Disusun Oleh:
Kelompok VI
1. Eli Suryamin
2. Khana Desnawati
3. May Faridah Nur Afaf
4. Rosidatul Munawaroh
5. Seri Hartati
6. Zahroh
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM AN NUR LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjat kan kehadirat ALLAH SWT yang t elah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Dalam kesempatan ini, kami dari Kelompok 6 mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Sri Lestari, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan
Islam yang telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing serta
member arahan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantudalam
pembuatan makalah ini.
Kelo mpok kami sangat menyadar i bahwa dala m pembuat an makalah ini
mas ihbanyak kekurangan baik dari segi kelainan maupun penyusunan kata.
Dengan demikian penyusunan sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun dari kesempurnaan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu organisasi kita perlu beradaptasi dan menghadapi berbagai macam watak
dan tingkah laku seseorang. Hal ini diperlukan untuk menjalin kerjasama dalam
menjalankan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Selain itu, biasanya dalam suatu
organisasi banyak orang yang salah mengartikan posisi yang dapat merugikan orang lain.
Hal ini dapat menimbulkan masalah antar individu ataupun antar organisasi. Oleh karena
itu pentingnya jika kita dapat mengetahui batasan– batasan posisi atau kedudukan dalam
suatu organisasi.
Adapun Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang merupakan sesuatu
yang sangat penting dan vital dalam organisasi manajemen/kantor. Atasan perlu
melakukan pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi
manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah kosekuensi logis dari
semakin besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang,
maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dirinya sendiri. Bila
atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang, maka
ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat
mengembangkan bawahan sehingga lebih dapat memperkuat organisasi, terutama disaat
terjadi perubahan susunan manajemen.
Hal yang perlu disadari saat mendelegasikan wewenang dan mengkoordinasikannya
yaitu bahwa kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak
kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka
takut bila mereka melakukan delegasi, maka kehilangan wewenang. Padahal wewenang
dan tanggung jawab itu tetap berada pada atasan itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam makalah penyusun berusaha untuk memaparkan segala hal
yang berkaitan dengan wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang yang
berkaitan dengan proses manajemen dalam suatu organisasi.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
a) Apa yang dimaksud dengan Wewenang?
b) Apa yang dimaksud dengan Tanggung Jawab?
c) Apa yang di maksud dengan Pendelegasian Wewenang?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat wewenang yang sebenarnya dalam ilmu manajemen.
2. Untuk mengetahui hakikat tanggungjawab yang sebenarnya dalam ilmu manajemen.
3. Untuk mengetahui hakikat pendelegaisan wewenang yang sebenarnya dalam ilmu
manajemen.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wewenang
1. Pengertian Wewenang
Wewenang (authority) pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan yang
sering kali dipergunakan dalam sebuah organisasi. Wewenang merupakan kekuasaan
formal atau terlegemitasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang ditunjuk atau dipilih
untuk memimpin suatu organiasasi, bagian atau departemen memiliki wewenang atau
kekuasaan yang terlegimitasi.1
Berikut ini pendapat beberapa ahli mengenai pengertian wewenang2:
a) G. R. Terry
“Authority is the official and legal right to command action by others and
enforce compliance”.
Artinya:
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh
pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.
b) Louis A Allen
“Authority is the sum of the power and rights entrusted to make possible the
performance of the worh delegated”.
Artinya:
Wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang
didelegasikan pada suatu jabatan.
c) Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Authority is legal or right full power; right to command or to act.
Artinya:
Wewenang adalah kekuasaan yang sah, suatu hak untuk memerintah atau
bertindak.
1
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar Lampung:
Pusaka Media), 2021, h. 58
2
Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2007,
h.64-65
4
Wewenang memiliki peranan penting bagi seseorang dalam sebuah organisasi karena
sebagai berikut3:
a) Authority merupakan dasar hukum bagi seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan
atau tugas-tugasnya.
d) Authority menyebabkan tolok ukur kedudukan, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab
e) Authority menjadi batas apa yang boleh dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan
seseorang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wewenang (Authority) merupakan dasar
untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan.
Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Selain itu,
dalam wewenang selalu terdapat power and responsibility untuk mencapai tujuan, tetapi
power tidak selalu diikuti oleh authority dan responsibility. Jadi authority yang paling
menjamin tercapainya tujuan, sebab authority menciptakan power dan right.
Terdapat dua pandangan mengenai wewenang formal, yaitu pandangan klasik dan
pandangan berdasarkan penerimaan.4
1. Pandangan Klasik (classical view)
3
Ibid., h. 65
4
Op.Cit., h.58-59
5
2. Jenis-Jenis Wewenang
Kewenangan dalam sebuah organisasi dapat dibedakan menjadi5:
a) Line authority (Kewenanga Lini)
Kewenangan lini adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab
terhadap berbagai kegaiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Kewewnangan garis ini dimuli dari hierarki yang tertinggi hingg hierraki yang
terendah. Line authority dalam struktur organisasi disimbolkan dengan garis
( ).
b) Staff authority (Kewenangan Staf)
Kewenangan staf adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk membantu
bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini. Mereka
yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi dalam
pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara yang tidak langsung. Staff authority
dalam struktur organisasi disimbolkan dengan garis putus putus (-----).
Wewenang Staf dapat diklasifikasikan ke dalam enam jenis utama yaitu sebagai
berikut6:
5
Ibid., h.59-61
6
George R. Terry, Guide to Management, Terj. J. Smith D.F.M, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2003, h.109-111
6
1. Staf Penasehat
Seorang manajer dengan wewenang staf melakukan analisa terhadap berbagai
permasalahan, memberi usul serta menyiapkan laporan untuk membantu
manajer lini yang dapat menerima, merubah ataupun menolaknya.
2. Staf Pembantu
Wewenang ini meliputi manajer dari suatu unit organisasi untuk mempunyai
hubungan kerja dengan pihak lini.
3. Staf Pengawas
Melakukan pengawasan terhadap manajer yang umumnya memiliki
wewenang lini dalam orgnaisasi.
4. Staf Fungsional
Melaksanakan beberapa kegiatan tertentu yang dapat dilegasikan kepada
manajer lain yang memiliki wewenang lini atau staf.
5. Asistensi
Melakukakn sejumlah tugas terbatas tetapi tidak memiliki tanggung jawab
pengawasan yang berarti.
6. Staf Umum
Wewenang staf umum memberi kepada manajer lini atau staf suatu kelompok
pelaksana untuk membantunya melaksanakan tugas-tugas manajerial.
c) Functional Authority (Kewenangan Fungsional)
Kewenangan fungsional adalah merka yang berada dalam bagian tertentu di
organisasi, memiliki kewenangan lini dan kewenangan staf, namun juga diberikan
kewenangan untuk melakukan control atau koordinasi dengan bagian lainnya.
Functional authority dalam struktur organisasi digambarkan dengan garis
terputus-putus dan titik-titik (- - - - -).
d) Personality Authority (Kewenangan Wibawa)
Personality authority adalah kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan
perilaku, ketangkasan, dan kemampuan, sehingga ia disegani oleh kawan
maupun lawan.7
7
Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2007,
h.67
7
Adakalanya konflik terjadi antara mereka yang berada pada di bagian lini dan staf.
Ada juga konflik yang terjadi antarlini atau antarstaf. Konflik dapat saja disebabkan
oleh perbedaan usia, pengalaman, pendidikan atau juga dikarekan faktor perilaku orang-
orang yang berada di perusahaan. Kesemua persoalan tersebut adalah persoalah yang
lumrah terjadi dalam setiap organisasi dan menjadi tantangan bagai para manajer untuk
dapat mengendalikannya.8
3. Sumber-Sumber Wewenang
Adapun sumber-sumber wewenang adalah sebagai berikut9:
a) Formal Authority Theory (Teori wewenang formal)
Menurut Koontz, authority yang dimiliki seseorang bersumber dari
barang-barang yang dimilikinya, sebagaimana yang diatur oleh undang-undang,
hukum dan hukum adat dan lembaga tersebut. Formal authority theory ini
bersumber dan atas (top down authority) sebagai milik perseorangan dan
didelegasikan melalui para pemilik kepada wakilnya yaitu komisaris dan
komisaris kepada manajer, manajer kepada operasionalnya.
b) Acceptance Authority Theory (Teori penerimaan wewenang)
Menurut teori ini, authority seseorang bersumber dan penerimaan, kepatuhan,
dan pengakuan para bawahan terhadap perintah, dan kebijakankebijakan atas
kekuasaan yang dipegangnya. Acceptance authority theory ini bersumber dari
bawah ke atas (bottom-up theory).
c) Authority of the Situation (Wewenang dari situasi)
Menurut teori ini, authority seseorang bersumber dari “situasi”, misalnya
keadaandarurat atau kejadian-keajadian luar biasa. Karena situasi, seseorang
mengambil alih kekuasaan untuk menghadapi situasi-situasi khusus tersebut dan
perintah-perintahnya diterima dan dilaksanakan orang.
d) Position Authority (Wewenang dari jabatan)
Menurut teori ini, wewenang yang diperoleh seseorang bersumber dari potensi
(kedudukan) superior yang dijabatnya di dalam organisasi yang bersangkutan.
e) Technical Authority (Wewenang dari factor teknis)
8
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar Lampung:
Pusaka Media), 2021, h. 61
9
Op.Cit., h.67-69
8
10
Ibid., 69-70
9
melakukan berbagai aktifitas yang ditunjukkan untuk pencapaian tujuan organisasi yang
jika tidak dilimpahkan akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut.
