Anda di halaman 1dari 3

Kasus Beras Maknyuss Milik PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

Contoh Kasus

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk digrebek oleh Kementerian Pertanian bersama kepolisian
dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha terkait dengan kecurangan dalam penjualan beras.
Perusahaan tersebut mendapat desakan dari Bursa Efek Indonesia untuk melakukan public
expose atau memberikan keterangan kepada publik. Kasus tersebut juga membelit anak
perusaan PT Tiga Pilar Sejahtera yaitu PT Indo Beras Unggul (IBU).

Menurut Koordinator Keuangan Tiga Pilar Sejahtera Sjambiri Lioe, pihaknya tak
melakukan kesalahan dalam kasus dugaan kecurangan penjualan beras seperti yang
disangkakan. Ada sejumlah tudingan pelanggaran perusahaan yang menjual beras berlabel
“Cap Ayam Jago” dan “Maknyuss” tersebut.

Pertama, pembelian gabah kering panen dengan harga terlalu tinggi yang dianggap
merugikan pelaku sektor penggilingan. Perusahaan diduga membeli gabah kering panen ke
petani yang seharga Rp 3.600 per kilogram sebesar Rp 4.900 per kilogram.

Kedua,. Beras pada kedua merek tersebut diduga beras IR64 atau beras subsidi yang
biasa digunakan untuk bantuan sosial pemerintah bagi masyarakat sejahtera (rastra).

Ketiga, harga eceran tertinggi beras IR64 yang ditetapkan pemerintah adalah Rp
9.000 per kilogram. Sedangkan PT IBU membanderol beras sebagai beras premium dengan
harga Rp 13.700-20.400 per kilogram.

Komisaris Utama PT Tiga Pilar Sejahtera, Anton Apriyantono, menuturkan tidak


mungkin pihaknya menjual beras subsidi atau rastra. Sebab, beras itu tidak dijual bebas.
Meski beras produknya varietas IR64, dia melanjutkan, itu bukan yang masuk kategori
subsidi atau beras rastra. Beras subsidi pun kini bukan hanya IR64, tapi juga berjenis
Ciherang dan Inpari.
ANDI IBNU | DIKO OKTARA | HUSSEIN ABRI | INGE KLARA | GHOIDA

Sumber:
https://bisnis.tempo.co/read/894139/kasus-beras-maknyuss-induk-perusahaan-pt-ibu-
jelaskan-ke-publik/full&view=ok

Analisis Kasus

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dituding telah melakukan kecurangan dalam penjualan
produk mereka, beras. Tudingan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian bersama
kepolisian dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha itu, memberi dampak pada penjualan
produk tersebut.
Ada tiga tudingan yang di berikan oleh perusahaan tersebut antara lain pembelian
gabah merugikan petani penggiling karena membeli dengan harga yang tinggi dari petani,
menjual produk berlabel “premium” namun beras tersebut adalah beras IR64 atau beras
rastra, dan menjual produk tersebut dengan harga yang tinggi.
Kecurangan dalam kasus tersebut sangat merugikan konsumen. Konsumen merasa
dirugikan karena menganggap bahwa beras tersebut adalah beras premium namun nyatanya
adalah beras untuk bantuan nasional atau beras rastra. Perusahaan tersebut melanggar,
1. Pasal 383 Bis KUHP: “Dengan hukuman penjara selama - lamanya satu tahun empat
bulan dihukum penjual yang menipu pembeli :
1e. Dengan sengaja menyerahkan barang lain daripada yang telah ditunjuk oleh
pembeli.
2e. Tentang keadaan, sifat atau banyaknya barang yang diserahkan itu dengan
memakai akal dan tipu muslihat.”
2. Pasal 141 UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan: “Setiap Orang yang dengan sengaja
memperdagangkan Pangan yang tidak sesuai dengan Keamanan Pangan dan Mutu
Pangan yang tercantum dalam label Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).”
3. Pasal 62 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:
1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat
(2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian
diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

Penyelesaian Kasus

1. Perusahana tersebut sebaiknya melakukan kontrol internal mengenai produk yang


mereka produksi.
2. Melakukan perbaikan produksi dan mengecek beras yang akan di produksi.
3. Mencari oknum atau karyawan yang salah dalam kasus tersebut dan melakukan
pembinaan atau PHK.
4. Menghilangkan label “premium” karena, masyarakat akan menganggap bahwa produk
tersebut produk yang berkualitas tinggi padahal bisa saja produsen mengambil gabah
yang kualiatasnya menengah.
5. Memperbaiki nama baik perusahaan dengan melakukan pers kepada pemegang saham.
6. Memenuhi panggilan kepolisian demi mempertanggungjawabkan pelanggaran yang
telah perusahaan tersebut lakukan.

Sumber:

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_8_99.htm

http://hukumtertulis.blogspot.com/2017/05/pasal-383-kuhp-menipu-pembeli.html

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU18-2012Pangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai