Anda di halaman 1dari 20

ACTIVITY BASED COSTING

Taty Sariwulan, S.E., M.Si., Ak., CA.


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB
Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan
1 biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat
ditentukan. Biaya per unit adalah bagian penting dari informasi bagi
suatu perusahaan manufaktur, oleh karena itu perhitungannya harus
benar-benar akurat.

Sistem biaya konvensional tidak lagi dapat membebankan aktivitas


2 overhead yang berhubungan dengan nonunit secara akurat. Aktivitas-
aktivitas overhead dikonsumsi oleh berbagai produk dalam proporsi
yang berbeda dengan aktivitas overhead berdasar unit. Karena itu,
pembebanan biaya overhead dengan hanya menggunakan cost driver
berdasar unit dapat menyebabkan distorsi biaya produk. Hal ini semakin
menjadi masalah yang serius jika biaya overhead berdasar non unit
mempunyai proporsi yang signifikan dengan total biaya overhead.
PEMBEBANAN
BIAYA OVERHEAD PABRIK
PADA PRODUK
TRADISIONAL
Melalui Dua Tahap :

1. Biaya overhead pabrik dikumpulkan pada cost center (baik Departemen


Produksi maupun Departemen Pembantu). Kemudian BOP Departemen
Pembantu dialokasikan ke Departemen Produksi (Metode Langsung,
Metode Bertahap, dan Metode Aljabar)
2. Pembebanan BOP pada produk.

Kelemahan:

1. Hanya menggunakan unit produk, jam mesin, jam kerja langsung,


biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja langsung sebagai
dasar untuk mengalokasikan BOP dari cost center kepada
produk atau jasa.
2. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang
digunakan untuk mengalokasikan BOP.
Contoh kasus

Pembebanan Overhead : Produk Tunggal

Biaya Unit Biaya/


Produksi Produksi Unit
B. Bahan Baku Rp 6.000.000,00 10.000 unit Rp 600,00
B. T. K. Langsung Rp 1.000.000,00 10.000 unit Rp 100,00
BOP Rp 3.000.000,00 10.000 unit Rp 300,00
Total Rp 10.000.000,00 10.000 unit Rp 1.000,00
Contoh kasus

Pembebanan Overhead : Produk Ganda dengan Cost Drivers Berdasar Unit

Produk A Produk B Total


Produksi per tahun 20.000 100.000 120.000
Biaya Utama Rp 1000.000 Rp 5000.000 Rp 6000.000
Jam Kerja Langsung 20.000 100.000 120.000
Jam Mesin 10.000 50.000 60.000
Produksi Berjalan 20 30 50
Jam Inspeksi 800 1.200 2.000
Dept. 1 Dept. 2 Total
Jam Kerja Langsung
Produk A 4.000 16.000 20.000
Produk B 76.000 24.000 100.000
Total 80.000 40.000 120.000

Jam Mesin
Produk A 4.000 6.000 10.000
Produk B 16.000 34.000 50.000
Total 20.000 40.000 60.000

Biaya Overhead Pabrik:


Biaya Penyetelan Rp 880.000 Rp 880.000 Rp 1.760.000
Biaya Inspeksi Rp 740.000 Rp 740.000 Rp 1.480.000
Biaya Listrik Rp 280.000 Rp 1.400.000 Rp 1.680.000
Biaya Kesejahteraan Rp 1.040.000 Rp 520.000 Rp 1.560.000
Total B O P Rp 2.940.000 Rp 3.540.000 Rp 6.480.000
Contoh kasus

1. Tarif BOP tunggal untuk satu pabrik :


(Rp 2.940.000 + Rp 3.540.000) : (10.000 jm + 50.000 jm)
= Rp 6.480.000 : 60.000 jm
= Rp 108 per jm

Perhitungan Biaya per unit :

Produk A :

Biaya Utama Rp 1.000.000,00


Biaya Overhead Pabrik : Rp 108 x 10.000 jm Rp 1.080.000,00
Total Biaya Produksi Rp 2.080.000,00
Unit 20.000 unit
Biaya Per Unit Rp 104,00
Contoh kasus

Produk B :

Biaya Utama Rp 5.000.000,00


Biaya Overhead Pabrik : Rp 108 x 50.000 jm Rp 5.400.000,00
Total Biaya Produksi Rp 10.400.000,00
Unit 100.000 unit
Biaya Per Unit Rp 104,00

Produk B :
2. Tarif Overhead Setiap Departemen :

Tarif BOP Dept 1 = Rp 2.940.000 = Rp 36,75 per j.k.l


80.000 j.k.l

Tarif BOP Dept 2 = Rp 3.540.000 = Rp 88,5 per j.m


40.000 j.m
Contoh kasus
Perhitungan Biaya Per Unit :
Produk A :

Biaya Utama Rp 1.000.000,00


BOP Dept 1 : Rp 36,75 x 4.000 j.k.l Rp 147.000,00
Dept 2 : Rp 88,5 x 6.000 j.m Rp 531.000,00
Total Biaya Produksi Rp 1.678.000,00
Unit 20.000 unit
Biaya Per Unit Rp 83,90

Produk B :
Biaya Utama Rp 5.000.000,00
BOP Dept 1 : Rp 36,75 x 76.000 j.k.l Rp 2.793.000,00
Dept 2 : Rp 88,5 x 34.000 j.m Rp 3.009.000,00
Total Biaya Produksi Rp 10.802.000,00
Unit 100.000 unit
Biaya Per Unit Rp 108,02
Ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam tradisional costing :

1. Apakah cost driver berdasarkan unit menjelaskan penggunaan dari seluruh biaya.

2. Apakah konsumsi BOP bertambah secara proporsional dengan banyaknya unit.

Dua faktor yang menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu
membebankan BOP secara tepat :

1. Adanya proporsi BOP yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total BOP

2. Tingkat diversitas produk


Diversitas produk terjadi jika dalam suatu perusahaan menghasilkan berbagai jenis
produk yang mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda.

Contoh Proporsi Konsumsi Aktivitas Overhead :

Aktivitas
Produk A Produk B Ukuran Konsumsi
Overhead
Set Up 0,4 0,6 Produksi Berjalan
Inspeksi 0,4 0,6 Jam Inspeksi
Listrik 0,17 0,83 Jam Mesin
Kesejahteraan 0,17 0,83 Jam Kerja langsung
PENENTUAN
HARGA POKOK
BERDASARKAN AKTIVITAS
Kebutuhan sistem biaya yang lebih akurat mendorong lahirnya activity based costing
(ABC)

Activity based costing terdiri dari dua tahap :

1. Melacak berbagai biaya pada berbagai aktivitas, meliputi empat langkah :

a. Penggolongan berbagai aktivitas


b. Pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
c. Penggolongan kelompok-kelompok biaya yang homogen
d. Penentuan tarif kelompok

2. Biaya untuk setiap kelompok biaya overhead pabrik dilacak ke berbagai jenis produk.
Empat Katagori Aktivitas Dalam Activity Based Costing :

1. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)

Adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.

Contoh : jam mesin, dan jam listrik

2. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)

Adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu batch produk diproduksi.

Contoh : Aktivitas set up, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan


bahan, aktivitas inspeksi.
3. Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)
Adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk
mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual.
Contoh : Aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan produk,
spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, peningkatan produk, dll.

4. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility Level Activities)


Adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum
yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik namun banyak
sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau banyaknya produk
yang diproduksi.

Contoh : biaya manajemen pabrik, biaya pemeliharaan bangunan, biaya


keamanan, biaya pertamanan (land-Scaping), biaya penerangan pabrik,
kebersihan, dll.
Prosedur tahap pertama : Activity Based Costing

Kelompok I
Biaya Penyetelan Rp 1.760.000
Biaya Inspeksi Rp 1.480.000
Total Biaya Kelompok I Rp 3.240.000
Produksi Berjalan (Production runs) 50
Tarif Kelompok 1 Rp 64.800

Kelompok 2
Biaya Listrik Rp 1.680.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.560.000
Total Biaya Kelompok I Rp 3.240.000
Jam Mesin 60.000
Tarif Kelompok 2 Rp 54
Perhitungan Biaya Per Unit (Activity Based Costing):

Produk A :
Biaya Utama Rp 1.000.000
BOP Kelompok 1 : Rp 64.800 x 20 PB Rp 1.296.000
Kelompok 2 : Rp 54 x 10.000 j.m Rp 540.000
Total Biaya Produksi Rp 2.836.000
Unit 20.000 unit
Biaya Per Unit Rp 141,80

Produk B :
Biaya Utama Rp 5.000.000
BOP Kelompok 1 : Rp 64.800 x 30 PB Rp 1.944.000
Kelompok 2 : Rp 54 x 50.000 j.m Rp 2.700.000
Total Biaya Produksi Rp 9.644.000
Unit 100.000 unit
Biaya Per Unit Rp 96,40
TERIMA KASIH
Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai