Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEKUASAAN DALAM ORGANISASI


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perilaku Organisasi

Dosen Pengampu:
Dr. Mareyke Grety Velma Sumual, MP
Stevianus Xaverius Mentang, SE, M.Si

Kelompok 6
Shelly Putrisia Latowana 21302181
Kezya Kandolia 21302002
Candrawati Bowonseet 21302095
Theresa Manus 21302021

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN S1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta, karena tuntunannya


sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas ini di buat
sebagai pemenuhan tugas kelompok untuk mata kuliah Perilaku Organisasi.
Dan materi yang dibahas mengenai “Kekuasaan Dalam Organisasi.”

Setiap organisasi memiliki seseorang atau sekelompok orang yang memiliki


wewenang yang lebih tinggi, dan sering kali mereka memiliki kuasa dalam
memengaruhi tindakan-tindakan orang lain.

Melalui makalah ini, kami berharap bisa memaparkan informasi mengenai


kekuasaan dalam organisasi sehingga boleh bermanfaat bagi kami sebagai
penyusun maupun saudara sekalian sebagai pembaca. TERIMA KASIH.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Kekuasaan Dalam Organisasi
2. Sumber-sumber Kekuasaan
3. Meningkatkan atau Mengurangi Kekuasaan
4. Koalisi (Kekuasaan dalam Kelompok)
5. Fungsi Kekuasaan Dalam Perilaku Organisasi
6. Sumber-sumber Penentu Kekuasaan
7. Pengaruh Kekuasaan Terhadap Komitmen Organisasi
8. Cara-cara Untuk Mempertahankan Kekuasaan
9. Politik Dalam Organisasi
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kekuasaan adalah kapasitas atau kemampuan untuk menghasilkan dampak


atau akibat pada orang lain. Seorang individu dapat dikatakan memiliki kendali
atas orang lain dengan asumsi bahwa ia dapat menangani perilaku orang lain.
Kekuasaan adalah hubungan yang tidak proporsional antara setidaknya dua
individu. Non-proporsional dalam pengaturan ini dapat diuraikan sebagai
ketidakteraturan kekuatan yang digerakkan oleh satu individu dan orang lain.
Dengan demikian, dua pertemuan yang memiliki hubungan yang tidak setara
mungkin tidak memiliki kekuatan yang sama di wilayah yang sama (Brown &
Gilman, 2003).

Adanya kekuasaan di dalam organisasi, bisa merupakan suatu kekuatan/kelebihan


namun dapat pula merupakan suatu ancaman bagi organisasi.Pihak yang berkuasa
memiliki hal yang dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut
merasa berada di bawah kendali pihak yang memiliki kekuasaan.

Melalui makalah ini, akan dimaparkan mengenai Kekuasaan Dalam Organisasi


yang memiliki sumber-sumber kekuasaan sampai pengaruhnya bagi perilaku
organisasi.

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu kekuasaan dalam organisasi dan berasal darimana bisa tercipta
kekuasaan?
b. Pengaruh apa yang di sebabkan oleh adanya kekuasaan dalam
organisasi?
c. Bagaimana menyikapi kekuasaan dalam organisasi?

3. Tujuan
a. Menjelaskan mengenai kekuasaan dalam organisasi dan memaparkan
sumber-sumber kekuasaan
b. Menuliskan fungsi dan pengaruh kekuasaan terhadap perilaku organisasi
c. Menyampaikan berbagai saran untuk mengurangi/meningkatkan
kekuasaan dan cara mempertahankan kekuasaan
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Kekuasaan Dalam Organisasi

Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan
kemampuan untuk mengatasi (bertahan dari) pengaruh orang lain yang tidak
diinginka (Wagner dan Hollenbeck, 2005).

Kekuasaan mengandung suatu potensi/kemampuan yang belum tentu efektif jika


dilaksanakan, dan suatu hubungan ketergantungan. Bisa saja seseorang memiliki
suatu kekuasaan namun tidak digunakan oleh orang tersebut. Jadi kekuasaan
merupakan suatu kemampuan atau potensi yang tidak akan terjadi jika tidak
digunakan oleh orang yang memilikinya. Kekuasaan juga merupakan suatu fungsi
ketergantungan.

Organisasi
Organisasi dalam ranah asosiasi asosiasi adalah suatu bentuk koalisi antara setidaknya
dua individu yang bekerja sama dan terikat secara resmi untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya dan di dalam keamanan itu terdapat individu atau
kumpulan individu yang disebut bawahan.

Sementara itu, dari perspektif keseluruhan, asosiasi adalah berkumpulnya individu-


individu yang bekerja sama secara objektif dan efisien yang diarahkan atau
dikendalikan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan aset di dalamnya.

Kekuasaan dalam organisasi adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk


mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
perilaku. Greenberg dan Baron menyatakan bahwa “A memiliki kekuasaan atas B
sehingga A dapat meminta B melakkan sesuatu tanpa kekasaan A tersebt tidak akan
dilakukan B”. Definisi ini menyempitkan konsep kekuasaan, juga menuntut seseorang
untuk mengenali jenis-jenis perilaku. Power kekuasaan adalah konsep dasar dalam
ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam kehidupan organisasi, kaitannya dengan status
seseorang dalam organisasi tersebut.
Kekuasaan dalam arti luas yaitu sampai tingkat manakah dan bagaimana kita
memperoleh yang kita inginkan. Bila hal ini diterapkan pada lingkungan organisasi,
berkaitan dengan penentuan bagaimana organisasi memperoleh apa yang diinginkan
dan bagaimana para pemberi andil dalam organisasi itu memperoleh apa yang mereka
inginkan. Kita memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau
kelompok untuk kekuasaan memiliki beberapa unsur yaitu tujuan, cara dan hasil.
Kekuasaan dapat digunakan untuk tujuan yang baik dan yang tidak baik.

Tujuan dari penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih
oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan
memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dilakukan juga akan baik. Dan sebaliknya,
jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang
digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Kemudian, unsur yang
terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu yang dapat
dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa besar pengaruh kekuasaan tersebut.
Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas kekuasaan yang berlaku atas
dirinya. Jika diterima atau didukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa.
Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan dalam penggunaannya.

Kekuasaan (power) dapat menentukan apa tujuan organisasi yang ingin diraih oleh
suatu organisasi serta bagaimana sumber daya organisasi tersebut didistribusikan
kepada anggotanya atau orang lain dalam organisasi. Setiap anggota kelompok
dengan keahlian politik yang baik dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi distribusi sumber daya yang dimiliki organisasinya sesuai dengan
keinginan.

2. Sumber-sumber Kekuasaan

Menurut Robbins dan Judge, sumber kekuasaan di bagi menjadi dua yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power)

a) Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan


pada posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat
berasal dari:
 Kemampuan untuk memaksa (coercive power),
 Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)
 Kekuatan formal (legitimate power).
b) Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal
dari darakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini
dapat berasal dari:
 Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
 Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)

2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan ini


juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental power yang
merupakan sumber kekuasaan kelompok.

Menurut French dan Raven Robbins dalam Syaiful Sagalatelah mengindentifikasi bahwa
ada lima sumber kekuasaan yaitu:
a. Kekuasaan Koersif (Coercive Power)

Kekuasaan yang didasarkan pada rasa takut, seseorang beraksi terhadap power ini
karena rasa takut akan berakibat negatif yang mungkin terjadi jika ia gagal
mematuhi. Kekuasaan (power) itu tertumpu pada penerapan sanksi- sanksi fisik
seperti kekerasan bahkan diwujudkan dalam benturan senjata mislnya perang.
Dalam kehidupan organisasi, pimpinan atau manajer yang menggakan koersif ini
dapat dilihat dari tindakannya yang suka menghukum, menunda pembayaran gaji
dan kenaikan pangkat, bahkan sampai memecat pegawainya. Apabila kekuasaan
ini sering digunakan maka akan membawa kemungkinan bawahan melakukan
tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasa tidak adil,
bahkan sangat memungkinakan bawahan akan meninggalkan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.

b. Kekuasaan Imbalan (Reward Power)

Pematuhan yang dicapai berdasarkan kemampuan membagikan imbalan yang


dipandang oleh orang lain sebagai berharga, kondisi ini akan mempunyai
kekuasaan atas mereka. Imbalan itu dapat berupa apapun. Dalam konteks
organisasi imbalan ini dapat berupa uang, penilaian kinerja yang mendukung,
kenaikan pangkat, penugasan kerja yang menarik, rekan yag ramah, informasi
yang penting dan giliran kerja yag lebih disukai.

c. Kekuasaan Kepakaran (Referent Power)

Kekuasaan ini dipengaruhi sebagai akibat kepakaran. Keahlian, keterampilan


istimewa, atau pengetahuan.Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh
yang paling kuat. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya ini pada
umumnya disenangi dan dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya.
Kekuatan pimpinan atau manajer dalam kekuasaan referensi ini sangat tergantung
pada keperibadiannya yang mampu menarik para bawahan atau pengikutnya.

d. Kekuasaan Keabsahan (Expert Power)


Power yang diterima oleh seseorang sebagai hasil dari posisinya dalam hierarki
formal (posisi strukturalnya) dari suatu organisasi yaitu kekuasaan formal. Power
itu menyatakan kekuasaan yang diterima seseorang sebagai akibat posisinya
dalam hierarki formal suatu organisasi. Secara spesifik mencakup penerimaan
baik wewenang suatu jabatan oleh anggota dalam suatu organisasi. Contoh dalam
lingkup organisasi seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang
pemecahan suatu persoalan tertent kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan
pemimpin tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan.

e. Kekuasaan rujukan (Legitimate Power)


Pengaruh yang didasarkan pada pemilihan sumber daya atau ciri pribadi yang
diinginkan oleh seseorang individu lain, yaitu pemihakan kepada seseorang yang
mempunyai sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan oleh seseorang.
Kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Secara
normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan
legitimasinya.

Sumber Kekuasaan Dalam Organisasi atau Kelompok

Saunders mengatakan bahwa kekuasaan pada tingkat departemen atau kelompok


dapat berasal dari 5 sumber yang potensial, yang mungkin saja saling tumpang-tindih
(overlap), yaitu
:
1. Ketergantungan (Dependency)

Jika departemen A bergantung pada departemen B untuk informasi atau kerjasama


lainnya untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan efektif, maka departemen B
memiliki sumber kekuasaan terhadap departemen A.

2. Kesentralan (Centrality)

Ini adalah ukuran tingkat pentingnya suatu departemen bekerja untuk tujuan utama
organisasi. Secara alternatif dapat dianggap sebagai suatu ukuran seberapa besar
departemen tersebut tidak dibutuhkan oleh organisasi tersebut. Semakin penting
departemen tersebut bagi organisasinya, maka akan semakin besar kekuasaannya.

3. Sumber Dana (Financial Resources)

Departemen yang menghasilkan sumber dana sendiri, khususnya jika mereka mampu
menghasilkan pendapatan lebih besar dibadingkan departemen lainnya, akan
mendapatkan keuntungan dari sumber kekuasaan ini.
4. Ketidak-berlanjutan (Non-sustainability)

Berhubungan dengan tingkat pentingnya departemen tersebut. Keberlanjutan adalah


suatu ukuran seberapa mudah fungsi dari departemen tersebut digantikan oleh yang
lain. Departemen yang mudah ditutup karena dapat digantikan fungsinya, akan
memiliki kekuasaan yang rendah.

3. Meningkatkan atau Mengurangi Kekuasaan


Aspek yang paling menentukan besar atau kecilnya kekuasaan adalah tingkat
ketergantungan. Ketergantungan (dependency) adalah hal yang paling utama untuk lebih
meningkatkan pemahaman kita akan kekuasaan (power). Postulat umum yang dikenal
yaitu ”Semakin besar ketergantungan B kepada A, maka akan semakin besar kekuasaan
yang dimiliki A atas diri B” (Robbins dan Judge). Maka jurus umum untuk meningkatkan
kekuasaan anda terhadap orang lain, adalah dengan meningkatkan ketergantungan orang
lain kepada anda, dan jurus umum untuk mengurangi kekuasaan orang lain terhadap anda
adalah dengan mengurangi ketergantungan anda kepada orang lain.

Seseorang dapat meningkatkan kekuasaannya dengan memiliki segala sesuatu yang


dibutuhkan orang lain, dimana ia sendiri yang mengendalikannya, sehingga membuat
mereka semakin tergantung kepadanya, dan ia akan memiliki semakin besar kekuasaan
atas mereka. Kita dapat membuat orang lain bergantung pada kita, dengan menciptakan
monopoli dalam mengendalikan informasi, penguasaan atas suatu pekerjaan, keahlian
yang kita miliki, atau hal lainnya yang dibutuhkan oleh orang lain. Demikian pula
sebaliknya, kita dapat memperkecil kekuasaan seseorang atas diri kita, dengan
memperluas pilihan kita, sehingga kita tidak terlalu bergantung padanya.

Sebagai contoh, banyak organisasi menggunakan banyak pemasok (supplier), bukan


hanya satu pemasok saja, dengan tujuan memperkecil ketergantungan organisasi tersebut
pada pemasok yang ada. Seorang pemilik perusahaan, sebaiknya tidak hanya
mengandalkan diri pada seorang karyawan perusahaan saja, karena ia akan semakin
bergantung pada karyawan tersebut. Dengan mengetahui cara-cara meningkatkan atau
mengurangi kekuasaan seseorang, maka seorang pemimpin atau manajer dalam suatu
organisasi atau perusahaan, akan mampu mengendalikan seberapa besar kekuasaan yang
dibutuhkan olehnya atau oleh organisasinya dalam berhubungan dengan orang lain,
karyawannya atau dengan perusahaan atau organisasi lain.

4. Koalisi (Kekuasaan dalam Kelompok)


Orang yang tidak mempunyai kekuasaan, namun ingin memilikinya, akan berusaha
untuk meningkatkan kekuasaannya secara individu. Apabila cara yang ditempuhnya ini
tidak efektif, maka sebagai alternatifnya ia akan membentuk koalisi. Koalisi yaitu
kelompok informal yang bergabung bersama-sama, dan mereka secara aktif akan
menghadapi suatu masalah atau suatu kekuatan secara bersama-sama. Logika dari
pembentukan koalisi adalah adanya kekuatan dalam jumlah orang yang bersatu.Orang
yang menginginkan kekuasaan, biasanya akan berusaha membangun suatu dasar
kekuasaan personal. Tetapi pada banyak situasi, hal ini sulit, berisiko, membutuhkan
biaya tinggi, atau tidak mungkin. Dalam kasus ini, orang tersebut dapat membentuk suatu
koalisi, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang semuanya tidak mempunyai
kekuasaan. Dengan bergabung bersama, mereka dapat mengkombinasikan sumber-daya
mereka, untuk meningkatkan hasil bagi mereka sendiri, secara temporer. Setelah tujuan
mereka tercapai, biasanya koalisi ini akan menghilang dengan sendirinya.

Contoh koalisi yang bersifat temporer dan sering kita dengar, adalah koalisi diantara para
partai kecil menjelang dan sesudah pemilihan umum dilaksanakan. Setelah tujuan mereka
tercapai, biasanya.kemudian mereka menghilang kembali.Selain koalisi yang sifatnya
temporer atau sementara, ada pula koalisi yang bersifat tetap. Contoh koalisi yang
bersifat tetap yaitu serikat buruh. Mereka membentuk koalisi agar memiliki kekuatan
untuk menghadapi para pemilik atau pemimpin perusahaan yang biasanya ingin menekan
para buruh. Mereka membentuk koalisi agar memiliki daya tawar yang lebih besar
terhadap pemilik atau pemimpin perusahaan, misalnya dalam hal menuntut kenaikan
upah buruh atau hak-hak pekerja lainnya.

5. Fungsi Kekuasaan Dalam Perilaku Organisasi


Menjadi determinan faktor dari perilaku sebuah organisasi, disamping faktor lainnya
seperti komunikasi, dan kepemimpinan. Perubahan perilaku individu akibat dari proses
interaksi, komunikasi anggota dan berikutnya kepemimpinan dalam organisasi akan
memiliki hubungan yang tinggi dengan perilaku kelompok dan akhirnya menjadi perilaku
organisasi. Menjadi satu pemicu bagi perubahan kultur dalam sebuah kelompok atau
organisasi. Kekuasaan dapat membawa perubahan budaya dan perilaku organisasi, seperti
etika, nilai, komunikasi dan kepemimpinan

6. Sumber-sumber Penentu Kekuasaan

Mintezberg menyebutkan kekuasaan dalam organisasi akan bekerja melalui sumber-


sumber penentu gejala kekuasaan, yang dikelompokan-nya dalam dua kelompok besar
yaitu (1) kelompok eksternal organisasi dan (2) kelompok internal organisasi. Dalam
kelompok eksternal organisasi, terdiri dari:
 Pemilik, Pelindung atau stake holder yang memiliki hak milik atau penguasaan atas
organisasi yang telah diatur oleh hukum.
 Para Rekanan Organisasi, yang menjadi pemasok kebutuhan organisasi, atau klien yang
menerima jasa organisasi, termasuk di dalamnya pesaing di luar.
 Perkumpulan Karyawan, baik bersifat serikat maupun profesi
 Masyarakat luas
Sedangkan yang termasuk kelompok internal, adalah:
 Pengaruh pribadi
 Birokrasi
 Ideologi
 Profesioalisme, dan
 Politisasi

7. Pengaruh Kekuasaan Terhadap Komitmen Organisasi


Komitmen organisasi adalah adalah keterikatan seseorang dalam organisasi dan
keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya karena memiliki kesamaan nilai yang
dianutnya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Pengaruh yang dimunculkan
dalam kekuasaan menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu hal atau
mencapai sebuah tujuan tanpa ada perlawanan dari anggota lainnya.
Keberhasilan seorang manajer sangat tergantung pada cara menggunakan kekuasaan.
Para pemimpin yang tepat cenderung menggunakan kekuasaan dengan cara yang halus,
hati-hati sehingga dapat meminimalisir perbedaan status dan menghindari ancaman
terhadap harga diri target.

Kekuasaan positif (expert power dan referent power) cenderung untuk mendorong
komitmen. Dalam komitmen organisasi dapat teridentifikasi tingkat keterikatan pegawai
dengan tujuan organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi
tersebut. Tingkat pengambilan keputusan seseorang atau kelompok tergantung dari sejauh
mana tingkat kekuasaannya. Seseorang atau sebuah unit kerja yang memiliki kekuasaan
dapat mempengaruhi bagaimana proses pengambilan keputusan muncul, apa saja
alternatif yang dipertimbangkan, dan kapan sebuah keputusan dihasilkan. Penggunaan
kekuasaan dalam politik di organisai dapat meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan jika orang-orang yang mendapat kekuasaan tersebut adalah pihak yang mampu
memberikan pelayanan terbaik yang dibutuhkan organisasi.

Adanya kekuasaan yang digunakan oleh pimpinan akan memiliki dampak pada
pengambilan keputusan. Kekuasaan menunjukkan kapasitas atau potensi, baik seseorang
maupun tim atau organisasi, untuk melakukan perubahan. Kekuasaan didefinisikan
sebagai kapasitas untuk menghasilkan dampak pada orang lain atau potensi untuk
mempengaruhi orang ataupun kegiatan yang ada. Dengan demikian dapat menjelaskan
bahwa kekuasaan dapat kekuasaan yang diimplementasikan secara tepat dapat
mengakibatkan ketepatan dalam pengambilan keputusan.

8. Cara-cara Untuk Mempertahankan Kekuasaan


Telah menjadi kesepakatan individu, bahwa untuk menyatukan suatu jenis kehidupan
individu atau kumpulan individu dalam kolusi, diperlukan pedoman sebagai standar atau
undang-undang yang pelaksanaannya dipegang oleh individu- individu tertentu secara
lokal. Pengaturan ini dapat didasarkan pada pemujaan, ketakutan, cinta atau kepercayaan.
Orang-orang atau perkumpulan orang-orang yang memegang kekuasaan mengetahui
bahwa meskipun komitmen yang menjadi kewajiban, mereka juga diberikan jenis Jabatan
dan kebebasan tertentu yang lebih dari orang biasa, dan penguasa juga sadar bahwa
kekuasaannya pada akhirnya bisa hilang untuk alasan yang berbeda.

 Menghapuskan semua pedoman lama, khususnya di bidang politik yang dianggap


tidak menguntungkan tempat penguasa. Pedoman ini akan digantikan dengan
pedoman baru yang akan membantu para spesialis. Keadaan saat ini sebagai
aturan terjadi ketika akan ada perbedaan kekuasaan dimulai dengan satu penguasa
kemudian ke yang berikutnya;
 Melaksanakan kerangka keyakinan yang akan benar-benar ingin memperkuat
tempat penguasa atau perkumpulannya, kerangka tersebut mencakup filsafat,
agama dan lain-lain;
 Menyatukan organisasi dan administrasi yang besar, yang dianggap membuat
keberadaan banyak individu menjadi lebih sederhana;
 Terus-menerus menggabungkan pada bidang datar dan ke arah atas. Secara
khusus, tata krama yang digunakan penguasa untuk memperkuat posisi mereka
adalah dengan mendominasi isu-isu tertentu sehari-hari, misalnya mendominasi
bidang keuangan dengan memperluas pasar valuta asing, menambah pekerjaan,
memperluas ciptaan, memberikan asuransi pada produk ciptaan, dll; ini biasanya
dilakukan dengan cara yang tenang;
 Mengendalikan pokok persoalan sehari-hari di mata publik melalui intimidasi.
Motivasinya adalah untuk mengendalikan fokus kekuatan dalam lingkaran
kehidupan. Namun hal yang satu ini tentu tidak bertahan lama, karena akan tiba
pada waktunya cara ini tidak berlaku dan menyebabkan pelengseran.

9. Politik Dalam Organisasi


Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta alat
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan itu. Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan
Individu atau kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau
idenya sendiri.

Politik dalam organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu


dalam organisasi untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri politik organisasi
tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat kurangnya sumber daya
manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang mempertahankan satu posisi atau
jabatan di organisasi. Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal
yang tabu bagi orang-orang tertentu.

Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya anyak individu di dalam organisasi.
Semakin banyak individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik
kepentingan di dalam organisasi tersebut. Hal tersebut berimplikasi pada maraknya
politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk
mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya.
Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam organisasi.
Selain itu ketidakmerataan distribusi kekuasaan sebenarnya dialami oleh setiap individu.
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam sebuah kelompok organisasi, terdapat seseorang/sekelompok orang


yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Disebut
dengan kekuasaan. Adanya kekuasaan dalam organisasi dapat mempengaruhi
perubahan dan apabila pemegang kuasa memiliki tujuan yang baik maka
organisasi juga akan mencapai tujuan yang baik pula. Kekuasaan bersumber dari
banyak hal, dan berfungsi sebagai pemberi perubahan terhadap budaya perilaku
organisasi dan kekuasaan dapat mendorong komitmen seseorang dalam
mengambil keputusan.

Selain kekuasaan yang di ciptakan oleh personal, ada yang namanya koalisi.
Dimana untuk menciptakan suatu kekuasaan, di butuhkan kekuatan dari beberapa
orang yang kemudian bersatu untuk menghadapi sesuatu. Dan tak menutup
kemungkinan adanya politik dalam organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Sunarso, 2021, Perilaku Organisasi.

Deddy Mulyadi, 2001, Fungsi Kekuasaan Dan Kewenangan Dalam Perilaku


Organisasi.

Dian Nataly, Pengaruh Kekuasaan Dan Pengambilan Keputusan Terhadap Komitmen


Organisasi Guru Sekolah Dasar BPK Penabur Di Jakarta.

Maria Merry, 2011, Kekuasaan Dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain Dalam
Organisasi.

Wafiq Salsabilah, Kekuasaan Dalam Ranah Politik Dan Organisasi.


Yosar Kardiat, 2022, Organisasi Sebagai Arena Kekuasaan Politik.

Anda mungkin juga menyukai