Oleh:
Kelompok 4
0
10.1. KONSEP MENGENAI KEKUASAAN
1
(a) Kekuasaan Paksaan, merupakan dasar kekuasaan yang bergantung pada
ketakutan atas hasil yang negatif akibat kegagalan untuk memenuhi.
(b) Kekuasaan Imbalan, merupakan pencapaian kepatuhan yang didasarkan
pada kemampuan untuk mendistribusikan imbalan yang mana orang lain
memandangnya berharga.
(c) Kekuasaan Legitimasi, merupakan kekuasaan yang diterima oleh seseorang
sebagai hasil dari posisinya di dalam hierarki formal suatu organisasi.
2) Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan pribadi berasal dari karakteristik unik individu. Robbins dan Judge
(2015:282) membagi kekuasaan pribadi menjadi dua yaitu:
(a) Kekuasaan Karena Keahlian, merupakan pengaruh yang didasarkan pada
keahlian atau pengetahuan khusus.
(b) Kekuasaan Acuan, merupakan pengaruh yang didasarkan pada identifikasi
dengan seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat pribadi yang
diinginkan.
2
akan dipandang sebagai penguasa sumber daya yang penting (Robbins dan
Judge, 2015:283).
(b)Kelangkaan, sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah
banyak, kepemilikan atasnya tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan
Anda. Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna
menciptakan ketergantungan. Ini dapat membantu menjelaskan bagaimana
para bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan penting
yang tidak dimiliki pemimpin mendapatkan kekuasaan atas kelompok yang
disebut terakhir ini. Kepemilikan sumber daya yang langka dalam hal ini,
pengetahuan yang penting menjadikan pemimpin bergantung pada bawahan.
Ketergantungan lebih jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang termasuk
kategori jabatan. Individu-individu yang memiliki jabatan di mana persediaan
personel relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhnnya dapat merundingkan
paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih menarik dibanding bila
jumlah calonnya banyak. Pengelola perguruan tinggi saat ini tidak menemui
masalah utnuk mencari dosen bahasa Inggris. Sebaliknya pasar untuk guru
teknik komputer sangat ketat: permintaan memungkinkan mereka utnuk
merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar yang lebih rendah, dan
tunjangan lainnya (Robbins dan Judge, 2015:284).
(c)Tidak Tergantikan, semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu
sumber daya, semakin besar kekuasaan yang diberikan oleh kontrol atas
sumber daya tersebut. Pendidikan yang lebih tinggi sekali lagi menyediakan
contoh yang sempurna. Di universitas-universitas di mana ada tekanan yang
kuat bagi tenaga pengajar untuk menerbitkan karya mereka, kita dapat
mengatakan bahwa kekuasaan seorang kepala jurusan atas seorang tenaga
pengajar berkorelasi terbalik dengan banyaknya publikasi tenaga pengajar
yang bersangkutan. Semakin banyak pengakuan yang diterima oleh seorang
tenaga pengajar itu melalui publikasi karyaya, semakin leluasalah ia. Artinya,
karena universitas-universitas lain menginginkan tenaga pengajar yang banyak
mempublikasikan karyanya dan terpandang, pemintaan akan jasa tenaga
pengajar tersebut pun meningkat. Meskipun masa kerja juga turut mengubah
hubungan ini dengan cara membatasi alternatif yang dimiliki kepala jurusan,
tenaga-tenaga pengajar yang baru sedikit mempublikasikan karyanya atau
tidak memiliki publikasi sama sekali memiliki mobilitas paling kecil dan
3
mendapat pengaruh terbesar dari atasan mereka (Robbins dan Judge,
2015:284).
4
b) Efek merusak dari kekuasaan dapat dikurangi oleh sistem organisasi.
c) Memaafkan, tetapi kita memiliki kekuatan untuk mengumpulkan efek negatif dari
kekuasaan.
Terdapat faktor-faktor yang dapat memperbaiki efek negatif dari kekuasaan. Tetapi
terdapat pula efek positifnya. Kekuasaan akan memberikan energi dan mengarahkan pada
pendekatan motivasi (yaitu, semakin termotivasi untuk mencapai tujuan). Salah satu riset
menemukan, sebagai contoh yakni bahwa nilai dari membantu orang lain hanya
diterjemahkan ke dalam perilaku kerja aktual ketika orang merasakan kekuasaan.
Riset ini menunjuk pada sebuah wawasan yang penting mengenai kekuasaan. Kajian
lainnya engungkapkan bahwa kekuasaan mengarah pada perilaku yang mementingkan diri
sendiri tersebut hanya bagi mereka dengan indentifikasi moral yang lemah (yaitu, keadaan
yang mana moral merupakan inti dari seseorang). Hal ini diungkapkan oleh Robbins dan
Judge (2015:288).
10.1.7. Pelecehan Seksual: Kekuasaan Yang Tidak Seimbang di Tempat Kerja
Pelecehan Seksual didefinisikan oleh Robbins dan Judge (2015:289) sebagai segala
aktivitas yang telah diinginkan atas keadaan seksual yang memengaruhi pekerjaan seorang
individu dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman. Organisasi pada umumnya
membuat kemajuan dengan membatasi bentuk nyata pelecehan seksual. Pelecehan seksual
meliputi sentuhan fisik yang tidak diinginkan, permintaan kencan yang berulang ketika telah
dijelaskan bahwa orang tersebut tidak tertarik, dan ancaman yang memaksabahwa seseorang
akan kehilangan pekerjaannya apalabila menolak sebuah proposisi seksual.
Pelecehan seksual lebih cenderung terjadi ketika terdapat perbedaan kekuasaan yang
besar. Supervisior pekerjaan dua kombinasi karakteristik yang terbaik atas hubungan
kekuasaan yang tidak merata, di mana kekuasaan formal memberikan kepada supervisior
kapasitas untuk memberikan imbalan dan memaksa. Wanita yang memiliki jabatan tinggi
dalam organisasi dapat juga mengalami pelecehan seksual dari para pria yang memiliki posisi
jabatan yang lebih rendah, meskipun situasi ini tidak mendapat perhatian yang hampir sama
banyaknya dengan peleehan oleh atasan atau supervisior. Perilah kekuasaan, para pekerja
merendahkan wanita denganmenyoroti gender secara stereotip tradisional yang
mencerminkan secara negatif terhadapnya (misalnya, ketidak berdayaan, kepasifan, atau
kurangnya komitmen ata karier), biasanya dalam upaya untuk memperoleh kekuasan atau
untuk meminimalkan perbedaan kekuasaan. Di sini terdapat beberapa cara yang dilakukan
oleh para manajer agar dapat melindungi diri mereka sendiri dan parapekerja mereka dari
pelechan seksual (Robbins dan Judge, 2015:290-291), yaitu:
5
1) Memastikan suatu kebijakan aktif yang mendefinisikan apa yang merupakan
pelecehan seksual, misalnya dengan mengumumkan pemutusan hubungan kerja
bagi orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap orang yang melakukan
pelecehan seksual terhadap pekerja lainnya, dan menetapkan prosedur untuk
menyampaikan keluhan.
2) Meyakinkan para pekerja bahwa mereka tidak akan berhdapan dengan pembahasan
jika mereka menyampaikan keluhan.
3) Menginvestigasi seluruh keluhan, dan memberitahukan kepada departemen hokum
dan seumber daya manusia.
4) Memastikan para pelanggar diberikan kedisiplinan atau diberhentikan.
5) Menetapkan seminar-seminar di perusahaan untuk meningkatkan kewaspadaan dari
para pekerja atas persoalan pelecehan seksual.
10.2. KONSEP MENGENAI POLITIK
4) Kejelasan alasan/klarifikasi.
Orang yang dihukum harus mengetahui dengan jelas mengapa mereka dihukum.
15
DAFTAR RUJUKAN
16