Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERILAKU ORGANISASIONAL

“KEKUASAAN & POLITIK”


Dosen Pengampu: Drs. Hery Sutanto, MM.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Luthfia Dwi L (141210013)


Oktavia Nur Afifah (141210060)
Aisyah Rizkia k (141210065)
Yonathan Prasetya (141210084)
Alvyna Faharany (141210091)

EM-K

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami, kelompok 3, dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Perilaku Organisasional dengan lancar tanpa halangan apapun.

Dalam penyusunan makalah dengan materi “Kekuasaan dan Politik” ini, kami menyadari
bahwa kami dapat menyelesaikan tentunya karena bantuan dari banyak pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, pada kesempatan kali ini, kami
mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Bapak Drs. Hery Sutanto, MM. selaku dosen mata
kuliah Perilaku Organisasional. Selain itu, tentunya kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas ini.

Kami sangat berharap tulisan ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran kita semua dan
kami juga berharap agar dapat menambah pengetahuan pembaca. Namun, kami juga menyadari
bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian tulisan ini, masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, serta masih memerlukan sebuah penyempurnaan. Kami sangat terbuka terhadap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik. Kami
ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kelompok kami.

Yogyakarta, 8 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kekuasaan …………………………………………………………………… 3
2.2 Membedakan Kepemimpinan dengan Kekuasaan ……………………………………. 3
2.3 Dasar Kekuasaan ……………………………………………………………………… 4
2.4 Kebergantungan: Kunci Menuju Kekuasaan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 6
2.5 Kekuasaan Taktik ……………………………………………………………………... 7
2.6 Bagaimana Kekuasaan Dapat Mempengaruhi Orang-Orang …………………………. 8
2.7 Pelecehan Seksual: Kekuasaan Yang Tidak Seimbang Di Tempat Kerja ……………... 10
2.8 Politik: Kekuasaan Beraksi …………………………………………………………….. 11
2.9 Penyebab dan Konsekuensi dari Perilaku Politik ……………………………………… 13
2.10 Etika Dalam Berperilaku Politik ……………………………………………………… 14
2.11 Memetakan Karir Politik ……………………………………………………………… 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit. Beberapa studi
justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik adalah sesuatu yang
ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan
tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat
mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.

Pada saat setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama
lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Kekuasaan adalah
kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Politik tidak hanya
terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada organisasi formal, badan
usaha, organisasi keagamaan, kelompok. bahkan pada unit keluarga. Politik adalah suatu
jaringan interaksi antar manusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan.

Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan


kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai,
kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan sumber-sumber kekuasaan ?
2. Apa saja taktik kekuasaan ?
3. Apa saja yang menyebabkan ketergantungan dan kekuasaan ?
4. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi ?
5. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi ?

1
1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan


2. Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kekuasaan


Kekuasaan mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B
sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Aspek yang paling penting dari kekuasaan
adalah fungsi dari ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar
kekuasaan A dalam hubungan. Ketergantungan, pada gilirannya, didasarkan pada alternatif-
alternatif yang dirasakan oleh B dan pentingnya tempat-tempat B pada alternatif-alternatif yang
dikendalikan oleh A. Seseorang dapat memiliki kekuasaan atas Anda hanya jika dia
mengendalikan sesuatu yang Anda inginkan.
Satu studi bahkan menunjukkan bahwa orang yang berkuasa mungkin menjadi pembohong
yang lebih baik karena mereka lebih percaya diri dengan status mereka. Peneliti memberikan satu
kelompok penelitian mendapatkan jabatan yang lebih besar dan otoritas yang lebih besar,
sementara kelompok lain menerima lebih kecil kantor dan otoritas yang lebih sedikit.
Satu studi menyelidiki bagaimana orang menanggapi kinerja yang buruk dari bawahan
bergantung pada mereka dalam konteks kerja. Untuk mempelajari ini, mockup laboratorium dari
tinjauan kinerja dikembangkan, dan peserta bertindak bagian dari manajer yang kuat atau tidak
berdaya. Hasilnya manajer yang kuat lebih mungkin untuk menanggapi kinerja yang buruk baik
secara langsung mengkonfrontasi mereka atau terus terang mendorong mereka untuk mendapatkan
pelatihan untuk meningkatkan.

2.2 Membedakan Kepemimpinan dengan Kekuasaan


Perbandingan yang hati-hati dari deskripsi kami tentang kekuasaan dengan deskripsi kami
tentang kepemimpinan di Bab 12 mengungkapkan bahwa konsep-konsep tersebut saling terkait
erat. Pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok.
Bagaimana perbedaan kedua istilah tersebut? Kekuasaan tidak membutuhkan
kompatibilitas tujuan, ketergantungan semata. Kepemimpinan, di sisi lain, membutuhkan beberapa
kongruensi antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin. Perbedaan kedua berkaitan ke arah
pengaruh. Kepemimpinan berfokus pada pengaruh ke bawah pada pengikut. Ini meminimalkan
pentingnya pola pengaruh lateral dan ke atas. Kekuasaan tidak. Masih dalam perbedaan lain,

3
penelitian kepemimpinan, sebagian besar, menekankan gaya. Ia mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan seperti ini: Seberapa suportif seharusnya seorang pemimpin? Berapa banyak
pengambilan keputusan yang harus dibagikan pengikut? Sebaliknya, penelitian tentang kekuasaan
berfokus pada taktik untuk mendapatkan kepatuhan. Ini melampaui individu sebagai pelaksana
kekuasaan, karena kelompok serta individu dapat menggunakan kekuasaan untuk mengontrol
individu atau kelompok lain.

2.3 Dasar Kekuasaan


A. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam suatu organisasi. Bisa
berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi penghargaan, atau dari otoritas
formal.
Kekuasaan formal terdapat beberapa jenis, antara lain:
1) Kekuasaan Koersif
Basis kekuasaan koersif bergantung pada ketakutan akan hal negatif hasil dari
kegagalan untuk mematuhi. Itu bertumpu pada penerapan, atau ancaman penerapan,
sanksi fisik seperti pemberian rasa sakit, frustrasi melalui pembatasan gerakan, atau
pengendalian dengan kekuatan fisiologis dasar atau kebutuhan keamanan. Kekuasaan
koersif juga dapat berasal dari menahan informasi kunci. Orang-orang dalam suatu
organisasi yang memiliki data atau pengetahuan orang lain kebutuhan dapat membuat
orang lain bergantung pada mereka.
Pada tingkat organisasi, A memiliki kekua koersif atas B jika A dapat
memberhentikan, menangguhkan, atau menurunkan B, dengan asumsi B menghargai
pekerjaannya. Jika A dapat menugaskan B pekerjaan kegiatan B merasa tidak
menyenangkan, atau memperlakukan B dengan cara yang menurut B memalukan, A
memiliki kekuasaan koersif atas B.
2) Kekuasaan Imbalan
Kebalikan dari kekuasaan koersif adalah kekuasaan imbalan, orang patuh karena
menghasilkan manfaat positif; seseorang yang dapat membagikan hadiah yang dianggap
berharga oleh orang lain akan memiliki kekuasaan atas mereka. Hadiah ini dapat berupa
keuangan — seperti mengendalikan tingkat gaji, kenaikan gaji, dan bonus — atau

4
nonfinansial, termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja yang menarik, kolega
yang ramah, dan memilih shift kerja atau wilayah penjualan.
3) Kekuasaan yang Sah
Dalam kelompok dan organisasi formal, mungkin yang paling banyak akses umum ke
satu atau lebih basis kekuasaan adalah melalui kekuasaan yang sah. Ini mewakili otoritas
formal untuk mengontrol dan menggunakan sumber daya organisasi berdasarkan posisi
struktural dalam organisasi.
Kekuasaan yang sah lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberi
imbalan. Secara khusus, termasuk penerimaan anggota otoritas posisi. Saat sekolah,
kepala sekolah, presiden bank, atau kapten tentara berbicara (dengan asumsi arahan
mereka dipandang sebagai dalam otoritas posisi mereka), guru, teller, dan pertama
letnan mendengarkan dan biasanya patuh.

B. Kekuasaan Pribadi
Banyak perancang chip yang paling kompeten dan produktif di Intel memiliki kekuasaan,
tetapi mereka bukan manajer dan tidak memiliki kekuasaan formal. Apa yang mereka
miliki bersifat kekuasaan pribadi, yang berasal dari karakteristik unik individu. Ada dua
dasar kekuasaan pribadi:
1) Kekuasaan Pakar
Kekuasaan pakar adalah pengaruh yang dimiliki sebagai hasil dari keahlian,
khusus keterampilan, atau pengetahuan. Ketika pekerjaan menjadi lebih terspesialisasi,
kita menjadi semakin bergantung pada para ahli untuk mencapai tujuan. Diakui secara
umum bahwa dokter memiliki keahlian dan karenanya memiliki kekuasaan ahli.
Spesialis komputer, akuntan pajak, ekonom, psikolog industri, dan spesialis lainnya
memegang kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.
2) Referent Power
Referent power didasarkan pada identifikasi dengan seseorang yang memiliki
sumber daya yang diinginkan atau bersifat pribadi. Jika seseorang menyukai,
menghormati, dan mengagumi orang lain, orang tersebut dapat menjalankan kekuasaan
atas seseorang karena pure ingin menyenangkan orang lain tersebut.

5
Kekuatan referensi berkembang dari kekaguman terhadap orang lain dan keinginan
untuk menjadi seperti orang itu.

Basis Kekuasaan Mana yang Paling Efektif?


Dari tiga dasar kekuasaan formal (koersif, imbalan, sah) dan dua basis kekuasaan pribadi
(pakar, referensi), mana yang paling penting untuk dimiliki?
Penelitian menunjukkan dengan sangat jelas bahwa sumber kekuasaan pribadi adalah
yang paling efektif. Kekuasaan ahli dan referensi berhubungan positif dengan kemampuan
karyawan. Kepuasan dengan pengawasan, komitmen organisasi mereka, dan kinerja mereka,
sedangkan penghargaan dan kekuasaan yang sah tampaknya tidak berhubungan dengan ini
hasil. Salah satu sumber kekuasaan formal (kekuasaan koersif) sebenarnya bisa menjadi
bumerang, dalam hal itu berhubungan negatif dengan kepuasan dan komitmen karyawan.

2.4 Kebergantungan: Kunci Menuju Kekuasaan

Merumuskan Kebergantungan Secara Umum

Mari kita mulai dengan sebuah rumus umum: Semakin tinggi kebergantungan B pada A,
maka akan semakin tinggi kekuasaan yang dimiliki oleh A atas B. Ketika Anda memiliki segala
sesuatu yang diperlukan oleh orang lain dan hanya Anda yang memilikinya, maka Anda dapat
membuat mereka menjadi bergantungan kepada Anda, dan oleh karenanya Anda memperoleh
kekuasaan atas mereka.

Apakah yang Menciptakan Kebergantungan?

Kebergantungan akan meningkat ketika sumber daya yang Anda kendalikan tersebut
adalah sangat penting, langka, dan tidak dapat tergantikan.

Pentingnya Peneliti menyimpulkan bahwa ketidakpastian yang paling penting dihadapi oleh
perusahaan-perusahaan ini adalah penjualan atas produk-produk mereka, menyarankan bahwa
para insinyur teknik, sebagai sebuah kelompok akan menjadi lebih berkuasa pada perusahaan
teknologi Matsushita daripada perusahaan raksasa dalam bidang produk sehari-hari seperti Procter
& Gamble. Kesimpulan ini nampaknya secara umum valid. Matsushita, yang sangat berorientasi

6
pada teknologi, akan bergantung pada para insinyurnya untuk mempertahankan keunggulan dan
kualitas produk teknisnya, dan sehingga mereka dapat menjadi sebuah kelompok yang berkuasa.
Pada Procter & Gamble, pemasaran merupakan jenis persaingan, dan para pemasar adalah
kelompok yang paling berkuasa secara jabatan.

Kelangkaan Kita mengamati kelangkaan – hubungan kebergantungan dalam kategori kekuasaan


jabatan. Dimana penawaran tenaga kerja relatif rendah terhadap permintaan, sehingga para pekerja
dapat melakukan negosiasi mengenai kompensasi dan paket manfaat yang jauh lebih menarik
daripada melakukannya dalam jabatan dengan banyak sekali para kandidatnya.

Tidak Tergantikan Semakin sedikit yang dapat menggantikan dengan layak suatu sumber daya,
semakin besar pengendalian kekuasaan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut.

2.5 Kekuasaan Taktik

Riset telah mengidentifikasi Sembilan pengaruh taktik yang berbeda:

● Legitimasi. Bersandar pada posisi wewenang atau menyampaikan permintaan yang sesuai
dengan kebijakan atau aturan organisasi.
● Bujukan yang rasional. Menyajikan argument-argumen yang logis dan bukti-bukti nyata
untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan tersebut wajar.
● Daya tarik yang menjadi sumber inspirasi. Mengembangkan komitmen secara
emosional yang menarik bagi sasaran nilai-nilai, kebutuhan, pengharapan, dan aspirasi.
● Konsultasi. Meningkatkan dukungan kepada sasaran dengan melibatkannya dalam
memutuskan bagaimana akan mewujudkan rencana.
● Pertukaran. Memberikan imbalan kepada target dengan manfaat atau keuntungan sebagai
pertukaran karena telah mengikuti permintaan.
● Daya tarik pribadi. Meminta kepatuhan yang didasarkan pada persahabatan atau
kesetiaan.
● Menjilat. Dengan menggunakan bujukan, pujian, atau perilaku yang ramah sebelum
membuat permintaan.
● Tekanan. Dengan menggunakan peringatan, permintaan yang diulang-ulang, dan
ancaman.

7
● Koalisasi. Membuat daftar tujuan atau dukungan dari orang lain untuk membujuk target
agar menyetujuinya.

Beberapa taktik lebih efektif daripada yang lainnya. Bujukan secara rasional, daya tarik
yang mengundang banyak inspirasi dan konsultasi lebih cenderung menjadi yang sangat efektif,
terutama ketika para hadirin sangat tertarik pada hasil atau proses pengambilan keputusan.

Beberapa pengaruh dari taktik bergantung pada arah pengaruh. Seperti yang diperlihatkan
pada Tampilan 13-1, bujukan secara rasional hanya merupakan taktik yang efektid di tingkat
organisasi. Daya tarik yang memberikan inspirasi hanya bekerja dengan sangat baik sebagai
sebuah taktik yang mempengaruhi kea rah bawah dengan para bawahan. Ketika tekanan bekerja,
pada umumnya hanya mempengaruhi kea rah bawah semata. Daya tarik pribadi dan koalisi
menjadi sangat efektif sebagai pengaruh lateral. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas
dari pengaruh meliputi urutan taktik, keahlian seseorang dalam menggunakan taktik, dan budaya
organisasi.

2.6 Bagaimana Kekuasaan Dapat Mempengaruhi Orang-Orang

Kekuasaan akan mengarahkan orang untuk menempatkan kepentingannya sendiri di depan


kepentingan orang lain. Mengapa hal ini dapat terjadi? Menariknya, riset menyarankan bahwa
kekuasaan tidak hanya dapat mengarahkan orang untuk menitikberatkan pada kepentingan mereka
sendiri karena mereka mampu, tetapi juga karena dapat membebaskan orang untuk berfokus ke
arah dalam, dan menuju ke tempat yang beratnya lebih tinggi pada tujuan dan kepentingan mereka.
Kekuasaan juga akan mengarahkan individu untuk "merealisasikan" orang lain (untuk melihat
mereka sebagai sebuah alat bantu untuk memperoleh tujuan instrumental mereka), untuk menilai

8
hubungan dengan orang-orang yang memiliki lebih sedikit kekuasaan, dan untuk melihat
hubungan sebagai lebih periferal."

Bukan hanya itu saja. Orang berkuasa yang bereaksi-terutama secara negatif terhadap
segala bentuk ancaman bagi kompetensi mereka. Mereka lebih bersedia untuk mencemarkan nama
baik orang lainnya. Orang-orang dengan kekuasaan tersebut lebih cenderung untuk mengambil
keputusan yang menguntungkan kepentingan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan risiko
moral (seperti ketika para manajer dana lindung nilai mengambil resiko yang lebih besar dengan
uang dari orang lain karena mereka diberikan imbalan atas keuntungan tetapi dikenakan sanksi
lebih sedikit bila terjadi kerugian. Kekuasaan juga mengarahkan pada pengembalian keputusan
yang terlalu percaya diri

kekuasaan nampaknya memiliki beberapa efek mengganggu yang penting terhadap kita.
Tetapi hampir dalam keseluruhan cerita-lebih rumit daripada itu. Kekuasaan tidak memengaruhi
setiap orang dengan cara yang sama, dan bahkan terdapat efek positif dari kekuasaan. Mari kita
pertimbangkan masing-masing dari hal ini secara berurutan.

