Anda di halaman 1dari 16

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BPJS

Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU ADMININSTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Situasi sistem kesehatan di Indonesia saat ini masih mempunyai berbagai
tantangan berat. Ada masalah pemerataan pelayanan kesehatan, perencanaan
kesehatan yang tidak tepat sasaran, pelaksanaan yang terdesak waktu, belum
baiknya kesinambungan dan integrasi antar program kesehatan. Secara geografis
masih terdapat ketimpangan antar regional dalam pelayanan kesehatan. Sebagai
catatan di tahun 2014 program BPJS akan berjalan dengan asumsi sudah terjadi
pemerataan pelayanan kesehatan.
Landasan awal pembentukan BPJS terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pembukaan UUD 1945
diamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Hal inilah yang menjadi dasar dibentuknya BPJS.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) adalah badan hukum publik
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketengakerjaan. Semua penduduk Indonesia wajib
menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing
yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar
iuran. Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu PBI jaminan kesehatan dan
bukan PBI jaminan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sistem informasi manajemen?
2. Bagaimana fungsi atau manfaat system informai manajemen ?
3. Bagaimana sistem informasi manajemen yang ada di BPJS?
4. Bagaimana prosedur pembuatan kartu BPJS bagi yang baru membuat?
5. Bagaimana langkah langkah dalam pencatatan anggota baru, apakah
menggunakan sistem dalam pengelolaannya?
6. Ketika seseorang sudah terdaftar dalam BPJS namun tidak rutin membayar
iuran yang telah ditetapkan, bagaimna?
7. Bagaimana kemitraan BPJS dengan dokter – dokter yang memiliki tanda
melayani anggota BPJS?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi system informasi manajemen
2. Untuk mengetahui fungsi atau manfaat sistem informasi manajemen
3. Bagaimana sistem informasi manajemen yang ada di BPJS
4. Mengetahui Bagaimana prosedur pembuatan kartu BPJS bagi yang baru
membuat.
5. Mengetahui langkah langkah dalam pencatatan anggota baru, apakah
menggunakan sistem dalam pengelolaannya
6. Mengetahui bagaimana Ketika seseorang sudah terdaftar dalam BPJS
namun tidak rutin membayar iuran yang telah ditetapkan,
7. Mengetahui Bagaimana kemitraan BPJS dengan dokter – dokter yang
memiliki tanda melayani anggota BPJS?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Manajemen Informasi
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan
yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Sistem
informasi adalah kombinasi dari people, hardware, software, jaringan komunikasi,
sumber-sumber data, prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik yang
dapat menyimpan, mengadakan lagi, menyimpan, dan menyebarluaskan
informasidalam suatu organisasi.
Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh
manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting
untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan
bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang
mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami
ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusan-
keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami
kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping itu, sistem
informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik.
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi
yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-
masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen,
baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
yang strategis.
Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida
dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan
status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi
dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan keriga terdiri dair
sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan
pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri
dari sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan
kebijakan oleh tingkat manajemen.
Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak
informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data).
Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain
sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan
langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan
dalam mendesain sistem baru.
Sebuah perusahaan mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar
bisa menjalankan kegiatannya sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan
dan pembayaran atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya
adalah kegiatan pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis
yang mengikuti suatu prosedur standar tertentu.
Komputer bermanfaat utnuk tugas-tugas pengolahan data semacam ini, tetapi
sebuah sistem informasi menajemen melkasanakan pula tugas-tugas lain dan lebih
dari sekedar sistem pengolahan data. Adalah sistem pengolahan informasi yang
menerapkan kemampuan komputer untuk menyajikan informasi bagi manajemen
dan bagi pengambilan keputusan.
B. Fungsi / Manfaat Sistem Informasi Manajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi
yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-
masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen,
baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
yang strategis.
Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi.
Beberapa manfaat atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat
bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan
sistem informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung
sistem informasi.
5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem
informasi.Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi
ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
6. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan
pemeliharaan sistem.
7. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-
transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah
satu produk atau pelayanan mereka.
8. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan
membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
C. Sistem informasi manajemen yang ada di BPJS
1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial  Nasional dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial maka BPJS merupakan sebuah lembaga hukum
nirlabauntuk perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. BPJS sendiri terdiri
dari dua bentuk yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di
Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT ASKES, dana tabungan
dan asuransi  pegawai negeri PT TASPEN, Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia PT ASABRI dan lembaga jaminan sosial
ketenagakerjaan PT JAMSOSTEK. Transformasi PT Askes serta PT
JAMSOSTEK menjadi BPJS yang akan dilakukan secara bertahap. Pada
tanggal 01 Januari 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya
pada tahun 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
2. Sejarah BPJS
Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit,
apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti
hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan
lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi
miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan
uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati
penyakit yang dideritanya.
Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang
tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan
dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian
karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa
datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur
lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% 
penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai
penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan
berbagai dampak lainnya. Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu
saat hal ini mungkin dapat menjadi masalah yang besar .
Seperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati mensahkan UU
No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober
2004, banyak pihak berharap tudingan Indonesia sebagai ”negara tanpa jaminan
sosial” akan segera luntur dan menjawab permasalahan di atas.
Munculnya UU SJSN ini juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan
perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga disahkan dan
diundangkan UU SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000
hingga tanggal 19 Oktober 2004.
Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, dimana Presiden
Abdurrahman Wahid menyatakan tentang Pengembangan Konsep SJSN.
Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep
tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra
(Kep. Menko Kesra dan Taskin No. 25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000,
tanggal 3 Agustus 2000, tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem
Jaminan Sosial Nasional).  Sejalan dengan pernyataan Presiden, DPA RI
melalui Pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000,
menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
3. Visi BPJS Kesehatan
CAKUPAN SEMESTA 2019
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal,
unggul dan terpercaya.
4. Misi BPJS Kesehatan :
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
Dalam persiapannya menuju 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan terus
melakukan penyempurnaan sistem, teknis kepesertaan, dan juga sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan BPJS Kesehatan. Sebagai salah
satu bentuk sarana informasi, penerapan ilmu Sistem Informasi Manajemen
akan sangat membantu proses berjalannya BPJS Kesehatan. Penerapan
komputerisasi dan media online sangat dibutuhkan untuk mendukung sistem
informasi yang baik. Hal ini dikarenakan kepesertaan yang jumlahnya
mencakup seluruh masyarakat Indonesia, dan dibutuhkan adanya sebuah
sistem yang mengkoordinasi jalannya alur informasi.
5. Hak dan Kewajiban BPJS
Dalam undang-undang nomor 24 Tahun 2011 Bab IV Bagian Keempat di
jalaskan mengenai hak dan kewajiban BPJS, yakni:
a. Hak
Pasal 12 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, BPJS berhak untuk:
 memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
 memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
b. Kewajiban
 memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;
 mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan Peserta;
 memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
 memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-
Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
 memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;
 memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
 memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua
dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
 memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
 membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria
yang lazim dan berlaku umum;
 melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
 melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
D. Sistem kepesertaan berbasis komputer dan online
Dikarenakan jumlah peserta jaminan yang besar (seluruh penduduk Indonesia)
maka penggunaan sistem kepesertaan berbasis komputer dan online menjadi
sebuah kebutuhan. Diperlukan database yang dapat diakses oleh siapapun, di
manapun, dan kapanpun saat dibutuhkan. Database diperlukan untuk mendukung
salah satu sifat dari BPJS Kesehatan, yaitu sifat portabilitas kepesertaan. Langkah
ini juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kepesertaan ganda.\
E. Penerapan monitoring dan evaluasi pada system
Diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap aplikas INA-CBGs di PPK. Hal
ini dikarenakan INA-CBGs masih memiliki kekurangan yaitu rawan fraud oleh
PPK. Monitoring dapat dilakukan mulai dari pengadaan pelatihan terkait
penggunaan aplikasi INA-CBGs yang baik dan benar sampai inspeksi mendadak
yang dilakukan secara randomisasi.
F. Alur informasi yang terkoordinasi
Melihat besarnya kepesertaan BPJS Kesehatan, dibutuhkan adanya sebuah
media yang manjadi sumber alur informasi terpusat mengenai BPJS Kesehatan.
Melihat sisi efektifitas dan efisiensi, akan lebih baik bila alur informasi ini
dilakukan secara terpusat dan dapat diakses seluruh penduduk melalui internet.
Berikut adalah beberapa hal yang menurut penulis perlu dimuat dan sifatnya
esensial dalam alur informasi, yaitu:
1. Hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan
2. Informasi dasar tentang penyakit seperti definisi penyakit, gejala-gejala yang
ditimbulkan, penyebaran penyakit, efek dari penyakit, dan upaya kesehatan
yang dapat dilakukan sebagai langkah pengobatan. Informasi seperti ini
dianggap esensial karena informasi ini dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu, sehingga dapat
dilakukan penekanan biaya kesehatan.
3. Informasi mengenai ketersediaan dan akses peserta BPJS Kesehatan terhadap
PPK terdekat
4. Kolom rating PPK yang diisi oleh peserta BPJS Kesehatan sebagai bentuk
dari feedback layanan yang dilakukan oleh PPK yang bersangkutan. Kolom
rating ini perlu dilakukan sebagai upaya motivasi PPK untuk mendapatkan
rating yang maksimal melalui pemberian pelayanan yang maksimal pula.
Selanjutnya, diperlukan adanya transparansi sehingga peserta BPJS
Kesehatan dapat melihat hasil rating dari PPK yang ada.
G. Manajemen perubahan
Walaupun fasilitas Sistem Informasi Manajemen pendukung BPJS Kesehatan
sudah baik, hal tersebut tidak dapat berjalan apabila penerimaan dari sistem
(sumber daya manusia) untuk menjalankannya rendah. Maka, kualitas sumber
daya manusia menjadi sangat penting dalam mengaplikasikan Sistem Informasi
Manajemen di BPJS Kesehatan. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan
dilakukannya penyuluhan mengenai urgensi penerapan Sistem Informasi
Manajemen pada sistem informasi BPJS Kesehatan. Sedangkan dari sisi kualitas
sumber daya manusia, pelatihan rutin perlu dilakukan agar aplikasi dapat
dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan optimalisasi (efektivitas
dan efisiensi).
H. Prosedur Pembuatan Kartu BPJS Bagi Yang Baru Membuat.
Sesuai dengan surat edaranddireksi BPJS kesehatan no 8526/VII.2/2014
dengan ini disampaikan bahwa terhitung tanggal 1 november 2014 persyaratan
yang wajib di penuhi oleh calon peserta BPJS kesehatan peserta bukan penerima
upah atau peserts mandiri adalah sebagai berikut :
1. Cara daftar BPJS Online
a. Siapkan berkas-berkas yang diperlukan yakni Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), kartu NPWP, serta alamat email dan nomor
handphone aktif untuk konfirmasi pendaftaran.
b. Buka halaman web bpjs-kesehatan.go.id dari browser anda, bisa diakses
melalu PC maupun mobile phones/tablet.
c. Isi data yang telah disediakan yakni identitas yang mencakup data diri
serta pilihan kelas yang ditawarkan, alamat lengkap, fasilitas kesehatan
yang mencakup Faskes Tingkat I dan Faskes Gigi dengan pilihan instansi
yang anda pilih sebagai tempat rujukan, dan yang terakhir khusus untuk
Warga Negara Asing (WNA) yang ingin mendapatkan fasilitas BPJS.
d. Pilih biaya iuran perbulan. Ada 3 pilihan dari kelas III hingga kelas I
dengan rentang biaya dari 25.500 hingga 59.500 ribu rupiah perbulannya.
e. Simpan data dan tunggu email notifikasi nomor registrasi di email anda.
print lembar Virtual Accountnya
f. Lakukan pembayaran di bank yang telah ditunjuk seperti BNI, BRI, dan
Mandiri.
g. Setelah menyerahkan uang serta Nomor Virtual pada Teller Bank nanti
akan mendapat bukti pembayaran.
h. Sekarang BPJS kesehatan anda sudah aktif, silahkan cek email akan ada
balasan dari BPJS berupa E-ID Card BPJS yang bisa diprint sendiri dan
valid, Atau
i. Print kartu BPJS di kantor cabang BPJS terdekat. Ingat, tidak perlu
mengambil nomor antrian lagi di Kantor BPJS, langsung saja ke bagian
Print kartu BPJS nya, cukup memberikan semua data sebelumnya, form
isiannya, Virtual account, dan bukti payment.
2. Mendaftar BPJS secara offline
a. Siapkan berkas yang dibutuhkan  yakni FC KTP, FC KK, pas foto 3×4
berwarna 2 lembar, dan formulir yang diisi di tempat pendaftaran.
Formulir yang diisi memiliki format yang sama dengan formulir online.
b. Datang ke kantor BPJS terdekat dan ambil nomor kode pendaftaran.
Antisipasi antrian dengan mendatangi kantor BPJS sepagi mungkin.
c. Setelah mendapatkan nomor kode pembayaran, setorlah sejumlah uang ke
bank yang telah ditunjuk seperti BNI, BRI, dan Mandiri.
d. Bawa bukti setoran ke kantor BPJS dan anda akan mendapatkan kartu
anggota.
Sesuai dengan surat edaranddireksi BPJS kesehatan no 8526/VII.2/2014
dengan ini disampaikan bahwa terhitung tanggal 1 november 2014 persyaratan
yang wajib di penuhi oleh calon peserta BPJS kesehatan peserta bukan
penerima upah atau peserts mandiri adalah sebagai berikut :
a. Mendaftarkan diri dan semua anggota keluarganya sesuai data keluarga
yang trcantum pada kartu keluarga.
b. Memiliki NIK sebagaimana tercantum pada KTP elektronik (e-KTP) atau
kartu keluarga.
c. Menunjukan KTP elektronik (e-KTP) atau kartu kluarga asli
d. Membawa Pas poto 3x4
e. Memiliki nomor rekening di bankyang bekerjasama dengan BPJS
kesehatan
f. Memiliki nomor telepondan/atau alamat email
g. Mengikuti ketentuan yang ada pada peraturan BPJS kesehatan mengenai
penundaan pemanfaatan pelayanan kesehatan selama 7 hari sejak peserta
mendaftarkan iuran pertama kali.
I. Langkah langklah dalam pencatatan anggota baru dan sistem
pengelolaannya
Setelah semua persyaratan semua di bawa seperti KTP,pas poto,kartu
keluarga,no rekening calon peserta BPJS diwajibkan mengisi formulir yang sudah
di sediakan,dalam pemilihan kelasnya semua anggota kluarga diwajibkan sama
semua. kemudian di entri dalam aplikasi yang sudah ada di BPJS, setelah di entri
peserta akan mendapatkan virtual acount semacam rekening khusus untuk
membayar iuran BPJS,pembayarannya pun bisa melalui ATM ataupun datang
langsung ke bank, setelah melakukan pembayaran kembali lagi ke kantor BPJS
untuk mendapatkan kartunya dan kartu tersebut yang sudah di berikan kepada
peserta akan aktif atau dapat di gunakan setelah 7 hari sejak pendaftaran.
J. Preoses pembayaran iuran yang telah di tetapkan dan sangsi
keterlambatan
Dalam pembayaran iuran bulan berikutnya maksimal tanggal 10 setiap
bulannya dan apabila terjadi keterlambatan sesuai dalam perpres nomor 111 ada
denda administrasi sebesar 2% dari total iuran bulanan yang wajib di bayarkan
dari setiap keterlambatan. Apabila terlambat pembayaran kartunya akan tidak
aktif. ktika kartu itu tidak aktif maksimal 8-10 bulan, apabila ingin di aktifkan lagi
cukup membayar yang 6 bulan nya saja + denda yang telah di tetapkan maka kartu
akan aktif kembali.
K. Proses kemitraan antara BPJS dengan dokter-dokter
Peta Lokasi Fasilitas Kesehatan

NO. NAMA FASKES ALAMAT FASKES


1 ROSSI SUPARMAN, DRG Jl. Kramatmulya No. 149
2 FAHMI NURDIN, DRG Jl. Siliwangi No. 68
3 drg. Dalhari Jl. Raya Luragung
4 drg. Wan Pahlawan Jl. Raya Cipasung No. 89
5 drg. Herman Sugiarto Jl. Siliwangi No. 98
6 drg. Intan Armelia Hastari Jl. Otista No. 138A
7 drg. Maria Ulfa Jl. Raya Kadugede Ciamis
Dalam BPJS menganut pelayanan berjenjang,artinya dalam berobat peserta
tidak langsung kerumah sakit melainkan harus dimulai dari dokter
kluarga,puskesmas baru bisa kerumah sakit. Kemitraan antara BPJS dengan para
dokter baik dokter umum maupun swasta adalah hasil dari pemetaan. Pemetaan
dilakukan oleh puskesman yang ada di kecamatan apabila jumlah peserta BPJS
nya banyak. Adapun kreteria dokter yang bisa menerima peserta BPJS yaitu :
a. Mematuhi regulasi JKN
b. Mematuhi persyaratan yang telah di tetapkan oleh BPJS kesehatan
c. Mempunyai pasilitas yang memadai
d. Mempunyai ruang tunggu yang mencukupi
e. Akses tempat yang mudah di jangkau oleh stiap peserta BPJS dll
f. Mempunyai aplikasi BPJS
Prosedur pembayarannya dengan cara kapitasi yaitu pembayaran di sesuaikan
dengan jumlah tetap peserta per periode yang telah di tetapkan sesuai dengan
perjanjian yang telah di stujui diantara kedua belah pihak.

BAB lll
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) adalah badan hukum publik
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social. BPJS terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketengakerjaan. Semua penduduk Indonesia wajib
menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing
yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar
iuran. Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu PBI jaminan kesehatan dan
bukan PBI jaminan kesehatan.
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sistem rujukan yang ada mengacu pada tingkat strata pelayanan kesehatan dari
yang rendah menenuju pada strata pelayanan yang lebih tinggi.
Hak dan kewajiban serta landasan hukum dari BPJS terdapat Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
B. SARAN
BPJS kesehatan harus lebih banyak sosialisasi lagi kepada masyarakat secara
terus menerus,sebab masih banyak masyarakat yang belum tau bagaimana tata
cara pendaftaran dan segala sesuatu terkait PBJS itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai