Dosen Pengampu:
Khusnul Rofida N, S.Pd., M.M.
Disusun Oleh:
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Khusnul Rofida N, S.Pd., M.M. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Organisasi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Mengelola Kekuasaan,
Konflik, & Politik bagi penulis maupun pembaca.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Judul...................................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan Makalah.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang kekuasaan dan politik dalam organisasi hanya sedikit. Beberapa
studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan politik
adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap orang tetapi agak sulit
untuk mengukurnya tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian,
karena dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat interaksi individu untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain,
maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah kekuatan kekuatan. Kekuasaan
merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Politik tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga
terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan
pada unit keluarga. Politik merupakan suatu jaringan interaksi antar manusia dengan
kekuatan yang diperoleh, ditransfer, dan digunakan.
Politik yang dijalankan untuk menyeimbangkan karyawan dan manajer
individu, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, maka
kepentingan akan mendorong dan mendorong kepentingan organisasi.
Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan
karena perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan
latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang
akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran
dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan karakter
individu yang dapat memicu konflik.
Dalam setiap organisasi/perusahaan, perbedaan pendapat sering kali disengaja
atau dibuat sebagai salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan.
Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan tetapi,
konflik juga dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif yang dapat
menimbulkan terjadinya konflik. Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot
(Wirawan, 2010:8), konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki
tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang terlibat
konflik sama tapi cara untuk mencapainya berbeda.
Adapun tujuan masalah
makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Dapat mengetahui
pengertian dan sumber-sumber
kekuasaan
2. Dapat mengetahui taktik
kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab
dari kekuasaan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui politik
dalam organisasi.
5. Dapat mengeta hui etika
berpolitik dalam organisasi
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan dalam organisasi
2. Dapat mengetahui karakter kekuasaan
3. Dapat mengetahui pengertian dari konflik dan manajemen konflik
4. Dapat mengetahui politik dalam organisasi
5. Dapat mengetahui taktik memainkan politik dan faktor yang mendorong
kegiatan politik dalam organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Konflik
Dalam satu organisasi, konflik kadang-kadang merupakan hal yang
sangat sulit untuk dihindari. Karenanya perlu ada strategi yang dapat
mengarahkan konflik menjadi hal yang lebih positif. Para ahli menjelaskan
beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik,
yaitu avoiding, collaborating, compromising, avoiding, dan accommodating,
dan forcing.
1) Avoiding adalah menghadapi konflik dengan cara menghindarinya.
Cara ini akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika konflik
sudah terjadi.
2) Collaborating biasanya digunakan jika pihak-pihak yang berkonflik
memiliki kekuasaan yang relatif seimbang. Dalam collaborating
pemecahan masalah diusahakan memenuhi kepentingan semua pihak.
3) Compromising adalah mengelola konflik melalui konsensus. Dalam
compromising, setiap pihak mendapatkan setengah dari total
kepentingannya. Compromising dinilai efektif untuk menyelesaikan
masalah secara cepat.
4) Berbeda dengan tiga cara pengelolaan konflik yang sudah disebutkan
di atas, accommodating merupakan strategi mengelola konflik dengan
mengorbankan kepentingan salah satu pihak dengan memberikan
kesempatan kepada pihak lain untuk memenuhi kepentingannya.
5) Selain itu, ada pula strategi mengelola konflik yang dilakukan dengan
sistem pemaksaan atau forcing. Forcing dinilai efektif jika keputusan
yang diambil oleh pihak yang memaksa adalah keputusan yang benar.
Sebaliknya, jika keputusan yang diambil oleh pihak yang melakukan
pemaksaan tidak benar, maka akan menimbulkan permusuhan di dalam
organisasi.
C. Politik dalam Organisasi
Pengertian Politik
Politik dapat diartikan sebagai kegiatan di mana individu atau
kelompok terlibat sedemikian rupa untuk memperoleh dan menggunakan
kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Padahal politik punya
kans merusak, politik sesungguhnya tidaklah buruk. Nyatanya, para manajer
dan pekerja sering menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi,
sebuah penelitian menunjukkan bahwa politik kantor muncul dan memiliki
jangkauan terukur dalam perilaku organisasi.
Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu dalam organisasi untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri
(Colquitt, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J. 2011: 460). Sedangkan
menurut McShane & Von Glinow (2010: 315-316) politik organisasi terkait
erat dengan taktik organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi
adalah prilaku yang dianggap oleh orang lain sebagai taktik yang
menguntungkan diri sendiri dengan mengatasnamakan organisasi. Taktik
tersebut sering kali bertentangan dengan kepentingan organisasi.
Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu,
misalnya pada saat kurangnya sumber daya manusia, sangat mungkin ada
individu-individu yang mempertahankan satu posisi atau jabatan di organisasi.
Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang
tabu bagi orang-orang tertentu. Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya
banyak individu di dalam organisasi. Semakin banyak individu di dalam
organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di dalam
organisasi tersebut.
Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap
pihak akan melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk mendukung
kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya.
Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik dalam
organisasi.
Dalam jangka panjang, tarik menarik kepentingan ini akan
memberikan dampak tidak baik terhadap eksistensi organisasi. Semakin
banyak individu yang mengedepankan kepentingannya, semakin terabaikan
pula tujuan organisasi. Karenanya, seorang pemimpin yang baik harus dapat
meminimalkan politik organisasi atau berupaya semaksimal mungkin agar
politik organisasi tidak memicu timbulnya konflik yang dapat mengancam
keberadaan organisasi.
Taktik Memainkan Politik dalam Organisasi
Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik
dan strategi yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan
peluangnya dalam memenangkan permainan politik, individu atau sub-unit
dapat menggunakan beberapa taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan
dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan ketidakmampuan mengganti, misalkan jika dalam
suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang
mampumelakukan tugas yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi,
maka ia atau sub-unit tersebut dikatakan sebagai memiliki
ketidakmampuan mengganti.
2) Dekat dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh
kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer
yang sedang berkuasa.
3) Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit
lainyang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik
yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk
mengatasi konflik sesuai dengan keinginannya.
4) Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Taktik untuk
mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan
kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan
kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan
ahli dari luar.
5) Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya
melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak
dapat menerimakegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain
yang mereka anggap sebagai pesaingnya.
6) Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah
manipulasi informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan
informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk
melindungi dirinya.
7) Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang
sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi
tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi
dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan
bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang
sejenisnya.
Faktor yang Mendorong Kegiatan Politik dalam Organisasi
Penulis lain seperti Wagner II dan Hollenbeck mengidentifikasi
sejumlah faktor yang mendorong kegiatan politik di dalam organisasi. -faktor-
faktor tersebut adalah Personalitas Individu, Ketidakmenentuan, Ukuran
Organisasi. Tingkat Hirarki, Heterogenitas Anggota, dan Pentingnya
Keputusan.
1) Personalitas Individu
Karakteristik kepribadian tertentu memungkinkan orang
menunjukkan perilaku politik. Contohnya, orang yang punya
kebutuhan kekuatan (nPow) tinggi dalam istilah Charles McClelland.
Orang ini terdorong kehilangan politik dari dalam dirinya sendiri guna
mencari pengaruh atas orang lain, yang juga memotivasinya untuk
menggunakan kekuatan demi hasil-hasil politik.
Riset lain juga menunjukkan orang yang menunjukkan
karakteristik Machiavellianisme cenderung mengendalikan orang lain
lewat tindak oportunistik dan perilaku yang manipulatif. Mereka
cenderung terbuka untuk terlibat dalam politik. Sebagai tambahan, riset
menunjukkan bahwa kesadaran orang-orang tidak sama dengan orang
lain untuk terlibat dalam politik kantor karena mereka takut menjadi
perhatian publik dan dinilai negatif karena terlibat dalam politik.
2) Ketidakmenentuan
Ketidakmenentuan menjadi alasan munculnya nuansa politik di
dalam organisasi, yang jenis-jenisnya sebagai berikut:
Keberatan-keberatan dalam ketersediaan sumber daya langka
atau informasi seputar sumber daya tersebut.
Informasi yang beredar bersifat ambigu (tidak jelas) atau lebih
dari satu versi.
Sasaran, tujuan, peran pekerjaan, atau ukuran kinerja yang
tidak didefinisikan secara baik.
Ketidakjelasan peraturan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan siapa yang harus membuat keputusan, bagaimana
keputusan dicapai, atau bilamana pembuatan keputusan harus
dilakukan.
Perubahan reorganisasi, reallokasi anggaran, atau modifikasi
prosedur dalam aneka bentuknya.
Pihak yang menjadi gantungan (tumpuan harapan/backing)
individu atau kelompok memiliki pesaing atau musuh.
3) Ukuran Organisasi
Politicking lebih sering muncul pada organisasi skala besar
daripada skala kecil. Adanya orang dalam jumlah besar cenderung
menyembunyikan perilaku seseorang, memungkinkan mereka terlibat
dalam politik tanpa takut diketahui (konspirasi).
4) Level Hirarki
Politik juga kerap ditemukan dalam manajer tingkat atas,
karena kekuasaan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam politik
biasanya pertimbangan di antara para manajer tingkat atas tersebut.
5) Heterogenitas Anggota
Anggota dalam organisasi yang heterogen biasanya saling
berbagi kepentingan dan nilai yang sedikit dan lebih lanjut mencari
sesuatu yang berbeda. Dalam kondisi ini, proses-proses politik
cenderung muncul dimana setiap anggota bersaing untuk memutuskan
kepentingan siapa yang terpuaskan dan siapa yang tidak.
6) Pentingnya Keputusan
Keputusan yang sifatnya penting lebih memancing aktivitas
politik organisasi daripada keputusan yang biasa-biasa saja. Ini
menghasilkan sebuah keputusan penting punya dampak besar dalam
menarik perhatian para anggota organisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk
mencapai tujuan yang ia inginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun
di dalam organisasi akan mendorong pihak-pihak tersebut melakukan politik
organisasi. Politik organisasi inilah yang selanjutnya menimbulkan benturan-benturan
atau konflik di dalam organisasi. Konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari
dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang intinya karena
organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat serta
tujuan yang berbeda satu sama lain. Namun, konflik tidak selalu membawa dampak
buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola
dengan benar.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan memberikan sumbangsih kepada para
pembaca mengenai beberapa faktor pemicu konflik dan juga manajemen konflik
sebagai strategi dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian pembaca dapat
mengantisipasi timbulnya konflik sebelum terjadi. Beberapa saran yang ingin
disampaikan oleh kelompok kami ialah kampanye para pembaca dapat menyikapi
sikap dengan bijak sehingga timbulnya konflik dapat dicegah. Jika pun konflik
tersebut sudah terlanjur ada, diharapkan pembaca dapat menempatkan diri sehingga
konflik itu tidak membawa dampak buruk yang semakin meluas.
STUDI KASUS: CRACKING THE WHIP (Menggunakan Otoritas Untuk Membuat
Orang Lain Berperilaku Lebih Baik atau Bekerja Lebih Keras)
Harmon Davidson terlihat sedih dengan figur pemimpin tim survei manajemen.
Pertemuan mereka tidak berjalan dengan baik. Davidson telah menyampaikan ke Al Pitcher
keluhan tentang penanganan surveinya. Pitcher menanggapi dengan penolakan yang kukuh
dan cemoohan yang tidak terselubung. Davidson, direktur manajemen pusat, siap untuk
mengurangi beberapa kritik sebagai kekesalan terhadap orang luar yang ikut campur dengan
"cara kita selalu melakukan bisnis," diperburuk oleh turbulensi reorganisasi berkelanjutan.
Namun, Davidson tidak dapat mengabaikan begitu saja banyaknya keluhan atau penghargaan
tingginya terhadap beberapa narasumber mereka.
"Apakah aku kehilangan sinyal bahaya tentang Pitcher dari awal?" Davidson bertanya
sendiri. "Atau aku hanya memberi seorang pria yang tidak tahu kesempatan adil dengan tugas
kontroversial bawaan?" Dengan divisinya yang merosot dalam putaran terakhir perampingan
di departemen pelayanan teknik pada awal tahun itu, Davidson diminta untuk kembali ke
kantor pusat setelah absen lima tahun. Direktur, Walton Drummond, tiba-tiba mengambil
pensiun dini.
Salah satu hal pertama yang Davidson pelajari tentang pekerjaan barunya adalah
bahwa dia akan bertanggung jawab atas survei enam bulan yang komprehensif terhadap
struktur dan proses kantor pusat. Sekretaris DTS telah menjanjikan survei ke gedung putih
sebagai pendahuluan untuk reformasi manajemen fase lembaga berikutnya. Drummond telah
memilih tim survei lima orang yang terdiri dari dua analis manajemen yang berpengalaman,
seorang anggota staf yang lebih muda yang menjanjikan, seorang pemagang dan Pitcher,
pemimpin tim. Pitcher baru saja dari departemen keuangan, di mana dia telah berpartisipasi
dalam survei yang sama. Tetapi setelah pensiun untuk ekspedisi mendaki gunung yang
panjang di Asia, Drummond tidak dapat menjelaskan rencana surveinya atau pemahaman apa
pun yang telah dicapainya dengan Pitcher.
Davidson terkesan dengan energi dan motivasi Pitcher. Dia bekerja berjam-jam,
menulis banyak jika canggung dan dipenuhi dengan teori organisasi terbaru. Pitcher punya
karakteristik lain, namun, yang menggelisahkan. Dia tampak tidak tertarik dengan sejarah dan
budaya DTS dan paternalistik terhadap para manajer kelas atas, menganggap mereka tidak
terpelajar dan tidak peduli tentang manajemen modern.
Serangkaian pengarahan informasi pra-survei untuk kepala kantor pusat yang
diadakan oleh Davidson dan Pitcher tampaknya berjalan dengan baik. Pitcher yang
memusatkan perhatiannya pada hal-hal filsafat dan membatasi kata-katanya pada jadwal dan
prosedur. Dia menutup bagiannya dengan ramah, mengatakan, "Jika kita menemukan
kesempatan untuk perbaikan, kita akan berusaha untuk memiliki rekomendasi bagi Anda."
Tetapi survei itu baru berusia seminggu ketika direktur manajemen menerima
panggilan pertamanya dari pelanggan yang sangat marah. Itu adalah asisten sekretaris urusan
publik, Erin Dove, dan dia tidak berbicara dengan nada optimis seperti biasanya. "Orang-
orang Anda telah berhasil membuat marah seluruh staf atasan saya dengan komentar mereka
tentang bagaimana kita harus mengubah organisasi dan metode kita," katanya. "Saya pikir
Anda akan melalui penelitian pencari fakta. Orang ini, Pitcher terdengar seperti dia ingin
merubah kantor pusat DTS semalaman. Dia pikir siapa dia?"
"Dengar, Al," Davidson membantah dengan lembut, “Ini adalah manajer yang sangat
dicapai yang tidak digunakan untuk diberitahu mereka harus memperbaiki apa pun. Lembaga
ini sudah berjalan selama bertahun-tahun, dan kebutuhan untuk penemuan kembali belum
beresonansi dengan baik. Kita harus mengumpulkan dan menganalisis informasi dan
mengumpulkan kasus meyakinkan untuk perubahan, atau kita akan memutar roda kita. Mari
kita tunda umpan balik sampai Anda dan saya telah memeriksanya bersama."
1. Banyak pertanyaan muncul dalam benak Davidson tentang rencana survei dan
kapasitas divisinya untuk melaksanakannya. Apakah mereka mengambil terlalu
banyak dengan terlalu sedikit?
2. Apakah orang yang tepat telah dipilih untuk tim survei?
3. Apakah para manajer dan eksekutif, dan bahkan tim, telah benar-benar siap untuk
survei itu?
Davidson menerima feedback dari semua orang yang disurvei, dan tidak ada yang
memiliki sesuatu yang baik untuk dikatakan tentang survei yang dipimpin oleh
Pitcher. Ini merupakan alasan utama bahwa tidak mudah seperti yang dikatakan kalau
beberapa orang itu menolak perubahan. Jika Pitcher melakukan sesuatu yang sangat
mengganggu, maka si Davidson adalah orang yang harus menghadapinya.
2. Sepertinya masih belum tepat, karena Pitcher sendiri sebagai pemimpin tim survei
juga kurang bertanggung jawab dalam pelaksanaan survei yang dilakukan. Di satu sisi
dia kurang menghormati para manajer, menanggapi keluhan yang diterima dengan
penolakan yang kukuh dan cemoohan, dan Pitcher juga tidak berminat untuk
introspeksi atau pertimbangan ulang.
3. Menurut kelompok kami, survei tersebut tidak berjalan dengan baik dikarenakan
Pertemuan tidak berjalan dengan baik. Davidson telah menyampaikan keluhan kepada
Al Pitcher tentang penanganannya terhadap survei tersebut. Pitcher telah menanggapi
dengan penolakan yang kukuh dan cemoohan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, R. & A. Gilman. 2003. “The Pronouns of Power and Solidarity”. Dalam C. B.
Paulston & G.R. Tucker (ed). Sociolinguistics: The Essential Readings. Oxford:
Blackwell.
Colquitt, J.A., Jefferey A.L. & Michael J. W. 2011. Organizational Behavior: Improving
Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Mc Shane, S.L. & Von Glnow, M.A.Y. 2010. Organizational Behavior: Emerging
Knowledge and Practice for the Real Word. New York: Mc Graw Hill.
Seta Basri. (2011). “Pengertian Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi”. Diakses pada
tanggal 27 November 2022 melalui (https://www.setabasri.com/2011/01/kekuasaan-dan-
politik-dalam-organisasi.html?m=1)
Dyana Paramita, Patricia. “Keterkaitan Antara Politik dan Kekuasaan Dalam Organisasi”.
Diakses pada tanggal 28 November 2022 melalui (https://docplayer-
info.cdn.ampproject.org/v/s/docplayer.info/amp/29917583-Keterkaitan-antara-politik-
dan-kekuasaan-dalam-organisasi-patricia-dhiana-paramita-abstraksi.html ?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16343636222511&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fdocplayer.info%2F2F29917 -antara-politik-dan-kekuasaan-dalam-organisasi-
patricia-dhiana-paramita-abstraksi.html)