Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Teori pajak daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, penerimaan yang diterima oleh daerah dari
sumber-sumber di daerah mereka dipungut menurut peraturan setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.( Vera Ningsih Siahaan, Bastari, Idhar Yahya,
2015)

Pajak daerah adalah merupakan salah satu bentuk pendapatan asli daerah. Secara umum
pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah yang mana bersifat
memaksa. Menurut UU No. 34 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pajak daerah adalah iuran
wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi/badan kepada daerah tanpa adanya imbalan
langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.

Dari sudut pandang kewenangan pemungutannya, pajak daerah secara garis besar
dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah di tingkat
Propinsi (Pajak Propinsi), dan Pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah di tingkat
Kabupaten/Kota (pajak Kabupaten/Kota). ( Novalistia, Rizka Lutfita, 2018).

Dengan adanya Undang-Undang Nmor 34 Tahun 2000, diharapkan pajak daerah yang
penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Dalam
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 menjelaskan perbedaan antara jenis pajak yang
dipungut oleh kabupaten/kota.

a) Pajak Propinsi ditetapkan sebanyak empat jenis yaitu :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

5
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Pemukiman Pajak
b) Kabupaten/kota terdiri dari 7 jenis yaitu :

1. pajak hotel

2. pajak restoran

3. pajak hiburan

4. pajak reklame.

5. pajak parker

6. pajak penerangan jalan

7. pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian gol C. (Kendy Rama Nuzulistyan,
2015)

2.1.2 Teori retribusi daerah

Retribusi dipungut berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dalam Pasal 1 angka 10 dijelaskan bahwa retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Objek retribusi terbagi tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha dan perizinan
tertentu. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
sebagai akibat adanya kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah tersebut
didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung dinikmati secara
perorangan oleh masyarakat dan pelaksanaannya didasari peraturan yang berlaku, dari
beberapa definisi retribusi daerah dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan
wajib dari penduduk karena adanya jasa tertentu yang khusus disediakan pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.( Gunawan, Endra, 2018).

6
Pengklasifikasian Retribusi Daerah sebagai berikut :

1. Jasa Umum terdiri atas :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan;

2. Jasa Usaha terdiri atas :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa;

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

7
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

j. Retribusi Penyeberangan di Air;

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Perizinan Tertentu, terdiri atas :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.( Putri, Anggina, 2018)

2.1.3 Teori hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan


kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek pendapatan yang mencakup
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas
penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok masyarakat. Jenis pendapatan ini meliputi
objek pendapatan berikut:

1) bagian laba Perusahaan mliki Daerah,

2) bagian laba lembaga keuangan Bank,

3) bagian laba lembaga keuangan non Bank,

4) bagaian laba atas penyertaan modal/investasi. (Nuzulistyan, Kendy Rama Supriyanto,


Agus Paramita, Patricia Dhiana, 2015)

8
2.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Sesuai pasal 26 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disediakan untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan
penerimaan daerah selain yang disebut di atas.

Penerimaan lain-lain PAD yang sah merupakan kelompok penerimaan lain-lain dalam
pendapatan daerah yang mencakup penerimaan kecil-kecil seperti hasil penjualan alat berat
dan bahan jasa, penerimaan dari sewa, bunga simpanan giro dan bank serta penerimaan dari
denda kontraktor. Walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat tergantung pada
potensi daerah itu sendiri. Artinya semakin besar potensi sumber lain- lain PAD yang sah,
maka semakin besar pula penerimaan.( Abdullah, et all,2016)

2.1.5 Pendapatan asli daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Darize, 2009).
Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu ditingkatkan
agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian
otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab dapat dilaksanakan. Sebagaimana
diatur dalam pasal 157 UU No. 9 Tahun 2015 dan Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004, sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1. Pajak daerah,

2. Retribusi daerah,

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

9
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.( Nugroho Prasetyo Adi, Hartono, Ari Pranaditya,
2017)

Besarnya PAD menunjukkan kemampuan daerah untuk memenuhi daerahnya sendiri


kebutuhan dan untuk mempertahankan dan mendukung hasil pembangunan yang telah
dilaksanakan dan akan diimplementasikan di masa depan (Mamesah, 1995 dalam Abdullah
dan Halim, 2003). Sehingga penambahan PAD berperan penting untuk menciptakan
kemandirian regional, oleh karena itu masing-masing daerah berlomba untuk mencari sumber
dari kegiatan ekonominya sendiri melalui langkah ekstensifikasi dan intensifikasi Pendapatan
Asli Daerah (PAD).( Noch, Muhamad Yamin, 2018)

2.2 Kerangka Konseptual


Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka secara skematis kerangka konseptual
dalam mengkaji pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap PAD kabupaten
Badung.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pajak daerah
(X1)

Retribusi daerah
(X2)
PAD
Hasil pengelolaan (Y)
kekayaan daerah
(X3)

Lain-Lain
Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah
(X4)
10
2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD kabupaten Badung.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (UU No. 34 Tahun 2000).

Pajak daerah dalam fungsinya adalah untuk membiayai keperluan belanja dengan
mengurangi ketergantungan dari pihak luar atau dalam hal ini adalah pemerintah pusat.
Penjabaran tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi pajak daerah menunjukkan semakin
tinggi kemampuan daerah dalam menerima pendapatan dan mengurangi ketergantungan dari
pemerintah pusat. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah:

H1: pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD kabupaten Badung.

2.3.2 Retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD kabupaten Badung

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Implementasi otonomi daerah membawa konsekuensi yang sangat
besar dalam pengelelolaan daerah. Otonomi daerah termasuk desentralisasi fiskal di mana
daerah mempunyai kewenangan pengelolaan keuangan yang tinggi. (Novalistia, Rizka
Lutfita, 2016).

Kenaikan penerimaan retribusi daerah juga diharapkan mampu memberikan


kontribusi yang positif terhadap pembangunan infrastruktur daerah. Selain penyediaan
fasilitas fisik, hasil dari retribusi daerah dapat juga digunakan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang meningkatkan kreatifitas dan menarik minat masyarakat untuk turut serta dalam
penyelenggaraan Pemerintah.( Abdullah, et all, 2016)

Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut ditambah lagi dengan


tersedianya fasilitas publik yang baru, dan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat,

11
akan tercipta pembangunan infrastruktur daerah yang lebih baik.. Berdasarkan hal tersebut
maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah:

H2: retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD kabupaten Badung.

2.3.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaru signifikan


terhadap PAD kabupaten Badung.

Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahakan merupakan perusahaan milik


daerah/BUMD yang mencangkup penyetaraan pembagian laba yang digunakan untuk
membiayai keperluan belanja pemerintah.

Dalam penelitian Nuzulistyan, Kendy Rama Supriyanto, Agus Paramita, Patricia


Dhiana yang berjudul pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan daerah yang sah terhadap pendapatan
asli daerah provinsi Jawa Tengah bahwa, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan berpengaruh signifikan terhadap PAD. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis
pertama yang akan diuji adalah:

H3: hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaru signifikan


terhadap PAD kabupaten Badung.

2.3.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh signifikan terhadap
PAD kabupaten Badung.

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan tentang


Pendapatan asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah
yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan Pendapatan Asli Daerah selain
dari pajak daerah, retribusi daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan. Dengan meningkatnya Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah akan
meningkatkan PAD. Dengan demikian kenaikan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
akan meningkatkan PAD. Dengan PAD meningkat maka akan mengurangi ketergantungan

12
dari pemerintah pusat dengan kata lain tingkat kemandiriannya meningkat. Berdasarkan
hal tersebut maka hipotesis ketiga yang akan diuji adalah:

H4: lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh signifikan terhadap PAD
kabupaten Badung.

2.3.5 Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh berpengaruh
signifikan terhadap PAD kabupaten Badung.

Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu
ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat
sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab dapat
dilaksanakan. Sebagaimana diatur dalam pasal 157 UU No. 9 Tahun 2015 dan Pasal 6 UU
No. 33 Tahun 2004, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1. Pajak daerah,
2. Retribusi daerah, 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, 4. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.( Nugroho Prasetyo Adi, Hartono, Ari Pranaditya, 2017)

Sehingga sumber-sumber pendapatan asli daerah berpengaruh dalam pembangunan


suatu daerah besarnya PAD menunjukkan kemampuan daerah untuk memenuhi daerahnya
sendiri kebutuhan dan untuk mempertahankan dan mendukung hasil pembangunan yang
telah dilaksanakan dan akan diimplementasikan di masa depan (Mamesah, 1995 dalam
Abdullah dan Halim, 2003). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis ketiga yang akan diuji
adalah:

H5: Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh berpengaruh
signifikan terhadap PAD kabupaten Badung.

13

Anda mungkin juga menyukai