Anda di halaman 1dari 24

“PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH”

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 PAJAK DAERAH.................................................................................................................3
2.1.1 Teori Pajak Daerah........................................................................................................3
2.1.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah...................................................................................................5
2.1.3 Fungsi Pajak Daerah......................................................................................................5
2.1.4 Prinsip-Prinsip Pajak Daerah.........................................................................................6
2.1.5 Kriteria Pajak Daerah.....................................................................................................7
2.1.6 Jenis Pajak, Subjek, Dan Objek Pajak Daerah...............................................................9
2.1.7 Tarif Pajak Daerah.......................................................................................................12
2.1.8 Tata Cara Pemungutan Pajak.......................................................................................13
2.1.9 Kadaluwarsa Penagihan Pajak.....................................................................................14
2.2 RETRIBUSI DAERAH.......................................................................................................14
2.2.1 Pengertian Retribusi Daerah.........................................................................................14
2.2.2 Jenis-Jenis Retribusi Daerah........................................................................................15
2.2.3 Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi............................................................17
2.2.4 Tata Cara Pemungutan Retribusi..................................................................................18
2.2.5 Kadaluwarsa Penagihan Retribusi................................................................................18
2.2.6 Masalah-Masalah dalam Penerapan Retribusi Daerah.................................................18
BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
3.2 Saran....................................................................................................................................20
. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak
daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.
Pajak Provinsi terdiri atas pajak kendaraan bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan lain-lain. Sedangkan Pajak
Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, dan lain-lain. Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan
mengurus sendiri berbagai keperluan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, kemampuan


daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena daerah
dapat dengan mudah menyesuaikan pendapatan sejalan dengan adanya peningkatan
basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu pendapatan daerah
yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Pajak Daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan
bahwa segala pembebanan kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang. Oleh karena itu, guna
penyelenggaraan pemerintahan, daaerah berhak menggunakan pungutan kepada
masyarakat. Namun demikian, pemungutan pajak dan pungutan lain harus didasarkan
pada Undang-Undang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul paper diatas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam
penulisan ini adalah:
1. Apa saja teori pajak daerah?
2. Apa saja ciri-ciri pajak daerah?
3. Apa fungsi pajak daerah?
4. Apa prinsip-prinsip pajak daerah?
5. Apa saja kriteria Pajak Daerah?
6. Apa saja jenis pajak, subjek dan objek pajak daerah?
7. Apa saja tarif pajak daerah?
8. Bagaimana tata cara pemungutan pajak daerah?
9. Kapan kadaluwarsa penagihan pajak daerah?
10. Apa itu retribusi daerah?
11. Apa saja objek dan subjek retribusi daerah?
12. Apa saja jenis-jenis retribusi daerah?
13. Bagaimana prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah?
14. Bagaimana tata cara pemungutan retribusi daerah?
15. Kapan kadaluwarsa retribusi daerah?
16. Apa saja masalah-masalah dalam penerapan Retribusi Daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan paper ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ketentuan Umum Perpajakan.
2. Untuk mengetahui pengertian dan teori dari pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Untuk memahami apa saja jenis, subjek dan objek pajak daerah.
4. Untuk mengetahui tata cara pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
5. Untuk mengetahui mengetahui prinsip an sasaran penetapan tarif retribusi daerah.
6. Untuk mengetahui kapan kadaluwarsa pajak daerah dan retribusi daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PAJAK DAERAH

2.1.1 Teori Pajak Daerah


Beberapa pengertian atau istilah yang terkait dengan Pajak Daerah antara lain:
1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daertah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4. Subjek pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
5. Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyaib hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
Teori development from below berpendapat bahwa orang akan lebih bersedia
membayar pajak kepada pemerintah daerah daripada kepada pemerintah pusat karena
mereka dapat secara mudah melihat manfaat langsung dalam pembangunan di daerah
mereka (Davey,1988). Berdasarkan pendapat tersebut terlihat pentingnya pajak daerah
bagi pembangunann daerah. Selain itu, manfaat dari pajak daerah dapat secara
langsung dilihat oleh masyarakat di daerah.

Menurut Davey (1998), mengemukakan bahwa pajak daerah dapat diartikan


sebagai :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah
sendiri.
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya
dilakukan oleh pemerintah daerah.
3. Pajak yang ditetapkan dan/atau dipungut pemerintah daerah.
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat tetapi hasil
pemungutannya diberikan kepada, dibagihasilakandengan, atau dibebani pungutan
tambahan oleh Pemerintah Daerah.

Menurut Soelarno dalam Lutfi (2006:7), Pajak Daerah adalah pajak asli daerah
maupun pajak negara yang diserahkan kepada daerah, yang pemungutannya
diselenggarakan oleh daerah di dalam wilayah kekuasaannya, yang guna untuk
membiayai pengeluaran daerah sehubungan dengan tugas dan kewajibannya untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan.

Sedangakan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah
dan pembangunan Daerah.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak


daerah oleh pemerintah Kota/Kabupaten kepada masyarakat pada dasarnya bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.1.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah


Berikut ini ciri-ciri pajak Daerah yang membedakannya dengan pajak Pusat
yaitu sebagai berikut:

1. Pajak Daerah bisa berasal dari pajak asli Daerah atau pajak Pusat yang diserahkan
ke Daerah sebagai Pajak Daerah.
2. Pajak Daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
3. Pajak Daerah digunakan untuk membiayai urusan atau pengeluaran untuk
pembangunan dan Pemerintahan Daerah.
4. Pajak Daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan Undang-
Undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek pajaknya.
5. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, yang berarti perbandingan antara
Penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.
6. Relatif stabil, artinya penerimaan pajak tidak berfluktuasi terlalu besar, kadang-
kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam
7. Basis pajaknya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit)
dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

Unsur-unsur yang ada dalam Pajak Daerah pada dasarnya sama seperti unsur
pajak lainnya yakni subjek pajak daerah, objek pajak daerah, dan tarif pajak daerah.

2.1.3 Fungsi Pajak Daerah


Sebagaimana halnya dengan pajak pusat, pajak daerah mempunyai peranan
penting dalam pelaksanaan fungsi negara/pemerintahan, baik dalam fungsi mengatur
(regulatory), penerimaan (Budgetory), redistribusi (redistributive), dan alokasi sumber
daya (resource allocation) maupun kombinasi antara keempatnya. Pada umumnya
fungsi pajak daerah lebih diarahkan untuk alokasi sumber daya dalam rangka
penyediaan pelayanan kepada masyarakat, disamping fungsi regulasi untuk
pengendalian. Sesuai hal tersebut, fungsi pajak daerah dapat dibedakan menjadi 2
fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi yang paling utama dari pajak daerah adalah untuk mengisi kas daerah.
Fungsi ini disebut fungsi budgetair yang secara sederhana dapat diartikan sebagai
alat pemerintah daerah untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai
kepentingan pembiayaan pembangunan daerah. Fungsi ini juga tercermin dalam
prinsip efisiensi yang menghendaki pemasukan yang sebesar-besarnya dengan
pengeluaran yang sekecil-kecilnya dari suatu penyelenggaraan pemungutan pajak
daerah.
2. Fungsi Pengaturan (Regulerend)
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk mengatur atau regulerend. Dalam
hal ini pajak daerah dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai instrumen
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, pengenaan pajak daerah
dapat dilakukan untuk mempengaruhi tingkat konsumsi dari barang dan jasa
tertentu. Fungsi pengaturan dari pajak daerah dapat dilakukan dengan
mengenakan pajak daerah yang tinggi terhadap kegiatan masyarakat yang kurang
dibutuhkan. Sebaliknya, untuk kegiatan prioritas yang memberikan dampak positif
bagi pengembangan ekonomi masyarakat dikenakan pajak daerah yang rendah.
Fungsi pengaturan dari pajak daerah belum banyak dimanfaatkan oleh daerah.
Beberapa daerah memang sudah mengakomodir fungsi pendapatan dan fungsi
pengaturan dalam perumusan kebijakan pajak daerah, antara lain melalui
penerapan tarif yang berbeda antar golongan masyarakat. Kebijakan ini dapat
membantu golongan masyarakat tertentu dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya, namun belum memberikan dampak positif yang signifikan bagi
pengembangan ekonomi. Langkah yang belum banyak dipertimbangkan oleh
daerah adalah pemberian insentif pajak daerah dalam rangka menarik investasi di
daerahnya.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pajak Daerah


Suatu pajak daerah harus memenuhi beberapa prinsip umum, sehingga
pemungutannya dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dari sejumlah prinsip
yang umum digunakan di bidang perpajakan, di bawah ini diuraikan beberapa prinsip
pokok dari suatu pajak yang baik, antara lain:
1) Prinsip Keadilan (Equity)
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya keseimbangan berdasarkan
kemampuan masing-masing subjek pajak daerah. Yang dimaksud dengan
keseimbangan atas kemampuan subjek pajak adalah dalam pemungutan pajak
tidak ada diskriminasi di antara sesama wajib pajak yang memiliki kemampuan
yang sama.
2) Prinsip Kepastian (Certainty).
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian, baik bagi aparatur
pemungut maupun wajib pajak. Kepastian di bidang pajak daerah antara lain
mencakup dasar hukum yang mengaturnya; kepastian mengenai subjek, objek,
tarif dan dasar pengenaannya; serta kepastian mengenai tata cara
pemungutannya. Adanya kepastian akan menjamin setiap orang untuk tidak
ragu-ragu dalam menjalankan kewajiban membayar pajak daerah, karena segala
sesuatunya diatur secara jelas.
3) Prinsip Kemudahan (Convenience)
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat bagi
wajib pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya. Pemungutan pajak daerah
sebaiknya dilakukan pada saat wajib pajak daerah menerima penghasilan.
Dalam hal ini negara tidak mungkin melaksanakan pemungutan pajak daerah
jika masyarakat tidak mempunyai kekuatan untuk membayar. Bahkan daerah
seharusnya memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada masyarakat untuk
memperoleh peningkatan pendapatan, dan setelah itu mereka layak memberikan
kontribusi kepada daerah dalam bentuk pajak daerah.
4) Prinsip efisiensi (Efficiency).
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya efisiensi pemungutan pajak, artinya
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh
lebih besar dari jumlah pajak yang dipungut. Dalam prinsip ini terkandung
pengertian bahwa pemungutan pajak daerah sebaiknya memperhatikan
mekanisme yang dapat mendatangkan pemasukan pajak yang sebesar-besarnya
dan biaya yang sekecil-kecilnya.

2.1.5 Kriteria Pajak Daerah


Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah, yaitu:
1. Pungutan bersifat pajak dan bukan retribusi. Pungutan tersebut harus sesuai
definisi pajak yang ditetapkan dalam undangundang, yaitu merupakan
kontribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah:
 tanpa imbalan langsung yang seimbang;
 dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan; dan
 digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah.
2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah, serta hanya melayani
masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara
pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman dan
kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan.
4. Potensi pajak memadai, artinya hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari
biaya pemungutan.
5. Objek Pajak bukan merupakan objek pajak pusat. Jenis pajak yang
bertentangan dengan kriteria ini, antara lain adalah pajak ganda (double tax),
yaitu pajak dengan objek dan/atau dasar pengenaan yang tumpang tindih
dengan objek dan/atau dasar pengenaan pajak lain yang sebagian atau seluruh
hasilnya diterima oleh daerah
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak mengganggu
alokasi sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi
antardaerah maupun kegiatan ekspor-impor.
7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
8. Aspek kemampuan masyarakat. Pajak memperhatikan kemampuan subjek
pajak untuk memikul tambahan beban pajak, sehingga sebagian besar dari
beban pajak tersebut tidak dipikul oleh masyarakat yang relatif kurang
mampu.
9. Menjaga kelestarian lingkungan. Pajak harus bersifat netral terhadap
lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang
kepada daerah atau pusat atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan
2.1.6 Jenis Pajak, Subjek, Dan Objek Pajak Daerah
Pajak Daerah di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan tingkatan
Pemerintah Daerah, yaitu sebagai berikut:

1. Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak terhadap seluruh
kendaraan beroda yang digunakan di semua jenis jalan baik darat maupun air.
Objek Pajak dari Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor. Dan Subjek Pajak dari Pajak Kendaraan
Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai
Kendaraan Bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual
beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
Objek Pajak dari Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah
penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor. Dan Subjek Pajak dari Pajak
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Orang pribadi atau Badan yang
dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang dimaksud adalah semua jenis
bahan bakar baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Objek Pajak dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan
untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk
kendaraan di air. Dan Subjek Pajak dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor adalah Konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Air Permukaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Air
Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Objek Pajak dari Pajak Air Permukaan adalah Pengambilan
dan/atau pemanfaatan Air Permukaan. Dan Subjek Pajak dari Pajak Air
Permukaan adalah Orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

e. Pajak Rokok
Pajak Rokok merupakan pungutan atas cuka rokok yang di pungut oleh
pemerintah pusat. Objek Pajak dari Pajak Rokok adalah sigaret, cerutu, dan
rokok daun. Dan Subjek Pajak dari Pajak Rokok adalah konsumen rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel
Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut atas penyedia jasa
penginapanyang disediakan sebuah badan usaha tertentu yang jumlah
ruang/kamar lebih dari 10. Pajak tersebut dikenakan atas fasilitaas yang
disediakan oleh hotel tersebut. Objek Pajak dari Pajak Hotel adalah
Pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Sedangakan
Subjek Pajak dari Pajak Hotel adalah Orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran kepada Orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.
b. Pajak Restoran
Objek Pajak dari Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan
oleh restoran. Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Restoran adalah Orang
pribadi atau Badan yang membeli makanan/minuman dari Restoran.
c. Pajak Hiburan
Objek Pajak dari Pajak Hiburan adalah Jasa penyelenggaraan Hiburan
dengan dipungut bayaran. Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Hiburan adalah
Orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.
d. Pajak Reklame
Objek Pajak dari Pajak Reklame adalah Semua penyelenggaraan
Reklame. Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Reklame adalah Orang pribadi
atau Badan yang menggunakan Reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan
Objek Pajak dari Pajak Penerangan Jalan adalah Penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.
Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Penerangan Jalan adalah Orang pribadi
atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Objek Pajak dari Pajak Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Subjek
Pajak dari Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Orang pribadi
atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.
g. Pajak Parkir
Objek Pajak dari Pajak Parkir adalah Penyelenggaraan tempat Parkir
diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Parkir
adalah Orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor.
h. Pajak Air Tanah
Objek pajak dari Pajak Air Tanah adalah Pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah. Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Air Tanah
adalah Orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Objek Pajak dari Pajak Sarang Burung Walet adalah Pengambilan
dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet. Sedangkan Subjek Pajak dari
Pajak Sarang Burung Walet adalah Orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Objek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Sedangkan Subjek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah Orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atau Bumi dan /atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau
memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
k. Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Objek Pajak dari Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Sedangkan Subjek
Pajak dari Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah Orang
pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

2.1.7 Tarif Pajak Daerah


Tarif Untuk setiap jenis pajak adalah sebagai berikut:

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Pribadi ditetapkan sebagai berikut:


a. Untuk kepemilikan Kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
dan paling tinggi sebesar 2%
b. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat
ditetapkan secar progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi tinggi
10%
2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5%
dan paling tinggi sebesar 1%.
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan
paling rendah 0,1% dan paling tinggi sebesar 0.2%.
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-
masing sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 20%
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
5. Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%
6. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar
10%. Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi.
7. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
8. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
9. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
10. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
11. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
12. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
13. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
14. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar
25%.
15. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%.
16. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
17. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
18. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3%.
19. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi
sebesar 5%.

Tarif pajak tersebut di atas ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

2.1.8 Tata Cara Pemungutan Pajak


Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak harus membayar
pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar
dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang
dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.

Wajib Pajak yang memenuhhi kewajiban perpajakan sendiri dengan


menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan (SKPDKBT).
2.1.9 Kadaluwarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila
Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

2.2 RETRIBUSI DAERAH

2.2.1 Pengertian Retribusi Daerah


Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah, antara lain:

1. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah


sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
3. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
4. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta.
5. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan
ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.

Definisi atau pengertian retribusi daerah adalah pembayaran yang dilakukan oleh
masyarakat kepada daerah atas pelayanan yang diterima secara langsung atau atas
perizinan yang diperoleh. Berbeda dengan pajak yang dikenakan tidak berdasarkan
pelayanan langsung, retribusi hanya dapat dikenakan apabila pemerintah daerah
memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat atau pemerintah daerah
memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

Banyak yang mengira jika retribusi daerah sama dengan pajak daerah. Pernyataan
tersebut tidak sepenuhnya salah, karena keduanya memiliki persamaan dan perbedaan
masing-masing. Keduanya merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah
daerah yang penting untuk membiayai pembangunan. Selain itu, keduanya bersifat
dipaksakan dan dibebankan kepada masyarakat. Bila masyarakat taat bayar keduanya,
maka akan tercapai kesejahteraan bersama.

2.2.2 Jenis-Jenis Retribusi Daerah


Retribusi daerah dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

1. Retribusi Jasa Umum


Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Umum. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Objek
Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
3) Retribusi Pengganti Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan
Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman/ Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pelayanan Tera/ Tera Ulang
11) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

2. Retribusi Jasa Usaha


Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Objek
Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
 Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal.
 Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


2) Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai
Retribusi Perizinan Tertentu. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang
pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Objek
Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah
Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan suumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1) Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
2) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan
6) Retribusi Perpanjangan IMTA

2.2.3 Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi


Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut:

1. Tarif Retribusi Jasa Umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan


jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya dimaksud meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal;
2. Tarif Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak. Keuntungan yang layak adalah keuntungan yang diperoleh apabila
pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar;
3. Tarif Retribusi Perizinan Tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
Biaya penyelenggaraan pemberian izin dimaksud meliputi penerbitan dokumen
izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya
dampak negatif dari pemberian izin tersebut. Beberapa pelayanan terhadap barang
dan jasa yang disediakan oleh pemerintah lebih tepat apabila dibiayai melalui
retribusi- semakin dekat pelayanan tersebut ke dalam pengelompokan barang
privat makan semakin tepat dibiayai melalui retrubusi.
2.2.4 Tata Cara Pemungutan Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu
langganan. Dalam hal ini Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan
Retribusi terutang sebagaimana didahului dengan Surat Teguran. Tata cara
pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

2.2.5 Kadaluwarsa Penagihan Retribusi


Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kadaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.

2.2.6 Masalah-Masalah dalam Penerapan Retribusi Daerah


1. Perda bermasalah. Masih terdapat beberapa daerah yang mengenakan tarif
retribusi yang tidak rasional. Tarif seharusnya untuk menutup biaya
pelayanan, khususnya untuk pelayanan umum.
2. Masih lemahnya pengawasan terhadap Perda PDRD. Kewenangan pemerintah
pusat (Mendagri) dalam pembatalan Perda Provinsi dan kewenangan Provinsi
dalam pembatalan Perda Kabupaten/Kota akan semakin memperlemah
pengawasan Perda. Mekanisme pengawasan Perda PDRD yang diatur dalam
UU No. 28 Tahun 2009 disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pelanggaran atas
mekanisme pengawasan dapat dikenakan sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa
penundaan atau pemotongan dana perimabangan. Tata cara penundaan atau
pemotongannya akan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Kurangnya kapasitas daerah dalam penetapan besarnya taris retribusi daerah.
4. Pengenaan pajak dan retribusi tidak sebanding dengan kualitas pelayanan yang
diberikan oleh daerah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daertah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah


sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

pajak daerah mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan fungsi


negara/pemerintahan, baik dalam fungsi mengatur (regulatory), penerimaan
(Budgetory), redistribusi (redistributive), dan alokasi sumber daya (resource
allocation) maupun kombinasi antara keempatnya.

Jenis Pajak Daerah, yaitu sebagai berikut:


1. Pajak Provinsi: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, pajak air permukaan, dan
pajak rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak
parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, dan pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Jenis-Jenis Retribusi Daerah:


1. Retribusi jasa umum
2. Retribusi jasa usaha
3. Retribusi perizinan tertentu.
3.2 Saran
Terkait dengan hal tersebut, saya menayrankan babarapa hal untuk
diperhatikan seperti berikut ini:

1. Wajib pajak diharapkan dapat lebih patuh dan jujur untuk menghitung dan
menyetor pajak daerah secara tepat waktu, terutama pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, dan pajak parkir yang pemungutannya dilakukan secara self
assessment.
2. Memberikan sanksi yang tegas dan nyata kepada wajib pajak yang tidak
membayar pajak, sehingga menumbuhkan kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak.

.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2019). Perpajakan . yogyakarta: ANDI yogyakarta.

Anggoro, D. D. (2017). Pajak daerah dan retribusi daerah. Universitas Brawijaya Press.

Daerah, R. E. T. R. I. B. U. S. I. (2011). Retribusi Daerah. Tebing Tinggi, 6.

Sidik, M. (2002). Optimalisasi pajak daerah dan retribusi daerah dalam rangka
meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Makalah disampaikan Acara Orasi Ilmiah.
Bandung, 10

Wulandari, P. A., & Iryanie, E. (2018). Pajak daerah dalam pendapatan asli daerah.
Deepublish.

Maulida, R. (2018, september 6). Pajak Daerah: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Tarifnya.
Dipetik november 29, 2020, dari online-pajak.com: https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak-pribadi/pajak-daerah

sandi, f. b. (2019, agustus 29). Retribusi Daerah: Pengertian, Jenis, Tarif, dan bedanya dari
pajak. Dipetik november 29, 2020, dari online-pajak.com: https://www.online-
pajak.com/tentang-pajak-pribadi/retribusi-daerah

Anda mungkin juga menyukai