Anda di halaman 1dari 25

APBN DAN PERAN

PEMERINTAH

HJ. DWIKA LODIA PUTRI. SE., M.Ak


PENGERTIAN APBN

Setiap negara mempunyai cara-cara tertentu untuk


meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negaranya.
Indonesia menyusun anggaran untuk menentukan dan
pengeluaran negara demi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Anggaraan-anggaran tersebut disusun dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara yang disingkat
APBN.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM
APBN

Menurut UU No 17 Tahun 2003 APBN adalah rencana


keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh dewan
perwakilan rakyat. Dasar hukum penyusunan APBN
adalah:
UUD 1945 pasal 23 ayat 1 yang menyatakan anggaran
pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun.
UU No 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM
APBN

Bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV pasal 23 yang mengatur


tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23:
ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat,
ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
ayat (3): "Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang sebelumnya"
FUNGSI APBN

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan


pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi
hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu
tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.
PRINSIP APBN

1. Prinsip Anggaran Berimbang, yang dimaksud anggaran berimbang adalah sisi penerimaan
sama dengan sisi pengeluaran, di mana defisit anggaran ditutup bukan dengan mencetak
uang baru melainkan dengan bantuan/pinjaman/utang luar negeri (Oficial Development
Assistance = ODA), atau dalam APBN dikategorikan sebagai penerimaan pembangunan.
2. Prinsip Anggaran Dinamis, ada dua pengertian mengenai prinsip anggaran dinamis, yaitu
anggaran dinamis absolut dan relatif. Anggaran dinamis absolut diartikan sebagai
peningkatan jumlah tabungan pemerintah dari tahun ke tahun (peningkatan surplus
anggaran rutin), sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi pembiayaan
pembangunan dapat tercapai. İndikator ini bisa diukur melalui laju pertumbuhan tabungan
pemerintah yang selalu positif dalam perkembangannya. Sedangkan anggaran dinamis
relatif diartikan sebagai semakin kecilnva persentase ketergantungan pembiayaan pada
bantuan luar negeri atau pinjaman luar negeri.
3. Prinsip Anggaran Fungsional, bahwa fungsi dari bantuan luar negeri hanya untuk
membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk
membiayai anggaran rutin
PRINSIP PENYUSUNAN APBN

Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip APBN disusun dengan berdasarkan


penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
azas-azas:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam
jumlah dan kecepatan penyetoran. 1. Kemandirian, yaitu
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan meningkatkan sumber
piutang negara.
penerimaan dalam negeri.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang
diderita oleh negara dan penuntutan denda. 2. Penghematan atau peningkatan
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip efesiensi dan produktivitas.
penyusunan APBN adalah:
4. Hemat, efesien, dan sesuai dengan
3. Penajaman prioritas
kebutuhan. pembangunan.
5. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana 4. Menitik beratkan pada azas-
program atau kegiatan.
azas dan undang-undang negara
6. Semaksimal mungkin menggunakan hasil
produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi
nasional.
ASUMSI DASAR MAKRO APBN

Asumsi dasar makro ekonomi sangat berpengaruh terhadap besaran


komponen dalam struktur APBN. Asumsi dasar makroekonomi terdiri atas
7 indikator utama yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi,
2. Inflasi,
3. Nilai tukar rupiah terhadap dolar US,
4. Suku bunga SPN (Surat Perbendaharaan Negara) 3 bulan,
5. Harga minyak mentah Indonesia,
6. Lifting dan harga minyak dan gas bumi indonesia
7. Produktivitas minyak dan gas bumi Indonesia
LANJUTAN………………

Perumusan asumsi dasar ekonomi makro dalam rangka


penyusunan RAPBN melibatkan berbagai pihak
sebagai pemangku kepentingan, baik dari sisi
(1). Pemerintah maupun,
(2). Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Proses perumusan asumsi dasar ekonomi makro
dilakukan melalui rapat koordinasi yang dilakukan
secara intensif antara pihak pemerintah (Kementerian
Keuangan, BAPPENAS, dan Sumber Daya Mineral,
Badan Pusat Statistik, dan Bank Indonesia).
SUMBER PENERIMAAN NEGARA

Secara garis besar faktor penentu besarnya penerimaan negara adalah Pendapatan Negara
dan Hibah. Pendapatan Negara dan Hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal
dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara non-pajak, serta penerimaan hibah dari
dalam negeri dan luar negeri. Pengertian pendapatan hibah adalah setiap penerimaan
pemerintah pusat dalam bentuk uang, barang, jasa, dan surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali yang berasal dari dalam negeri, yang atas
pendapatan hibah tersebut pemerintah mendapat manfaat secara langsung untuk
digunakan demi mendukung tugas dan fungsi negara. Besaran pendapatan negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi.
• Kebijakan pendapatan negara.
• Kebijakan pembangunan ekonomi.
• Perkembangan pemungutan.
• Kondisi kebijakan lain.
Sebagai contoh, target penerimaan negara dari SDA migas dipengaruhi oleh
besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, Indonesia Crude Price
(ICP), dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan
oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti
perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya
ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak, dan lainnya.
Beberapa contoh hibah adalah
(1) Hibah uang: hibah uang tunai dan uang untuk membiayai kegiatan,
serta
(2) Hibah barang atau jasa dan hibah surat berharga. Berdasarkan
mekanisme pencairannya dibagi menjadi dua: hibah terencana dan
hibah langsung. Sementara berdasarkan sumbernya dibagi menjadi
hibah dalam negeri dan luar negeri.
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri c) Pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB),
dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri. tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah
Pendapatan pajak dalam negeri dibagi menjadi lima, yaitu: diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
a) Pendapatan pajak penghasilan (PPh), yang menurut UU
1994, adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam
Nomar 36 Tahun 2008 PPh adalah pajak yang arti besarnya pajak terutang ditentukan Oleh keadaan
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang objek yaitu bumi/tanah atau bangunan. PBB terbagi
diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. ke dalam beberapa sektor, yaitu Sektor Perkotaan,
Jensjenis pajak penghasilan (PPh) dalam APBN: PPh Sektor Pedesaan, Sektor Perkebunan, Sektor
Migas, yaitu PPh yang dipungut dari Badan Usaha atau
Perhutanan, serta Sektor Pertambangan Migas dan
Bentuk Usaha Tetap atas penghasilan dari kegiatan
usaha hulu minyak bumi dan gas alam. PPh Non-Migas Pertambangan Umum.
yaitu PPh yang dipungut dari wajib pajak orang pribadi, d) Pendapatan cukai adalah pungutan negara yang
badan, dan bentuk usaha tetap dalam negeri atas dikenakan terhadap barang-barang yang mempunyai
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
sifat atau karakteristik Barang Kena Cukai (BKC).
tahun pajak selain penghasilan atas pelaksanaan hulu
migas. Walaupun cukai dikategorikan sebagai pajak tidak
langsung, tetapi dalam prakteknya produsen ikut
b) Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa serta
pajak penjualan atas barang mewah, berdasarkan UU
menanggung beban cukai sehingga konsumen
No. 42 Tahun 2009 Pasal 5 PPnBM adalah pajak yang membayar cukai dalam jumlah yang tidak
dikenakan terhadap penyerahan BKP tergolong mewah seharusnya.
yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
barang tersebut di daerah pabean dalam rangka kegiatan
usaha atau pekerjaannya, dan impor BKP yang
tergolong mewah.
LANJUTAN ……………….

e) Pendapatan pajak Iainnya merupakan jenis f) Pendapatan bea masuk adalah pungutan negara
penerimaan perpajakan yang tidak termasuk yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.
dalam kategori penerimaan pajak. Penerimaan (Pasal 1 Ayat 15 UU Nomor 17 Tahun 2006
pajak Iainnya terdiri dari tentang perubahan atas UU No.10 Tahun 1995
(a) Bea Materai, tentang kepabeanan). Pada dasarnya, bea masuk
berfungsi untuk:
(b) Pendapatan Penjualan Benda Materai,
• Mencegah kerugian industri dalam negeri yang
(c) Pajak Tidak Langsung Lainnya, memproduksi barang sejenis dengan barang
(d) Denda Penagihan PPh, impor tersebut,
(e) Denda Penagihan PPN, • Melindungi pengembangan industri barang
(f) Denda Penagihan PPnBM, dan sejenis barang barang impor dalam negeri,
(g) Denda Penagihan Pajak. Penerimaan bea • Mencegah terjadinya serius terhadap industri
materai merupakan penerimaan yang dominan dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
dalam pajak Iainnya. Bea materai sendiri pada dan/atau barang yang secara langsung bersaing,
dasarnya adalah pajak atas dokumen sesuai • Melakukan pembalasan terhadap barang impor
dengan UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang yang berasal dari negara yang memperlakukan
bea materai. barang ekspor Indonesia secara diskriminatif .
LANJUTAN………….

g) Pendapatan bea keluar menyangkut kepabeanan terhadap barang ekspor


yang dikenakan kepada negara. Tujuan bea keluar terhadap barang
ekspor adalah:
• Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri,
• Melindungi kelestarian sumber daya alam,
• Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dan komoditi ekspor
tertentu di pasaran internasional, dan
• Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Sedangkan
barang ekspor yang dikenakan bea keluar adalah rotan, kulit, kayu, kelapa
sawit, serta CPO dan produk turunannya.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN
PAJAK (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber pendapatan negara,
di luar penerimaan perpajakan. PNBP telah mengalami beberapa kali perubahan klasifikasi
sejalan dengan jumlah dan kontribusinya dalam pendapatan negara. PNBP terdiri dari:
a) Penerimaan Sumber Daya Alam
• Penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas). Penerimaan SDA
migas merupakan bagian pemerintah atas kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan
berdasarkan Kontrak Production Sharing (KPS), setelah dikurangi faktor pengurang
berupa pajakpajak dan pungutan Iainnya.
• Penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas).
Penerimaan SDA nonmigas merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pemanfaatan
sumber daya alam di luar minyak dan gas bumi. Sumber penerimaan SDA nonmigas
meliputi: Pendapatan pertambangan umum, Pendapatan kehutanan, Pendapatan perikanan,
dan Pendapatan pertambangan panas bumi.
b) Pendapatan Bagian Laba BUMN Pendapatan laba BUMN perbankan dan pendapatan laba
BUMN nonperbankan.
LANJUTAN…………..

c) Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya terdiri
dari pendapatan bunga dan pendapatan pendidikan.
• Pendapatan bunga adalah semua pendapatan negara yang berasal dari bunga atas piutang
pemerintah dan penerusan pinjaman, Pendapatan kejaksaan dan peradilan serta hasil tindak
pidana korupsi semuanya adalah pendapatan pemerintah yang berasal dari kasus-kasus
pengadilan yang ditangani pemerintah, seperti legalisasi penandatanganan, denda/tilang,
pengesahan surat di bawah tangan, ongkos perkara, penjualan hasil lelang, tindak pidana
korupsi, dan lain-lain.
• Pendapatan pendidikan adalah semua pendapatan negara yang berasal dari jasa
penyelenggaraan pendidikan, yaitu pendapatan uang pendidikan, uang ujian masuk,
kenaikan tingkat, akhir pendidikan, serta pendapatan uang ujian untuk menjalankan praktik.
Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi adalah semua pendapatan negara yang
berasal dari hasil korupsi yang telah ditetapkan menjadi milik negara, baik ditetapkan oleh
pengadilan maupun KPK. Pendapatan iuran dan denda adalah pendapatan negara yang
berasal dari iuran badan usaha yang bergerak di bidang penyediaan dan pendistribusian
BBM, serta pengangkutan gas bumi melalui pipa
LANJUTAN…………..

d) Pendapatan Badan Layanan Umum Pendapatan atau penerimaan BLU


adalah penerimaan yang berasal dari kegiatan pelayanan masyarakat
yang dilakukan oleh Badan Layanan Umum. Badan Layanan Umum
adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mencari keuntungan dan, dalam
melakukan kegiatannya, didasarkan pada prinsip efisiensi serta
produktivitas. Jenis pendapatan BLU antara lain: pendapatan jasa
layanan umum, pendapatan hibah badan layanan umum, pendapatan
hasil kerja sama BLU, dan pendapatan BLU lainnya
PENGELUARAN NEGARA
(BELANJA NEGARA)

Belanja negara adalah kewajiban pemerintah


pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih. Belanja negara ini terdiri atas
Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke
Daerah. Besaran belanja negara dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain Kebutuhan
penyelenggaraan negara, Kebijakan
pembangunan, serta Kondisi kebijakan lainnya .
BELANJA PEMERINTAH PUSAT

Pengeluaran atau belanja negara adalah semua pengeluaran b) Belanja barang dalam negeri dan luar negeri adalah
negara untuk membiayai belanja pemerintah pusat dan pembelian barang dan jasa yang digunakan untuk
belanja untuk daerah. Belanja Pemerintah Pusat menurut memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
jenisnya adalah: tidak dipasarkan, termasuk biaya pemeliharaan serta biaya
a) Belanja pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk perjalanan.
uang atau barang,yang harus dibayarkan kepada pegawai c) Belanja modal adalah pengeluaran/belanja yang dikeluarkan
pemerintah baik di dalam maupun luar neger sebagai dalam rangka pembentukan modal, yang terdiri dari tanah,
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan,
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. belanja modal lainnya, dan belanja modal non-fisik.
Pengeluaran rutin pegawai meliputi: gaji dan pensiun, d) Pembayaran bunga utang adalah pembayaran atas biaya
tunjagan beras, uang makan dan lauk pauk, lain-lain pinjaman yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.
belanja pegawai dalam negeri, dan belanja pegawai luar e) Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
negeri. kepada perusahaan atau lembaga yang memproduksi,
• Belanja barang: belanja dalam negeri dan luar menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa.
negeri. f) Belanja hibah adalah transfer rutin/modal yang sifatnya
• Subsidi daerah otonom: belanja pegawai dan non tidak wajib dari pemerintah pusat kepada negara lain dan
pegawai. kepada organisasi internasional.
• Bunga cicilan utang: utang dalam negeri dan luar g) Bantuan sosial adalah transfer uang/barang yang diberikan
negeri. kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial.
• Pengeluaran rutin lainnya: subsidi bahan bakar
minyak dan lain-lain.
TRANSFER KE DAERAH

Transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka membiayai pelaksanaan desentralisasi fiskal
berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian. Transfer ke daerah disebut juga APBD
adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang
bersangkutan. Rincian anggaran transfer ke daerah adalah:
a) Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri atas: Dana bagi hasil, yaitu
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah berdasarkan persentase tertentu demi
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; Dana Alokasi Umum, yang selanjutnya
disebut DAU, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah demi mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU tersebut dialokasikan dalam bentuk block grant, yang penggunaannya diserahkan
sepenuhnya kepada daerah; Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Komponen Transfer ke Daerah Iainnya adalah Dana Otonomi
Khusus dan Penyesuaian, yang diatur dengar peraturan perundang-undangan di luar CC perimbangan keuangan.
b) Dana Otonomi Khusus, yaitu dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu
daerah. Dana ini dibatasi hanya 20 tahun yang saat ini untuk Provinsi Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam.
c) Dana Penyesuaian, yaitu dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan
pemerintah pusat dan membantu mendukung percepatan pembangunan di daerah.
PEMBIAYAAN

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang harus dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, haik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara Iain asumsi dasar makro ekonomi kebijakan
pembiayaan; serta kondisi dan kebijakan Iainnya.
• Pembiayaan Dalam Negeri, yang meliputi:
(1) . Pembiayaan perbankan dalam negeri yang bersumber dari Sisa Anggaran Lebih (SAL), penerimaan
cicilan pengembalian Subsidiry Loan Agreement (SLA)/Rekening Dana Investasi (RDI), rekening
pembangunan hutan, dan rekening pemerintah Iainnya. Sedangkan pembiayaan nonperbankan
dalam negeri bersumber dari privatisasi, Hasil Pengelolaan Aset (HPA), penerbitan Surat Berharga
Negara (SBN), penarikan pinjaman dalam negeri, dana investasi pemerintah dan Penyertaan Modal
Negara (PMN), serta dana pengembangan pendidikan nasional, dan
(2). Pembiayaan nonperbankan dalam negeri; Hasil pengelolaan aset; Surat berharga negara neto;
Pinjaman dalam negeri neto; Dana investasi pemerintah; dan Kewajiban penjaminan.
• Pembiayaan Luar Negeri, yang meliputi :
(1). Penarikan Pinjaman Luar Negen, yang terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek, dan
(2). Penerusan pinjaman, serta Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, yang terdiri atas
Jatuh Tempo dan Moratorium
OPTIMALISASI PERANAN DPR

Peranan DPR dalam penganggaran dapat dijalankan berdasarkan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Berdasarkan
Pasal 20A UUD 1945 Perubahan Pertama, DPR mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan.
1. Fungsi Legislasi. Dalam menjalankan fungsi legislasinya, DPR menetapkan dan menyetujui RUU APBN
yang diajukan oleh Pemerintah. Proses penetapan itu sendiri diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR RI.
Sebelum menetapkan dan menyetujui RUU APBN yang diajukan oleh Pemerintah, DPR terlibat secara
intens dalam keseluruhan proses penyusunan dan penetapan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
2. Fungsi Anggaran. Berkenaan dengan fungsi anggaran, DPR mempunyai hak budget sebagaimana diatur
dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 perubahan Ketiga yang menyebutkan bahwa RUU APBN diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD. DPR sesuai
dengan hak budget-nya dapat menyetujui ataupun tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan oleh
Pemerintah dan mengadakan pembahasan. pembahasan RUU APBN secara bersama oleh DPR dan
Presiden selain dalam rangka melaksanakan fungsi legislasi juga dimaksudkan agar DPR dapat
mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas bahwa terhadap alokasi yang dicantumkan dalam RAPBN
tersebut tidak terjadi penyelewengan. Selain itu, DPR juga mempunyai hak untuk mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN.Dalam konteks
optimalisasi peranan DPR dalam penganggaran, khususnya pada tahap penyusunan dan penetapan APBN,
Abdullah Zainie (2003) menggaris bawahi beberapa hal, di antaranya:
LANJUTAN………..

• DPR harus mempunyai waktu khusus untuk membahas proses anggaran dengan
mengkaji secara teliti sehingga proses tersebut dapat berjalan lancar;
• DPR harus menguasai keseluruhan struktur dan proscs anggaran sehingga bisa
memberikan peran yang maksimal terhadap proses anggaran;
• DPR dengan didukung oleh Undang-undang seharusnya mampu memberikan
kontribusi lebih besar; bukan hanya sekedar menerima atau menolak RUU
APBN. DPR seharusnya dapat mendiskusikan anggaran sebagai sebuah
instrumen kebijakan dan untuk menjamin bahwa anggaran tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip yang tercantum dalam konstitusi. DPR juga harus bisa mengkaji
dan menganalisis anggaran secara teperinci berdasarkan fungsi-fungsi yang ada;
• Anggaran seharusnya digunakan oleh Pemerintah dan DPR untuk bertindak
sebagai mitra yang berkepentingan dalam pencapaian tujuan yang sama;
• Kepentingan tertinggi partai harus didahulukan di atas kepentingan partai
LANJUTAN………….

3.Fungsi Pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh DPR terdiri dari dua hal, yaitu i). Pengawasan
terhadap Pemerintah dalam melaksanakan Undang-undang; dan ii). Pengawasan terhadap Pemerintah
dalam melaksanakan APBN. Pengawasan DPR terhadap Pemerintah dalam melaksanakan APBN dapat
dilakukan melalui dua hal, yaitu:
a. Melalui rapat-rapat kerja yang dilakukan oleh komisi-komisi DPR dengan departemendepartemen
pemerintahan. Dalam rapat kerja tersebut, DPR dapat mengadakan pembahasan mengenai berbagai hal
dengan Pemerintah. Selain itu, DPR juga membahas hasil dengar pendapat komisi-komisi dengan
masyarakat, NGO, akademisi. Fungsi pengawasan dan fungsi penganggaran akan beririsan ketika DPR
melakukan pembahasan dengan Pemerintah untuk menyetujui RUU APBN atau PAN yang diajukan
oleh Pemerintah.
b. Menerima dan membahas laporan dari BPK. Berdasarkan Pasal 23E UUD 1945 Perubahan Ketiga,
ditetapkan bahwa hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, DPRD, sesuai
dengan kewenangannya. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK akan digunakan oleh DPR untuk
mengevaluasi pertanggungjawaban Pemerintah dalam pelaksanaan APBN. Menurut pasal 145
Peraturan Tata Tertib DPR, DPR membahas hasil pemeriksaan tersebut yang diberitahukan oleh BPK
dalam bentuk Hasil Pemeriksaan Semester, yang kemudian disampaikan dalam rapat paripurna DPR
untuk dipergunakan sebagai bahan pengawasan. Hasil pemeriksaan juga membantu DPR dalam rangka
memberikan persetujuan atas PAN yang diajukan oleh Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai