Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Pendapatan Asli Daerah

2.1.1 Pengertian Pendapatan asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-

sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Pendapatan Asli

Daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan

untuk melaksanakan ekonominya diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh

Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD. Semakin besar kontribusi yang diberikan oleh

Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan

Pemerintah Daerah terhadap bantuan Pemerintah Pusat.

Menurut Halim dan Nasir (2006: 44) Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan

yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan.

Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan

yang diperoleh dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik

Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

Pengertian Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009

yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang

terdiri dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli
Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber di dalam daerahnya

sendiri yang di pungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber

pendapatan yang asli digali di daerah yang digunaakan untuk modal dasar Pemerintah

Daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil

ketergantungan dari Pemerintah Pusat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan

keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, diatur oleh Peraturan Daerah sesuai

Perundang-Undangan yang berlaku dan pengelolaannya dilakukan untuk pembiayaan

pembangunan penyelenggaraan roda pemerintahan.

2.1.2 Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

1. Pajak Daerah

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa Pajak Daerah yang selanjtunya disebut pajak

adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Ciri-ciri pajak daerah adalah sebagai berikut :

a. Pajak daerah berasal dari Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah sebagai

pajak daerah

b. Penyerahan dilakukan berdasarkan Undang-Undang


c. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan Undang-Undang

dan/atau hukum lainnya

d. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah

sebagai badan hukum publik.\

2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau

pemberian izin tertentu yang khsusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan retribusi dikelompokkan menjadi

Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.

Ciri-ciri retribusi daerah adalah sebagai berikut :

a. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah

b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis

c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk

d. Retribuai dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakannya.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolayaan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah dari

keuntungan/laba bersih perusahaan daerah untuk anggaran belanja daerah yang

disetor ke kas daerah baik perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari

kekayaan daerah yang dipisahkan.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaiman dimaksud

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 59 Tahun 2007 dapat

dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup :

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN,

dan
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

usaha masyarakat.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2004, yang dimaksud dengan Lain-

lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah antara lain penerimaan diluar Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.

33 Tahun 2004 meliputi :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Keuntungan selisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e. Komisi, potongan artaupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan jasa oleh daerah

2.2 Retribusi Daerah

2.2.1 Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pengertian retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,

termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.Besarnya retribusi yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung
dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan penggunaan jasa (Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), Retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izizn tertentu yang khusus disediakan dan

atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyediakan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan. Dengan demikian bila seorang ingin menikmati jasa yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut Ahmad Yani (2009:63) Retribusi Daerah adalah pungutan sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khsusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Retribusi Daerah

adalah suatu pungutan yang dibebankan kepada masyarakat atas pemanfaatan jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pungutan retribusi ditarik dari

tangan masyarakat atau wajib retribusi merupakan bagian dari elemen pendapatan

pemerintah daerah yang dipergunakan untuk membiayai berbagai kepentingan

masyarakat daerah.

2.2.2 Ciri-Ciri Retribusi Daerah

 Dipungut oleh pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan peraturan perundang-

undangan.
 Dapat dipungut apabila ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dan

dinikmati oleh orang atau badan.

 Pihak yang membayar retribusi daerah mendapatkan imbalan/balas jasa secara

langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.

 Wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran retribusi daerah dapat

dikenakan sanksi ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi daerah tidak

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

 Hasil penerimaan retribusi daerah disetor ke kas daerah.

2.2.3 Kriteria Retribusi Daerah

Selain jenis-jenis retribusi di atas, pemerintah pusat dapat berwenang pula

menetapkan jenis retribusi lain melalui Peraturan Pemerintah.

Kriteria retribusi adalah sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum:

a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa

Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang

diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan

kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang membayar

retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu;

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya;
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu

sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat

dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

2. Retribusi Jasa Usaha:

a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa

Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya

disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang

dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah

Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu:

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan

kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan

umum; dan

c. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan

biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup

besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan

2.2.4 Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang N0. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Retribusi Daerah dikelompokkan menurut jenis yaitu sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingandan kemanfaatan umum serta dapatdinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

 Retribusi Pelayanan Kesehatan;

 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

 Retribusi Pengganti Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

 Retrubusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

 Retribusi Pelayanan Pasar;

 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

 Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

 Retribusi Tera/Tera Ulang;

 Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.


Jenis Retribusi diatas dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil

dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara

cuma-cuma.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum

dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :

 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

 Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

 Retribusi Tempat Pelelangan

 Retribusi Terminal

 Retribusi Tempat Khusus Parkir

 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

 Retribusi Rumah Potong Hewan

 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan


 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

 Retribusi Penyebrangan di Air; dan

 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah

Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

sarana, prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :

 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

 Retribusi Izin Gangguan;

 Retribusi Izin Trayek; dan

 Retribusi Izin Usaha Perikanan.

2.2.5 Tata cara Pemungutan Retribusi Daerah

Pemungutan Retribusi Daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses

kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun

dalam pengertian ini tidak berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama

dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi,
Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badan-badan tertentu yang karena

profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas

pemungutan jenis retribusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi

yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan

besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan

retribusi.

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah

(SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat ketetapan retribusi

yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen lain yang dipersamakan antara

lain, berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan. Jika wajib retribusi tertentu

tidak membayar retribusi tepat pada waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari retribusi terutan yang

tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi

Daerah (STRD). STRD surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi

administrasi berupa bunga dan atau denda. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi

Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.

2.2.6 Perhitungan Retribusi Daerah

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif

retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang

terutang dihitung berdasarkan tarif retribusi dan tingkat penggunaan jasa.

a. Tingkat Penggunaan Jasa


Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa

sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa

yang bersangkutan, misalnya berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kali/berapa

jam parkir kendaraan dan sebagainya. Akan tetapi, ada pula penggunaan jasa yang

tidak dapat mudah diukur. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu

ditaksir berdasarkan rumus tertentu yang didasarkan atas luas tanah, luas lantai

bangunan, jumlah tingkat bangunan dan rencana penggunaan bangunan.

b. Tarif Retribusi Daerah

Tarif Retribusi Daerah adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang

ditetapkan untuk menghitung besarnya Retribusi Daerah yang terutang. Tarif dapat

ditentukan seragam atau dapat diadakan perbedaan golongan tarif sesuai dengan

sasaran tarif tertentu, misalnya perbedaan retribusi tempat rekreasi antara anak dan

dewasa. Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan

prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi, hal ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi perkembangan perekonomian daerah berkaitan dengan objek

retribusi yang bersangkutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

ditetapkan bahwa tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 tahun sekali.

c. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah

Tarif Retribusi Daerah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan

memperhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda antar golongan

Retribusi Daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, prinsip

dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah ditentukan sebagai berikut:
1. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum

ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas

pelayanan tersebut.

2. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa

Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

Keuntungan yang layak yang dimaksud adalah hasil yang sesuai dengan jasa

yang telah diberikan.

3. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

d. Cara Perhitungan Retribusi

Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat

penggunaan jasa dengan tarif Retribusi. Tingkat penggunaan jasa sebagaiman

dimaksud adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya

yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.

Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud sulit diukur mata tingkat

penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah

Daerah. Rumus sebagaimana dikmaksud harus mencerminkan beban yang dipikul

oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut. Tarif Retribusi

adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung

besarnya tarif retribusi yang terutang. Tarif Retribusi dapat ditentukan seragam atau

bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif

retribusi.
Besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang

menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif dan tingkat

penggunaan jasa dengan rumus sebagai berikut:

Retribusi Terutang = Tarif Retribusi x Tingkat Penggunaan Jasa

2.3 Pengertian Retribusi Parkir

Retribusi parkir termasuk dalam kreteria retribusi jasa umum adalah retribusi atas

jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, jadi

pengertian retribusi parkir adalah pembayaran atas penggunaan jasa pelayanan tempat

parkir yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 73 tahun 1999 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perparkiran Daerah, yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan

tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sedangkan tempat parkir

adalah tempat pemberhentian kendaraan di lokasi tertentu baik di tepi jalan umum,

gedung, pelataran atau bangunan umum. Sementara itu berdasarkan Keputusan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat No. 272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, yang dimaksud dengan penyelenggaraan fasilitas

parkir adalah suatu metode perencanaan dalam menyelenggarakan fasilitas parkir

kendaraan baik dibadan jalan maupun di luar badan jalan.

Sedangkan pengertian parkir menurut keputusan Direktur Jenderal Perhubungan

Darat Nomor : 272/hk.105/drjd/96 sebagai berikut :

1) Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
2) Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan

pengemudi tidak meninggalkan kendaraan.

3) Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian

kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun

waktu.

4) Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir yang

menggunakan tepi jalan.

5) Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir

kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang

dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.

6) Jalan adalah tempat jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

7) Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan

(mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar

buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil

penumpang.

8) Jalur sirkulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang

masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

9) Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan.

10) Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai

fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.

2.3.1 Kerangka Acuan Pengelolaan Parkir Di Kota Kupang

A. Prosedur Pengelolaan Parkir

1. Dinas perhubungan Kota Kupang sebagai Dinas teknis yang menangani

pengelolaan perparkiran melakukan penetapan lokasi parkir berdasarkan hasil


survei dan membentuk Tim Seleksi Calon Pengelola Parkir untuk tahun

berikutnya;

2. Tim seleksi mengumumkan penetapan lokasi, jadwal/waktu seleksi dan

persyaratan-persyaratan kepada masyarakat Kota Kupang (calon pengelola

parkir) melalui media (Radio/Surat Kabar) atau Papan informasi pada Dinas

Perhubungan Kota Kupang;

3. Tim seleksi menyiapkan format permohonan parkir dan rekemomendasi parkir

khusus;

4. Calon pengelola parkir mengajukan permohonan tertulis sesuai format yang

disiapkan Tim Seleksi, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Setiap warga Kota Kupang yang memiliki kemampuan dan komitmen yang

kuat untuk mengelola parkir serta telah berusia minimal 20 tahun dan

maksimal 60 tahun diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi calon

pengelola parkir dalam wilayah Kota Kupang;

2) Permohonan diisi secara lengkap dan benar dengan mencantumkan jenis

parkir, lokasi dan kode lokasi parkir sesuai daftar penetapan serta besaran

nilai retribusi parkir bulanan dan tahunan, ditandatangani di atas materai

Rp.6.000 dengan lampiran: 1 (satu) lembar foto copi KTP Kota Kupang

yang masih berlaku dan 1 (satu) lembar foto copi KTP Juru Parkir (sesuai

jumlah juru parkir yang dibutuhkan), rekomendasi tertulis dari pemilik area

parkir/pemilik usaha (hanya bagi calon pengelola tempat khusus parkir) dan

1 (satu) lembar foto copi Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)

pelunasan tunggakan atau SKRD bulan Desember (khusus bagi pengelola

lama);
3) Permohonan beserta lampiran dimasukkan dalam Amplop tertutup dan

disampaikan kepada Kepala Dinas Perhubungan Kota Kupang melalui Tim

Seleksi sesuai jadwal.

5. Tim seleksi menerima permohonan sesuai jadwal kegiatan kemudian membuat

rekapitulasi dan melakukan seleksi calon pengelola parkir serta menetapkan

pengelola parkir, dengan pertimbangan-pertimbangan sbb:

1) Kelengkapan berkas permohonan dan lampiran-lampiran;

2) Rasionalitas nilai retribusi yang diajukan dengan potensi dan target;

3) Kinerja pengelolaan parkir tahun berjalan/tahun sebelumnya (khusus

pengelola lama);

6. Tim seleksi mengumumkan hasil seleksi dan menetapkan pengelola parkir

serta jadwal penandatangan Surat Perjanjian Kerja (SPK) melalui papan

informasi pada Dinas Perhubungan Kota Kupang;

7. Hasil seleksi diserahkan kepada bidang teknis untuk selanjutnya membuat

SPK dan penerbitan master karcis;

8. Pengelola parkir yang telah ditetapkan diwajibkan untuk:

1) Menyiapkan 1 (satu) buah Map Snalhecter plastik transparan (warna biru

untuk Parkir Tepi Jalan Umum dan warna kuning untuk Parkir Khusus) dan

2 (dua) lembar materai Rp.6.000;

2) Menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK);

3) Membayar retribusi parkir dimuka 3 (tiga) bulan pada saat

penandatanganan SPK;

4) Menggandakan master karcis setiap bulan untuk mendapatkan legalisasi

Dinas Perhubungan Kota Kupang.


1. Pengelola parkir yang tidak memenuhi kewajiban seperti pada huruf h di atas

sampai dengan batas waktu yang telah diumumkan sesuai huruf f, dianggap

mengundurkan diri dan langsung diganti dengan calon pengelola lainnya;

2. Prosedur dan persyaratan serta ketentuan seleksi calon pengelola parkir insidentil:

a. Lokasi Parkir Baru atau Lokasi parkir yang tidak ada pemohon atau karena

pengelola lama mengundurkan diri/mendapatkan sanksi PHK, maka penetapan

pengelola menjadi kewenangan bidang teknis dengan persetujuan Kepala

Dinas Perhubungan Kota Kupang.

b. Pengajuan permohonan untuk pengelolaan parkir pada lokasi sesuai pasal 2

huruf d angka 1) dan 2), dilakukan oleh calon pengelola melalui Dinas

Perhubungan Kota Kupang;

c. Berdasarkan permohonan yang diterima, petugas pada bidang teknis

melakukan survei lokasi atas disposisi pimpinan;

d. Hasil survei merupakan salah satu pertimbangan penetapan pengelola parkir;

e. Pengelola yang telah ditetapkan memiliki kewajiban seperti disebutkan pada

huruf h angka 1), 2), 3) dan 4) ayat (1) pasal 2 di atas.

A. Masa Waktu

1) Masa waktu pengelolaan parkir/masa Surat Perjanjian Kerja (SPK) berakhir

paling lambat tanggal 31 Desember setiap tahun;

2) Seleksi calon pengelola parkir baru tahun berikutnya dilakukan pada bulan

Desember tahun berjalan;

3) Penetapan Pengelola Parkir Regular dilakukan selambat-lambatnya minggu

pertama bulan Januari;

4) Penyetoran retribusi bulanan berikutnya dilakukan paling lambat tanggal 5 (lima)

setiap bulan berjalan.


B. Tugas Dan Tanggungjawab Instansi Teknis

Dinas Perhubungan Kota Kupang memiliki tugas dan tanggung jawab:

1) Membuat perencanaan dan penatalayanan perparkiran;

2) Menerima permohonan dan melakukan survei lokasi;

3) Melakukan penetapan pengelola parkir dan besaran retribusi parkir;

4) Membuat Surat Perjanjian Kerja (SPK);

5) Menerbitkan master karcis retribusi parkir dan legalisasi karcis;

6) Menerima penyetoran retribusi parkir;

7) Pembinaan, Monitoring, pengawasan dan evaluasi;

8) Memberikan sanksi kepada pengelola parkir yang melakukan pelanggaran.

C. Hak Dan Kewajiban Pengelola Parkir

1. Pengelola parkir berhak untuk:

a. Mendapatkan pelayanan prima berkaitan dengan pengelolaan perparkiran;

b. Mendapatkan master karcis parkir setiap bulan;

c. Mendapatkan informasi pengelolaan perparkiran;

2. Pengelola parkir memiliki kewajiban:

a. Menempatkan papan nama atau papan pengumuman di tempat parkir yang

mencantumkan nama pengelola, nomor dan tanggal SPK serta tarif retribusi

parkir;

b. Mengangkat dan menempatkan juru parkir;

c. Melengkapi juru parkir dengan peluit, tanda pengenal, rompi warna biru yang

bertuliskan di punggung baju y“Juru Parkir Kota Kupang”), dan senter Lalin

(untuk malam hari);

d. Menjamin keamanan dan kesejahteraan Juru Parkir;

e. Membina dan mengawasi juru parkir;


f. Menyediakan karcis yang sudah mendapatkan legalisasi Dishub Kota Kupang;

g. Menyetor retribusi parkir secara tertib setiap bulan berjalan paling lambat

tanggal 5 (lima).

D. Penyesuaian Nilai Retribusi

1) Pengelola Parkir dapat mengajukan permohonan penyesuaian penetapan besaran

retribusi bulanan kepada Walikota Kupang melalui Kepala Dinas Perhubungan

Kota Kupang setelah 3 (tiga) bulan berjalan dengan alasan-alasan dan bukti yang

nyata dan rasional;

2) Setelah menerima permohonan tertulis dari Pengelola Parkir seperti poin 1) di

atas, maka selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu, Kepala Dinas

Perhubungan Kota Kupang akan memutuskan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan dari bidang teknis setelah melakukan survei.

3) Jika permohonan dikabulkan, maka penyesuaian nilai retribusi diberlakukan

4) terhitung mulai tanggal 1 (satu) bulan berikutnya. Jika permohonan ditolak, maka

diberikan penjelasan kepada yang bersangkutan sesuai fakta hasil survei;

5) Dinas Perhubungan Kota Kupang melakukan evaluasi pengelolaan parkir setiap 4

(empat) bulan sekali dalam setahun, dan apabila terjadi kenaikan frekuensi parkir

maka penetapan besaran retribusi akan disesuaikan dengan terlebih dahulu

memberi penjelasan kepada pengelola parkir.

E. Larangan

1. Pengelola parkir dilarang untuk:

a. Mengalihkan SPK atau mengalihkan pengelolaan parkir kepada pihak lain

dengan alasan apapun juga, kecuali dengan ijin Kepala Dinas Perhubungan

Kota Kupang. Jika terjadi pengalihan hak sepihak, maka Kepala Dinas
Perhubungan Kota Kupang akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK).

b. Menggunakan tenaga juru parkir berusia di bawah 17 (tujuh belas) tahun.

c. Menggunakan karcis retribusi kadarluarsa (habis masa berlaku) atau karcis

retribusi parkir dalam bentuk lain atau karcis yang belum dilegalisasi Dinas

Perhubungan Kota Kupang.

d. Melakukan pungutan lebih tinggi dari tarif yang tercetak pada karcis retribusi

parkir.

2. Area/tempat Larangan Parkir ditentukan dengan pemasangan rambu lalu lintas.

F. Sanksi

1. Pengelola Parkir yang tidak melaksanakan kewajiban:

a) Menempatkan papan nama atau papan pengumuman di tempat parkir yang

mencantumkan nama pengelola, nomor dan tanggal SPK serta tarif retribusi

parkir, melengkapi juru parkir dengan tanda pengenal, rompi warna biru yang

bertuliskan di punggung baju “Juru Parkir Kota Kupang”), senter Lalin (untuk

malam hari), menjamin keamanan dan kesejahteraan Juru Parkir, membina

dan mengawasi juru parkir, menyediakan karcis yang sudah mendapatkan

legalisasi Dishub Kota Kupang, diberikan sanksi peringatan tertulis sebanyak

1 (satu) kali dan jika tidak mengindahkan peringatan dalam jangka waktu 1

(satu) bulan maka dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK);

b) Menyetor retribusi parkir bulanan secara teratur paling lambat tanggal 5 (lima)

dikenakan sanksi denda 2%, dan jika tidak menyetor dalam jangka waktu 1

(satu) bulan berjalan, maka dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK);


c) Mengabaikan larangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 diberikan sanksi

peringatan tertulis sebanyak 1 (satu) kali dan jika tidak mengindahkan

peringatan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan maka dilakukan pemutusan

hubungan kerja (PHK);

2. Pengelola parkir yang telah dicabut haknya akibat pemutusan hubungan kerja dan

masih berhutang kepada daerah wajib melunasi tunggakan retribusi bersama

denda dan diperhitungkan sebagai piutang daerah Kota Kupang.

2.3.2 Kontribusi

Kontribusi retribusi adalah seberapa besar pengaruh atau peran serta penerimaan

retribusi daerah terhadap PAD (Halim 2004: 163).

Kontribusi retribusi parkir adalah sumbangan atau peran serta penerimaan

retribusi parkir terhadap retribusi daerah.

Kontribusi retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi

penerimaan reribusi parkir dan realisasi penerimaan retribusi daerah. Rasio kontribusi

retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2004: 163):

X
Kontribusi = X 100%
Y

Keterangan :

X : Realisasi penerimaan retribusi parkir

Y : Realisasi penerimaan retribusi daerah


Tujuan perhitungan kontribusi retribusi retribusi parkir ini adalah untuk

mengetahui kontribusi penerimaan retribusi parkir tersebut potensial atau tidak

potensial.

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun gagasan pokok dalam penelitian ini dibentuk dengan mempelajari

beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki esensi permasalahan yang hampir

sama. Adapun beberapa hasil penelitian tersebut dapat penulis uraikan dalam Tabel 2.4

berikut ini :

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

Retribusi parkir adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan, jadi pengertian retribusi parkir adalah

pembayaran atas penggunaan jasa pelayanan tempat parkir yang ditentukan oleh

Pemerintah Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

merupakan salah satu unsur dalam proses pembangunan Kota Kupang.


Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

Perencanaan

Pelaksanaaan
Potensi
Penerimaaan Kontibusi
Terhadap PAD
Retibusi
parkir Tepi
Pengawasan Jalan Umum

Evaluasi

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka

dalam penelitian ini, rumusan hipotesis penelitian yang diajukan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Perencanaan pengelolaan retribusi parkir berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan retribusi tepi jalan umum

2. Pelaksanaan pengelolaan retribusi parkir berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan retribusi tepi jalan umum

3. Pengawasan pengelolaan retribusi parkir berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan retribusi tepi jalan umum


4. Evaluasi pengelolaan retribusi parkir berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan retribusi tepi jalan umum

5. Potensi penerimaan retribusi parkir berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan retribusi tepi jalan umum

Anda mungkin juga menyukai