Anda di halaman 1dari 9

NAMA : OTOMOSI MENDROFA

NIM : 041538576
PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TUGAS :I
MATA KULIAH : ADMINISTRASI KEUANGAN

A. Tulisan singkat mengenai arti penting pajak bagi negara dalam masa
pandemi covid.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.[1] APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling
tinggi dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu
pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-
undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945
Amendemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).

“ Bunyi pasal 23:


ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat ayat (2): Rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun yang lalu”.

Pajak merupakan sumber penerimaan atau pendapatan yang dapat


diperoleh secara terus-menerus dari rakyat dan dikembangkan secara optimal
sesuai kebutuhan pemerintah, pembangunan fasilitas serta kondisi
masyarakat. Dana yang diterima negara dari pajak akan disimpan dalam kas
negara. Uang pajak itu, nantinya akan digunakan untuk pengeluaran belanja
pemerintah yang tersusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Uang pajak yang tersusun dalam APBN ini ditujukan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat, sebagaimana tujuan pendirian awal
negara ini yaitu mennyejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang
berdasarkan kepada keadilan sosial.

Sumber-sumber penerimaan pajak, diantaranya:


a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri
1. pendapatan pajak penghasilan (PPh) yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000
2. pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah yang diatur dalam Undang-Undang No. 42 tahun 2009
3. pendapatan pajak bumi dan bangunan
4. pendapatan cukai
5. pendapatan pajak lainnya
b. Pendapatan Pajak Internasional
1. pendapatan bea masuk
2. pendapatan bea keluar

Selain Pendapatan dari Pajak, Negara juga memperoleh Penerimaan Negara


Bukan Pajak (PNBP), yakni :
a. Penerimaan sumber daya alam
1. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA
migas)
2. penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi
(SDA nonmigas)
b. Pendapatan bagian laba BUMN
1. pendapatan laba BUMN perbankan
2. pendapatan laba BUMN non perbankan
c. PNBP lainnya
1. pendapatan dari pengelolaan BMN
2. pendapatan jasa
3. pendapatan bunga
4. pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana
korupsi
5. pendapatan pendidikan
6. pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. pendapatan iuran dan denda
d. pendapatan BLU
1. pendapatan jasa layanan umum
2. pendapatan hibah badan layanan umum
3. pendapatan hasil kerja sama BLU
4. pendapatan BLU lainnya

Semua sumber – sumber penerimaan pajak itu secara otomatis masuk


dalam kas negara yang akan digunakan untuk membiayai segala keperluan
negara berdasarkan APBN yang telah direncanakan bahkan Pajak merupakan
pilar utama penerimaan negara, bahkan sekitar 70% pengeluaran negara
dibiayai dari pajak. Sedangkan APBN merupakan anggaran penerimaan dan
pengeluaran negara.
Mengingat pajak merupakan penerimaan negara yang paling besar,
maka jumlah pajak yang diterima harus termaktub dalam APBN. Tak hanya
itu, karena fungsi pajak sebagai anggaran, maka uang yang diperoleh negara
dari pajak digunakan untuk membiayai anggaran pengeluaran negara. Dengan
begitu, penerimaan pajak dan pengeluarannya harus ditulis dalam APBN. 
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja
negara, keseimbangan primer, surplus/defisit anggaran, dan pembiayaan.
Adapun yang menjadi faktor penentu postur APBN adalah pendapatan negara,
belanja negara dan pembiayaan. Pendapatan negara dapat diperoleh dari
penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Sementara
postur belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke
daerah, sedangkan pembiayaan terbagi atas pembiayaan dalam negeri dan
luar negeri.
Perencanaan dan penganggaran APBN dilakukan pada tahun sebelum
anggaran tersebut dilaksanakan (APBN t-1) misal untuk APBN 2021 dilakukan
pada tahun 2020 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan
penganggaran. Penerimaan perpajakan untuk APBN bisa melalui kepabean
dan cukai yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai, penerimaan pajak yang
dipungut oleh Ditjen pajak, dan penerimaan negara dari hibah.
Berdasarkan data APBN 2021, berikut rincian target penerimaan negara dari
pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta hibah:
1. Target Pendapatan Negara dalam APBN 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun
2. Penerimaan Perpajakan dalam APBN 2021 ditagrtekan sebesar
Rp1.444,5 triliun
3. Penerimaan negara dari PNBP dalam APBN 2021 sebesar Rp298,2 triliun
4. Target penerimaan negara dari Hibah dalam APBN 2021 sebesar Rp0,9
triliun
Penerimaan perpajakan tahun 2021 tumbuh 2,9 persen dengan fokus
pada kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi dan melanjutkan
reformasi. Pada 2020, perpajakan diperkirakan terkontraksi 9,2 persen
sebagai dampak pandemi Covid-19, sedangkan untuk 2021, ditargetkan pajak
tumbuh sebesar 2,9 persen seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi.
Pada APBN tahun 2021, PPN dan PPnBM diproyeksikan meningkat
sejalan membaiknya prospek perekonomian, perbaikan administrasi pajak,
dan implementasi pajak atas Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PSME),
dan selain melalui penerimaan perpajakan, pendapatan negara juga
didapatkan melalui penerimaan negara bukan pajak.
Berdasarkan data APBN 2021, penerimaan negara bukan pajak
mencapai Rp298,2 triliun. Angka tersebut didapatkan melalui:
1. PNBP SDA (Sumber Daya Alam) Rp104,1 triliun
2. Pendapatan BLU (Badan Layanan Umum) Rp58,8 triliun
3. Pendapatan KND (Kekayaan Negara Dipisahkan) Rp26,1 triliun
4. PNBP Lainnya Rp109,2 triliun

Berdasarkan data APBN 2021, Belanja Negara tercatat sebesar


Rp2.750,0 triliun. Untuk Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp795,5 triliun
dan transfer ke Daerah serta Dana Desa sebesar Rp795,5 triliun.  Belanja
Pemerintah Pusat diarahkan untuk menjadi momentum transisi menuju
adaptasi kebiasaan baru secara bertahap, menyelesaikan permasalahan di
sektor kesehatan, ekonomi, dan sosial yang dihadapi Indonesia pasca-pandemi
Covid-19, serta penguatan reformasi untuk keluar dari middle income trap.
Total Belanja Pemerintah Pusat untuk 2021 sebesar Rp1.954,5 trilun.
Besaran pembiayaan negara ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
asumsi dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan kebijakan
lainnya.

Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan yakni:


1. Pembiayaan Dalam Negeri
Pembiayaan dalam kategori ini meliputi pembiayaan perbankan dalam
negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri. Contohnya, hasil
pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban penjaminan, surat
berharga negara neto, dan dana investasi pemerintah.

2. Pembiayaan luar negeri


Ini meliputi penarikan pinjaman luar negeri, yang terdiri dari Pinjaman
Program dan Pinjaman Proyek, penerusan pinjaman, dan pembayaran cicilan
pokok utang luar negeri, baik itu yang jatuh tempo dan moratorium.

Kementerian Keuangan RI selama ini berupaya transparan dan


mengefektifkan penggunaan APBN. Ini diyakinkan dalam kalimat pembuka di
situs resmi Kementerian Keuangan yakni “APBN adalah uang kita. Uang
rakyat Indonesia yang digunakan sebesar-besarnya demi kesejahteraan
masyarakat Indonesia”. Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang
APBN penetapannya dilakukan oleh DPR dan berdasarkan persetujuan DPR,
Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini
diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran
UU APBN dimaksud.
Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini
kementerian/lembaga (K/L). Adapun tahap pelaporan dan pencatatan APBN
dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan APBN, 1 Januari-31
Desember. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi
dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah yang
terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA), neraca, dan laporan arus kas,
serta catatan atas laporan keuangan. Mengenai soal laporan APBN dan
transparansi, Kementerian Keuangan dalam situs resminya mencantumkan
beberapa data yang bisa diakses oleh publik.

Secara garis besar struktur APBN adalah:


1. Pendapatan Negara dan Hibah,
2. Belanja Negara,
3. Keseimbangan Primer,
4. Surplus/Defisit Anggaran,
5. Pembiayaan.

Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account.


Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN. Beberapa
faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan


bukan pajak. Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi;
2. Kebijakan pendapatan negara;
3. Kebijakan pembangunan ekonomi;
4. Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
5. Kondisi dan kebijakan lainnya.

Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh
besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar.
Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan
pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak
kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan
lainnya.

Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


1. Asumsi dasar makro ekonomi;
2. Kebutuhan penyelenggaraan negara;
3. Kebijakan pembangunan;
4. Risiko (bencana alam, dampak krisis global)
5. Kondisi dan kebijakan lainnya.

Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai
tukar, serta target volume BBM bersubsidi.

B. Jenis-jenis belanja Negara Indonesia saat ini berdasar pada data APBN.
1. Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Klasifikasi Fungsi adalah :
a. Fungsi Pelayanan Umum
b. Fungsi Pertahanan
c. Fungsi Ketertiban Dan Keamanan
d. Fungsi Ekonomi
e. Fungsi Lingkungan Hidup
f. Fungsi Perumahan Dan Fasilitas Umum
g. Fungsi Kesehatan
h. Fungsi Pariwisata
i. Fungsi Agama
j. Fungsi Pendidikan
k. Fungsi Perlindungan Social

2. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah


a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang
c. Belanja Modal
d. Pembayaran Bunga Utang
e. Subsidi
f. Belanja Hibah
g. Bantuan Social
h. Belanja Lain-Lain

3. Belanja Pemerintah Pusat menurut Klasifikasi Organisasi. 


Rincian belanja negara disesuaikan dengan susunan kementerian
negara/lembaga pemerintahan pusat. Secara garis besar susunan rincian
belanja tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa bagian anggaran yang
terdiri dari :
a. Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara : MPR, DPR, MA, dll;
b. Kementerian  : Dep. Dalam Negeri, Dep. Keuangan, dll;
c. Setingkat Kementerian : Kejaksaan Agung, Panglima/Polri, dll;
d. Kementerian Koordinator : Polkam, Kesra, Perekonomian, dll;
e. Kementerian Negara : LH, Koperasi, PAN, dll;
f. Lembaga Non Departemen : BIN, BPN, dll;
g. Komisi-Komisi : Mahkamah Konstitusi (MK), KOMNAS HAM, Komisi
Yudisial (KY), dll;
h. Lembaga Keuangan :
- Cicilan Bunga Utang,
- Perimbangan,
- Penyertaan Modal Negara,
- Penerusan Pinjaman,

Sumber Referensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negar
a_Indonesia
2. https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-2021.pdf
3. https://www.kemenkeu.go.id/media/15868/buku-ii-nota-keuangan-
beserta-rapbn-ta-2021.pdf
4. BMP ADPU4333 / Administrasi Keuangan

Anda mungkin juga menyukai