Anda di halaman 1dari 83

OTONOMI DAERAH

Undang-undang No. 33 Tahun 2004


(Pengganti UU 25/1999) menyatakan bahwa :

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentralisasi
dan Tugas Pembantuan.
Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004, tentang pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah , Pajak dan Retribusi merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah dapat
melaksanakan otonominya

Otonomi daerah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan
yang berasal dari pemerintahan berupa subsidi/bantuan dan bagi hasil pajak dan bukan pajak

Sumber pendapatan daerah tersebut diharapkan dapat menjadi sumber pembiayaan


penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat
Otonomi daerah dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
jadi segala bentuk kebijakan yang diambil harus mengutamakan kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat
Otonomi Daerah
mulai dilaksanakan
pada Tahun 2000- Dievaluasi oleh Pemerintah Pusat
2001
Hal yang pertama berpengaruh atas diterapkannya otonomi daerah ini adalah perubahan struktur
penerimaan anggaran dari pusat melalui Dana Alokasi Umum (DAU). Sejalan dengan ditetapkannya
DAU, timbul masalah bahwa jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan harapan Kabupaten/Kota,
bahkan belum mencukupi untuk membiayai belanja rutin. Hal ini terbukti dengan adanya 275 daerah yang
minta tambahan DAU kepada pemerintah pusat secara total berjumlah 13 triliun rupiah

Dilain pihak, dengan adanya krisis ekonomi, pemerintah pusat sedang berada dalam keadaan defisit anggaran, antara lain karena
tekanan nilai tukar rupiah. Hal ini tercermin dari adanya revisi APBN yang terus menerus dilakukan untuk menekan defisit APBN. Salah
satu opsi dari revisi ini adalah menarik kembali kelebihan DAU yang telah ditransfer kepada pemerintah daerah, yang apabila dijumlahkan
hanya 2,3 triliun. Penarikan kelebihan DAU dilakukan dengan menjual obligasi pemerintah pusat
Hal ini tidak menjadi masalah untuk Kabupaten/Kota yang memiliki PAD
yang tinggi

Masalah yang terjadi disini


adalah :

· hanya 7 persen dari 400 Kabupaten/Kota di Indonesia yang memiliki


kontribusi PAD lebih dari 40 persen APBD,

· sementara hampir 70 persen memiliki kontribusi PAD dibawah 20 persen


APBD
Sebagai ilustrasi

· Untuk Propinsi Jawa Barat, rata-rata kontribusi PAD terhadap APBD hanya 12 persen,
 sementara Kota Bandung sudah mencapai 27 persen.

Untuk itu pemerintah daerah banyak yang mulai melakukan evaluasi PAD mereka, bahkan beberapa diantaranya sudah mulai
mengumumkan cara-cara meningkatkan PAD dengan menambah jenis Pajak dan Retribusi Baru.
Sebagai contoh, Kota Solo akan melakukan uji laik setiap kendaraan, bukan hanya kendaraan niaga saja dan Pemda DKI
menaikkan pajak kendaraan. Hal ini sangat mudah dilaksanakan karena hanya tinggal membuat Perda yang disahkan DPRD
setempat

Cara-cara seperti ini akan membebani masyarakat, padahal pemerintah pusat juga berancang-ancang untuk
menaikkan berbagai pajak mereka, sehingga tujuan utama dilaksanakannya otonomi daerah untuk meninkatkan
kesejahteraan masyarakat tidak tercapai
SUMBER PENERIMAAN DAERAH
 
A. Pendapatan Asli Daerah
Ialah Penerimaan yang diperoleh Daerah dari Sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan UU, terdiri dari :
 
A.I. Pajak Daerah
Iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang dipaksakan dan digunakan untuk
membiayai Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, dibagi menjadi 2 (dua) kewenangan :
a. Pajak Propinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (PKB).
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (BBNKB).
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
4. Pajak Pengambilan dan Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan air Permukaan.
b. Pajak Kabupaten/Kota
5. Pajak Hotel
6. Pajak Restauran/Rumah makan
7. Pajak Hiburan
8. Pajak Reklame
9. Pajak Penerangan Jalan
10. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
11. Pajak Parkir
A.II. Retribusi Daerah
Iuaran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah dengan imbalan langsung dan
tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah, dibagi ke
dalam 3 (tiga) jenis :
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retrubusi Perijinan Tertentu
 
A.III. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah lainnya yang Dipisahkan

A.IV. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah antara lain :


Penjualan asset tetap daerah dan Jasa Giro
B. Dana Perimbagan
Dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokaskan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri dari :
1. Bagian Daerah dari Penerimaan :
a. Pajak Bumi danBangunan (PBB) : Pusat 10%, Daerah 90%
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) : Pusat 10%, Daerah 90%
c. Sumber Daya Alam (Sektor Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan)
Masing-masing untuk Pusat : Pusat 20%, Daerah 80%
 Sektor Pertambangan Minyak
 Sektor Gas Alam
 
2. Dana Alokasi Umum
Dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kamampuan keuangan.
 
3. Dana Alokasi Khusus
Dana yang berasal dari APBN, dialokasikan untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
C. Pinjaman Daerah
Semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari pihak sejumlah uang atau manfaat bernilai
uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka
pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan.
 
D. Lain-lain Penerimaan yang Sah
a. Hibah
b. Dana darurat dan penerimaan lainnya sesuai UU yang berlaku.
PERUBAHAN PENERIMAAN PAJAK KAB./ KOTA
(UU No. 28 Tahun 2009)

No Indikator Pajak
1 Pajak Hotel
2 Pajak Restoran
3 Pajak Hiburan
4 Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Jalan
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan/Gol C
7 Pajak Air Tanah
8 Pajak Parkir
9 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
10 Pajak Sarang Burung Walet  
11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Struktur Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah
Struktur APBD
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan
Struktur APBD
Secara garis besar, struktur APBD terdiri atas pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah
• Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
• Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran
• Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk menutup
defisit anggaran atau memanfaatkan surplus
Struktur APBD
Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
– PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
– Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber Daya
Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
– Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang atau uang
dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada
kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
Struktur APBD
Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak
langsung dan belanja langsung.
– Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan,
dan belanja tidak terduga.
– Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri dari belanja
pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Struktur APBD
Surplus APBD
Surplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:
• Untuk pembayaran pokok utang
• Penyertaan modal (investasi) daerah
• Pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah
lain
• Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial, yang diwujudkan
dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang dianggarkan pada SKPD. Pembentukan dana cadangan juga
dapat dilakukan ketika terjadi surplus
Defisit APBD
Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:
• Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya,
• Pencairan dana cadangan,
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
• Penerimaan pinjaman,
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang
Klasifikasi APBD
Untuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi,
struktur APBD diklasifikasikan menurut
• urusan pemerintahan daerah
– 25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah
– 8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah
• organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-­
undangan
Struktur APBD
A.Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan
daerah dikelompokkan atas:
– pendapatan asli daerah
– dana perimbangan
– lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah
Kelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas
– pajak daerah,
– retribusi daerah,
– hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
– dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan
undang-­undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat
Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:
– hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
– jasa giro
– pendapatan bunga
– penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
– penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa
oleh daerah
– penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
– pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
– pendapatan denda pajak
– pendapatan denda retribusi
– pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
– pendapatan dari pengembalian
– fasilitas sosial dan fasilitas umum
– pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
– pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
Dana Perimbangan
Kelompok pendapatan daerah yang kedua adalah Dana Perimbangan,
yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Kelompok ini dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas:
– dana bagi hasil (DBH)
– dana alokasi umum (DAU)
– dana alokasi khusus (DAK)
Lain-lain Pendapapatan yang Sah
Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta
dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat
dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/ kerusakan akibat bencana
alam
dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota
dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
Struktur APBD
B.Belanja Daerah
Untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah membuat anggaran belanja setiap
tahunnya. Belanja daerah ini meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Struktur APBD
Dalam APBD, belanja daerah dirinci menurut
– urusan pemerintahan
(urusan wajib atau urusan pilihan)
– organisasi
– program
– kegiatan
– kelompok
– jenis
– obyek dan rincian obyek belanja
Belanja Daerah
Belanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak
langsung dan belanja langsung,
– Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung
dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan,
dan belanja tidak terduga.
Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja
yang terdiri dari:
 belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, dan
belanja modal
Ketiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah ini dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan.
Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi ini terdiri dari:
pelayanan umum
ketertiban dan ketentraman
ekonomi
lingkungan hidup
perumahan dan fasilitas umum
kesehatan
pariwisata dan budaya
pendidikan
perlindungan sosial
Struktur APBD
C.Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam
APBD, pembiayaan daerah dirinci menurut urusan
pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek pembiayaan.
Pembiayaan Daerah
Pembiayaan terdiri atas:
– Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
– Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima
kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup:
– sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
– pencairan dana cadangan
– hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
– penerimaan pinjaman daerah
– penerimaan kembali pemberian pinjaman
– penerimaan piutang daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:
– pembentukan dana cadangan
– penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
– pembayaran pokok utang
– pemberian pinjaman daerah
Proses Penyusunan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui


oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD,
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun:
– Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

• Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk


menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:
– Rancangan kerangka ekonomi daerah
– Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah (mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan
minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan)
– Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah,
pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun
anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD


berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Kebijakan Umum APBD (KUA)

Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:


– Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan
pemerintah dengan pemerintah daerah
– Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan
– Teknis penyusunan APBD
– Hal-hal khusus lainnya
Kebijakan Umum APBD (KUA)

Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala


daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang
dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan
umum APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris
daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada
kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.
Kebijakan Umum APBD (KUA)
Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas
paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh
Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan Kebijakan
Umum APBD yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum APBD
paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS)
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati,
pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan
tahapan sebagai berikut:
– Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
– Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
– Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
program
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS)
Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara
yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan
Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah
dibahas selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran sementara
paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS)
Kebijakan umum APBD serta PPAS yang telah disepakati
masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang
ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD
Keseluruhan Tahapan Penyusunan APBD
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD
Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPAS, Tim Anggaran
Pemda menyusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai
acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD
Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:
– Prioritas dan plafon anggaran sementara yang dialokasikan untuk setiap program SKPD
– Sinkronisasi program nasional dengan program pemerintah daerah dan antar program SKPD terkait dengan
kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan
– Batas waktu penyampaian RKA-SKPD
– Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan
efisiensi, efektivitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi
kerja
– Dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, standar analisis belanja, dan standar harga.
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, Kepala SKPD


menyusun RKA-SKPD. RKA-SKPD disusun dengan
menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
• Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju.
Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan untuk tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan
anggaran. Dan pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan
dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
• Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja
serta terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan
program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama
tahun anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai program dan kegiatan yang
belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan
dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun
berikutnya dari tahun yang direncanakan.
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan,
harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan
pada:
a. Indikator kinerja
– Ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.
b. Capaian atau target kinerja
– Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan dari
setiap program dan kegiatan.
c. Analisis standar belanja.
– Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
d. Standar satuan harga
– Harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
e. Standar pelayanan minimal
Dokumen RKA SKPD
Keterangan Dokumen RKA SKPD
RKA SKPD
– Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 1
– Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.1
– Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.2
– Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.2.1
– Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 3.1
– Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah
RKA SKPD 3.2
– Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) APBD
• RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas
lebih lanjut oleh TAPD, hal ini dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-
SKPD dengan Kebijakan Umum APBD, prioritas dan PPAS, prakiraan maju yang telah
disetujui, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar
satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Jika pada hasil pembahasan RKA-
SKPD terdapat ketidaksesuaian maka SKPD melakukan penyempurnaan.
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) APBD
• RKA-SKPD yang telah disempurnakan SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan
penyusunan Raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD. Raperda tentang APBD yang telah disusun disampaikan kepada kepala daerah.
Selanjutnya Raperda tentang APBD ini disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih
lanjut. Akan tetapi, sebelum disampaikan kepada DPRD, Raperda tentang APBD harus
disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini bersifat memberikan informasi mengenai
hak dan kewajiban pemerintah daerah.
Raperda tentang APBD dilengkapi dengan
lampiran yang terdiri atas:
• Ringkasan APBD
• Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPD
• Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, pendapatan, belanja dan pembiayaan
• Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program dan kegiatan
• Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan
keuangan negara
• Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
• Daftar piutang daerah
• Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah
• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain
• Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
• Daftar dana cadangan daerah
• Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:

• Ringkasan penjabaran anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan


pembiayaan daerah
• Penjabaran APBDmenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi skpd, program,
kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan, belanja dan
pembiayaan.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
wajib memuat penjelasan sebagai berikut:

• Untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif


pungutan/harga
• Untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan,
lokasi kegiatan, dan sumber pendanaan kegiatan
• Untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan
pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) APBD
• Setelah mendapatkan persetujuan DPRD, Raperda APBD
diserahkan kepada Gubernur/Menteri Dalam Negeri untuk
dievaluasi. Setelah melewati tahapan evaluasi, dapat
dilakukan penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan
dalam Peraturan Daerah.
ILUSTRASI APBD
Dasar Perundangan APBD Berbasis Kinerja
UU No. 32/04 ttg
Pemerintahan Daerah

UU No. 33/04 ttg


Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah Anggaran Berbasis
Kinerja
PP 105/2000 ttg pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan
daerah

KepMen DN No.29/2000 ttg


keuangan daerah& APBD
Perubahan Penganggaran
Line Item Performance
Budgeting Budgeting
Tidak dapat dinilai
Mengaitkan setiap
efisiensi dan efektifitas
pengeluaran dengan
program
Berorientasi jangka manfaatnya
dapat dinilai efisiensi dan
pendek
Belum mengaitkan setiap efektifitas program
Berorientasi jangka
pengeluaran dengan
panjang
manfaatnya
Penyusunan Anggaran
PROSES PENYUSUNAN APBD
Kinerja
1. Kegiatan Penetapan strategi organisasi (visi
Pendahuluan dan misi)

2. Arah dan Kebijakan


Umum APBD
Penetapan Aktivitas
3. Strategi & Prioritas
APBD

4. Rencana Anggaran Satuan


Kerja (RASK)

5. Evaluasi dan seleksi Pembuatan


RASK Tujuan operasional

6. Pembahasan
RAPBD
• Review dan Ranking

APBD
Proses Penyusunan APBD
• Langkah penyusunan APBD dilakukan dengan berdasar pada
Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA)  dokumen strategi
jangka panjang (strategic planning) yang dimiliki Pemda
• Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan  yang akan
dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional yang bersifat
tahunan

1. Kegiatan Pendahuluan
Penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
publik
• Evaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat feedback bagi
penyusunan APBD sekarang
• Hasil penjaringan masyarakat dan feedback dan penjabaran
Renstrada sebagai dasar penentuan arah dan kebijakan umum
APBD
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD
Kebijakan RENSTRADA
Pemerintah
Pusat

MASYARAKAT
(Tokoh,LSM,Ormas, dll
Evaluasi
kinerja
masa lalu
Pokok
pikiran
DPRD

PEMDA (eksekutif) DPRD (Legislatif)

Arah dan
Kebijakan umum
APBD

Kesepakatan
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD
Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
– Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis
Daerah dan dokumen perencanaan lainnya.
– Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.
– Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai pedoman penyusunan strategi dan
prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.
– Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah.
3. Strategi & Prioritas APBD
• Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan kebijakan
umum
• Merupakan strategi operasional jangka pendek, sedangkan
RENSTRADA merupakan strategi jangka panjang
• Strategi dan prioritas APBD adalah pendekatan (metode) yang
diprioritaskan dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
3. Strategi & Prioritas APBD
Contoh arah dan kebijakan umum APBD:
- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi 1:30
- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada tingkat pencapaian
10%
Contoh Strategi dan Prioritas APBD:
- Pengangkatan dan penempatan guru
- Pembinaan dan pengembangan karier guru
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
• Aktivitas dalam penyusunan APBD dijelaskan dalam RASK
• RASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah, sehingga sifatnya
usulan yang akan dibahas dan dibuat penetapan oleh panitia
anggaran yang dibentuk oleh Kepala Daerah bersama DPRD
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
• RASK dibagi menjadi 3, yaitu :
S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi, misi, tujuan, dsb)
S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatan
S.3 : berisi tentang anggaran atas program dan kegiatam yang direncanakan

Contoh untuk “program pembinaan dan pengembangan karier guru”:


- Seminar tentang psikologi pengajaran
- Pelatihan teknik-teknik pengajaran yang diadakan setiap 3 bulan
5. Evaluasi dan seleksi RASK
• Usulan dalam RASK dibahas dan direview oleh Pemerintah
(belum melibatkan DPRD).
• Hasilnya adalah Dokumen RAPBD yang diajukan ke DPRD untuk
dibahas bersama
6. Pembahasan dan Penetapan APBD

• Hasil pembahasan Pemerintah dengan DPRD  APBD yang


dituangkan dalam Perda untuk dilaksanakan Pemda
CONTOH
RENCANA STRATEGIS DAERAH
RENCANA STRATEGIS UNIT DINAS KESEHATAN
DAERAH X

VISI

MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARAKAT DAN


LINGKUNGAN YANG SEHAT

MISI

Kesehatan MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN

Restrukturisasi
Organisasi MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF
Restrukturisasi
Kesehatan
Organisasi

Perspektif Masyarakat

Meningkatkan Kuantitas Meningkatkan


dan Kualitas Tenaga Kepuasan
Medis Masyarakat

Perspektif Keuangan

Perspektif Internal Proses

Meningkatkan Meningkatkan
Produktivitas Kerja kualitas layanan

Perspektif Tumbuh dan Belajar


Meningkatkan
Meningkatkan
Pengetahuan
Kesejahteraan Pegawai
Manajemen
TRANSLASI RENSTRA UNIT DINAS KESEHATAN DAERAH X

VISI MISI INDIKATOR TARGET TUJUAN INDIKATOR TARGET


DAMPAK MANFAAT
MENJADI PENGGERAK DAN M.1. KESEHATAN INDEX KESEHATAN 75 T.1. Meningkatkan Kualitas Index Kualitas Pelayanan 80
PENDORONG TERCIPTANYA MASYARAKAT Pelayanan Kesehatan Kesehatan
MASYARKAT DAN
LINGKUNGAN YANG SEHAT

T.2.Meningkatkan Lingkungan Index Lingkungan Sehat & 80


Sehat & Bersih Bersih

TUJUAN PROGRAM INDIKATOR TAR KEGIATAN INDIKATOR KELUARAN TAR


HASIL GET GET
T.1. P.1. Tingkat Kepuasan 80 K.1. Jumlah Tenaga Medis / puskesmas 5
Meningkatkan Peningkatan Sarana dan Masyarakat Penambahan Tenaga Medis
Kualitas Pelayanan Prasarana Kesehatan
Kesehatan K.2. Tingkat Keahlian 8
Pelatihan Tenaga Medis
K.3. Jumlah puskesmas / kecamatan 1
Bantuan Penyediaan Fasilitas
Kesehatan
T.2. P.1. Tingkat 70 K.1. Jumlah Kehadiran KK / Sosialisasi 60
Meningkatkan Pembinaan Kebersihan Kesadaran Kebersihan Sosialisasi Pentingnya Limgkungan
Lingkungan Sehat dan Lingkungan Lingkungan Sehat dan Bersih
Bersih
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE
INDEX KESEHATAN
1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 70 17.5
SEBELUM
ANGGARAN 2 INDEX AIR BERSIH 25 % 50 12.5

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 60 15

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 60 15

INDEX KESEHATAN 60

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE


INDEX KUALITAS
PELAYANAN 1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 70 21
KESEHATAN
2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 70 28
SEBELUM
ANGGARAN 3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 21
70
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
70

1 TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT SEBELUM ANGGARAN 70


PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN

Unit Kerja : DINAS KESEHATAN DAERAH X

Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Kegiatan : Penambahan Tenaga Medis

INDIKATOR TOLOK UKUR TARGET

Masukan : Jumlah Dana Anggaran Kegiatan Rp. 70,000,000


Keluar : Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas 5
Hasil : Tingkat Kepuasan Masyarakat 80
Manfaat : Index Kualitas Pelayanan Kesehatan 80
Dampak : Index Kesehatan 75
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 80 20


INDEX KESEHATAN
2 INDEX AIR BERSIH 25 % 70 17.5

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 70 17.5

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 90 22.5

INDEX KESEHATAN 77.5

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE


INDEX KUALITAS
1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 75 22.5
PELAYANAN
KESEHATAN 2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 80 32

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 25.5


85
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
80

1 TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT 85


INDEX KESEHATAN

NO INDIKATOR SCORE SEBELUM SCORE SESUDAH TARGET SCORE KINERJA

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 17.5 20 20 100 %


2 INDEX AIR BERSIH 12.5 17.5 17.5 100 %
3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 15 17.5 17.5 100 %
4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 15 22.5 20 112.5 %

INDEX KESEHATAN 60 77.5 75 103.33%

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

SCORE KINERJA
NO INDIKATOR SCORE SEBELUM SCORE SESUDAH TARGET

1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 21 22.5 24 93.75 %

2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 28 32 32 100 %

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 21 25.5 24 106.25 %

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 70 80 80 100 %

Anda mungkin juga menyukai