Terdapat beberapa manfaat dari pelimpahan wewenang yaitu sebagai berikut11:
a) Pelimpahan wewenang memungkinkan subbagian atau bawahan mempelajari
esuatu yang baru dan memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang
baru tersebut.
b) Pelimpahan wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dalam
berbagai hal.
c) Penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat sekiranya
pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan
kepada orang yang bertanggung jawab.
Sekalipun pelimpahan wewenang memiliki sisi manfaat, namun juga tidak terlepas
dari kendala dalam pelaksanaannya. Staf yang tidak memiliki kemampuan atau
kapasibiltas untuk menrima atau menjalankan sesuatu yang didelegasikan kepadanya
justru akan menghambat pencapaian tujuan kea rah yang lebuh baik. Di sisi lain,
pelimpahan wewenang sering kali dilakukan bukan sebagai proses pembelajarn dan
pemberian kepercayaan dari atasan kepada bawahan, akan tetapi lebih sebagai pelarian
tanggung jawab dari atasan kepada bawahan. Oleh karena itu, perlu digaris bawahi
bahwa pelimpahan wewenang tidak berarti juga pelimpahan tanggung jawab.
Pelimpahan wewenang bisa jadi hanya merupakan pelimpahan beberapa hal yang dapat
diekrjakan oleh bawahan kita, akan tetapi tanggung jawab sepenuhnya masih berada di
tangan yang melimpahkan wewenang.
B. Tanggung Jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban
atau tugas-tugas yang dibebankan kepada nya sebagai akibat dari hubungan yang diterima
atau dimilikinya. Setiap wewenang akan menimbulkan hak (right), tanggung jawab
(responsibility), kewajiban kewajiban untuk melaksanakan dan mempertanggungjawabkan
(accountability), tegasnya tanggung jawab tercipta karena penerimaan wewenang,
tanggung jawab harus sama besarnya dengan wewenang yang dimiliki.
11
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar Lampung:
Pusaka Media), 2021, h. 63-64
10
Pertanggungjawaban hanya diberikan kepada orang atau lembaga yang memberikan atau
mendelegasikan wewenang tersebut atau delegate hanya bertanggung jawab kepada
delegator. Tanggung jawab ini timbul karena adanya hubungan antara atasan (delegator)
dan bawahan (delegate), dimana delegator atau atasan mendelegasikan sebagaian
wewenang pekerjaannya kepada delegate bawahan untuk dikerjakan. Delegate harus benar-
benar mempertanggungjawabkan wewenang yang diterimanya. Jika tidak sewaktu-waktu
wewenang itu dapat ditarik kembali oleh delegator dari delegatenya.12
Wewenang sebenarnya mengalir dari atasan ke bawahan jika diadakan penyerahan atau
perintah tugas, sedangkan tanggung jawab merupakan kewajiban bawahan melakukan
tugas itu. Tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas, jadi merupakan arus balik dari
perintah-perintah itu. Karena perusahaan selalu terkait dengan perusahaan-perusahaan
lainnya, yang berada dalam lingkungan sistem social. Maka manajer puncak suatu
perusahaan khususnya harus bertanggung jawab kepada13:
a. Pemilik perusahaan
b. Karyawan perusahaan
c. Pemerintah dan konsumer
Dengan demikian, manajer puncak dalam mencapai tujuannya bertanggung jawab dan
mengkoordinasikan kepentingan dari pemilik perusahaan karyawan perusahaan serta
pemerintah dan konsumen sebagai berikut.
a. Pemilik perusahaan:
1) Perusahaan tetap likuid dan solvable
2) Laba yang layak atas investasinya
3) Sarana dan prasarana hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin
4) Informasi tentang keadaan perusahaan dan masa depan perusahaan.
5) Perusahaan enggaknya dikelola sesuai dengan izin SIUP
6) Andainya rencana jangka panjang bagi perusahaannya.
7) Terbinanya hubungan baik antara pemilik karyawan dan manajer.
12
Ibid., h.68
13
Ibid., h. 68-70
11
C. Pendelegasian Wewenang
1. Pengertian Pendelagasian Wewenang
Pendelegasian wewenang (delegation of authority) mempunyai arti dan makna
yang sangat luas. Berikut ini definisi dari pendelagasian wewenang menurut beberapa
ahli14:
a) Drs. H. Malayu S.P Hasibuan menyatakan bahwa pendelegasian wewenang adalah
memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator kepada delegate
untuk dikerjakannya atas nama delegator.
b) Ralph C. Davis
Delegation of Authority is merely the phase of the process in wich Authorityof
assigned function is released to position to be exercise by their incumbent.
14
Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2007, h.
72-73
12
15
Ibid., h. 73
13
Pendelagasian wewenang ini penting dan mutlak harus dilakukan seorang manajer
atau pemimpin karena sebagai berikut16:
1) Manajemen baru dikatakan ada jika ada pembagian wewenang dan pembagian
kerja
2) Adanya keterbatasan (fisik waktu perhatian pengetahuan) seorang manajer
3) Supaya sebagian tugas dan pekerjaan manajer dapat dikerjakan oleh para
bawahannya
4) Merupakan kunci dinamika organisasi
5) Menciptakan terjadinya proses manajemen
6) Menciptakan ikatan hubungan formal dan kerjasama antara atasan dengan bawahan
7) Memperluas ruang gerak dan waktu seorang manajer
8) Membuktikan adanya pimpinan dan bawahan dalam suatu organisasi
9) Tanpa pendelegasian tidak akan ada pimpinan dan bawahan.
16
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar Lampung:
Pusaka Media), 2021, h. 71
14
17
Ibid., h. 72-73
18
Ibid., h. 73-75
15
Seni (art) delegasi ini merupakan akibat dan keempat personal attitude yang
diuraikan di atas, karena tanpa adanya kesediaan untuk melakukan pengendalian maka
seni-seni delegasi itu tidak akan efektif
19
Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2007, h.
78-79
17
Tanpa pemahaman yang baik mengenai ketiga hal ini, bisa jadi manajer salah dalam
melakukan pelimpahan wewenang. Misalnya sesuatu yang mestinya dilimpahkan, tidak
dilimpahkan dan sebaliknya sesuatu yang semestinya tidak dilimpahkan justru
dilimpahkan. Sebagaimana pendapat Oteng Sutisna, bahwa hal maksud utama dari
penyerahan kewenangan yaitu untuk menghasilkan organisasi yang efektif dalam
mencapai tujuan dengan kerugian yang paling kecil dalam hal waktu, material dan hal
ketidakpuasan.21
Selain ketiga kunci pokok tersebut, Stoner memberikan prinsip klasik mengenai
dasar agar pelimpahan wewenang menjadi efektif. Ketiga pinsip klasik tersebut yaitu
sebagai berikut:22
a) Pinsip Skalar (Scalar Principle)
Prinsip scalar merujuk kepada pedoman bahwa dalam sebuah proses pendelegasian
atau pelimpahan wewenang, harus ada garis wewenang yang jelas dari hierarki yang
tertinggi hingga hierarki yang terendah. Garis wewenang yang jelas akan
memberikan kemudahan mengenai:
kepada siapa delegasi harus diberikan,
siapa yang akan meberikan delegasi,
20
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar Lampung:
Pusaka Media), 2021, h. 64-65
21
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, h. 77
22
Op.Cit., h. 65-66
18
23
Ibid., h. 66-67
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Wewenang atau authority adalah merupakan dasar untuk bertindak, berbuat dalam
melakukan kegiatan dalam suatu organisasi. Arti penting wewenang adalah dengan
adanya wewenang pimpinan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
wewenang yang diberikan.
2. Tanggung jawab meruapakan keharusan untuk melakukan semua kewajiban atau
tugas-tugas yang telah dibebankan.
3. Pendelagasian wewenang merupakan sebuah pelimpahan wewenang dari atasan
kepada bawahan. Arti penting pendelegasian wewenang adalah dengan adanya
pelimpahan wewenang, pimpinan dalam organisasi dapat terbantu tugas yang telah
diberikan kepada orang-orang yang di anggap mampu melaksanakan wewenang
tersebut.
B. Saran
Kami menyadari terdapat kekurangan dalam makalah kami ini jadi kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca semua agar kami
kedepannya dapat lebih baik lagi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara), 2007.
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
2011.
R. Terry, Guide to Management, Terj. J. Smith D.F.M, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2003.
Sunarto, Untung Sunaryo & Sugiran, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam, (Bandar
Lampung: Pusaka Media), 2021.