Disusun oleh:
DWI LASMUL WAHYUDI (501180070)
4B EKONOMI SYARIAH
JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebutka nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, daninayah, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pendapatan Non Pajak dan Retribusi” Dan harapan kami semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.LatarBelakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II
ISI
A. Dasar Hukum
Setiap pemungutan pendapatan/penerimaan negara oleh pemerintah pusat maupun daerah
selayaknya tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan dari masyarakat, maka setiap
pungutan pendapatan/penerimaan negara harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan pendapatan/penerimaan negara berdasarkan keadilan yaitu sesuai dengan tujuan
hukum, yakni mencapai keadilan. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan
pemungutan secara umum dan merata serta pelaksanaan pemungutan pendapatan/penerimaan
negara tidak membeda-bedakan.
2. Pemungutan pendapatan/penerimaan negara harus berdasarkan undang-undang.
Untuk dapat mewujudkan syarat diatas, maka dalam hal PNBP harus terdapat dasar hukum.
Dasar hukum PNBP diantaranya :
1. Undang-Undang nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
2. Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2004 tentang tatacara penyampaian rencana dan laporan
realisasi penerimaan negara bukan pajak.
3. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan
Keempat Undang-Undang Dasar 1945.
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286).
B. Definisi
Menurut UU nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP pasal 1 angka 1, Penerimaan Negara Bukan
Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan
perpajakan. PNBP diantaranya adalah sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN,
serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Setiap anggaran kementerian negara/lembaga pada dasarnya mempunyai penerimaan negara
bukan pajak (PNBP) yang bersifat umum tidak berasal dari pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya, antara lain seperti penerimaan hasil penjualan barang inventaris kantor yang tidak
digunakan lagi, penerimaan hasil penyewaan barang milik negara, hasil penyimpanan uang
negara pada bank pemerintah atas jasa giro, penerimaan kembali uang persekot gaji/tunjangan,
selain penerimaan umum tersebut masih ada lagi PNBP yang bersifat fungsional yaitu
penerimaan yang berasal dari hasil hasil pungutan kementerian negara/lembaga atas jasa yang
diberikan sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan
kepada masyarakat. Penerimaan funsional tersebut terdapat pada sebagian besar kementerian
negara/lembaga, namun macam dan ragamnya berbeda antara satu kementerian negara/lembaga
dengan kementerian negara/lembaga lainnya, tergantung kepada jasa pelayanan yang diberikan
oleh masing-masing kementerian negara/lembaga.
C. Rencana
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2004 tentang tatacara penyampaian rencana dan
laporan realisasi penerimaan negara bukan pajak pasal 1 angka 5, Rencana PNBP adalah hasil
penghitungan/penetapan PNBP yang diperkirakan akan diterima dalam 1 (satu) tahun yang akan
datang.
Pejabat Instansi Pemerintah wajib menyampaikan Rencana PNBP Tahun Anggaran yang akan
datang di lingkungan Instansi Pemerintah yang bersangkutan kepada Menteri secara tertulis dan
wajib disampaikan paling lambat pada tanggal 15 Juli Tahun Anggaran berjalan. Jika Pejabat
Instansi Pemerintah tidak atau terlambat menyampaikan Rencana PNBP Menteri dapat
menetapkan Rencana PNBP Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
Jika terdapat revisi Rencana PNBP tahun yang akan dating, Pejabat Instansi Pemerintah wajib
menyampaikan revisi Rencana PNBP dimaksud paling lambat tanggal 5 Agustus Tahun
Anggaran yang bersangkutan kepada Menteri. Selain itu jika terdapat revisi Rencana PNBP
Tahun Anggaran berjalan, Pejabat Instansi Pemerintah wajib menyampaikan revisi Rencana
PNBP dimaksud paling lambat tanggal 15 Agustus Tahun Anggaran berjalan atau sebelum
penyusunan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran berjalan
kepada Menteri. Apabila Pejabat Instansi Pemerintah belum menyampaikan revisi Rencana
PNBP, Menteri dapat menetapkan Rencana PNBP untuk masing-masing Instansi Pemerintah.
D. Jenis
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak pasal
2 ayat (1) disebutkan bahwa kelompok PNBP, meliputi jenis - jenis penerimaan sebagai
berikut :
a. Penerimaan yang bersumbet dari pengelolaan dana pemerintah.
b. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.
c. Penerimaan dari hasil-hasil kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.
d. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.
e. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi.
f. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah.
g. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang - undang tersendiri.
E. Tarif
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak pasal
3 ayat (1), disebutkan bahwa Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan
dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya
penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang bersangkutan, dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. Tarif
tersebut ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua pendapatan negara digunakan sebagai sumber penerimaan dalam APBN yang nantinya
akan digunakan untuk membiayai belanja pemerintah. Pendapatan negara terdiri dari
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta hibah. Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan negara adalah semua
penerimaan negara yang tidak bersumber dari perpajakan. PNBP diantaranya adalah sumber
daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Menurut sifat, PNBP ada 2, yakni PNBP umum dan fungsional. Sedangkan menurut jenis ada
penerimaan atas hasil sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, serta PNBP
lainnya.
Semua PNBP langsung disetor ke kas negara dan dikelola dalam sistem APBN, teteapi sebagian
dana dari suatu jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk kegiatan tertentu
yang berkaitan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut oleh instansi yang
bersangkutan