Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Teori Organisasi dan Kepemimpinan

Dosen Pengampu : Wahyu Khoiruz Zaman, M.S.I.

Disusun Oleh :

Nur Khoirrudin (2140310069)

Moh Dani Andriyanto (2140310070)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan pula makalah yang berjudul
Kepemimpinan dan Kekuasaan dalam Organisasi

Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Wahyu Khoirus Zaman, M.S,I.


selaku pengampu Mata kuliah Teori Organisasi dan Kepemimpinan. Yang telah
memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin
penulis tudak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai format yang telah ditentukan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk
ledepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Kudus, 10 Mei 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................

BAB 1 ..............................................................................................................................................

PENDAHULUAN ..............................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan............................................................................................................................

BAB 2 .................................................................................................................................

PEMBAHASAN..................................................................................................................

1. Pengertian Kekuasaan……………………………………………………..............
2. Sumber kekuasaan………………………………………………………………...
3. Cara berkuasa…………………………..................................................................
4. Taktik Kekuasaan....................................................................................................

BAB 3……………………………………………………………………………………..

PENUTUPAN………………………………………………………………...........……..

A. Kesimpulan…………………………………………………………......................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..............................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan
diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai
pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus
ada pemimpinnya yang secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya.
Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada
seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk
mencapai tujuan individu, kelompok dan organisasi. Dari kepemimpinan itu,
maka muncul lah kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya
didalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuasaan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu. Seorang
pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan anggota-
anggotanya.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok
guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh. Maka kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari kekuasaan untuk
mengatur anggota-anggotanya. Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Cara mempertahankan kekuasaan ialah menghilangkan aturan lama, birokrasi
yang baik dan konsolidasi vertical dan horizontal. Cara memperkuat kekuasaan
yaitu dengan menguasai bidang-bidang kehidupan secara damai dan menguasai
bidang-bidang kehidupan secara koersif.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Kekuasaan
2. Apa Sumber Kekuasaan
3. Apa Cara Berkuasa
4. Taktik Kekuasaan
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Kekuasaan
2. Mengetahui Sumber Kekuasaan
3. Mengetahyui Cara Berkuasa
4. Mengetahui Taktik Kekuasaan

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan ialah suatu bagian yang merasuk keseluruh sendi kehidupan
organisasi. Manejer dan non manejer menggunakannya. Mereka memanipulasi
kekuasaan untuk mencapai tujuan dan dalam kebanyakan hal untuk memperkuat
kedudukan mereka. Keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menggunakan
atau bereaksi terhadap kekuasaan, sebagian besar ditentukan oleh pemahaman
tentang kekuasa, dengan mengetahui bagaimana dan bila menggunakannya, serta
mampu mengantisipasi kemungkinan dampaknya.
Menurut Gibson dan kawan-kawan kekuasaan adalah kemampuan untuk
memperoleh sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain
melakukannya. Jadi kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang diinginkannya.
Ada juga pendapat yang mengatakan kekuasaan adalah energy orisinil di luar
dan didalam diri individu. Jadi kekuasaan adalah merupakan sebuah konsep
yang multi segi yang telah di analisis dari berbagai prespektif sebagai
karakteristik individual, sebagai proses pengaruh interpersonal, sebagai
komoditas yang diperdagangkan, sebagai tipe penyebab dan sebagai topic dalam
mempelajari nilai dan etika.
Kekuasaan (power) adalah kemampuan (ability) yang dimiliki seseorang untuk
menguasai sumber daya manusia, informasi dan material agar sutau pekerjaan
dapat dilaksanakan. Kekuasaan memiliki tiga unsur dimensi, yakni kemampuan
untuk mendominasi (power over), kemampuan untuk berbuat sesuatu (power to),
dan kemampuan menolak permintaan orang lain (power from).
Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting untuk
memahami cara kerja organisasi. Memang mungkin mengartikan setiap interaksi
dan hubungan sosial dalam suatu organisasi sebagai melibatkan penggunaan
kekuasaan. Secara sederhana kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang dikehendaki orang
tersebut.

6
Kekuasaan seringkali dikonotasikan negative jika dikaitkan dengan isu politik.
Padahal dalam pengertian yang paling sederhana, kekuasaan atau power berarti
suatu kemampuan untuk memengaruhi orang atau merubah orang atau situasi.
Jika perubahan pada orang atau situasi adalah perubahan yang baik, tentunya
power tersebut memberikan konotasi yang positif bahkan sangat diperlukan.
Konotasi negative dari kekuasaan seringkali muncul dikarenakan terdapat
berbagai kasus dimana seseorang atau sebuah organisasi yang diberi kekuasaan
tidak menggunakannya hal positif.
Definisi kekuasaan pada umunya dijalin dengan konsep otoritas dan pengaruh.
Misalnya definisi sebelumnya yang menggunakan kata pengaruh dalam
mendiskripsikan kekuasaan, keahlian teori manajemen. Chester Barnard,
mendefinisikan kekuasaan dalam konteks “otoritas informal”, dan banyak
sosiolog organisasi mendefinisikan otoritas sebagai “legitimasi kekuasaan”.
Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari
setiap organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau
manajemen puncak dan manajemen tingkat bawah. Karena organisasi
merupakan kumpulan orang dalam pencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan
untuk mengubah situasi melalui orang-orang agar perubahan terjadi. Agar
perubahan ini dapat terjadi, maka kekuasaan diperlukan.
Pembagian kekuasaan adalah suatu proses yang memerlukan waktu agar dapat
berkembang dalam budaya organisasi. Diperlukan waktu untuk mengembangkan
jalur komunikasi yang lebih baik, kepercayaan lebih besar, dan keterbukaan
antara orang-orang yang berbagi kekuasaan manajer dengan bawahan atau
subunit.
Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Robert Dahl,
seorang ahli ilmu politik menemukan pusat perhatian hubungan yang penting ini
ketika ia mendefinisikan kekuasaan sebagai “A mempunyai kekuasaan atas B
dalam pengertian bahwa dia dapat menggerakkan B melakukan sesuatu dimana
B tidak ada pilihan lain kecuali melakukannya”. Seseorang atau kelompok tidak
dapat mempunyai kekuasaan dalam keadaan terisolasi, kekuasaan tersebuut
harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan dalam
hubungan dengan orang lain atau kelompok.

7
B. SUMBER KEKUASAAN
Menurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thohah mengatakan bahwa
sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position
power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Perbedaan keduanya bersemi
pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi,
pengaruh pribadi, atau keduanya.
Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain untuk melakukan kerja karena jabatan organisasi yang disandangnya, maka
orang itu memiliki kekuasaan jabatan. Adapun seseorang yang memperoleh
kekuasaan dari para pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Bisa
saja seseorang bisa memiliki keduanya.
Berdasarkan teori organisasi dinyatakan, ada beberapa bentuk kekuasaan yang
ada didalam suatu bentuk struktur organisasi, antara lain: kekuasaan paksaan,
kekuasaan imbalan, kekuasaan yang legitimate, kekuasaan yang direkomendasi,
dan kekuasaan karena keahlian, serta kekuasaan perwakilan. Selanjutnya
kekuasaan dapat dilihat berdasarkan jalur hierarki, seperti kekuasaan keatas dan
kebawah, serta kesamping.
Ada beberapa cara berkuasa yang perlu diketahui, mengapa seseorang atau
sekelompok orang memiliki kekuasaan, dibawah ini lima nomor pertama
dikemukakan oleh J.R.P. French dan Bertram Raven dan sedangkan dua nomor
berikutnya adalah gabungan dari beberapa pakar, untuk lengkapnya diuraikan
yaitu sebagai berikut:
1. Legitimate Power (Kekuasaan Legitimasi/sah)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena surat keputusan atau
pengangkatan masyarakat banyak, yang selanjutnya diterima sebagai
pemimpin untuk berkuasa di daerah atau wilayah tersebut. Kekuasaan
legitimasi ialah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi karena
posisinya. Seseorang yang tingkatannya lebih tinggi mempunyai kekuasaan
atas orang-orang yang kedudukannya lebih rendah.
Para bawahan memainkan peranan utama dalam pelaksanaan kekuasaan
legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut

8
sebagai sah, mereka akan patuh. Akan tetapi, budaya, kebiasaan, dan sistem
nilai suatu organisasi menentukan batas kekuasaan legitimasi.
Seorang prajurit akan merespons posisi komandan karena pangkatnya lebih
tinggi. Pada sistem tradisional, seorang pengikut akan selalu merespons
pimpinannya. Maksudnya ditujukan kepada siapa saja bahwa pengaruh
seseorang adalah diasosiasikan sebagai prediksi dari keunggulan yang besar
dari penggunaan kekuasaan yang harus dilegitimasi secara tradisional.
2. Coercive Power (Kekuasaan Paksaan)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang atau sekelompok orang
yang mempergunakan kekerasan dan kekuatan fisik serta senjatanya untuk
memerintah pihak lain. Coercive power atau kekuasaan untuk memberikan
hukuman adalah kebalikan atau sisi negatif dari reward power. Kekuasaan
ini merupakan kekuasaan seseorang untuk memberikan hukuman atas kinerja
yang buruk yang ditunjukkan oleh SDM atau tenaga kerja dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan jenis ini banyak ditemukan dalam organisasi yang
bersifat otoriter.
Secara positif kekuasaan paksaan ini dapat dipergunakan pada kondisi
dimana karyawan belum memiliki tingkat kognisi yang memadai. Apabila
kognisi karyawan semakin baik peningkatannya, maka afeksi atau perasaan
sudah dapat mempertimbangkan sikap yang akan menjadi gambaran
perilakunya, kondisi ini dapat dilakukan apabila ada program pendidikan dan
pelatihan.
3. Expert Power (Kekuasaan Ahli)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena keahliannya berdasarkan ilmu-ilmu
yang dimilikinya, seni mempengaruhi yang dipunyainya serta budi luhurnya
sehingga orang lain membutuhkannya. Seseorang mempunyai kekuasaan
ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Para ahli
mempunyai kekuasaan meskipun peringkat mereka rendah. Seseorang dapat
memiliki keahlian teknis, administrative, atau yang menyangkut persoalan
manusia. Semakin sulit mencari pengganti ahli tersebut, semakin tinggi
tingkatan kekuasaan ahli yang ia miliki.
Kepercayaan dari pengikut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh
strategi kepemimpinan untuk menciptakan popularitas, yang kemudian
menjelma menjadi kepercayaan yang sangat kuat bagi pengikutnya, serta

9
kemampuannya untuk meyakinkan atasannya dengan keahlian
kepemimpinannya.
4. Reward Power (Kekuasaan Imbalan)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang terlalu banyak memberi
barang dan uang kepada orang lain sehingga orang lain tersebut merasa
berhutang budi atau suatu ketika membutuhkan kembali pemberiannya yang
serupa. Reward power atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan
adalah kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya
memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang-
orang yang berada dibawahnya.
Kekuasaan yang terbentuk karena pemberian imbalan merupakan dasar
bagi pengikut (bawahan) yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai
dengan besarnya imbalan yang diterima. Imbalan dapat membuat kepuasan
bawahan untuk beberapa pemenuhan kebutuhannya. Dengan demikian
kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti
perintah atasannya, apabila dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang
dimiliki atasan kadarnya akan lebih kuat dan sangat berpengaruh sebagai
akibat dimana peningkatan imbalan ini dapat membuat tingkat kepuasan
meningkat untuk sementara.
5. Referent Power (Kekuasaan Referen)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena penampilan seseorang, misalnya
wajah yang rupawan dari wanita cantik dapat menguasai beberapa pria,
ataupun penampilan pangkat dan tanda jabatan seorang pejabat akan
menimbulkan kekaguman. Referent power adalah kekuasaan yang muncul
akibat adanya karakteristik yang diharapkan oleh seseorang atau sekelompok
orang terhadap seseorang yang memiliki pengaruh terhadap seseorang atau
sekelompok orang tersebut.
6. Information Power
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang yang begitu banyak
memiliki keterangan sehingga orang lain membutuhkan dirinya untuk
bertanya, untuk itu yang bersangkutan membatasi keterangannya agar terus
menerus dibutuhkan. Informasi adalah konteks dimana data diletakkan.

10
Pengetahuan dianggap oleh beberapa pakar sebagai suatu hal yang jauh
lebih bermakna dibanding apapun didalam struktur organisasi. Pengetahuan
didefinisikan sebagai sebuah kesimpulan atau analisis yang disarikan dari
data dan informasi. Data mencakup fakta-fakta, angka-angka statistic, dan
hal-hal spesifik.
7. Connection Power
Yaitu kekuasaan karena seseorang memiliki hubungan keterkaitan dengan
seseorang yang memang sedang berkuasa, hal ini biasanya disebut dengan
hubungan kekerabatan atau kekeluargaan (nepotisme). Kekuasaan koneksi
ialah kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh seesorang
(pimpinan) dengan orang-orang penting atau berpengaruh baik diluar
maupun didalam organisasi.
C. CARA BERKUASA
Apabila seseorang pemangku jabatan (pemimpin) dalam pemerintahan tidak
memiliki kekuasaan terhadap bawahan ataupun masyarakatnya maka ada
beberapa cara untuk kembali berkuasa, hal ini dikemukakan oleh seorang pakar
bernama Strauss, untuk lengkapnya dimodifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Be Competition Yaitu dengan cara mempertandingkan atau pun
memperlombakan bawahan dan masyarakat, sehingga secara tidak terasa
mereka mengikuti kemauan pemimpin pemerintahan tersebut, seperti lomba
kebersihan, lomba keterampilan, dan lain-lain.
2. Be Strong Approach Yaitu dengan cara kemarahan yang keras dan kaku
dilengkapi dengan hantaman benda pada meja atau dinding, sehingga
terkesan menyeramkan. Untuk ini diperlukan dramatisasi keadaan.
3. Be Good Approach Yaitu dengan cara membujuk bawahan dan masyarakat
dengan lemah lembut, dilengkapi pemberian hadiah barang, uang dan juga
jasa tertentu sehingga bawahan dan masyarakat berhutang budi dan malu hati
4. . Internalized Motivation Yaitu dengan cara menanamkan kesadaran kepada
bawahan dan masyarakat agar sepenuhnya mengerti sedalam-dalamnya
tentang arti kerjasama dan arti tujuan organisasi yang dimiliki bersama.
5. Implicit Bargaining Yaitu dengan cara membuat perjanjian sebelumnya
dengan bawahan dan masyarakat, sehingga dengan begitu bawahan dari

11
masyarakat terikat, walaupun perjanjian tersebut tidak tertulis (apalagi
tertulis) akan ada semacam keterkaitan untuk gentar melanggarnya.
D. TAKTIK BERKUASA
Taktik kekuasaan adalah cara-cara yang ditempuh oleh seseorang untuk
menterjemahkan dasar-dasar kekuasaan menjadi tindakan-tindakan yang
spesifik. Kipnis dan kawan-kawan yang dikutip oleh Robbins (2002)
menawarkan tujuh dimensi yang taktik atau strategi dalam menggunakan
kekuasaan, yaitu sebagai berikut:
1. Reason (nalar): memakai fakta-fakta dan data-data untuk menyajikan ide-ide
secara logis dan rasional.
2. Friendlisness (ramah tamah/keramahan): dengan ramah, kemauan baik,
merendahkan hati dan bertindak lembut sebelum meminta orang lain
melakukan sesuatu.
3. Coation (koalisi): dengan meminta dukungan orang lain dalam organisasi
guna menunjang permintaan atau perintahnya.
4. Bargaining (tawar-menawar): melalui negoisasi atau pertukaran keuntungan
dan usaha atau kegiatan. Memberikan imbalan kepada target atau sasaran
berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau mentaati suatu
permintaan.
5. Assertiveness (mempertahankan hak/ketegasan): dengan menggunakan
pendekatan langsung serta paksa seperti menuntut kepatuhan bawahan,
memberi peringatan kepada bawahan untuk taat.
6. Higher authority (otoritas atasan): dengan meminta bantuan pimpinan yang
lebih tinggi untuk mendukung perintah-perintahnya.
7. Sanctions (sanksi-sanksi): menggunakan imbalan dan hukuman, yaitu
dengan memberikan hadiah seperti janji kenaikan gaji, promosi, atau
mengancam akan memberi evaluasi yang jelek terhadap prestasi kerja, atau
hukuman, tidak popular.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Kekuasaan dan kepemimpinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan
sangat penting dalam kehidupan sosial di masyarakat. Kekuasaan adalah
kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya didalam suatu
hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan
landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul
dari setiap organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau
manajemen puncak dan manajemen tingkat bawah. Karena organisasi
merupakan kumpulan orang dalam pencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan
untuk mengubah situasi melalui orang-orang agar perubahan terjadi. Agar
perubahan ini dapat terjadi, maka kekuasaan diperlukan. Sumber-sumber
kekuasaan ialah kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan,
kekuasaan ahli, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, dan kekuasaan
koneksi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku


Keorganisasian.
2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Griffin, Ricky. Manajemen. 2004. Jakarta. Erlangga. Gelora Aksara Pratama.
Ed. 7. Jilid 2.
Hayani, Nurrahmi. Pengantar Manajemen. 2014. Pekanbaru. Penerbit Benteng
Media.
L. Gibson, James,dkk. Organisasi Perilaku Struktur Proses. 1985. Jakarta.
Erlangga. Ed. 7.
Gelora Aksara Pratama.
Luthana, Fred. Perilaku Organisasi. 2006. Yogyakarta. Andi. Ed. 1.
M. Ivancevich John, Robort Konopaske, Michael T Matteson. Perilaku dan
Manajemen
Organiasi, Edisi Ketujuh. 2006. Gelora Aksara Pratama.
P. Tampubolon, Manahan. Perilaku Keorganisasian (organization Behavior).
2004. Jakarta.
Ghalia Indonesia.
Syafiie,Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Refika Aditima.
Bandung.
2002.
Tisnawati Sule Ernie, Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. 2010.
Jakarta. Kencana.
Prenada Media Group.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya. 2005.
Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai