Anda di halaman 1dari 15

DASAR-DASAR KEUANGAN PUBLIK

SUMBER-SUMBER PENERIMAAN
Dosen Pengasuh: Susanti, SE.,M.Ak.

Disusun oleh kelompok 7:

1. Benny Suriansyah (062340552699)


2. Pebrina Haryati (062340552713)
3. Widia Elisabeth (062340552714)

PSDKU Politeknik Negeri Sriwijaya

Prodi Akuntansi Sektor Publik

Tahun Ajaran 2023/2024


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii


BAB I PEMBAHASAN ........................................................................................ 1
1. Sumber-sumber Penerimaan.................................................................................... 1
1.1 Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah...................................... 2
a. Pajak Daerah ........................................................................................... 2
b. Retribusi Daerah ..................................................................................... 1
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ............................. 1
d. Lain-lain PAD yang sah ......................................................................... 1

1.2 Dana Perimbangan.................................................................................................. 2

a. Dana Bagi Hasil ..................................................................................... 2


b. Dana Alokasi Umum ............................................................................. 3
c. Dana Alokasi Khusus .............................................................................. 4

1.3 Lain-lain Pendapatan .............................................................................................. 5

a. Hibah........................................................................................................ 5
b. Dana Darurat ........................................................................................... 5

1.4 Pinjaman Daerah ..................................................................................................... 6

a. Prinsip dasar Pinjaman ............................................................................ 6


b. Sumber Pinjaman Daerah ....................................................................... 6

Contoh Soal dan Pembahasan ....................................................................................... 7


BAB 1

PEMBAHASAN

1. Sumber-sumber Penerimaan
1.1 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yag diperoleh pemerintah daerah atas
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, serta pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah. Pendapatan ini sering kali dijadikan indicator
tingkat kemajuan suatu daerah. Derah yang dianggap maju adalah daerah yang memiliki
PAD yang tinggi. Hal ini dapat dimengerti karena dengan tingginya pad yang diterima suatu
daerah maka tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat dalam hal
pendanaan APBDnya akan semakin berkurang. Walaupun demikian, pemerintah derah
dilarang melakukan pungutan-pungutan kepada masyarakat yang dapat berakibat biaya
ekonomi tinggi yang pada akhirnya kurang mendukung dunia usaha/investasi. Selain itu,
Pemerintah daerah juga dilarang menetapkan peraturan daerah yang menghambat mobilitas
penduduk.
Menurut Undanf-Undang No 33 tahun 2004, yang dimaksud dengan PAD adalah
Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak asli daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.Sumber PAD sebagaimana
disebutkan dalam pasal 6 UU No 33 Tahun 2004 berasal dari Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan (Perusahaan Daerah), lain-lain
PAD yang sah.
Sumber-sumber yang bisa dikembangkan daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah adalah:
a. Pajak daerah, yaitu pajak-pajak yang ditentukan pemungutannya dalam Peraturan
Daerah, dan para pembayar pajak (wajib pajak) tidak menerima imbalan secara
langsung dari pemerintah daerah. Contoh dari pajak aerah adalah pajak kendaraan
bermotor, pajak hiburan, pajak rumah makan/restoran, pajak iklan, pajak kendaraan
bermotor, dan sebagainya.
b. Retribusi Daerah, yaitu pungutan yang dikenakan kepada masyarakat yang
menikmati secara langsung fasilitas tertentu yang disediakan pemerintah daerah.
Pemungutannya juga harus dituangkan dalam peraturan daerah. Contoh pendapatan
ini adalah retribusi parkir, retribusi pasar, retribusi terminal, dan sebagainya.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu pendapatan yang
diperolah dari pengelolaan badan-badan usaha milik darah maupun Lembaga-
lembaga lainnya yang dimiliki pemerintah daerah.
d. Lain-lain PAD yang sah, yaitu pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah selain
tiga jenis pendapatan tersebut di atas. Pendapatan ini antara lain adalah hasil
penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, serta komisi,
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah.

Namun dalam menjaga dan meningkatkan PAD kita perlu melakukan bebarapa
upaya, yaitu,
1. Melakukan pendataan ulang terhadap wajib pajak, dalam rangka meningkatkan
pendapatan pajak daerah;
2. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta/LSM dalam pengelolaan maupun
pemungutan pajak daerah;
3. Melakukan pembenahan manajemen pengelolaan pajak daerah;
4. Memperluas tax-base pajak daerah;
5. Mereidentifikasi misi dan mandat organisasi;
6. Menyelenggarakan sistem komputerisasi penerimaan daerah.

1.2 Dana perimbangan

Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Besarnya dana perimbangan suatu daerah
ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Menurut Subekan (2012:50), Dana perimbangan
diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah dengan maksud:
1. Membantu daerah dalam mendanai kewenangannya dalam melaksanakan tugas
kepemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah.
3. Mengurangi kesenjangan pendanaan antara pemerintah daerah yang satu dengan
pemerintah daerah yang lainnya.

Dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri atas:
a. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil (DBH) Sumberdaya Alam menurut UU nomor 33 tahun 2004 terdiri
atas enam sumber, yaitu:
1. Kehutanan,
2. Pertambangan umum,
3. Perikanan,
4. Pertambangan minyak bumi,
5. Pertambangan gas bumi, dan
6. Pertambangan panas bumi.
Penganturan DBH mempertegas bahwa sumber pembagian berasal dari APBN
berdasarkan angka persentase tertentu dengan lebih memperhatikan potensi daerah penghasil.
Jenis pendapatan dalam APBN yang dibagi hasilkan meliputi potensi pahak dan potensi
sumber daya alam yang dikelola oleh pusat. Berjalannya system transfer dalam DBH
mencerminkan adanya ekonomi yang seluas-luasnya dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Tujuan utama dari Dana Bagi Hasil adalah untuk mengurangi
ketimpangan fiscal vertical antara pemerintah pusat dan daerah.
Porsi pembangian dana bagi hasil yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dibagi hasilkan kepada daerah berdasarkan persentase tertentu, pendapatan APBN yang
dibagihasilkan dengan daerah meliputi:
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak yang
berupa bumi dan/atau bangunan. Dilihat dari pemungutannya, awalnya PBB
termasuk pajak pusat. Namun, setelah ditetapkannya Undang-undang Nomor 28
tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi daerah mengalihkan Pajak Bumi dan
bangunan Perdesaan dan perkotaan menjadi jenis Pajak daerah. Bahkan paling
lambat 31 Desember 2013 Menteri keuangan Bersama Menteri Dalam Negeri harus
mengatur tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan sebagai pajak daerah. Apabila PBB telah menjadi pajak daerah maka
seluruh pelaksanaan pengelolaannya mulai dari perumusan kebijakan, perencanaan
pemungutan, penggunaan, hingga pertanggungjawabannya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah. Walaupun demikian, dalam pengelolaan tersebut
tetap berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku.
2. Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB merupakan pungutan pemerintah kepada masyarakat yang memperoleh ha
katas tanah dan bangunan. Imbalan yang diberikan negara kepada masyarakat
pembayar BPHTB adalah pengakuan ha katas tanah dan angunan yang diperolehnya.
Besarnya bagian pemerintah daerah dari BPHTB ini adalah 80% dengan rincian 16%
untuk provinsi dan 64% untuk kabupaten/kota. Setelah ditetapkannya undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah paling
lambat 1 januari 2011, Menteri Keuangan Bersama Menteri Dalam Negeri mengatur
tahapan pengaalihan pengelolaan BPHTB menjadi pajak daerah. Sama seperti halnya
PBB, BPHTB juga diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Hal ini tentu
merupakan sebua tantangan sekaligus potensi pendapatan yang mampu memperbesar
anggaran daerah.
3. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25/29 wajib pajak orang Pribadi Dalam Negeri, dan
PPh pasal 21terhadap penerimaan pajak ini, pemerintah daerah mendapatkan bagian
besar 20%. Bagian pemerintah daerah tersebut selanjutnya dibagi menjadi imbangan
60% untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi. Pembagian dana bagi hasil PPh
ini dilakukan setiap Triwulan.
4. Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam penerimaan ini meliputi
penerimaan dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

b. Dana Alokasi Umum (DAU)


Yang dimaksud dengan pendapatan APBD yang ddiperoleh dari alokasi APBN
yang ditunjukan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah guna
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah. Alokasi DAU
merupakan pelaksanaan asas deseentralisasi dalam otonomi daerah. Berdasarkan UU
Nomor 33 tahun 2004, total nilai DAU secara keseluruhan minimal adalah 26% dari
pendapatan dalam negeri bersih di APBN. Yang dimakdufkan dengan pendapatan dala
negeri bersih APBN adalah penerimaan pendapatan (pajak dan bukan pajak) dikurangi
dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada pemerintah daerah. Ketentuan
tersebut secara tidak langsung akan memaksa pemerintah untuk meratakan dana
anggaran kepada daerah sehingga pelaksanaan pembangunan juga lebih merata.
Perhitungan alokasi DAU kepada suatu daerah didasarkan pada celah fiskal, yakni
selisih antara kebutuhan fiskal daerah dengan kapasitas fiskal daerah. Kebutuhan fiskal
daerah adalah kebutuhaan pendanaan daerah untuk melaksanaan fungsi layanan dasar
umum. Layanan dasar umum yang dimaksudkan di sini meliputi:
1. Layanan kesehatan
2. Layanan pendidikan
3. Penyediaan infrastruktur, dan
4. Pengentasan kemiskinan.
Total belanja keempat layanan itulah yang merupakan nilai dari kebutuhan fiskal
daerah. Namun, untuk keperluan penghitungan DAU tersebut diukur berdasarkan:
1. Jumlah penduduk,
2. Luas wilayah
3. Indeks kemahalan konstruksi
4. Produk domestik bruto regional per kapita, dan
5. Indeks pembangunan manusia.
Angka dari kelima unsur tersebut di atas diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Sedangkan yang dimaksud dengan kapasitas fiskal daerah adalah total pendapatan
daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD) dan dana bagi hasil. PAD
merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan di luar
sumber pendapatan pemerintah pusat dan diizikan berdasarkan peraturan perundangan.
Sedangkan dana bagi hasil adalah bagian daerah yang diperoleh dari APBN atas
sumber-sumber pendapatan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Dalam
perhitungan DAU juga dikenal istilah “alokasi dasar”, yaitu angka tertentu yang
ditetapkan pemerintah pusat setiap tahun sebagai dasar penentuan DAU bagi suatu
daerah.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah pendapatan daerah yang diperoleh dari
APBN yang dimaksudkan untuk membantu kegiatan-kegiatan khusus di daerah
tertentu yang menjadi urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. DAK utamanya
ditujukan untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat yang belum mencapai standar atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah. Contoh dari DAK adalah untuk kesehatan dan pendidikan.
Suatu daerah yang tingkat kesehatan dan pendidikannya masih kurang bisa
mendapatakan DAK dari APBN guna meningkatkan layanan pemerintah daerah
dibidang kesehatan dan pendidikan. Kedua urusan tersebut telah menjadi urusan
pemerintah daerah, namun menjadi prioritas nasional (Pemerintah Pusat) sehingga
APBN memberikan tambahan dana berupa DAK Kesehatan dan DAK Pendidikan.
Besarnya nilai DAK untuk suatu daerah ditetapkan setiap tahun sesuai dengan
ketersediaan dana dalam APBN. Karena sifatnya yang khusus, DAK tidak diberikan
kepada semua daerah, tetapi hanya diberikan kepada daerah tertentu. Dalam
menentukan daerah yang berhak mendapatkan DAK, pemerintahmenetapkannya atas
dasar Kriteria umum, Kriteria khusus, dan Kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD. Kriteria
khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundangan dan karakteristik
daerah. Sedangkan kriteria teknis ditetapkan oleh kementrian negara/departement
teknis terkait.
Pemberiaan DAK kepada suatu daerah berbeda halnya dengan DAU. DAU
diberikan tanpa adanya persyaratan dana pendamping yang harus disediakan oleh
pemerintah daerah. Sementara itu, guna mendapatkan DAK daerah harus menyediakan
dana pendamping yang dianggarkan dalam APBD. Dana pendamping yang harus
disediakan daerah tersebut minimal sebesar 10% dari alokasi DAK. Walaupun
demikian, untuk daerah dengan kemampuan keuangan tertentu (daerah yang selisih
antara penerimaan umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau
negatif) tidak diwajibkan untuk menyediakan dana pendamping.

1.3 Lain-Lain Pendapatan

Pendapatan ini merupakan pendapatan daerah yang tidak dapat dimasukan dalam
Pendapatan Asli daerah maupun dana perimbangan. Pendapatan ini terdiri dari pendapatan
hibah dan pendapatan dana darurat.
a. Hibah
Pendapatan hibah berssumber dari pihak lain (dari dalam maupun luar negeri) yang
diberikan dengan tidak mengikat dan tidak ada kewajiban bagi daerah untuk
mengembalikannya. Dalam menerima hibah, daerah yang tidak boleh melakukan ikatan
yang secara politis dapat mempengaruhi kebijakan daerah. Khusus untuk hibah yang
bersumber dari luar negeri, pemberiannya harus dituangkan dalam naskah perjanjian
hibah yang ditandatangani oleh Pemerintah (Pusat) dan negara lembaga pemberi hibah.
Selanjutnya Pemerintah Pusat meneruskan hibah tersebut kepada Pemerintah daerah.
b. Dana Darurat
Pengalokasian dana darurat dalam APBN ditujukan untuk perluan mendessak yang
diakibatkan oleh bencana alam dan/ atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi Pemerintah daerah dengan menggunakan sumber APBD. Keadaan yang
dapat digolongkan sebagai benccana nasional dan/atau keadaan luar biasa ditetapkan oleh
presiden. Selain diperuntukan bagi bencana nasional dan keadaan luar biasa, dana darurat
juga dapat dialokasikan kepada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas,
yaitu krisis keuanngan berkepanjangan yang dialami daerah selama dua tahun anggaran
yang tidak dapat ditanggulangi melalui APBD. Penetapan sebagai daerah yang
mengalami krisis solvabilitas dilakukan oleh Pemerintah Pusat setelah berkonsulatasi
dengan Dewan perwakilan Rakyat.

1.4 Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat yang bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani
kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi
dalam perdagangan. Pinjaman daerah merupakan hal baru dalam keuangan daerah. Pinjaman
daerah tidak dikenal sebelum berlakunya paket undang- undang di bidang keuangan negara.

a. Pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah dapat bersumber dari :

1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah lain,
3. Lembaga keuangan bank,
4. Lembaga keuangan bukan bank, dan
5. Masyarakat.
Pinjaman yang besumber dari Pemerintah Pusat dapat berasal dari dana rupiah murni
maupun dari pinjaman luar negeri yang diterus pinjamkan kepada Pemerintah Daerah.
Pemberian pinjaman ini dilakukan oleh Menteri Keuangan. Daerah tidak dapat melakukan
pinjaman secara langsung kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap hal ini dapat
dikenakan sanksi berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran dana perimbangan
oleh Menteri Keuangan.
Sedangkan pinjaman yang bersumber dari masyarakat (orang pribadi dan/atau badan
yang melakukan investasi di pasar modal) adalah berupa obligasi daerah yang diterbitkan
melalui pasar modal domestik. Hasil penjualan obligasi daerah digunakan untuk membiayai
investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi
masyarakat. Penerimaan hasil investasi tersebut digunakan untuk membayar kembali bunga
dan pokok obligasi, sedangkan sisanya harus disetor ke rekening Kas Umum Daerah. Dalam
menerbitkan obligasi, daerah wajib mendapatkan persetujuan dari DPRD dan Pemerintah
Pusat. Sedangkan penerbitannya ditetapkan dengan peraturan daerah, Pemerintah Pusat tidak
memberikan jaminan terhadap obligasi yang diterbitkan Pemerintah Daerah.

Menurut jangka waktu pengembaliannya, pinjaman daerah dapat dibedakan menjadi:

1. Pinjaman Jangka Pendek Yaitu pinjaman daerah yang jangka waktu


pengembaliannya kurang atau sama dengan satu tahun anggaran. Kewajiban
pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain
seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman Jangka
Pendek ini hanya dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas pada tahun
anggaran yang bersangkutan. Untuk mendapatkan pinjaman jangka pendek ini
terdapat beberapa sumber yang tersedia, yaitu:

a. Pemerintah Daerah lain;


b. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat
kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia; dan/atau
c. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai
tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Pinjaman Jangka Menengah Yaitu pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Walaupun demikian,
apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang telah melakukan perjanjian
pinjaman jangka menengah berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, maka
perjanjian pinjaman jangka menengah tersebut tetap berlaku. Pinjaman jangka
menengah tersebut diperuntukkan bagi penyelesaian kegiatan penyediaan layanan
umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Sumber yang dapat diperoleh
Pemerintah Daerah dalam melakukan Pinjaman Jangka Menengah lebih luas daripada
sumber dalam melakukan pinjaman jangka pendek. Sumber-sumber tersebut adalah:

a. Pemerintah pusat yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan/atau pengadaan
pinjaman Pemerintah dari dalam negeri ataupun luar negeri;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat
kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
d. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai
tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia; dan/atau

e. Masyarakat.

DenganDengan demikian, pemerintah memiliki bebetapa alternatif untuk dapat


memperoleh pinjaman. Hal ini tentu akan memiliki dampak yang berbeda-beda
sehingga harus dipertimbangkan dengan baik.

3. Jangka Panjang
Yaitu pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan
kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan
biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan
persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang
dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan.
Adapun sumber perolehan dari pinjaman jangka panjang ini adalah berupa Obligasi
Daerah yang diterbitkan melalui penawaran umum kepada masyarakat di pasar modal
dalam negeri.
b. Prinsip dasar pinjaman daerah

Prinsip dasar pinjaman daerah biasanya terkait dengan praktik pengelolaan keuangan pemerintah
daerah. Berikut beberapa prinsip dasar pinjaman daerah:
1. Tujuan yang Jelas:
Pemerintah daerah harus memiliki tujuan yang jelas dan rasional untuk mengambil pinjaman.
Pinjaman seharusnya digunakan untuk proyek atau program yang memberikan manfaat
jangka panjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Kemampuan Pembayaran:
Pemerintah daerah harus memastikan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membayar
kembali pinjaman tersebut. Analisis kelayakan keuangan harus dilakukan untuk menilai
apakah pendapatan yang diharapkan dapat menutupi biaya pinjaman dan bunga.
3. Transparansi dan Akuntabilitas:
Proses pengambilan pinjaman harus transparan dan terbuka untuk umum. Pemerintah daerah
seharusnya mempublikasikan informasi terkait pinjaman, termasuk tujuan penggunaannya,
jumlah pinjaman, dan rencana pembayaran.
4. Pemilihan Sumber Pendanaan yang Optimal:
Pemerintah daerah harus memilih sumber pendanaan yang optimal, dengan
mempertimbangkan tingkat bunga, jangka waktu, dan kondisi-kondisi lainnya. Pilihan ini
dapat memengaruhi biaya keseluruhan pinjaman.
5. Manajemen Risiko:
Pemerintah daerah perlu memiliki strategi manajemen risiko yang baik. Ini melibatkan
identifikasi dan mitigasi risiko potensial yang dapat mempengaruhi pelunasan pinjaman,
seperti fluktuasi suku bunga atau perubahan kondisi ekonomi.
6. Pengawasan dan Evaluasi:
Setelah pinjaman diterima, pemerintah daerah seharusnya melakukan pengawasan dan
evaluasi terhadap penggunaan dana tersebut. Ini penting untuk memastikan bahwa proyek
atau program yang dibiayai oleh pinjaman memberikan hasil yang diinginkan.
Prinsip-prinsip ini membantu memastikan bahwa pinjaman daerah digunakan secara
bertanggung jawab dan sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat.
Contoh Soal dan Pembahasan

1. Sebutkan apa saja yang menjadi sumber pendapatan daerah!


a) Pajak daerah
b) Retribusi daerah
c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan
d) Lain-lain PAD yang sah

2. Apa yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah?,


Menurut Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, Pendapatan
Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PAD merupakan komponen untuk menghitung kemandirian keuangan suatu daerah.
Semakin tinggi penerimaan PAD suatu daerah, maka semakin tinggi kemandiriannya
akan semakin besar sehingga ketergantungan terhadap transfer dari pemerintah pusat
maupun daerah lainnya menjadi menurun.

3. Apa tujuan utama dari dana perimbangan?


Dana perimbangan bertujuan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan
pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen Dana perimpangan ini merupakan
system transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

4. Apa yang dimaksud dengan dana bagi hasil?


DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada
Daerah berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pengaturan DBH mempertegas bahwa
sumber pembagian berasal dari APBN berdasarkan angka presentase tertentu dengan
lebih memperhatikan potensi daerah penghasil.

5. Apa yang menjadi tujuan utama dari bagi hasil


Tujuan utama dari Dana Bagi Hasil adalah untuk mengurangi ketimpangan fiscal
vertical antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Dana Bagi Hasil (DBH) Sumberdaya Alam menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 terdiri
atas enam sumber, sebutkan.
1. Minyak dan gas bumi
2. Batubara
3. Mineral dan logam
4. Air
5. Hasil hutan
6. Hasil laut

7. Pendapatan APBN apa saja yang dibagihasilkan dengan daerah ?


Pendapatan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dibagihasilkan
dengan daerah dapat berasal dari beberapa sumber. Beberapa sumber utama
pendapatan APBN yang dibagi dengan daerah meliputi:
1. *Dana Alokasi Umum (DAU):* DAU merupakan bagian dari pendapatan APBN
yang dialokasikan untuk daerah. Dana ini diberikan secara langsung kepada
pemerintah daerah untuk digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik.
2. *Dana Bagi Hasil (DBH):* DBH adalah dana yang dibagihasilkan dari sektor
sumber daya alam, seperti minyak, gas, dan tambang. Sebagian dari pendapatan ini
dialokasikan kepada pemerintah daerah yang memiliki sumber daya alam tersebut.
3. *Pendapatan Asli Daerah (PAD):* Meskipun bukan berasal langsung dari APBN,
PAD adalah sumber pendapatan daerah yang juga dapat berkontribusi pada pendapatan
pemerintah daerah. PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil usaha
milik daerah.
4. *Dana Otonomi Khusus (DOK):* Untuk daerah yang memiliki status otonomi
khusus, pemerintah pusat dapat memberikan dana tambahan sebagai dukungan khusus.
5. *Dana Insentif Daerah:* Pemerintah pusat juga dapat memberikan insentif
keuangan kepada daerah yang mencapai target atau kinerja tertentu dalam berbagai
bidang, seperti pendidikan, kesehatan, atau infrastruktur.
Pengelolaan dan pembagian pendapatan APBN dengan daerah diatur oleh perundang-
undangan yang berlaku, dan mekanisme pembagiannya dapat mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Tujuan dari pembagian pendapatan ini adalah untuk mendukung
pembangunan dan kesejahteraan di tingkat daerah.

8. Apa perbedaan dari dana alokasi umum dan dana alokasi khusus?
Perbedaan antara dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) terletak
pada tujuan dan distribusinya. DAU adalah dana yang disalurkan oleh pemerintah
pusat ke semua daerah tanpa terkecuali. Tujuan dari DAU adalah untuk membantu
pemerataan pendapatan antar daerah dan meminimalisir adanya rasio gini. DAU
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan daerahnya, termasuk
pembangunan.
Sementara itu, DAK adalah dana yang disalurkan oleh pemerintah pusat ke daerah-
daerah tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Misalnya, daerah
khusus ibukota dan daerah istimewa Aceh. Tujuan dari DAK adalah untuk membantu
daerah-daerah tertentu dalam membiayai kebutuhan khusus mereka yang tidak dapat
ditanggung oleh DAU.
Dalam hal ini, pemerintah pusat memilih untuk menyalurkan DAU dan DAK melalui
pemerintah daerah karena pemerintah daerah lebih mengenal kebutuhan daerahnya.
Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mengelola dana tersebut dengan
pengawasan dari pemerintah pusat.
Secara umum, DAU dan DAK adalah bagian dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) yang sumber pendanaannya berasal dari pajak daerah dan alokasi dari
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). APBD dan APBN memiliki fungsi
alokasi dan distribusi, yang digunakan untuk pembangunan dan pemerataan
pendapatan.

9. Apa yang menjadi pertimbangan dalam penentuan dana alokasi umum?


Pertimbangan dalam penentuan dana alokasi umum dapat bervariasi tergantung pada
konteksnya, tetapi beberapa pertimbangan umum melibatkan:
1. *Kebutuhan dan Prioritas:* Menilai kebutuhan masyarakat dan menetapkan
prioritas untuk mendistribusikan dana sesuai dengan kepentingan yang lebih tinggi.
2. *Penerima Manfaat:* Memastikan bahwa alokasi dana memberikan manfaat
maksimal kepada masyarakat atau kelompok yang membutuhkannya.
3. *Efisiensi:* Mengevaluasi efisiensi penggunaan dana untuk memastikan bahwa
setiap dolar dihabiskan dengan tepat dan memberikan hasil yang diinginkan.
4. *Kestabilan Ekonomi:* Memperhitungkan faktor-faktor ekonomi dan keuangan
yang dapat memengaruhi alokasi dana dan menjaga stabilitas ekonomi.
5. *Kepatuhan Hukum:* Memastikan bahwa alokasi dana mematuhi hukum dan
peraturan yang berlaku.
6. *Transparansi dan Akuntabilitas:* Menjamin transparansi dalam proses alokasi
dana dan memberikan akuntabilitas kepada publik atau pihak-pihak yang terlibat.
7. *Partisipasi Masyarakat:* Melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan terkait alokasi dana untuk mencerminkan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat secara lebih luas.
8. *Perubahan Kondisi:* Bersiap untuk merespons perubahan kondisi atau kebutuhan
mendesak yang dapat mempengaruhi alokasi dana.
9. *Pertimbangan Etika:* Mempertimbangkan aspek-etika dalam alokasi dana untuk
memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang
berlaku.
10. *Analisis Risiko:* Menilai potensi risiko yang terkait dengan alokasi dana dan
mengembangkan strategi untuk mengelolanya.
Ini adalah beberapa pertimbangan umum, dan setiap situasi mungkin memiliki faktor-
faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan.

10. Sebutkan sumber-sumber pinjaman yang dapat dilakukan pemerintah daerah


Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari berbagai sumber, termasuk:
1. *Pinjaman dari Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan Daerah:* Pemerintah
daerah dapat mengajukan pinjaman dari bank pemerintah atau lembaga keuangan
daerah untuk mendapatkan dana tambahan.
2. *Obligasi Daerah:* Pemerintah daerah dapat menerbitkan obligasi sebagai cara
untuk meminjam uang dari masyarakat atau investor. Obligasi ini kemudian dapat
dikembalikan dengan pembayaran bunga.
3. *Pinjaman dari Lembaga Keuangan Internasional:* Beberapa pemerintah daerah
juga dapat mencari pinjaman dari lembaga keuangan internasional, seperti bank
pembangunan regional atau internasional.
4. *Dana Hibah:* Pemerintah daerah juga dapat menerima dana hibah dari pemerintah
pusat atau lembaga swasta untuk mendukung proyek-proyek tertentu tanpa perlu
mengembalikan dana tersebut.
5. *Pinjaman dari Bank Komersial:* Pemerintah daerah juga memiliki opsi untuk
mengajukan pinjaman dari bank komersial sebagai sumber pendanaan.
6. *Pendapatan Asli Daerah:* Selain pinjaman, pemerintah daerah juga dapat
mengandalkan pendapatan asli daerah seperti pajak dan retribusi sebagai sumber dana.
Penting untuk dicatat bahwa setiap pilihan sumber pinjaman memiliki implikasi
keuangan dan kebijakan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai