Dosen Pengampu:
Dr. Mareyke Grety Velma Sumual, MP
Stevianus Xaverius Mentang, SE, M.Si
Kelompok 6
Shelly Putrisia Latowana 21302181
Kezya Kandolia 21302002
Candrawati Bowonseet 21302095
Theresa Manus 21302021
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Kekuasaan Dalam Organisasi
2. Sumber-sumber Kekuasaan
3. Meningkatkan atau Mengurangi Kekuasaan
4. Koalisi (Kekuasaan dalam Kelompok)
5. Fungsi Kekuasaan Dalam Perilaku Organisasi
6. Sumber-sumber Penentu Kekuasaan
7. Pengaruh Kekuasaan Terhadap Komitmen Organisasi
8. Cara-cara Untuk Mempertahankan Kekuasaan
9. Politik Dalam Organisasi
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu kekuasaan dalam organisasi dan berasal darimana bisa tercipta
kekuasaan?
b. Pengaruh apa yang di sebabkan oleh adanya kekuasaan dalam
organisasi?
c. Bagaimana menyikapi kekuasaan dalam organisasi?
3. Tujuan
a. Menjelaskan mengenai kekuasaan dalam organisasi dan memaparkan
sumber-sumber kekuasaan
b. Menuliskan fungsi dan pengaruh kekuasaan terhadap perilaku organisasi
c. Menyampaikan berbagai saran untuk mengurangi/meningkatkan
kekuasaan dan cara mempertahankan kekuasaan
BAB 2
PEMBAHASAN
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan
kemampuan untuk mengatasi (bertahan dari) pengaruh orang lain yang tidak
diinginka (Wagner dan Hollenbeck, 2005).
Organisasi
Organisasi dalam ranah asosiasi asosiasi adalah suatu bentuk koalisi antara setidaknya
dua individu yang bekerja sama dan terikat secara resmi untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya dan di dalam keamanan itu terdapat individu atau
kumpulan individu yang disebut bawahan.
Tujuan dari penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih
oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan
memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dilakukan juga akan baik. Dan sebaliknya,
jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang
digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Kemudian, unsur yang
terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu yang dapat
dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa besar pengaruh kekuasaan tersebut.
Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas kekuasaan yang berlaku atas
dirinya. Jika diterima atau didukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa.
Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan dalam penggunaannya.
Kekuasaan (power) dapat menentukan apa tujuan organisasi yang ingin diraih oleh
suatu organisasi serta bagaimana sumber daya organisasi tersebut didistribusikan
kepada anggotanya atau orang lain dalam organisasi. Setiap anggota kelompok
dengan keahlian politik yang baik dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi distribusi sumber daya yang dimiliki organisasinya sesuai dengan
keinginan.
2. Sumber-sumber Kekuasaan
Menurut Robbins dan Judge, sumber kekuasaan di bagi menjadi dua yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power)
Menurut French dan Raven Robbins dalam Syaiful Sagalatelah mengindentifikasi bahwa
ada lima sumber kekuasaan yaitu:
a. Kekuasaan Koersif (Coercive Power)
Kekuasaan yang didasarkan pada rasa takut, seseorang beraksi terhadap power ini
karena rasa takut akan berakibat negatif yang mungkin terjadi jika ia gagal
mematuhi. Kekuasaan (power) itu tertumpu pada penerapan sanksi- sanksi fisik
seperti kekerasan bahkan diwujudkan dalam benturan senjata mislnya perang.
Dalam kehidupan organisasi, pimpinan atau manajer yang menggakan koersif ini
dapat dilihat dari tindakannya yang suka menghukum, menunda pembayaran gaji
dan kenaikan pangkat, bahkan sampai memecat pegawainya. Apabila kekuasaan
ini sering digunakan maka akan membawa kemungkinan bawahan melakukan
tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasa tidak adil,
bahkan sangat memungkinakan bawahan akan meninggalkan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
2. Kesentralan (Centrality)
Ini adalah ukuran tingkat pentingnya suatu departemen bekerja untuk tujuan utama
organisasi. Secara alternatif dapat dianggap sebagai suatu ukuran seberapa besar
departemen tersebut tidak dibutuhkan oleh organisasi tersebut. Semakin penting
departemen tersebut bagi organisasinya, maka akan semakin besar kekuasaannya.
Departemen yang menghasilkan sumber dana sendiri, khususnya jika mereka mampu
menghasilkan pendapatan lebih besar dibadingkan departemen lainnya, akan
mendapatkan keuntungan dari sumber kekuasaan ini.
4. Ketidak-berlanjutan (Non-sustainability)
Contoh koalisi yang bersifat temporer dan sering kita dengar, adalah koalisi diantara para
partai kecil menjelang dan sesudah pemilihan umum dilaksanakan. Setelah tujuan mereka
tercapai, biasanya.kemudian mereka menghilang kembali.Selain koalisi yang sifatnya
temporer atau sementara, ada pula koalisi yang bersifat tetap. Contoh koalisi yang
bersifat tetap yaitu serikat buruh. Mereka membentuk koalisi agar memiliki kekuatan
untuk menghadapi para pemilik atau pemimpin perusahaan yang biasanya ingin menekan
para buruh. Mereka membentuk koalisi agar memiliki daya tawar yang lebih besar
terhadap pemilik atau pemimpin perusahaan, misalnya dalam hal menuntut kenaikan
upah buruh atau hak-hak pekerja lainnya.
Kekuasaan positif (expert power dan referent power) cenderung untuk mendorong
komitmen. Dalam komitmen organisasi dapat teridentifikasi tingkat keterikatan pegawai
dengan tujuan organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi
tersebut. Tingkat pengambilan keputusan seseorang atau kelompok tergantung dari sejauh
mana tingkat kekuasaannya. Seseorang atau sebuah unit kerja yang memiliki kekuasaan
dapat mempengaruhi bagaimana proses pengambilan keputusan muncul, apa saja
alternatif yang dipertimbangkan, dan kapan sebuah keputusan dihasilkan. Penggunaan
kekuasaan dalam politik di organisai dapat meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan jika orang-orang yang mendapat kekuasaan tersebut adalah pihak yang mampu
memberikan pelayanan terbaik yang dibutuhkan organisasi.
Adanya kekuasaan yang digunakan oleh pimpinan akan memiliki dampak pada
pengambilan keputusan. Kekuasaan menunjukkan kapasitas atau potensi, baik seseorang
maupun tim atau organisasi, untuk melakukan perubahan. Kekuasaan didefinisikan
sebagai kapasitas untuk menghasilkan dampak pada orang lain atau potensi untuk
mempengaruhi orang ataupun kegiatan yang ada. Dengan demikian dapat menjelaskan
bahwa kekuasaan dapat kekuasaan yang diimplementasikan secara tepat dapat
mengakibatkan ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya anyak individu di dalam organisasi.
Semakin banyak individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik
kepentingan di dalam organisasi tersebut. Hal tersebut berimplikasi pada maraknya
politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk
mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya.
Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam organisasi.
Selain itu ketidakmerataan distribusi kekuasaan sebenarnya dialami oleh setiap individu.
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Selain kekuasaan yang di ciptakan oleh personal, ada yang namanya koalisi.
Dimana untuk menciptakan suatu kekuasaan, di butuhkan kekuatan dari beberapa
orang yang kemudian bersatu untuk menghadapi sesuatu. Dan tak menutup
kemungkinan adanya politik dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Maria Merry, 2011, Kekuasaan Dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain Dalam
Organisasi.