Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Perekonomian Indonesia
Tentang
“Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah”

Disusun Oleh Kelompok I:


Anhar Nasution
Nanda Aries
Silvia Sabrita
Tifa

Dosen Pengampu:
Maisarah Leli, S.H.I, M.A

PRODI PERBANKAN SYARI’AH


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI-YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H/2022M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Anugrah-Nya yang telah dilimpahkan bagi kita,sehingga kami dapat merangkai kata
dalam menyajikan makalah tentang “Pengantar Ilmu Perpajakan “ ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusunan karya tulis ini di latar belakangi oleh keinginan penulis untuk
memberikan informasi seputaran tentang ” Pengantar Ilmu Perpajakan "kepada para
pembaca .Kami berharap karya tulis ilmiah ini dapat membimbing para pembaca agar
memahami dan berpatisipasi dalam masalah tentang " Pengantar Ilmu Perpajakan”

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami


susun ini masih belum sempurna ,Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami butuhkan untuk lanjutan penyempurnaan penyusunan
makalah berikutnya.

Simpang Empat, 18 Mei 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II Pembahasan

A. Pengertian Dalam Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan..................3


B. Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak..................................................................5
C. Pengertian Dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)....................................10
D. Fungsi Negara Dan Pajak...............................................................................18
E. Penggolongan Pajak.......................................................................................20

BAB III Penutup

A. Kesimpulan....................................................................................................22
B. Saran ..............................................................................................................23
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal


dari rakyat. Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat
penting, maka pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah
satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan
sebuah kenaikan pendapatan negara, pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak adalah dengan melakukan reformasi perpajakan, yaitu
dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan serta sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat
semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat
dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan
memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (WP).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi


wajib kepada negara berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau
Badan yang dapat dipaksakan sesuai peraturan perundang-undangan dengan
tidak mendapat imbalan secara langsung untuk keperluan negara dalam
menyelenggarakan pemeritahan demi mencapai kesejahteraan umum.

Perkembangan era globalisasi sekarang ditandai dengan berbagai


macam perubahan dalam segala macam aspek kehidupan manusia.
Dengan berkembangnya teknologi tersebut didukung juga dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, maka hal itu berdampak pada pola

1
perkembangan dan kemajuan di bidang kearsipan yang baik. Seiring dengan
berjalan waktu, teknologi kearsipan tentu saja bersifat praktis dan memiliki
tingkat risiko yang lebih kecil. Teknologi kearsipan yang lebih canggih yaitu
arsip teknolgi yang digunakan oleh berbagai instansi-instansi. Arsip teknologi
juga dimanfaatkan oleh Departemen Keuangan untuk mendokumentasikan
semua arsip-arsipnya. Ini merupakan suatu pembaharuan dalam sistem
perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan?
2. Apa aja Kewajiban dan Hak Wajib Pajak?
3. Bagaimana Pengertian dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
4. Apa saja Fungsi Negara dan pajak?
5. Bagaimana Penggolongan pajak?

C. Tujuan Masalah
1. Mampu menjelaskan Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Mampu menjelaskan Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
3. Mampu menjelaskan Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Mampu menjelaskan Fungsi Negara dan pajak
5. Mampu menjelaskan Penggolongan pajak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan1


1. Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar besarnya kemakmuran rakyat
2. Wajib Pajak (WP) yaitu orang pribadi atau badan meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi; PT, CV,
BUMN, BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa, Organisasi sosial politik,
Lembaga, dan bentuk usaha lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.

1
Ortax. Peraturan Perundang-undangan. Bandung: Rimedika.2007. hal 98

3
5. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajakdan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak
sesuai undangundang pajak pertambahan nilai tahun 1983 dan
perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu)
bulan kalender atau jangka waktu lain paling lama 3 bulan kalender yang
digunakan dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang.
8. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila WP
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin
9. Bagian Tahun Pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak
10. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa
pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu
tahun pajak atau bagian tahun pajak

4
14. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
Menteri Keuangan.
15. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi surat
ketetapan kurang bayar, surat ketetapan kurang bayar tambahan, surat
ketetapan nihil, dan surat ketetapan lebih bayar.
16. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
17. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak sesuai dengan UU No. 19/2000
18. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa laporan laba rugi dan neraca untuk periode tahun pajak
tersebut.
B. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak2
1. Kewajiban Wajib Pajak

Ada kewajiban yang harus dipatuhi oleh wajib pajak, di antaranya:

a) Kewajiban Mendaftarkan Diri

Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor


Pokok Wajib Pajak (NPWP) di kantor pajak pratama (KPP) atau
kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP).
2
Rosdiana, Haula & Edi Slamet Pengantar Ilmu Pajak Kebijakan dan Implementasi di
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2011. hal 152

5
Saat ini, pendaftarakan NPWP juga dapat dilakukan melalui online.
Anda dapat membaca tata cara pendaftaran NPWP online di artikel
“Daftar NPWP Online, Ini 3 Syarat & Langkah Mudahnya“.

Wajib pajak yang merupakan pengusaha, wajib dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau KP2KP setelah
memenuhi persyaratan tertentu, di antaranya pengusaha orang pribad
atau badan melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak dengan jumlah omzet melebihi Rp4.800.000.000 dalam setahun.
Jika tidak memenuhi syarat tersebut, tetap dapat melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Setelah dikukuhkan sebagai PKP, maka wajib untuk memungut pajak


pertambahan nilai (PPN) dari setiap pembeli/pengguna jasanya dengan
menerbitkan faktur pajak. PPN tersebut kemudian dilaporkan dalam
SPT Masa. Jika ada yang harus disetorkan, wajib pajak perlu
menyetorkan PPN itu ke KPP tempat mendaftar, atau bisa secara
online melalui aplikasi OnlinePajak.

b) Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan


Pajak

Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan


penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak terutangnnya sendiri.
Dalam melaksanakan kewajiban ini, dapat melakukannya secara
mudah dan cepat melalui aplikasi OnlinePajak.

Aplikasi OnlinePajak memudahkan Anda untuk hitung, setor, lapor


pajak. Semua pelaksanaan kewajiban pajak ini cukup dilakukan dalam
satu aplikasi, hanya dengan satu klik.

c) Kewajiban dalam Hal Diperiksa

6
Ditjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pada wajib pajak untuk
menguji kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan
terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.

Kewajiban yang diperiksa di antaranya:

 Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai waktu


yang ditentukan, khususnya jenis Pemeriksaan Kantor.
 Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi dasar
serta berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak. Untuk jenis Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus
memberikan akses untuk melihat dan menyimpan data.
 Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang
dianggap perlu serta memberi bantuan untuk memperlancar proses
pemeriksaan.
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan.
 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan
Publik, khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
 Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang
diperlukan.
d) Kewajiban Memberi Data

Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang
dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha,
penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi
mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas

7
devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan
usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Ditjen Pajak.

Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh
setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika
sengaja tidak memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan terkena
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000.

2. Hak Wajib Pajak

Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan
dibahas secara singkat dan tuntas pada poin ini.

a) Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak

Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong atau


dipungut ternyata lebih kecil daripada jumlah kredit pajak, wajib pajak
berhak menerima kembali kelebihan tersebut. Dengan kalimat
sederhana, Anda berhak menerima kembali kelebihan bayar ketika
membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang sebenarnya.

Anda dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan bayar


pajak dengan mengirimkan surat permohonan pada Kepala KPP
(Kantor Pajak Pratama) atau melalui SPT (Surat Pemberitahuan).
Setelah menerima surat permohonan, Ditjen Pajak akan
mengembalikan kelebihan bayar pajak dalam waktu 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Jika wajib pajak termasuk dalam kriteria wajib pajak patuh,


pengembalian ini dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh
dan 1 bulan untuk PPN sejak permohonan diterima.

8
Kalau Ditjen Pajak terlambat mengembalikan kelebihan bayar pajak,
wajib pajak berhak menerima bunga sebesar 2% per bulan dengan
maksimum 24 bulan.

b) Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak pada wajib


pajak, wajib pajak berhak untuk:

 Meminta Surat Perintah Pemeriksaan.


 Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa .
 Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan.
 Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT.
 Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas
waktu yang ditentukan.

Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis pemeriksaan terbagi menjadi dua


jenis, yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung dari tanggal
wajib pajak memenuhi surat panggilan untuk melakukan pemeriksaan
kantor sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

Sedangkan pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu


paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 8
(delapan) bulan, terhitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan
sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

c) Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali

Setelah dilakukan pemeriksaan, umumnya akan terbit suatu surat


ketetapan pajak yang menunjukkan kalau wajib pajak kurang bayar,

9
lebih bayar, atau nihil perpajakannya. Jika wajib pajak tidak
sependapat dengan surat tersebut, dapat mengajukan keberatan. Lalu
bila belum puas dengan keputusan keberatan, selanjutnya wajib pajak
dapat mengajukan banding. Langkah terakhir dalam sengketa pajak,
wajib pajak dapat mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung.

C. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan


kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP).

1. Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


a) UU No 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
b) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-150/PJ/1999 ; tentang
Perubahan KEP -27/PJ/1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
c) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tanggal 4
Desember 2000 tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak
Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi Pengusaha Kena Pajak.
d) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-516/PJ/2000 tanggal 4
Desember 2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan
Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP,
serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.

10
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-161/PJ/2001 tanggal 21
Februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan
Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
e) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-525PJ/2000 tanggal 6
Desember 2000 tentang Tempat Lain sebagai Tempat Terutangnya
Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak.
f) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-167/PJ/2003 tentang
Perubahan Ketiga atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-
515/PJ/2000 tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu
dan Tempat Pelaporan Usaha bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu.

2. Kewajiban untuk memperoleh NPWP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 menyebutkan


bahwa yang diwajibkan mendaftar dan mendapatkan NPWP adalah:

a) Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan


perjanjian pemisahan harta yang didasarkan keputusan hakim
dikehendaki secara tertulis.
b) Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat
usaha tersebut di beberapa tempat.
c) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, jika sampai dengan suatu bulan memperoleh
penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun.
d) Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan untuk memperoleh NPWP.

3. Format Nomor Pokok Wajib Pajak

11
Sebelum tahun 2001, format NPWP atas 11 digit. Akan tetapi, sejak
tahun 2001 hingga saat ini, format tersebut diubah menjadi 15 digit.
Sembilan digit pertama dari format NPWP merupakan Kode Wajib Pajak
dan enam digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

Keterangan :

a. IdentitasWajib Pajak

Merupakan klasifikasi membedakan status Wajib Pajak, yaitu:

 Wajib Pajak bendaharawan, dengan kode 00.


 Wajib Pajak badan, dengan kode 01, 02, 03, 11, 12 dan 13.

b. Wajib Pajak orang pribadi, dengan kode 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan
10 Nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak
c. Diberikan untuk kantor pelayanan pajak sebagai alat pengaman
agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP.
d. Kode Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
e. Status Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
 Wajib Pajak Tunggal/Wajib Pajak Pusat, dengan kode 00.
 Wajib Pajak Cabang, dengan kode 01, 02, 03, dan seterusnya.

12
4. Fungsi NPWP

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai


berikut:

a) Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.


b) Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
c) Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.
d) Memenuhi kewajiban perpajakan.
e) Mendapatkan pelayanan instansi tertentu yang mewajibkan
pencantuman NPWP dalam dokumen yang diwajibkan, misalnya
pengajuan kredit usaha di bank.

Sedangkan menurut Marsyahrul (2006:41), fungsi NPWP adalah:

a) Dipergunakan untuk mengetahui identitas Wajib Pajak yang


sebenarnya, sehingga setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP.
b) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan sarana dalam
administrasi perpajakan.
c) Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan
mencantuman NPWP.
d) Untuk memenuhi kewajibankewajiban perpajakan, misalnya dalam
setoran pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga wajib mencantumkan NPWP.
e) Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen yang diajukan.

13
5. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka


waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP
adalah:

a) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan, wajib mendaftarkan diri
paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
b) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau
tidak melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya
sampai dengan satu bulan yang disetahunkan telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat
pada akhir bulan berikutnya.

6. Kebutuhan Dalam Memiliki NPWP

Kebutuhan menurut kamus Bahasa Indonesia berarti sangat perlu


menggunakan, memerlukan. Ada lima hal yang menyebabkan wajib pajak
harus memiliki NPWP:

a) Mempermudah dalam Membayar Zakat Mal. Dalam agama Islam,


diwajibkan untuk membayar zakat mal sebesar 2.5% dari penghasilan.
Dalam hal ini Hubungannya dengan memiliki NPWP yaitu seluruh
penghasilan dikenakan PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan) akan
terkontrol.
b) Terkena Potongan Pajak Penghasilan (PPh) yang Tinggi. Seorang
karyawan swasta, Pejabat Negara, Prajurit TNI, dan PNS yang belum
punya NPWP maka dikenakan potongan PPh Pasal 21 lebih tinggi
sebesar 20% dari potongan PPh pegawai yang sudah punya NPWP.

14
c) Terkena PPh Tinggi saat Belanja Barang ke Luar Negeri. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yang
berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 tentang kepabeanan, jika Belanja
Barang Online ke Luar Negeri atau ke situs e-commerce yang berada
di luar Indonesia melalui internet dan barang yang nilainya lebih dari
$50 USD maka akan dikenakan PPh.
d) Dipersulit saat Bepergian ke Luar Negeri. Mulai tahun 2011 Dirjen
Imigrasi sudah memberlakukan bebas bayar fiskal saat bepergian ke
luar negeri. Baik yang sudah punya NPWP maupun tidak. Namun
faktanya akan tetap dipersulit untuk ke luar negeri saat mengurus
izinnya kalau wajib pajak tidak tertib pajak. Salah satunya jika tidak
memiliki NPWP.
e) Syarat pengajuan kredit ke bank. Untuk pengajuan kredit ke bank
dengan nilai di atas Rp 50 Juta, salah satu syarat yang harus dipenuhi
adalah wajib punya atau melampirkan NPWP.

7. Tata Cara Memperoleh NPWP


a) Kewajiban Mandaftarkan Diri

Dalam Pasal 2 ayat 1 UU KUP dijelaskan bahwa setiap warga Negara


yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif dalam
bidang perpajakan diwajibkan untuk memperoleh NPWP. Persyaratan
subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya. Persyaratan Objektif adalah persyaratan bagi subjek
pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan diwajib kan untuk
melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuanUndang-Undang
Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

15
Pihak-pihak yang wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP,
yaitu:

 Wajib Pajak badan, dengan mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan


Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut
berdiri.
 Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya telah melebihi
PTKP (Pengahasilan Tidak Kena Pajak).
 Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan
untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh
badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak
berkedudukan di Indonesia.
 Wajib Pajak yang berlaku sebagai pemungut atau pemotong
(Wajib Pajak non-subjek), yaitu bendaharawan Negara dan badan
tertentuyan Wajib Pajak di tetapkan oleh Menteri Keuangan.
 Pengusaha Kena Pajak
 Wanita kawin atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak
dan kewajiban suaminya.

b) Syarat Kelengkapan Memperoleh NPWP

Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di


kantor pelayanan pajak domisili atau kantor pelayanan pajak lokasi.
Kantor pelayanan pajak domisili adalah pelayanan pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal/domisili Wajib Pajak orang pribadi
yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik
dan pegawai. Kantor pelayanan pajak lokasi adalah kantor pelayanan
pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha, pemberi
kerja atau bendaharawan pemerintah terdaftar. Penyempaian

16
permohonan untuk NPWP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara manual atau melalui e-NPWP.

Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak harus mengisi formulir


pendaftaran dan menyampaikannya secara langsung atau melalui pos
ke kantor pelayanan pajak atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan ketentuan
sebagai berikut:

 Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas. Ketentuannya adalah fotocopy KTP bagi
penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau
kepala desa bagi orang asing.
 Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha/melakukan pekerjaan bebas:
1) Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor
dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi orang asing.
2) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dari instansi yang berwenang atau pekerjaan bebas dari instansi
yang berwenang, minimal lurah atau kepala desa.

 Untuk Wajib Pajak badan:


1) Fotocopy pendirian dan perubahan terakhir atau surat
keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha
Tetap.
2) Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor
dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang

17
berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi orang asing
dari salah seorang pengurus aktif.
3) Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang minimal lurah atau kepala desa.
 Untuk bendaharawan sebagai Wajib Pajak:
1) Fotocopy KTP bendaharawan.
2) Fotocopy surat penunjukkan sebagai bendaharawan.

D. Fungsi Negara Dan Pajak

Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai fungsi Negara dan Pajak:

1. Fungsi Pemerintah

Fungsi pemerintah dari segi ekonomi adalah mengatasi masalah inefisiensi


dalam alokasi sumber ekonomi, mendistribusikan penghasilan dan
kekayaan kepada masyarakat.

Fungsi kebijakan fiscal yang dijalankan pemerintah adalah:

a) Fungsi alokasi

Jika pasar tidak mau memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan
masyarakat luas, maka pada saat itulah seharusnya pemerintah
melakukan intervensi dengan cara menyediakan barang atau jasa
tersebut.

b) Fungsi Distribusi

Pemerintah bertanggungjawab untuk mendistribusikan pendapatan


agar kesejahteraan dapat menyebar ke setiap lapisan masyarakat.

c) Fungsi Stabilisasi

18
Pemerintah menggunakan kebijakan anggaran sebagai alat untuk
menjaga agar tingkat tenaga kerja tetap tinggi, tingkat stabilisasi harga
yang layak dan pertumbuhan ekonomi yang tepat.

d) Fungsi regulasi

Pemerintah menetapkan regulasi untuk mengatasi permasalahan,


seperti permasalahan yang berkaitan dengan common property
resourcesI , adanya monopoli dan atau oligopoly serta permasalahan
lainnya.

2. Fungsi pajak

Pajak sebagai instrument politik dapat dikolaborasi dalam beberapa fungsi


sebagai berikut:

a) Sebagai sumber penerimaan Negara yang aman, murah dan


berkelanjutan Untuk memenuhi fungsi budgetair, tidak jarang
pemerintah suatu Negara memilih untuk memberlakukan kebijakan
second best theory. Jika suatu pajak sulit untuk dipungut padahal
potensinya signifikan, maka pemerintah lebih mengedepankan asas
simplicity daripada asas equality.
b) Sebagai instrument keadilan dan pemerataan Pajak sebagai instrument
keadilan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
 Dari sisi kebijakan pajak
 Dari sisi belanja / pengeluaran pemerintah

c) Sebagai instrumen kebijakan pembangunan


 Pajak untuk mewujudkan Millennium Development Goals
 Pajak untuk pembangunan nasional
 Pajak untuk pembangunan regional

19
 Pajak untuk pembangunan ekonomi
d) Sebagai instrument ketenagakerjaan Keberpihakan pemerintah
terhadap masalah ketenagakerjaan kerap kali didukung dengan
kebijakan-kebijakan lain yang terkait, antara lain kebijakan pajak
seperti pemberian berbagai insetif pajak.

E. Penggolongan Pajak
1. Penggolongan pajak
a. Pajak langsung dan pajak tidak langsung
Beberapa kriteria dapat dijadikan pembeda antara pajak
langsung dan pajak tidak langsung, yaitu dasar penentuan beban pajak,
pengalihan beban pajak, sistem pelaporan dan periodisasi perhitungan,
pembayaran dan pelaporan pajak terutang.
Berdasarkan keempat kriteria tersebut, pembedaan bermuara pada dua
aspek , yaitu:
 Aspek ekonomis
Perbedaan antara pajak langsung dan pajak tidak langsung
adalah terkait beban pajak. Secara ekonomis, beban pajak langsung
tidak dapat dialihkan, sebaliknya dalam pajak tidak langsung,
beban pajak dapat dialihkan.
 Aspek Administratif
Pembedaan ini diperlukan untuk menentukan subjek, objek dan
tariff pajak dengan tepat.
b. Pajak subjektif dan pajak objektif
Pajak subjektif dimulai dengan menetapkan orangnya,
kemudiann menetaokan syarat-syarat objektifnya. Sedangkan pajak
objektif dimulai dengan menetapkan obyeknya, kemudian menetapkan
subjeknya atau orang yang harus membayar pajaknya.

20
c. Pajak pusat dan pajak daerah
Pembedaan pajak pusat dan pajak daerah dilakukan untuk
menentukan kewenangan pemungutan pajak dan pemanfaatan/
penggunaannya serta untuk menghindari adanya pajak berganda.

2. Beberapa jenis pajak


a. Excise (Cukai)
Cukai adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu. Tujuan pemungutan cukai lebiih menitikberatkan pada fungsi
regulerend. Karateristik cukai adalah:
1) Selectivity In Coverage
2) Discrimination in intent
3) Quatitative measurement

b. Custom Duties (Bea Masuk)


Bea masuk adalah pajak atas lalu lintas barang. Tujuan bea
masuk adalah untuk melindungi produk dalam negeri. Karakteristik
kebijakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1) Transparan
2) Selektif
3) Limitative
4) Declining

BAB III

PENUTUP

21
A. Kesimpulan

Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal


dari rakyat. Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat
penting, maka pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah
satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan
sebuah kenaikan pendapatan negara, pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Wajib Pajak (WP) yaitu orang pribadi atau badan meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan


kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP).

Perkembangan era globalisasi sekarang ditandai dengan berbagai


macam perubahan dalam segala macam aspek kehidupan manusia.
Dengan berkembangnya teknologi tersebut didukung juga dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, maka hal itu berdampak pada pola
perkembangan dan kemajuan di bidang kearsipan yang baik. Seiring dengan
berjalan waktu, teknologi kearsipan tentu saja bersifat praktis dan memiliki
tingkat risiko yang lebih kecil.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kata


sempurna.oleh Karena itu kritik Dan Saran dari setiap pembaca kami

22
butuhkan untuk membangun motivasi Dan kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya.semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap pembaca nya.

Daftar Kepustakaan

Ortax. (2007). Peraturan Perundang-undangan. Bandung: Rimedika.

23
Rosdiana, Haula & Edi Slamet (2011). Pengantar Ilmu Pajak Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

24

Anda mungkin juga menyukai