FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Kekuasaan dan Politik” ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk tujuan akademis dan menunjang perkuliahan serta
disusun secara sistematis agar mempermudah memahami materi yang disajikan didalamnya.
Selama pencarian referensi dan penyusunan makalah ini, tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi. Namun, berkat arahan dan bimbingan dari pihak-pihak terkait, maka kendala tersebut
dapat diatasi. Untuk itu, secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Perilaku Keorganisasian yang telah memberikan kontribusi moral dan material
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan
hati kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu pengetahuan serta mampu menjadi acuan
dalam mata kuliah bersangkutan.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit. Beberapa studi
justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik adalah sesuatu
yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya
akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya
dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama
lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Kekuasaan
adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Politik tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada
organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unitkeluarga.
Politik adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer,
dan digunakan.
Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan
kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai,
kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan sumber-sumber kekuasaan ?
2. Apa saja taktik kekuasaan ?
3. Apa saja yang menyebabkan ketergantungan dan kekuasaan ?
4. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi ?
5. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organsasi ?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan masalah maklah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2. Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEKUASAAN
2. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi
imabalan, atau dari wewenang formal.
Kekuasaan Legitimasi
Dalam kelompok atau organisasi formal, barangkali akses yang paling mudah ditemui
pada satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang.Hal ini
disebut kekuasaan legitimasi (legitimate power).Kekuasaan ini melambangkan kewenangan
formal utnuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.
Posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan.Namun,
kekuasaan legitmasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberikan imbalan.
Secara spesifik, kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh
anggota-anggota dalam sebuah organisasi. Ketika kepala sekolah, presiden bank, atau kapten
tentara berbicara (dengan asumsi arahan mereka dipandan ada dalam wewenang jabatan mereka),
para guru, teller, dan letnan satu akan mendengarkan dan, biasanya, mematuhinya.
b. Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik
terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan kekuasaan
rujukan.
2) Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan akan meningkat manakala sumber-sumber daya yang Anda kendalikan
itu penting, langka, dan tak tergantikan.
a. Nilai Penting
Jika tak seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan pada Anda tidak
akan tercipta. Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda kontrol
haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif berusaha
menghindari ketidakpastian. Karenanya kita akan menemukan bahwa individu atau kelompok
yang dapat menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa
sumber daya yang penting.
b. Kelangkaan
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah banyak, kepemilikan
atasnya tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan Anda. Suatu sumber daya harus bisa dilihat
sebagai sesuatu yang langka guna menciptakan ketergantungan. Ini dapat membantu
menjelaskan bagaimana para bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan
penting yang tidak dimiliki pemimpin mendapatkan kekuasaan atas kelompok yang disebut
terakhir ini. Kepemilikan sumber daya yang langka dalam hal ini, pengetahuan yang penting
menjadikan pemimpin bergantung pada bawahan. Hal ini juga membantu menjelaskan berbagai
perilaku bawahan yang dalam cara pandang lain tampak tidak logis , seperti menghancurkan
manual prosedur yang menguraikan bagaimana suatu pekerjaan ditunaikan, menolak untuk
melatih orang lain dalam pekerjaan mereka atau bahkan untk menunjukkan kepadanya cara yang
benar dalam menjalankan pekerjaan tersebut, menciptakan bahasa dan dan beragam istilah
khusus yang menghambat orang lain untuk memahami pekerjaan mereka, atau beroperasi secara
rahasia sehingga suatu kegiatan akan tampak lebih rumit dan sulit dibanding yang sebenarnya.
Hubungan kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang
termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang memiliki jabatan di mana persediaan personel
relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhnnya dapat merundingkan paket-paket kompensasi
dan tunjangan yang jauh lebih menarik dibanding bila jumlah calonnya banyak. Pengelola
perguruan tinggi saat ini tidak menemui masalah untuk mencari dosen bahasa Inggris.
Sebaliknya pasar untuk guru teknik komputer sangat ketat : permintaan memungkinkan mereka
utnuk merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar yang lebih rendah, dan tunjangan
lainnya.
C. TAKTIK KEKUASAAN
Taktik kekuasaan adalah cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan ke dalam
tindakan-tindakan tertentu. Dibagian ini kita akan meninjau kembali pilihan-pilihan taktik
yang populer dan berbagai kondisi yang mungkin lebih efektif dibanding yang lain. Penelitian
telah mengidentifikasi sembilan macam taktik pengaruh, yaitu :
1. Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa sebuah permintaan
selarasdengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
2. Persuasi rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis dan berbagai bukti faktual untuk memperluhatkan
bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
3. Seruan inspirasional
Mengembangkan komitmen emosinal dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan,
harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.
4. Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara
melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akan di jalankan.
5. Tukar pendapat
Memberikan imbalan kepada terget atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai
ganti karena mau menaati suatu permintaan.
6. Seruan pribadi
Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
7. Menyenangkan orang lain
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat permintaan.
8. Tekanan
Yaitu dengan cara Menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
9. Koalisi
Meminta bantuan orng lain untuk membujuk sasaran (target) atau mengguanakan dukungan
orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus bukti
menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi cenderung menjadi
cara yang paling efektif. Sebaliknya tekanan lebih sering menjadi bumerang dan paling tidak
efektif diantara kesembilan taktik itu. Anda juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan
anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat yang bersamaan atau secara
berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda itu selaras. Sebagai contoh menggunakan taktik
yang menyenangkan orang lain ataupun legitimasi dapat meminimalkan reaksi negatif yang
mungkin timbul akibat “didikte” oleh atasan.
a. Kekuasaan dalam kelompok : Koalisi
Koalisi yaitu suatu kelompok informasi yang diikat bersama dengan sebuah isu
perjuangan yang sama. Cara alamiah untuk mendapatkan pengaruh adalah dengan menjadi
pemegang kekuasaan. Karena itu, orang-orang nyang menginginkan kekuasaan akan berupaya
membangun landasan kekuasaan pribadi. Tetapi, dalam banyak contoh, hal ini mungkin sulit,
beresiko, mahal, atau bahkan mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan untuk membentuk
koalisi dari dua atau lebih. “ orang di luar kekuasaan” uyang, dengan bersatu, dapat
menggabungkan sumber-sumber daya mereka guna meningkatkan kekuasaan. Koalisi yang
berhasil terdiri atas anggota-anggota yang sifatnya cair dab bisa terbentuk secara cepat,
menjangkau isu yang menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya”.
Prediksi lain mengenai koalisi berkaitan dengan kadar kesalingtergantungan di dalam
organisasi. Lebih banyak koalisi yang bisa tercipta bilamana terdapat banyak ketergantungan
tugas dan sumber daya. Sebaliknya akan terdapat lebih sedikit salingketergantungan diantara
berbagai sub unit dan lebih sedikit aktvitas pembentukkan koalisi bilamana berbagai sub unit itu
mandiri dengan sumber daya yang melimpah.
Terakhir pembentukan koalisi akan dipengaruhi oleh tugas-tugas aktual yang dijalankan
oleh para pekerja. Semakin rutin tugas semua kelompok, semakin besar kemungkinan akan
terbentuk koalisi. Semakin besar pekerjaan yang orang lain lakukan, semakin besar
ketergantungan mereka. Untuk mengimbangi ketergantungan ini, mereka perlu membangun
koalisi. Ini membantu menjelaskan sejarah terbentuknya serikat-serikat pekerja, khususnya
diantara para pekerja yang berketerampilan rendah. Karyawan-karyawan ini dalam kapasitas
mereka sebagai anggota koalisi yang satu akan lebih mampu menegosiasikan kenaikan upah,
tunjangan, dan kondisi kerja dari pada jika mereka bertindah sendiri-sendiri.
Perilaku politik yang sah ( legitimate political behavior ) mengacu pada politik sehari-hari
yang wajar / normal. Misalnya: menyampaikan keluhan kepada penyelia, memotong rantai
komando, membangun koalisi, menentang kebijakan atau keputusan organisasi lewat
pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin
hubungan keluar organisasi melalui kegiatan profesi.
Sedangkan perilaku politik yang tidak sah ( illegitimate political behavior ) merupakan
perilaku politik yang menyimpang dari atauran main yang telah ditentukan. Kegiatan yang
tidak sah tersebut meliputi : sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes-protes simbolis
seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau bros tanda protes, dan beberapa karyawan yang
secara serentak berpura-pura sakit agar tidak perlu masuk kerja.
1. Realitas Politik
Realitas politik adalah kenyataan hidup dalam organisasi. Orang yang mengambil
kenyataan ini akan menanggung sendiri resikonya. Pertanyaan yang sering muncul, haruskah
poltik ada? Tidak mungkinkah sebuah organisasi bebas dari politik? Jawabanya mungkin saja,
tetapi pada umumnya tidak mungkin.
Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan dan kepentingan
yang berbeda-beda. Fakta ini, mengandung potensi timbulnya konflik untuk memperebutkan
sumber daya. Anggaran departemen, alokasi ruang, tanggun jawab proyek hanyalah contoh dari
sumber daya yang dapat diperebutkan dan diperjuangkan oleh karyawan.
Sumber daya yang dimiliki organisasi juga terbatas, sehingga potensi konflik berubah
menjadi konflik nyata. Jika sumber daya melimpah, semua konstituen yang beragam dalam
organisasi dapat mempengaruhi kebutuhannya. Tetapi sekali lagi karena sumber daya terbatas,
tidak setiap kepentingan dapat terlayani. Lebih jauh entah benar atau salah, keuntungan satu
orang atau kelompok sering kali dipahami akan diperoleh dengan mengurbankan orang atau
kelompok lain dalam organisasi. Adanya beberapa kekuatan ini menciptakan persaingan diantara
para anggota untuk memenangkan sumber daya organisasi yang terbatas.
b) Faktor Organisasi
Kegiatan politik kiranya leih merupakan fungsi karakteristik organisasi ketimbang fungsi
variabel perbedaan individu. Mengapa?karena tidak sedikit organisasi memiliki banyak
karyawan dengan karakter-karakter individu yang kita sebut sebelumnya , namun kadar perilaku
politiknya sangat beragam.
Tanpa menafikan peran yang mungkin dijalankan oleh perbedan-perbedaan individual
dalam menumbuh kembangkan proses politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi dan kultur
tertentulah yang lebih mendukung politik. Secara lebih khuus, jika sumber daya sebuah
organisasi berkurang, ketika pola sumber daya yang ada berubah dan ketika muncul kesempatan
untuk promosi, politisasi lebih dimungkinkan untuk muncul permukaan. Selain it kultur yang
tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas peran, sistem evaluasi kinerja yang
tidak jelas, praktik alokasi imalan zero-sum (perolehan hangus karena kurang memuaskan),
pengambilan keputusan secara demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan manajer-
manajer senior yang egois menciptakan lahan pembiakan yang subur bagi politisasi.
Ketika organisasi melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi, pengurangan
sumber daya harus dilakukan. Terancam kehilangan sumber daya, orang bisa terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi perubahan
apapun,khususnya yang mengimplikasikan realokasi sumber daya dalam organisasi secara
signifikan, berkemungkinan merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi sebagai salah satu tindakan paling politis dalam organisasi. Peluang
promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing mendapatkan sumber daya yang
terbatas dan mencoba secara positif mempengaruhi hasi; keputusan.
Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi, semakin tinggi tingkat perilaku
politik dan semakin mungkin perilaku politik itu akan tidak sah. Karenanya, tingkat kepercayaan
yang tinggi secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan secara khusus akan
menghambat tindakan politik yang tidak sah.
Faktor – faktor Organisasi
1) Realokasi sumber daya
2) Peluang promosi
3) Tingkat kepercayaan rendah
4) Ambiguitas peran
5) Sistem evaluasi kerja tidak jelas
6) Praktik imbalan zero-sum
7) Pengambilan keputusan yang demokratis
8) Tekanan kinerja tinggi
9) Manajer senior yang egois
4. Mengelola Kesan
Dipandang positif oleh orang lain akan bermanfaat bagi orang-orang di dalam organisasi.
Dalam konteks politik, kesan yang bagus mungkin bisa membantu memengaruhi distribusi
keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri. Proses yang digunakan para individu untuk
mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadap diri mereka disebut pengelolaan atau
manajemen kesan (impression management).
A. KESIMPULAN
Sumber :
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Organizational
Behavior, Buku 2 Edisi 12. (hal. 128-161). Jakarta : Salemba Empat.