Anda di halaman 1dari 8

Fadhilah (37), Shilvi aisyia kusuma wardani(48), Masro’ul Fadhilah(42)

Isna Atika(38), Hafidhotul ’Ilmiah(54)


APBN, APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL

A. APBN dan APBD


1. APBN
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah suatu daftar yang memuat secara rinci
tentang sumber-sumber penerimaan negara dan alokasi pengeluarannya dalam jangka waktu tertentu,
biasanya 1 tahun.
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1), (2) dan (3), setiap tahun Presiden mengajukan RAPBN
untuk dibahas bersama DPR.
Penyusunan APBN didasarkan asas berimbang dan dinamis, artinya di sektor penerimaan negara
selalu diusahakan peningkatannya dan di sektor pengeluarannya diusahakan penghematan rutin serta
lebih.
Mengarahkan dana pembangunan kepada kegiatan yang menunjang peningkatan produksi nasional,
yang mana besarnya pengeluaran (belanja) seimbang dengan penerimaannya.
Secara rincian penyusunan APBN didasarkan :
a. Asas berimbang dan dinamis penerimaan-pengeluaran
b. Tabungan/Saving selalu meningkat
c. Peningkatan pendapatan pajak, secara : intensif dan ektensif
d. Prioritas pengeluaran rutin yang penting
e. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia secara maksimal
Fungsi APBN, antara lain :
1. Fungsi stabilisasi, yaitu APBN diharapkan dapat menjaga kestabilan arus uang dan arus barang
dan untuk terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga yang relatif stabil
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai.
2. Fungsi alokasi, yaitu APBN dapat menunjukkan sasaran dan prioritas pembangunan dan untuk
mengalokasikan factor-faktor produksi yang tersedia di dalam masyarakat, sehingga kebutuhan
masyarakat akan Public Goods atau kebutuhan umum akan terpenuhi.
3. Fungsi distribusi, yaitu APBN dapat menunjukkan pembagian dana pada berbagai sektor
4. Fungsi pertumbuhan ekonomi dan pengendali inflasi, yaitu melalui besar kecilnya APBN dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengendali inflasi.
Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan
kegiatan kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat.
2. APBD
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana kerja pemerintah daerah, yang
mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun yang dinyatakan dalam
satuan uang dan yang disetujui oleh DPRD.
Fungsi dan tujuan APBD sama dengan fungsi dan tujuan APBN, hanya perbedaannya ruang lingkup
APBD terbatas pada wilayah daerah dan pelaksanaannya, diserahkan kepada kepala daerah sesuai
dengan semangat otonomi daerah.
Dalam APBD akan tercermin pendapatan asli daerah (PAD) maupun pendapatan yang diperoleh dari
pemerintah pusat yang berupa dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Sumber-
sumber Penerimaan dan Pengeluaran Negara.
Berikut ini adalah sumber-sumber penerimaan Pemerintah Pusat (APBN)
Sumber-sumber Penerimaan Pusat Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat
1. Penerimaan Dalam Negeri 1. Belanja pemerintah pusat
a. Penerimaan perpajakan a. Pengeluaran rutin
1) Pajak dalam negeri (PPh, PPN, 1) Belanja pegawai
PBB, Cukai dan lainnya) 2) Belanja barang
2) Pajak perdagangan internasional 3) Belanja modal
(bea masuk, pajak impor) 4) Pembayaran bunga utang
b. Penerimaan Buku Pajak (dalam negeri dan luar negeri)
5) Subsidi (BBM dan non BBM)
1) Penerimaan sumber daya alam
6) Belanja Hibah
2) Bagian laba BUMN 7) Belanja Sosial
3) Penerimaan Negara bukan pajak 8) Belanja lainnya
lainnya b. Pengeluaran pembangunan
2. Hibah 1) Pembiayaan rupiah
3. Penerimaan luar negeri 2) Pembiayaan proyek
a. Pinjaman program dan penundaan 2. Dana Perimbangan
cicilan utang a. Dana bagi hasil
b. Pinjaman proyek b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Tabungan Pemerintah = Penerimaan Dalam Negeri – Pengeluaran Rutin


Semakin tinggi tabungan pemerintah atau Negara maka akan dapat meningkatkan investasi atau
penanaman modal untuk usaha sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar atau dengan kata
lain APBN menunjukkan surplus.

Sumber-sumber Penerimaan dan Pengeluaran Daerah


Sumber-sumber Penerimaan Daerah Jenis Pengeluaran Pemerintah Daerah
1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu 4. Anggaran belanja rutin
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Belanja DPRD
a. Pajak daerah b. Belanja Kepala Daerah
b. Retribusi daerah c. Belanja Pegawai
c. Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah d. Belanja Barang
d. Penerimaan dari Dinas-dinas daerah e. Belanja Pemeliharaan
e. Penerimaan lain-lain f. Belanja Perjalanan Dinas
3. Dana Perimbangan g. Belanja lain-lain
a. Bagi hasil pajak dan bukan pajak h. Angsuran pinjaman dan bunga
b. Dana Alokasi Umum (DAU) dari i. Subsidi kepada daerah bawahan
Pemerintah Pusat j. Pengeluaran yang tidak termasuk
c. Dan Alokasi Khusus (DAK) bagian lain
d. Dana Perimbangan k. Pengeluaran tak terduga
e. Pinjaman pemerintah daerah 5. Anggaran Belanja Pembangunan
f. Pinjaman untuk Badan Usaha Milik a. Proyek-proyek daerah
Daerah (BUMD) b. Biaya operasional dan pemeliharaan
g. Lain-lain pendapatan yang sah sarana dan prasarana daerah
c. Proyek-proyek pembangunan

Pengaruh APBN dan APBD Terhadap Perekonomian


1. Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat mengetahui besarnya
GNP dari tahun ke tahun.
2. Dapat menciptakan ketabilan keuangan atau moneter negara, sebabnya dapat mengatur jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
3. Dapat menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan industri-industri dalam
negeri.
4. Dapat memperlancar Distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui sumber penerimaan
dan penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja barang serta yang lainnya.
5. Dapat memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek-proyek negara dan
investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dengan APBN/APBD, dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang akan dan
sedang dilaksanakan. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, peningkatan sumber
daya manusia akan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi. Pada gilirannya akan
terbentuk tabungan masyarakat sehingga meningkatkan investasi yang menyebabkan semakin banyak
barang dan jasa yang tersedia bagi masyarakat.
Penyusunan APBN/APBD dapat jga mempengaruhi inflasi/deflasi yang akan terjadi di masyarakat.
B. Kebijakan Anggaran
Kebijakan anggaran adalah kebijakan untuk mengatur APBN agar sesuai dengan pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan dan pada gilirannya akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Tujuan kebijakan anggaran adalah menentukan arah dan tujuan pembangunan serta pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan dari rencana kerja tahunna pemerintah.
Macam-macam Kebijakan Anggaran
1. Anggaran Seimbang (balance budget)
Semua pengeluaran didasarkan pada penerimaan. Pada akhirnya, jumlah pengeluaran sama dengan
jumlah penerimaan.
Tujuan penyusunan anggaran seimbang adalah untuk memelihara stabilitas ekonomi dan mencegah
terjadinya anggaran defisit.
2. Anggaran Dinamis
Dalam anggaran dinamis berarti bahwa jumlah mutlak dari anggaran dari tahun ke tahun semakin
besar.
3. Anggaran Defisit
Penerimaan negara lebih kecil daripada pengeluaran negara. Kebijakan ini dijalankan karena
pemerintah akan memperbaiki keadaan perekonomian negara yang sedang menurun atau dilanda
deflasi. Dalam hal ini pemerintah menutup kekurangan anggaran dengan pinjaman dalam dan luar
negeri.
4. Anggaran Surplus
Penerimaan Negara lebih besar daripada pengeluaran Negara. Kebijakan ini dijalankan bila keadaan
ekonomi sedang dilanda inflasi untuk menyesuaikan anggaran dengan kenaikan harga barang/jasa.
Dalam hal ini pemerintah meningkatkan penerimaan negara (pajak dan nonpajak) dan penghematan.

C. Perpajakan
Pajak adalah iuran wajib rakyat atau masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat
dipaksakan dan tidak mendapat balas jasa (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah. Dengan demikian :
1. Pajak adalah merupakan iuran wajib
2. Pajak dipungut oleh pemerintah
3. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
4. Pungutan pajak digunakan untuk mencapai kesejahteraan umum
Dasar pemungutan pajak adalah UUD 1945 pasak 23A : ”Pajak dan pengutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.
UU yang mengatur perpajakan adalah Undang-undang nomor 16 tahun 2000, tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.

Fungsi Pajak
1. Fungsi budgeter, yaitu pajak sebagai sumber pendapatan Negara
2. Fungsi alokasi, yaitu pajak harus digunakan sebagai sumber dana untuk pembiayaan pembangunan
disegala bidang
3. Fungsi disribusi, yaitu pajak dijadikan sebagai alat pemerataan pendapatan
4. Fungsi regulasi/stabilisasi, yaitu pajak dapat dijadikan sebagai alat untuk menjaga kestabilan
ekonomi

Syarat Pungutan Pajak


Tujuan dari hukum pajak adalah membuat adanya keadilan baik dalam perundang-undangan maupu
pelaksanaannya. Untuk itu maka hukum pajak harus mengabdi pada keadilan. Syarat inilah yang disebut
asas pungutan pajak menurut falsafah hukum.

Tarif Pajak
1. Tarif pajak proposinal (sebanding) :
Yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.
2. Tarif pajak degresif (menurun) :
Yaitu tarif pajak dengan menggunakan presentase yang menurun untuk setiap dasar pengenaan pajak.
3. Tarif pajak konstan (tetap) :
Yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.
4. Tarif pajak progesif (menaik) :
Yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin menaik/meningkat untuk dasar setiap pengenaan
pajak.
Penggolongan Pajak
1. Ditinjau dari cara pemungutannya, dibagi dua :
a.) Pajak Langsung adalah pajak yang dibebankan harus ditanggung oleh wajib pajak sendiri, dan
tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan, PBB, Pajak perseroan, Pajak kekayaan, Pajak deviden, Pajak
bunga deposito, MPO, Pajak Kendaraan Bermotor, dan sebagainya.
b.) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penjualan, Cukai, Pajak Tontonan, Bea materai, Bea masuk, Pajak ekspor,
Pajak Pertambahan Nilai, Bea balik nama, Pajak iklan dan sebagainya.
2. Ditinjau dari obyek yang dikenakan pajak, dibagi dua :
a) Pajak subyektif adalah pajak yang pemungutannya bedasar atas subyeknya (orangnya), keadaan
diri pajak dapat mempengaruhi jumlah yang harus dibayar.
Contoh : Pajak penghasilan, Pajak kekayaan dan sebaginya
b) Pajak Obyektif adalah pajak yang pemungutannya berdasar atau obyeknya.
Contoh : Pajak kekayaan, Bea masuk, Bea materai, Pajak impor, Pajak kendaraan bermotor,
Pajak bumi dan bangunan dan sebagainya.
3. Ditinjau dari siapa yang memungut pajak, dibagi dua :
a) Pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah di seluruh Indonesia, Dirjen Bea dan
Cukai.
b) Pajak Daerah (Lokal) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan terbatas pada
rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan oleh Pemda Tingkat I maupun Pemda Tingkat II.

Sistem Pemungutan Pajak


1. Official Assesment System :
Yaitu pemungutan pajak yang besarnya jumlah pajak ditentukan oleh petugas pajak.
2. Self Assesment System :
Yaitu pemungutan pajak yang mana besar pajak yang dikenakan tergantung atau ditentukan oleh
wajib pajak sendiri.
3. With Holding System :
Yaitu pemungutan pajak yang mana besarnya ditentukan oleh pihak ketiga.

Pajak dan Pungutan Resmi Lainnya Sebagai Sumber Pendapatan Negara dan Daerah
Selain pajak, penerimaan pemerintah lainnya (bea ekspor dan impor, retribusi, bea materai, sumbangan
wajib, cukai dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan negara atau daerah.
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut :
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa Tidak diterima secara Diterima secara langsung
(kompensasi) langsung
Dasar pemungutan Undang-undang Peraturan pemerintah,
keputusan menteri, dsb
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum Sesuai dengan kebijakan
dalam UU pemerintah
Surat ketetapan pajak Ada Tidak ada
(kohir)
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah

Cara Menghitung Pajak


1. Pajak Penghasilan (PPh) (UU Nomor 17 tahun 2000)
Objek PPh antara lain gaji/upah/honorarium/komisi/bonus/gratifikasi, hadiah, laba usaha, bunga,
dividen, royalti, sewa, premi asuransi, dan lain-lain.
Tarif pajak
Wajib pajak perseorangan

Pendapatan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak


Sampai dengan Rp. 25.000.000,00 5%
Di atas Rp. 25.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00 10 %
Di atas Rp. 50.000.000,00 – Rp. 100.000.000,00 15 %
Di atas Rp. 100.000.000,00 – Rp. 200.000.000,00 25 %
Di atas Rp. 200.000.000,00 35 %
Berdasarkan Peraturan Manteri Keuang nomor 137/PMK.03/2005 ditetapkan tanggal 30 Desember
2005, tentang penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun dihitung :
Rp. 13.200.000,00 bagi wajib pajak orang pribadi
Rp. 1.200.000,00 bagi isteri/suami
Rp. 1.200.000,00 bagi masing-masing anak/keturunan lurus/anak angkat, maksimal 3 orang
Rp. 13.200.000,00 bagi isteri/suami yang bekerja dengan penghasilan digabung

Sedangkan wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah :
Pendapatan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10 %
Di atas Rp. 50.000.000,00 – Rp. 100.000.000,00 15 %
Di atas Rp. 100.000.000,00 30 %

Contoh :
Pak Chandra sebagai karyawan Primagama, penghasilan neto setiap bulannya Rp. 4.000.000,00. Pak
Chandra sudah beristeri tidak bekerja dan mempunyai 4 anak.
Berapakah pajak terutang setiap bulannya ?

Jawab :
Penghasilan neto 12 bulan x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 48.000.000,00
PTKP - Wajib pajak Rp. 13.200.000,00
- Isteri Rp. 1.200.000,00
- Anak (maks 3)
3 x Rp. 1.200.000,00
Rp. 3.600.000,00 +

= Rp. 18.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 30.000.000,00

Jadi, PPh terutang


5 % x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 1.250.000,00
10 % x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 500.000,00 +
= Rp. 1.750.000,00 per tahun

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (UU nomor 18 tahun 2000)


1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen)
3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan
setinggi-tingginya 15% (lima belas persen)

Ada 2 metode dalam menghitung PPN, yaitu :


a. Metode langsung (direct subtraction method), yaitu dengan menghitung tariff dengan
pertambahan nilai
b. Metode tidak langsung (indirect subtraction method), yaitu PPN dikenakan berdasar atas
pertambahan nilai (added value) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP)

Sedangkan Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) adalah :
1) Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serendah-rendahnya 10% (sepuluh persen) dan
setinggi-tingginya 75% (lima puluh persen)
2) Atas ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol
persen)
3) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah
yang dikenakan PPn BM
4) Macam dan jenis barang yang dikenakan PPn BM atas barang kena pajak yang tergolong mewah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (UU Nomor 12 tahun 1994)
Asas pemungutan PBB
a. Memberi kemudahan dan kesederhanaan
b. Memberikan kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Dapat menghindari pajak berganda
Objek pajak PBB adalah bumi dan bangunan menurut nilai jualnya
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah :
a. Objek pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum (masjid, gereja,
wihara, rumah sakit, pesantren/madrasah, panti asuhan, museum, candi)
b. Objek pajak yang digunakan kuburan, peninggalan purbakala, hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan wisata, taman nasional, tanah desa
c. Objek pajak untuk perwakilan diplomatik, konsulat
d. Objek pajak yang digunakan oleh badan perwakilan organisasi internasional (PBB, ASEAN, dan
lain-lain)
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOP-TKP) maksimum sebesar Rp. 12.000.000,00.
Contoh :
Pak Susilo mempunyai tanah dan bangunan. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi/tanah Rp.
40.500.000,00 dan NJOP bangunan Ro. 7.000.000,00. Berapakan PBB yang harus dibayar Pak
Susilo?
Jawab :
NJOP bumi = Rp. 40.500.000,00
NJOP bangunan = Rp. 7.000.000,00 +
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp. 47.500.000,00
NJOP tidak kena pajak = Rp. 12.000.000,00 -
NJOP untuk perhitungan PBB = Rp. 35.500.000,00
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) : 20% x Rp. 35.500.000,00 = Rp. 7.100.000,00
PBB yang terutang : 0,5% x Rp. 7.100.000,00 = Rp. 35.500.000,00
4. Bea Materai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 tahun 2000, besarnya bea materai sebagai berikut :
a. Surat perjanjian, akta notaries, akta PPAT sebesar Rp. 6.000,00
b. Dokumen nominal Rp. 250.000,00 – Rp. 1.000.000,00 sebesar Rp. 3.000,00
Lebih dari Rp. 1.000.000,00 sebesar Rp. 6.000,00
c. Cek dan bilyet giro sebesar Rp. 3.000,00
Pentingnya Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Sumber lainnya berasal dari
penerimaan migas, pendapatan BUMN, dan pinjaman luar negeri. Bagi masyarakat, pajak merupakan
salah satu bentuk partisipasi dalam pembangunan yang semakin mandiri.
Setiap warga Negara yang dewasa dan berpenghasilan perlu menyadari arti pentingnya penarikan
pajak, karena Negara dalam rangka pembangunan membutuhkan banyak biaya, terutama untuk
pembangunan fasilitas umum, dan tidak mungkin terus menerus Negara mengharapkan dari pinjaman
luar negeri, apalagi dengan mencetak uang baru yang dapat menimbulkan inflasi.
Maka, satu-satunya cara agar supaya penerimaan Negara mencukupi, tanpa tergantung luar negeri,
adalah pemerintah memungut pajak (bagi yang memenuhi syarat, karena tidak semua warga Negara
memenuhi syarat untuk ditarik pajak) demi mempercepat pemerataan pendapatan. Apalagi
pemungutan pajak dijamin oleh UUD 1945.
D. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengelola/mengarahkan
perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
Dalam kebijakan ini, pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran Negara, contohnya APBN.
Pada garis besarnya, kebijakan fiskal mempunyai dua aspek :
1. Aspek kuantitatif, yaitu berhubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik atau dibelanjakan
2. Aspek kualitatif, yaitu jenis-jenis pajak, pembayaran-pembayaran dan subsidi
Kebijakan fiskal digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate
demand = total seluruh permintaan) dan perekonomian, dan juga dapat mempengaruhi penawaran agregat
(aggregate supply = total seluruh penawaran) melalui perubahan insentif bagi perusahaan dan individu.
Tujuan kebijakan fiskal adalah mencapai perekonomian yang makmur, melalui tiga tujuan kebijakan
pemerintah dalam ekonomi, yaitu :
1. Mengatasi inflasi
2. Mengatasi pengangguran
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi
Jenis-jenis Kebijakan Fiskal
1. Kebijakan Anggaran Pembiayaan Fungsional (functional finance), dalam hal ini pengeluaran
pemerintah dengan melihat akibat-akibat langsung terhadap pendapatan nasional terutama untuk
meningkatkan kesempatan kerja.
2. Kebijakan Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach), dalam kebijakan ini perpajakan dan
pinjaman dimaksudkan untuk mencapai kestabilan ekonomi. Dalam jangka panjang tercapai
anggaran yang seimbang tanpa defisit.
3. Kebijakan Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget), dalam kebijakan ini, pengeluaran
pemerintah ditentukan berdasarkan manfaat. Peranan kebijakan ini dapat ditingkatkan dengan
pengeluaran untuk proyek-proyek pekerjaan umum.

Contoh Kebijakan Fiskal


1. Penyusunan RAPBN
2. Perpajakan nasional
3. Efisiensi anggaran belanja
4. Pemberian subsidi pemerintah (BBM)

SOAL-SOAL LATIHAN

UMPTN 1997 / Rayon A


1. Sistem perpajakan yang dapat digunakan untuk mengatur tingkat pemerataan pendapatan nasional adalah
……………
a. Proporsional d. Progresif
b. Subyektif e. Regresif
c. Degresif
UMPTN 1997 / Rayon C
2. Apabila kita membayar ongkos parker kendaraan, berarti kita telah membayar pajak
SEBAB pajak bersifat dapat dipaksakan, artinya jika wajib pajak tidak membayar pajak sebagaimana
ditentukan oleh peratutan perundang-undangan maka wajib pajak tersebut dapat dikenakan sanksi atau
hukuman.
UMPTN 1998 / Rayon A
3. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang …………….
a. Pengendalian harga d. Pendapatan dan pengeluaran Negara
b. Jumlah uang beredar e. Kesempatan kerja
c. Penerimaan harga
UMPTN 1998 / Rayon B
4. Jika pemerintah memungut pajak dimana persentase yang lebih besar pada tingkat pendapatan yang
tinggi dari pada tingkat pendapatan yang rendah, maka ini merupakan pajak ...................
a. Regresif d. Nilai tambah
b. Penjualan e. Progresif
c. Proporsional
UMPTN 1998 / Rayon C
5. Berikut ini jenis pajak yang secara langsung mempengaruhi pemerataan distribusi pendapatan adalah
………………
a. Pajak Penghasilan (PPh) d. Cukai
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) e. Pajak ekspor
c. Bea cukai
UMPTN Rayon C/94/No.59
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun atas dasar asas-asas berikut :
1. Anggaran berimbang yang dinamis
2. Anggaran dinamis dengan realisasi penerimaan diusahakan meningkatkan melalui tabungan
pemerintah
3. Penentuan skala prioritas yang tepat
4. Bekerja atas dasar program terpadu
UMPTN 1998 / Rayon C
7. Dalam rangka melindungi masyarakat dari praktik-praktik buruk monopili maka pemerintah dapat
mengambil langkah pengaturan lewat kebijaksanaan :
1. Fiskal
2. Harga
3. Output
4. Tingkat bunga
SPMB 2003 / Regional I
8. Dalam usaha untuk turut mengurangi jumlah yang yang beredar, pemerintah mengurangi pengeluaran.
Usaha tersebut termasuk .......................
a. Politik pasar terbuka d. Kebijakan fiskal
b. Politik pasar tertutup e. Kebijakan moneter
c. Money loundering
UJIAN NASIONAL 2004
9. PKP Pak Anton 1 tahun Rp. 135.000.000,00, beliau mempunyai 1 istri dan 1 anak. Besar pajak
terutang .......................
a. Rp. 18.560.000,00 d. Rp. 23.860.000,00
b. Rp. 20.000.000,00 e. Rp. 25.960.000,00
c. Rp. 22.560.000,00
UAN 2002
10. Berikut ini merupakan tujuan kebijakan fiskal, kecuali ……………..
a. Stabilitas perekonomian
b. Menaikkan hasil produksi
c. Memperluas kesempatan kerja
d. Memantapkan pertumbuhan pendapatan
e. Meningkatkan keadilan pembagian pendapatan
UMPTN 1999 / Rayon A
11. Penerimaan dan pengeluaran APBN menganut prinsip berimbang, yakni :
a. Pertumbuhan ekonomi adalah nol persen
b. Nilai ekspor barang dan jasa sama dengan nilai impor barang dan jasa
c. Pemerintah tidak menganut kebijakan fiskal ekspansif atau kontraktif
d. Selisih penerimaan dalam negeri terhadap pengeluaran rutin dan pembangunan ditutup dari
penerimaan luar negeri
e. Tabungan pemerintah adalah tetap
OSN 2006
12. Selain Pendapatan Asli Daerah (PAD), sumber penerimaan lain pemerintah daerah di Indonesia
(Kabupaten/Kota) adalah dari pemerintah pusat. Penerimaan dari pemerintah pusat tersebut antara lain
berupa dan disebut :
a. Dana Alokasi Umum d. Bagian dari Penerimaan Ekspor
b. Subsidi Daerah Otono e. Bagian laba badan usaha milik Negara
c. Subsidi Pemerintah Pusat
OSN 2006
13. APBN dikatakan deficit apabila …………………..
a. Belanja rutin > penerimaan dalam negeri
b. Belanja rutin > penerimaan total
c. Subsidi kepada daerah > setoran pemerintah daerah
d. Belanja barang > belanja pegawai
e. Pembayaran angsuran dan bunga utang > penerimaan pajak
OSN 2006
14. Ayat di bawah ini yang BUKAN merupakan pengeluaran atau belanja Pemerintah Daerah
(Kota/Kabupaten) adalah …………………
a. Belanja pegawai pemerintah daerah
b. Belanja barang-batang kebutuhan instansi pemerintah daerah
c. Pembayaran angsuran pokok dan bunga utang luar negeri
d. Biaya pembangunan sarana dan prasarana daerah setempat
e. Subsidi-subsidi bagi berbagai lapisan masyarakat tertentu
ONS 2006
15. Di antara pajak-pajak di bawah ini yang tergolong sebagai pajak tak langsung adalah ……..
a. Pajak penghasilan d. Pajak bumi dan bangunan
b. Pajak penjualan e. Bea balik nama kendaraan bermotor
c. Pajak kendaraan bermotor

ESSAI
1. Bagaiman aproses penyusunan APBN yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia !
2. Identifikasikan sumber Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah !
3. Identifikasikan macam-macam kebijakan fiskal !
4. Tuah Akhmad mempunyai dua objek pajak yaitu bumi dan bangunan
Tanah seluas 300 m2 dengan nilai jual Rp. 500.000,00/m2
Rumah seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp. 1.000.000,00/m2
Sawah seluas 8.000 m2 dengan nilai jual Rp. 50.000,00/m2
Hitunglah besarnya PBB yang terutang atas objek pajak tersebut !
5. Seorang wajib pajak mempunyai penghasilan sebesar Rp. 8.000.000,00 per bulan. Wajib pajak tersebut
telah kawin dan mempunyai 3 orang anak. Hitunglah !
- Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun
- Besarnya Pajak Penghasilan per tahun
- Besarnya Pajak Penghasilan per tahun

Anda mungkin juga menyukai