi tepat pada waktunva.
2. Orang yang sebenarnva herhutang sukar didapat oleh fiskus. tetapi orang yang
ditunjuk diharapkan dapat dengan mudah ditemui.
Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 (dua) ajaran yang mengatur
tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu:
7
B. CARA PENGENAAN UTANG PAJAK
8
tahun pajak, fiskus akan mengenakan pajak berdasarkan anggapan yang
ditentukan dalam undang-undang, yang selanjutnya setelah berakhir tahun pajak
dilakukan pengenaan pajak berdasarkan keadaan yang sesungguhnya (riil). UU
PPh pada prinsipnya mendasarkan pengenaan pajak dengan cara campuran ini.
1. Pembayaran, Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus
karena pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (wajib pajak telah
membayar) ke Kas Negara.
2. Kompensasi, Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi hutang pajak
dengan tagihan seseorang diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena
itu kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa
kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang
diterima Wajib Pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-
pajak lainnya yang terutang.
3. Daluarsa, Dalam penghapusan hutang pajak ini, daluarsa diartikan
sebagai daluwarsa penagihan. Daluwarsa atau lewat waktu ialah sebagai
salah satu sebab berakhirnya utang pajak dan hapusnya perikatan (hak
untuk menagih atau kewajiban untuk membayar hutang) karena
lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam unthng-undang.
Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluarsa setelah lampau waktu
sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhimya
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal
ini untuk memberikan kepastian hukum kapan hutang pajak dapat ditagih
lagi. Namun daluarsa penagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila
diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.
9
4. Pembebasan, Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya
tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap
pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi.
5. Penghapusan, Penghapusan hutang pajak ini sama sifatnya dengan
pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak misalnya
keadaan keuangan Wajib Pajak.
a. Tarif Progresif
Tarif Progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
Contoh :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 25.000.000 5%
Di atas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10%
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%
Di atas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25%
Di atas Rp. 200.000.000 35% 35%
b. Tarif Degresif
Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun
persentasenya semakin kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi
kecil, tetapi bisa menjadi besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah dipergunakan dalam praktik
perundang-undangan perpajakan.
Contoh:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 10.000.000 30 %
10
Diatas Rp. 10.000.000 s/d Rp. 50.000.000 25%
Diatas Rp. 50.000.000 15%
c. Tarif Proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan
persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak. Dengan demikian semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar).
Contoh:
a. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan tarif 10%
Jumlah penjualan Tarif Pajak
Rp. 500.000,- 10%
Rp. 1.000.000,- 10%
Rp. 5.000.000,- 10%
Rp. 10.000.000,- 10%
b. Untuk PBB menggunakan tarif 0.5%
c. Untuk BPHTB menggunakan tarif 5%
d. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap
tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini
diterapkan dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
(BM). Dalam undang-undang Bea Materai, tarif digunakan adalah Bea Materai
dengan nilai nominal sebesar Rp. 500 dan Rp. 1.000. Nilai nominal dalam
perkembangannya selalu berubah-ubah. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1995
tarif Bea Materai di atas dinaikkan menajdi Rp. 1.000 dan Rp. 2.000 yang
selanjutnya dengan PP Nomor 24 tahun 2000 tarifnya dinaikkan lagi menjadi Rp.
3.000 dan Rp. 6.000.
e. Tarif Advalorem
11
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang
dikenakan/ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.
Contoh:
Tarif Bea masuk atas impor barang dengan besaran tarif menggunakan
persentase
f. Tatif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.
Contoh:
Tarif Bea masuk atas impor barang dengan besaran tarif menggunakan
suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentuu atau suatu satuan
jenis barang tertentu.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Timbulnya utang seseorang disebabkan adanya perikatan antara
para pihak. Perikatan tersebut biasanya mewajibkan salah satu pihak untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Terjadinya perikatan
tersebut bisa karena undang-undang atau karena perjanjian.
Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam
pemungutan pajak bagi wajib pajak adalah tarif pajak. Penentuan tarif
pajak merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.
B. SARAN
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki
peran penting dalam Pembangunan suatu negara khususnya Indonesia.
Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar
agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib
pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya Pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ryannavisekafub.wordpress.com/2010/11/07/resume-timbul-dan-
hapusnya-utang-pajak//
http://ahmadjaenudin4793.blogspot.com/2012/12/subjek-dan-objek-pajak-
serta-tarif-dan.html
Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas. 2001. Hukum Pajak.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
10
14