Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dengan penuh tawaddhu kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang dengan Hidayah dari Nya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kekuasaan Dan Politik” untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku
Organisasi. kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian, menambah wawasan para pembaca, dan juga sangat kami harapkan dapat
berguna sebagai bahan referensi untuk penulisan-penulisan lainnya.
Ucapan terima kasih mendalam juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu, baik bantuan materi ataupun non materi, sehingga penulisan makalah
ini dapat terselesaikan.
kami menyadari sungguh kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha esa, dan
segala kesalahan tak pernah luput dari diri penulis, penulisan makalah ini tentunya masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan, guna kesempurnaan dan
kinerja penulis lebih baik kedepannya.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 12
C. Daftar Pustaka ........................................................................................... 13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa kekuasaan dan perilaku politik merupakan proses alamiah dalam
kelompok dan organisasi apapun. Mengingat bahwa anda perlu memahami,
bagaimana kekuasaan di proses dan dijalankan jika anda telah memahami
sepenuhnya dari perilaku organisasi. Meskipun bahwa anda pernah mendengar
bahwa “kekuasaan merusak dan kekuasaan yang mutlak dapat merusak
sepenuhnya” kekuasaan tidak selalu buruk. Kita menganggap bahwa bahaya
adalah sebuah intensi untuk mendapatkan pelatihan dan informasi yang akan
membantu kita dalam memanfaatkannya untuk mempercepat langkah secara
produktif. Dengan mempelajari cara kerja kekuasaan dalam organisasi, anda akan
lebih memanfaatkan pengetahuan anda dengan baik, untuk menjadi seorang
manajer yang lebih baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kekuasaan legistimasi, kekuasaan ini mempresentasikan wewenang
formal untuk mengendalikan dan menggunakan sumber daya
organisasi yang di dasarkan pada posisi struktural di dalam organisasi.
Kekuasaan legsitimasi ini lebih luas daripada kekuasaan untuk
memaksa dan memberikan imbalan
3
departemen pemasaran mereka secara konsisten diperingkatkan sebagai yang
paling berkuasa. "Penelit menyimpulkan bahwa ketidakpastian yang paling
penting dihadapi oleh perusahaan perusahaan ini adalah penjualan atas produk-
produk mereka, menyarankan bahwa para insinyur teknik, sebagai sebuah
kelompok, akan menjadi lebih berkuasa pada perusahaan teknologi Matsushita
daripada perusahaan raksasa dalam bidang produk sehari-hari seperti Procter &
Gamble. Kesimpulan ini nampaknya secara umum valid. Matsushita, yang sangat
berorientasi pada teknologi, akan bergantung pada para insinyurnya untuk
mempertahankan keunggulan dan kualitas produk teknisnya, dan sehingga
mereka dapat menjadi sebuah kelompok yang berkuasa. Pada Procter & Gamble
pemasaran merupakan jenis persaingan, dan para pemasar adalah kelompok yang
paling berkuasa secara jabatan.
D. Kekuasaan Taktik
Riset telah mengindentifikasi sembilan pengaruh taktik yang berbeda yaitu
Legistimasi, bersandar pada posisi wewwenang anda atau menyampaikan
permintaan yang sesuai dengan kebiakan atau aturan organisasi
Bujukan yang rasional, menyajikan argumen argumen logis dan bukti
bukti nyata untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan tersebut
wajar
Daya tarik yang menjadi sumber inspirasi, Mengembangkan komitmen
secara emosional yang menarik bagi sasaran nilai nilai, kebutuhan,
pengharapan dan aspirasi.
Konsultasi, meningkatkan dukungan pada sasaran yang melibatkannya
dalam memutuskan bagaimana anda akan memutuskan rencana anda
Pertukaran, memberi imbalan kepada target dengan manfaat atau
keuntungan sebagai pertukaran karena telah mengikuti permintaan
Daya tarik pribadi, meminta kepatuhan yang didasarkan pada
persahabatan atau kesetiaan
4
Menjilat, dengan menggunakan bujukan pujian atau perilaku yang ramah
sebekum membuat permintaan
Tekanan, dengan menggunakan permintaan yang diulang-ulang dan
ancaman
Koalisi, membuat daftar tujuan atau dukungan dari orang lain untuk
membujuk target agar menyetujuinya
5
1. Efek berbahaya dari kekuasaan bergantung pada kepribadian seseorang.
Riset menyatakan bahwwa jika kita memiliki kepribadian cemas, maka
kekuasaan tidak akan merusak kita karena kita kurang memikirkan untuk
menggunakan kekuasaan agar menguntungkan kita
2. Efek merusak kekuasaan dapat dikurangi oleh sistem organisasi
3. Memaafkan, tetapi kita memiliki kekuatan untuk mengumpulkan efek
negatif dari kekuasaan.
Realitas Politik
Wawancara dengan para manajer yang berpengalaman menunjukan
bahwa sebagian besar meyakini perilaku berpolitik merupakan bagian
utama dari keberlangsungan organisasi. Banyak manajer yang melaporkan
beberapa penggunaan dari perilaku berpolitik etis dan diperlukan,
sepanjang tidak mebahayakan orang lain secara langsung. Mereka
menggambarkan politik sebagai kejahatan yang diperlukan dan meyakini
6
seseorang yang tidak pernah menggunakan perilaku berpolitik akan
memiliki kesulitan untuk menyelesaikan segala sesuatu hal. Sebagian
besar juga mengindikasikan bahwa mereka tidak pernah dilatih untuk
memanfaatkan perilaku berpolitik secara efektif.
Mungkin factor yang paling penting yang mengarah pada politik di
dalam organisasi adala realisasi bahwa sebagian besar dari “Kenyataan”
digunakan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas terbuka
untuk diinterpretasikan.
7
Tanggapan Orang – Orang Terhadap Politik Organisasi
Beberapa kualifikasi menarik yang dicatat oleh para peneliti sebagai
berikut :
1. Pertama, hubungan Kinerja – Politik terlihat menjadi moderat oleh
seseorang yang memahami “Bagaimana” dan “Mengapa” politik
organisasi. Ketika politik dan pemahaman terhadap politik tinggi,
maka kinerja cenderung meningkat karena individu akan melihat
tindakan berpolitik sebgai sebuah peluang. Hal ini konsisten dengan
apa yang akan anda harapkan diantara para individu dengan
kemampuan berpolitik yang telah terasah dengan baik. Tetapi ketika
pemahaman rendah, maka para individu lebih cenderung untuk
memandang poltik sebagai sebuah ancaman, sehingga dapat
memberikan efek negative terhadap kinerja.
8
menyurutkan mereka. Orang – orang yang secara konsisten bersandar
pada sikap pembelaan diri menemukan bahwa, akhirnya, merupakan
satu – satunya cara.
Perilaku Defensif
o Menghindari Tindakan
1. Penyesuaian diri yang berlebihan
2. Penghindaran tanggung jawab
3. Berpura – pura bodoh
4. Pelonggaran
5. Mengulur – ulur
o Menghindari Penyalahan
1. Mengilapkan
2. Bermain Aman
3. Membenarkan
4. Pengambing Hitamkan
5. Salah dalam Penyajian
o Menghindari Perubahan
1. Pencegahan
2. Melindungi Diri Sendiri
9
Manajemen Kesan ( Impression Manageent [IM] )
Dalam konteks politik , membantu memperngaruhi distibusi
keuntungan yang diinginkan mereka, Proses yang mana para individu
berupaya untuk mengendalikan kesan lainnya yang membentuk.
Siapa yang kita prediksikan akan terlibat dalam manajemen kesan?
Tidak mengejutkan disini. Jawabannya adalah poin yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu pengawasan diri yang tinggi. Pengawasan diri yang
rendah cenderung untuk menampilkan citra diri mereka sendiri yang
konsisten dengan kepribadian, tanpa memperhatikan efek yang
menguntungkan atau merugikan bagi mereka.
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Ethes” yang berarti kesediaan
jiwa akan kesusilaan, atau dapat diartikan kumpulan peraturan tentang
kesusilaan.
Dengan kata lain, etika politik merupakan prinsip moral tentang baik-
buruk dalam tindakan atau perilaku dalam berpolitik.Etika politik juga
dapat diartikan sebagai tata susila (kesusilaan), tata sopan santun
(kesopanan) dalam pergaulan politik.
Dalam praktiknya, etika politik menuntut agar segala klaim atas hak untuk
menata masyarakat dipertanggungjawabkan pada prinsip-prinsip moral
dasar. Untuk itu, etika politik berusaha membantu masyarakat untuk
mengejawantahkan ideologi negara yang luhur ke dalam
realitas politik yang nyata.
10
Penerapan Etika Politik di Indonesia
Banyak politis dan pejabat negara yang sudah tidak ada rasa malu
meskipun terindikasi terlibat kasus seolah tenang-tenang saja sambil
menunggu proses hukum positif, mereka tidak memberi tanggung jawab
secara moral dan menunjukkan rendahnya etika politik. Hal tersebut juga
dapat dilihat dari suasana yang kisruh ditengah rapat wakil rakyat, dimana
mereka tidak mengedepankan kedaulatan rakyat tetapi malah
mementingan kepentingan diri sendiri.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan Power mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk
memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisi ini mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar
efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Barangkali aspek terpenting dari
kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi ketergantungan (dependency).
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau
memberi imabalan, atau dari wewenang formal. Sedangkan kekuasaan pribadi
merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik
terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan
kekuasaan rujukan. Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak dipandang
sebagai bagian dari peran formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang
memengaruhi, atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian
di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
perilaku politik yaitu faktor individu dan faktor organisasi.
B. Saran
Saran Ketika menjadi seorang pemimpin suatu organisasi, kita sebagai seseorang
yang memiliki kekuasaan hendaknya menggunakan kekuasaan tersebut secara
efektif bukan menyalahgunakannya. Melakukan perbaikan pada hal yang tidak
baik, melakukan perawatan pada hal yang sudah baik
12
C. Daftar Pustaka
Robbins, Stephens. 2014. Perilaku Organisasi ed 16. Jakarta : Selemba Empat
13