1. Efek berbahaya dari kekuasaan bergantung pada kepribadian seseorang Riset menyatakan
bahwa jika kita memiliki kepribadian cemas, maka kekuasaan tidak akan merusak kita
karena kita kurang memikirkan untuk menggunakan kekuasaan agar menguntungkan kita.
2. Efek merusak dari kekuasaan dapat dikurangi oleh sistem organisasi. Sebagai contoh, salah
satu kajian menemukan bahwa sementara kekuatan membuat orang berperilaku dalam
sikap yang lebih mementingkan diri sendiri, maka ketika tanggung jawab perilaku ini
dimulai, perilaku yang mementingkan diri sendiri akan berhenti.
3. Memaafkan, tetapi kita memiliki kekuatan untuk menumpulkan efek negatif dari
kekuasaan.
4. orang yang cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan adalah mereka yang memiliki
status yang rendah dan ingin memperoleh, kekuasaan. Karena terlihat bahwa mereka yang
memiliki status yang rendah akan merasa terancam, dan ketakutan ini digunakan dalam
cara yang negatif jika kekuasaan diberikan kepada mereka.

Kekuasaan akan memberikan energi dan mengarahkan pada pendekatan motivasi (yaitu, semakin
termotivasi untuk mencapi tujuan). Ini juga dapat mendorong motivasi orang untuk membantu

9
orang lain, setidaknya bagi orang-orang tertentu. Salah satu riset menemukan, sebagai contoh,
bahwa nilai dari membantu orang lain hanya diterjemahkan ke dalam perilaku kerja aktual ketika
orang merasakan kekuasaan. Bagi mereka dengan identitas moral yang kuat, kekuasaan benar-
benar meningkatkan kesadaran moral mereka.

2.7 Pelecehan Seksual: Kekuasaan Yang Tidak Seimbang Di Tempat Kerja

Pelecehan seksual berdampak negatif pada tingkah laku pekerjaan dan mengarahkan
orang-orang yang merasa dilecehkan untuk menarik diri dari organisasi. Pada kenyataannya,
persepsi pelecehan seksual lebih cenderung untuk mengarahkan pada penarikan diri dibandingkan
penarikan diri akibat intimidasi (bullying)." Bahkan terlihat bahwa pelecehan seksual berdampak
pada kesehatan. Wanita yang terkena pelecehan seksual dilaporkan mengalami penderitaan secara
psikologis selama dua tahun setelah pelecehan terjadi."

Pelecehan seksual didefinisikan sebagai segala aktivitas yang tidak diinginkan atas
keadaan seksual yang memengaruhi pekerjaan seorang individu dan menciptakan lingkungan kerja
yang tidak nyaman. Organisasi pada umumnya membuat kemajuan dengan membatasi bentuk
nyata pelecehan seksual. Pelecehan seksual meliputi sentuhan fisik yang tidak diinginkan,
permintaan kencan yang berulang ketika telah dijelaskan bahwa orang tersebut tidak tertarik, dan
ancaman yang memaksa bahwa seseorang akan kehilangan pekerjaannya apabila menolak sebuah
proposisi seksual.

Department of Veterans Affairs menemukan bahwa hampir separuh dari para wanita dalam
kemiliteran dilaporkan telah menjadi korban pelecehan seksual, dengan satu dari empat wanita
yang melaporkan telah diperkosa. Salah satu permasalahan dari pelaporan ini adalah bahwa
pelecehan seksual, sampai tingkat tertentu, bergantung dari orang yang mengalaminya.

Pelecehan seksual lebih cenderung terjadi ketika terdapat perbedaan kekuasaan yang besar.
Supervisor-pekerja dua kombinasi karakteristik yang terbaik, atas hubungan kekuasaan yang tidak
merata di mana kekuasaan formal memberikan kepada supervisor kapasitas untuk memberikan
imbalan dan memaksa. Dengan demikian, pelecehan seksual oleh bos umumnya akan menciptakan
kesulitan terbesar bagi yang dilecehkan. Jika tidak terdapat para saksi, maka pernyataan korban
adalah satu-satunya senjata untuk melawan pelaku. Perihal kekuasaan, para pekerja meremehkan

10
wanita dengan menyoroti gender secara stereotip tradisional yang mencerminkan secara negatif
terhadapnya (misalnya ketidakberdayaan, kepasifan, atau kurangnya komitmen atas karier),
biasanya dalam upaya untuk memperoleh kekuasaan atasnya atau untuk meminimalkan perbedaan
kekuasaan. Semakin meningkat, terdapat kasus-kasus wanita yang berada dalam posisi kekuasaan
yang melecehkan para pekerja

Pelecehan seksual dapat mendatangkan malapetaka bagi organisasi, bukan untuk


menyebutkan para korban mereka sendiri, tetapi hal ini dapat dihindari. terdapat beberapa cara
yang dilakukan oleh para manajer agar dapat melindungi diri mereka sendiri dan para pekerja
mereka dari pelecehan seksual:

1. Memastikan suatu kebijakan aktif yang mendefinisikan apa yang merupakan pelecehan
seksual, misalnya dengan mengumumkan pemutusan hubungan kerja bagi orang yang
melakukan pelecehan seksual terhadap pekerja lainnya, dan menetapkan prosedur untuk
menyampaikan keluhan.
2. Meyakinkan para pekerja bahwa mereka tidak akan berhadapan dengan pembalasan jika
mereka menyampaikan keluhan.
3. Menginvestigasi seluruh keluhan, dan memberitahukan kepada departemen hukum dan
sumber daya manusia.
4. Memastikan para pelanggar diberikan kedisiplinan atau diberhentikan.
5. Menetapkan seminar-seminar di perusahaan untuk meningkatkan kewaspadaan dari para
pekerja atas persoalan pelecehan seksual.

Hal yang digarisbawahi adalah bahwa para manajer memiliki tanggung jawab untuk melindungi
para pekerja mereka dari lingkungan kerja yang tidak nyaman, tetapi juga perlu untuk melindungi
diri mereka sendiri.

2.8 Politik: Kekuasan Beraksi

Ketika orang bersama-sama di dalam kelompok, maka kekuasaan akan dikerahkan. Orang-
orang ingin mengukir relung unuk mengerahkan pengaruh, memperoleh imbalan, dan memajukan
lar.er mereka. Ketika para pekerja dalam organisasi mengubah kekuasaan mereka ke dalam
tindakan, niaka kita akan menggambarkan mereka sebagai menjadi terlibat dalam politik. Mereka

11
dengan kemampuan berpolitik yang baik memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dasar
kekuasaan mereka secara efektif.

Tidak terdapat kekurangan dalam definisi politik organisasi. Pada dasarnya, tipe politik
ini menitikberatkan pada penggunaan kekuasaan untuk memengaruhi pengambilan keputusan di
dalam organisasi, atau pada kepentingan diri sendiri dan perilaku organisasi yang tidak
dikenakan hukuman." Tujuan kita, perilaku berpolitik dalam organisasi terdiri atas aktivitas-
aktivitas yang tidak dipersyaratkan sebagai bagian dari peranan formal individu tetapi yang
memengaruhi, atau berupaya untuk memengaruhi, distribusi dari keuntungan dan kerugian di
dalam organisasi."selaku berpolitik (political In Advitas yang tidak tuan sebagai bagan peranan
formal seseorang organisasi tetapi yang memengaruhi, atau berupaya wk memengaruhi,
distribusi un dan kerugian diDefinisi ini mencakup apa yang sebagian besar orang maksudkan
ketika mereka berbicara mengenai politik organisasi. Perilaku berpolitik berada di luar
persyaratan pekerjaan yang dispesifikasikan. Ini memerlukan beberapa upaya untuk
memanfaatkan basis kekuasaan. Meliputi upaya untuk memengaruhi tujuan, kriteria, atau proses
yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Definisi kami cukup luas yang mencakup
perilaku berpolitik yang ber variasi seperti misalnya menahan informasi yang sangal penting dari
para pengambil keputusan, Bergabung dengan koalisi, pemberi informasi, menyebarkan rumor,
membocorkan informasi yang be.sifat rahasia kepada media, dan melobi atas kepentingan atau
terhadap individu tertentu atau alternatif keputusan.

Realitas Politik

Wawancara dengar. para manajer yang berpengalaman menunjukkan bahwa sebagian


besar meyakini perilaku berpolitik merupakan bagian utama dari keberlangsungan organisasi,"
Banyak manajer yang melaporkan beberapa penggunaan dari perilaku berpolitik etis dan
diperlukan, sepanjang tidak membahayakan orang lain secara langsung. Mereka menggambarkan
politik sebagai kejahatan yang diperlukan dan meyakini seseorang yang tidak pernah
menggunakan per laku berpolitik akan memiliki kesulitan untuk menyelesaikan segala sesuatu hal.
Sebagian besar juga mengindikasikan bahwa mereka tidak pernah dilatih untuk memanfaatkan
perilaku berpolitik secara efektif. Tetapi Anda mungkin ingin mengetat, mengapa politik harus

12
ada? Tidak mungkin bagi suits organisasi untuk bebas dari berpolitik? Hal ini bisa terjadi-tetapi
tidak mungkin. Organisasi terdiri atas para individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan

2.9 Penyebab dan Konsekuensi dari Perilaku Politik

Faktor-Faktor yang Memberikan Kontribusi bagi Perilaku Politik Tidak semua kelompok
atau organisasi berpolitik yang merata. Dalam organisasi yang sama, scoagai contoh, bermain
politik itu terbuka dan merajalela, sedangkan politik lainnya hanya sedikit berperan dalam
mempengaruhi hasil. Mengapa perbedaan ini terjadi? Riset dan observasi terbaru telah
mengidentifikasi sejumlah faktor yang terlihat untuk mendorong perilaku politik.

Beberapa adalah karakteristik individu, yang diperoleh dari kualitas yang unik dari orang-
orang yang dipekerjakan oleh organisasi; yang lainnya adalah hasil dari budaya organisasi atau
lingkungan internal. Tarapilan 13-2 mengilustrasikan bagaimana faktor- faktor individu dan
organisasi dapat meningkatkan perilaku politik dan memberikan. hasil yang menguntungkan.
(meningkatkan imbalan dan hukuman yang dihindari) bagi keduanya, baik individu maupun
kelompok di dalam organisasi.

Faktor-Faktor Individu Pada level individu, para peneliti telah mengidentifikasi sifat- sifat
kepribadian tertentu, kebutuhan, dan faktor-faktor lain yang biasanya berkaitan dengan perilaku
politik. Dalain hal sifat, kita mendapati bahwa para pekerja yang memiliki pengawasan diri senairi
yang tinggi, memiliki tempat kendali secara internal, dan mem.liki kebutuhan terhadap kekuasaan
yang tinggi akan lebih cenderung untuk terlibat dalam perilaku politik." Pengawasan diri sendiri
yang tinggi lebih peka dengan isyarat sosial, memperlihatkan tingkat kepatuhan sosial yang lebih
tinggi, dan biasanya lebih terampil dalam perilaku politik daripada pengawasan diri sendiri yang
rendah. Oleh karena mereka meyakini bahwa mereka dapat mengendalikan lingkungan, para
individu dengan tempat kendali secara internal lebih rentan untak mengambil sikap yang proaktif
dan berupaya untuk memanipulasi situasi untuk kepentingan mereka sendiri. Tidak mengejutkan,
kepribadian Machiavellian-yang dicirikan oleh kehendak untuk memanipulas: dan keinginan atas
kekuasaan-akan lebih menyenangkar dengan menggunakan politik sebagai sebuah sarana untuk
memajukan kepentingan dirinya sendiri.

13
2.10 Etika dalam Berperilaku Politik
Meskipun tidak ada cara yang jelas untuk membedakan etika dari politik yang tidak etis,
ada beberapa pertanyaan yang harus Anda pertimbangkan. Misalnya, apa gunanya terlibat dalam
politik? Kadang Kadang kita melakukannya untuk sedikit alasan yang baik. Pemain baseball liga
utama Al Martin mengklaim dia bermain sepak bola di USC padahal sebenarnya dia tidak pernah
melakukannya. Sebagai pemain bisbol, dia hanya mendapat sedikit keuntungan dengan berpura-
pura bermain sepak bola. Kebohongan terang-terangan seperti ini mungkin merupakan contoh
manajemen kesan yang agak ekstrim, tetapi banyak dari kita setidaknya telah memutarbalikkan
informasi untuk membuat kesan yang baik. Satu hal yang perlu diingat adalah apakah itu benar-
benar sepadan dengan risikonya. Pertanyaan lain untuk ditanyakan adalah ini: bagaimana manfaat
dari terlibat dalam perilaku politik menyeimbangkan kerugian (atau potensi kerugian) yang akan
terjadi pada orang lain? Memuji penyelia atas penampilannya untuk menjilat mungkin jauh lebih
tidak berbahaya daripada meraih kredit untuk proyek yang layak diterima orang lain.
Terakhir, apakah aktivitas politik sesuai dengan standar pemerataan dan keadilan? Kadang-
kadang sulit untuk menimbang biaya dan manfaat dari suatu tindakan politik, tetapi etikanya jelas.
Kepala departemen yang membesar-besarkan evaluasi kinerja karyawan yang disukai dan
mengecilkan evaluasi karyawan yang tidak disukai—dan kemudian menggunakan evaluasi ini
untuk membenarkan pemberian kenaikan gaji yang besar kepada karyawan yang pertama dan tidak
memberikan apa-apa kepada yang terakhir—telah memperlakukan karyawan yang tidak disukai
dengan tidak adil.
Sayangnya, orang-orang yang berkuasa bisa menjadi sangat baik dalam menjelaskan
perilaku mementingkan diri sendiri demi kepentingan terbaik organisasi. Mereka dapat secara
persuasif berpendapat bahwa tindakan tidak adil itu benar-benar adil dan adil. Maksud kami adalah
bahwa tidak bermoral orang dapat membenarkan hampir semua perilaku. Mereka yang kuat,
pandai bicara, dan persuasif paling rentan terhadap penyimpangan etika karena mereka cenderung
berhasil lolos dari praktik yang tidak etis. Ketika dihadapkan pada dilema etis mengenai politik
organisasi, cobalah untuk mempertimbangkan apakah bermain politik sepadan dengan risikonya
dan apakah orang lain mungkin dirugikan dalam proses tersebut. Jika Anda memiliki basis
kekuatan yang kuat, kenali kemampuan kekuatan untuk korup. Ingatlah bahwa jauh lebih mudah
bagi yang tidak berdaya untuk bertindak secara etis, jika tidak ada alasan lain selain mereka
biasanya hanya memiliki sedikit kebijaksanaan politik untuk dieksploitasi.

14
2.11 Memetakan Karir Politik
Seperti yang telah kita amati, politik bukan hanya bagi para politisi. Salah satu cara yang
sangat bermanfaat untuk berfikir mengenai kekuasaan dan politik adalah dalam hal karier. Berpikir
mengenai karier dalam pilihan organisasi. Apa yang menjadi ambisi? Siapa yang memiliki
kekuasaan untuk membantu mencapai tujuan? Apa hubungan dengan orang orang tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan pertanyaan tadi dapat dengan peta politik, yang mana dapat membantu untuk
membuat sketsa hubungan anda dengan orang orang yang benar benar akan mempengaruhi karir
anda. Sebagaimana yang telah kita paparkan dalam bagian awal dari bab ini, kekuasan dan politik
adalah bagian dari kelangsungan hidup suatu organisasi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang manajer yang efektif mengakui bahwa politik sebagai hal yang alamiah dalam
organisasi. Beberapa orang secara signifikan lebih cerdas dalam berpolitik daripada orang lain,
dalam artian bahwa mereka lebih menyadari politik yang sedang terjadi dan dapat memanajemen
kesan. Mereka yang bagus pada permainan politik dapat diharapkan untuk memperoleh evaluasi
kinerja yang lebih tinggi dan dengan demikian akan meningkatkan gaji yang lebih besar serta
promosi yang lebih banyak daripada menjadi bersahaja dalam berpolitik atau tidak pada
tempatnya. Cerdas dalam berpolitik juga cenderung untuk memperlihatkan kepuasan kerja yang
lebih tinggi dan dapat menetralisasi tekanan pekerjaan dengan lebih baik.

Beberapa pekerja menikmati menjadi tidak memiliki kekuasaan dalam pekerjaan dan
organisasi mereka. Orang-orang memberikan tanggapan secara berbeda-beda terhadap basis
kekuasaan yang bervariasi. Para ahli dan acuan kekuasaan berasal dari kualitas pribadi seseorang.
Sebaliknya, paksaan, pemberian imbalan, dan kekuasaan legitimasi pada dasarnya diperoleh dari
organisasi. Kompetensi terutama terlihat untuk menawarkan daaya tarik yang lebih luas, dan
memanfaatkannya sebagai basis kekuasaan yang menghasilkan kinerja yang tinggi oleh para
anggota kelompok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2017. Perilaku Organisasi Ed 16. Jakarta: Salemba
Empat

17

Anda mungkin juga menyukai