Anda di halaman 1dari 14

HUTANG DAN TARIF PAJAK

Mata Kuliah: Perpajakan 1

Dosen Pengampu: LA ODE ABDUL RAKHMAN, S.E., M.AK.

Disusun Oleh:

Wa Ode Nurfadillah Syah 102201047

Rahmat Rauf 102201049

Nunung Fitryani Ramli 102201060

Nining Ardianingsih Hasim 102201066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah


melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Perpajakan 1 yang berjudul “Hutang dan
Tarif Pajak”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perpajakan 1 dengan dosen pengampu LA ODE ABDUL RAKHMAN, S.E.,
M.AK. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Perpajakan 1 yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah
pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Baubau, 15 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan .......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6

A. Saat Timbulnya Utang Pajak.....................................................................6


B. Cara Pengenaan Utang Pajak.....................................................................8
C. Hapusnya Utang Pajak...............................................................................9
D. Macam-macam Tarif Pajak........................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk publik saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara,
seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai
dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura
maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk
beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan
atau dari hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua
sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada
negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga
mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan,
kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul
pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara
untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem
pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak
diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri
atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System
terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding System
merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut
pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan dan
pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.

4
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu
harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif
pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian
para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang,
badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu
bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib
pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang
dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut
apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga
dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek
setiap jenis pajak.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat permasalahan pajak yang harus dipecahkan. Pajak
menjadi salah satu sumber utama perkembangan perekonomian suatu negara. Adapun
masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kapan saat timbulnya utang pajak?
2. Bagaimana cara pengenaan utang pajak?
3. Bagaimana hapusnya hutang pajak terjadi?
4. Apa saja macam-macam tarif pajak?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui kapan saat timbulnya utang pajak.
2. Mengetahui bagaimana cara pengenaan utang pajak.
3. Mengetahui bagaimana hapusnya hutang pajak terjadi.
4. Mengetahui apa saja mecam-macam tarif pajak.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SAAT TIMBULNYA UTANG PAJAK


Utang Pajak adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh masyarakat
(khususnya Wajib Pajak) akibat adanya keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
harus dilunasi dengan mekanisme yang berlaku dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Pengertian hutang pajak ini diatur di beberapa peraturan perundang –
undangan, seperti Undang – undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.

Menurut Pasal 1 point 8 Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 tentang


Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut, yang dimaksud dengan “Utang
Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi adminisirasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan
Pajak aiau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundangundangan
perpajakan. (Undang-Undang Pajak Tahun 2000, 2001:2 12).

Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang


mendasarnya dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran
perpajakan), yang terdiri dari : keadaan-keadaan tertentu, peristiwa, dan atau
perbuatan tertentu. Tetapi yang sering terjadi ialah karena keadaan, seperti pajak-
pajak yang sangat penting yaitu atas suatu penghasilan atau kekayaan, dikenakan
atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib Pajak yang bersangkutan walaupun
keadaan itu dalam kebanyakan hal timbulnya karena perbuatan-perbuatannya.
Tapi keadaan wajib pajak yang menimbulkan hutang pajak itu sendiri. Adanya
hutang pajak berhubungan dengan adanya kewajiban masyarakat kepada Negara
berdasarkan Undang – undang.

Dalam hutang pajak ini memiliki beberapa sifat, antara lain:

1. Jumlahnya sudah ditetapkan baik oleh Masyarakat atau fiskus;

6
2. Ditetapkan jangka waktu pelunasannya;
3. Jika terlambat bayar/kurang bayar, berakibat dikenakan sanksi;
4. Dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.

Pada umumnya yang berhutang pajak ini terdiri dari seseorang tertentu,
namun dapat pula ditentukan dalam undang-undang pajak bahwa disamping
orang-orang tertentu ini, ada orang (pihak) lain yang ditunjuk untuk turut
bertanggung-jawab atas pelunasan hutang pajak ini. Penunjukan pihak lain ini
didasarkan atas pertimbangan-pentimbangan sebagai berikut:

1. Agar fiskus mendapat jaminan yang lebih kuat bahwa utang pajak tersebut
dapat dilunasi tepat pada waktunva.
2. Orang yang sebenarnva herhutang sukar didapat oleh fiskus. tetapi orang yang
ditunjuk diharapkan dapat dengan mudah ditemui.

Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 (dua) ajaran yang mengatur
tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu:

1. Ajaran Formil, yaitu hutang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat


Ketetapan Pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada Official Assessment
System. Contohnya : hutang pajak si A baru akan timbul sesudah fiskus
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jadi, si A tidak mempunyai
kewajiban membayar pajak penghasilan/ pendapatannya jika fiskus belum
menerbitkan SKP nya.
2. Ajaran Materiil, yaitu utang pajak timbul karena berlakunya undang – undang.
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini
diterapkan pada Self Assessment System. Contohnya : syarat timbulnya utang
pajak bagi si A dalam contoh di atas menurut Undang – Undang No. 19 Tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

7
B. CARA PENGENAAN UTANG PAJAK

Setelah diketahui timbulnya utang pajang sebagaimana dijelaskan di


muka, selanjutnya bagaimana cara pengenaan terhadap utang pajak tersebut dapat
dilakukan. Menurut teori ada 3 (tiga) cara pengenaan pajak dapat dilakukan, yaitu:
cara penggunaan di depan (stelsel fiksi), cara pengenaan riil (stelsel riil), dan
pengenaan cara campuran.

a. Pengenaan di Depan (Stelsel Fiksi)

Pengenaan di depan merupakan suatu cara pengenaan pajak yang


didasarkan suatu anggapan (fiksi) dan anggapan tersebut tergantung pada
ketentuan bunyi undang-undang. Misalnya penghasilan seorang Wajib Pajak pada
tahun berjalan dianggap sama dengan penghasilan pada tahun sebelumnya, tanpa
memperhatikan kondisi yang sesungguhnya atas besarnya penghasilan pada tahun
berjalan. Yang seharusnya menjadi dasar pendapatan besarnya hutang pajak pada
tahun berjalan yang seharusnya menjasi dasar penetapan besarnya utang pajak
pada tahun berjalan. Dengan adanya anggapan demikian, maka fiskus dapat
dengan mudah menetapkan besarnya utang pajak untuk tahun yang akan datang.

b. Pengenaan di Belakang (Stelsel Riil)

Pengenaan di Belakang merupakan suatu cara pengenaan pajak yang


didasarkan pada keadaan yang sesungguhnya (riil) atau nyata, yang diperoleh
dalam suatu tahun pajak. Karena besarnya penghasilan yang diperoleh seorang
Wajib Pajak baru diketahui pada akhir tahun, maka pengenaan baru dilakukan
setelah berakhirnyasuatu tahun pajak. Dengan demikian, utang pajak baru akan
dikenakan di belakang yaitu sesudah berakhir tahun pajak bersangkutan.

c. Pengenaan Cara Campuran

Pengenaan cara campuran merupakan suatu cara pengenaan pajak yang


mendasarkan pada kedua cara pengenaan pajak diatas (fiksi dan riil). Pada awal

8
tahun pajak, fiskus akan mengenakan pajak berdasarkan anggapan yang
ditentukan dalam undang-undang, yang selanjutnya setelah berakhir tahun pajak
dilakukan pengenaan pajak berdasarkan keadaan yang sesungguhnya (riil). UU
PPh pada prinsipnya mendasarkan pengenaan pajak dengan cara campuran ini.

C. HAPUSNYA UTANG PAJAK


Selain hutang pajak itu dapat timbul, hutang pajak pun dapat berakhir atau
hapus.
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Pembayaran, Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus
karena pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (wajib pajak telah
membayar) ke Kas Negara.
2. Kompensasi, Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi hutang pajak
dengan tagihan seseorang diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena
itu kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa
kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang
diterima Wajib Pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-
pajak lainnya yang terutang.
3. Daluarsa, Dalam penghapusan hutang pajak ini, daluarsa diartikan
sebagai daluwarsa penagihan. Daluwarsa atau lewat waktu ialah sebagai
salah satu sebab berakhirnya utang pajak dan hapusnya perikatan (hak
untuk menagih atau kewajiban untuk membayar hutang) karena
lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam unthng-undang.
Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluarsa setelah lampau waktu
sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhimya
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal
ini untuk memberikan kepastian hukum kapan hutang pajak dapat ditagih
lagi. Namun daluarsa penagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila
diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.

9
4. Pembebasan, Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya
tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap
pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi.
5. Penghapusan, Penghapusan hutang pajak ini sama sifatnya dengan
pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak misalnya
keadaan keuangan Wajib Pajak.

D. MACAM-MACAM TARIF PAJAK

a. Tarif Progresif
Tarif Progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
Contoh :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 25.000.000 5%
Di atas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10%
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%
Di atas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25%
Di atas Rp. 200.000.000 35% 35%

b. Tarif Degresif
Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun
persentasenya semakin kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi
kecil, tetapi bisa menjadi besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah dipergunakan dalam praktik
perundang-undangan perpajakan.
Contoh:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Untuk penghasilan s/d Rp. 10.000.000 30 %

10
Diatas Rp. 10.000.000 s/d Rp. 50.000.000 25%
Diatas Rp. 50.000.000 15%

c. Tarif Proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan
persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak. Dengan demikian semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar).
Contoh:
a. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan tarif 10%
Jumlah penjualan Tarif Pajak
Rp. 500.000,- 10%
Rp. 1.000.000,- 10%
Rp. 5.000.000,- 10%
Rp. 10.000.000,- 10%
b. Untuk PBB menggunakan tarif 0.5%
c. Untuk BPHTB menggunakan tarif 5%

d. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap
tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini
diterapkan dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
(BM). Dalam undang-undang Bea Materai, tarif digunakan adalah Bea Materai
dengan nilai nominal sebesar Rp. 500 dan Rp. 1.000. Nilai nominal dalam
perkembangannya selalu berubah-ubah. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1995
tarif Bea Materai di atas dinaikkan menajdi Rp. 1.000 dan Rp. 2.000 yang
selanjutnya dengan PP Nomor 24 tahun 2000 tarifnya dinaikkan lagi menjadi Rp.
3.000 dan Rp. 6.000.

e. Tarif Advalorem

11
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang
dikenakan/ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.

Contoh:
Tarif Bea masuk atas impor barang dengan besaran tarif menggunakan
persentase

f. Tatif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.
Contoh:
Tarif Bea masuk atas impor barang dengan besaran tarif menggunakan
suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentuu atau suatu satuan
jenis barang tertentu.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Timbulnya utang seseorang disebabkan adanya perikatan antara
para pihak. Perikatan tersebut biasanya mewajibkan salah satu pihak untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Terjadinya perikatan
tersebut bisa karena undang-undang atau karena perjanjian.
Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam
pemungutan pajak bagi wajib pajak adalah tarif pajak. Penentuan tarif
pajak merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.

B. SARAN
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki
peran penting dalam Pembangunan suatu negara khususnya Indonesia.
Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar
agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib
pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya Pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia

13
DAFTAR PUSTAKA
http://ryannavisekafub.wordpress.com/2010/11/07/resume-timbul-dan-
hapusnya-utang-pajak//
http://ahmadjaenudin4793.blogspot.com/2012/12/subjek-dan-objek-pajak-
serta-tarif-dan.html
Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas. 2001. Hukum Pajak.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
10

14

Anda mungkin juga menyukai