Penyusunan APBN didasarkan pada prinsip umum yang meliputi berbagai aspek-aspek, antara
lain sebagai berikut.
Dalam menyusunan APBN didasarkan pada tiga asas yang harus dilakukan diketahui pemerintah yang
dijadikan sebagai dasar penyusunan APBN, sebagai berikut.
a. Kemandirian, artinya pembiayaan oleh negara didasarkan atas kemampuan negara, pinjaman luar
negeri hanyalah sebagai pelengkap.
b. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas
c. Penajaman prioritas pembangunan, maksud dari penajaman perioritas pembagunan adalah APBN
harus mendahulukan pembiayaan yang lebih bermanfaat
FUNGSI-FUNGSI APBN :
a. Fungsi otoritasi, bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya. Efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi, bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
6. Komponen APBN
APBN terdiri dari pendapatan Negara, belanja Negara dan pembiayaan Negara
PENDAPATAN NEGARA :
1. PAJAK
Pendapatan pajak dalam negeri
-PPH (Pajak penghasilan)
-PPN (Pajak pertambahan nilai)
-PBB (Pajak bumi dan bangunan)
-pajak penjualan atas barang mewah
-pendapatan cukai
3. HIBAH
BELANJA NEGARA
1. belanja pegawai
2. belanja barang
3. belanja modal
4. pembayaran bunga utang
5. subsidi
6. belanja hibah
7. bantuan sosial
8. belanja lain-lain
2. Transfer ke daerah dan dana desa
Dana Bagi Hasil terbagi menjadi dua, yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak. BERSUMBER DARI
APBN.
a. Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari pajak terdiri atas:
Kehutanan;
Pertambangan umum;
Perikanan;
Pertambangan minyak bumi;
Pertambangan gas bumi; dan
Pertambangan panas bumi.
Penentuan alokasi TKDD yang akan diterima oleh setiap daerah ditentukan oleh 3 hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan Formula (By Formula)
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) kecuali yang berdasarkan usulan/proposal, Dana
Desa.
2.Berdasarkan Daerah Penghasil (By Origin) contohnya Dana Bagi Hasil
3. Berdasarkan Kinerja (By Performance) contohnya dana insentif daerah
Dana Otonomi Khusus (Dana Otsus) diberikan kepada Provinsi Aceh sebagai amanat dari Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 serta Provinsi Papua dan Papua Barat sebagai amanat dari Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2001. Dana Keistimewaan (Dais) diberikan kepada Provinsi D.I. Yogyakarta
berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012. Hal-hal tersebut diatas yang dapat menentukan
besar kecilnya alokasi TKDD yang akan diterima oleh daerah.
P. Daerah
-provinsi 16,2 %
-kab.kota 64,8%
-biaya pungutan 10%
b. BPHTB
P.pusat=20%
P.rovinsi=16%
P.kabupaten=64%
c. PPH
P.pusat= 80%
Daerah = 20%
Provinsi =8%
Kab.kota =12%
Terdiri dari 8,4% kabupaten kota wajib pajak bersangkutan
Dan 3,6% kabupaten kota bersangkutan
PEMBIAYAAN NEGARA
Terdir dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri.
7. Mandatory Spending adalah kewajiban alokasi belanja Negara yang telahditetapkan undang-
undang terdiri dari
Kesehatan=5%
Pendidikan=20%
Dana Alokasi Umum=26%
Dana Desa=10%
8. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Alokasi DAU tambahan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas
Umum Daerah. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 dari
alokasi DAU daerah yang bersangkutan. Tata cara penyaluran DAU dan DAU tambahan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan
Kondisi penerimaan DAU berdasarkan nilai celah fiskal:
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0, menerima DAU sebesar alokasi dasar
ditambah celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0, menerima DAU sebesar alokasi dasar.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi
dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar
dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.
10. Yang mengatur kebijakan moneter adalah bank sentral dengan mengatur jumlah uang yang
beredar.
Instrument kebijakan moneter kebijakan operasi terbuka(penjualan atau pembelian SBI)
Kebijakan diskonto.
Kebijakan cadangan kasM
Penyesuaian tingkat suku bunga
Yang mengatur kebijakan fiskal adalah menteri keuangan dengan mengatur jumlah pendapatan
dan belanja Negara.
Instrument kebijakan fiskal adalah menaikkan jumlah pajak
Mewajibkan npwp
Melakukan penghematan pengeluaran Negara
Ada dua kebijakan fiskal :
Fiskal ekspansif meningkatkan jumlah uang beredar, menurunkan pajak dan harga barang
Fiskal kontraktif menurunkan jumlah uang yang beredar, menaikkan pajak dan harga barang
11. RPJP Nasional = 20 tahun ditetapkan oleh menteri dan undang undang
RPJP Daerah = 20 tahun ditetapkan oleh Bappeda dan peraturan daerah
RPJM Nasional= 5 tahun ditetapkan oleh menteri dan peraturan presiden
RPJM Daerah= 5 tahun ditetapkan oleh Bappeda dan peraturan kepala daerah
RENSTRA-KL = 5 TAHUN ditetapkan oleh pimpinan menteri atau lembaga dan peraturan
pimpinan kementrian
RENSTRA-SKPD= 5 tahun ditetapkan oleh kepala SKPD dan peraturan kepala SKPD
RKP Nasional= 1 tahun ditetapkan oleh menteri dan peraturan presiden
RKPD =1 tahun ditetapkan oleh Bappeda dan peraturan kepala daerah
RENJA-KL = 1 tahun ditetapkan oleh pimpinan menteri atau lembaga
RENJA-SKPD = 1 TAHUN ditetapkan oleh kepala SKPD
Sebelum RPJP Nasional menurut ketentuan dalam Undang-undang ini ditetapkan, penyusunan
RPJM Nasional tetap mengikuti ketentuan Pasal dengan RPJM Nasional mengesampingkan RPJP
Nasional sebagai pedoman, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perUndang-undangan.
Sebelum RPJP Nasional menurut ketentuan dalam Undang-undang ini ditetapkan, penyusunan
RPJP Daerah tetap mengikuti ketentuan RPJP Daerah dengan mengesampingkan RPJP Nasional
sebagai pedoman, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundangundangan.
Sebelum RPJP Daerah menurut ketentuan dalam Undang-undang ini ditetapkan, penyusunan
RPJM Daerah tetap mengikuti ketentuan RPJM daerah dengan mengesampingkan RPJP Daerah
sebagai pedoman, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
Jika RPJM Provinsi belum ditetapkan maka RPJM kabupaten kota mengikuti RENSTRA KL
Menteri Keuangan, dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, mempunyai tugas sebagai
berikut:
Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan negara yang telah ditetapkan
dengan undang-undang;
Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara;
Mengelola utang dan piutang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-
undang.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai
berikut:
Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah;
Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/ barang daerah mempunyai
tugas sebagai berikut:
Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
14. .dvnksl