Anda di halaman 1dari 12

WEWENANG, TANGGUNGJAWAB DAN PENDELEGASIAN

WEWENANG DALAM ILMU PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Subandi, M.M.
Dr. Hj. Eti Hadiati, M.Pd.
Dr. Ikhsan Mustofa, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Riadhus Sholihah (2386108036)

Kelas/Kelompok : C/4

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Dalam menyusun
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan yang
berjudul “Wewenang, Tanggungjawab dan Pendelegasian Wewenang dalam
Ilmu Manajemen” Sehingga Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Kemudian shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan


kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita selaku
umat-Nya mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya dihari kiamat kelak. Atas tersusunnya
makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada selaku dosen kami Bapak Dr.
Ikhsan Mustofa, M.Pd.I Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran
yang membangun agar sekiranya penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, memahami dan mengamalkannya

Bandar Lampung, 20 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN KATA PENGANTAR..............................................................ii

HALAMAN DAFTAR ISI.............................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Wewenang dalam Ilmu Manajemen..................................................3


B. Tanggungjawab dalam Ilmu Manajemen..........................................5
C. Pendelegasian Wewenang dalam Ilmu Manajemen..........................6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam
manajemen. Organisasi otentik dalam sekelompok individu yang
terstruktur dan sistematis yang berada dalam sebuah system.
Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya. Dengan hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang di miliki oleh
organisasi akan diatur penggunanya secara efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Setelah organisasi
membuat struktur, terdapat konsekuensi-konsekuensi yang terkait dengan
struktur organisasi tersebut. Bagian-bagian dalam struktur organisasi
menunjukkan adanya empat faktor penting dalam struktur organisasi, yaitu
adanya kekuasaan, kewenangan, tanggung jawab, dan delegasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami tulis, maka kami
merumuskan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana Wewenang dalam Ilmu Manajemen?
2. Bagaimana Tanggungjawab dalam Ilmu Manajemen?
3. Bagaimana Pendelegasian Wewenang dalam Ilmu Manajemen?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Wewenang dalam Ilmu Manajemen.
2. Untuk mengetahui Tanggungjawab dalam Ilmu Manajemen.
3. Untuk mengetahui Pendelegasian Wewenang dalam Ilmu
Manajemen.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wewenang dalam Ilmu Manajemen


Wewenang (authority) hanya dapat dimiliki oleh unsur manusia. Hal ini
disebabkan manusia harus selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan. Tanpa
peran serta tenaga kerja manusia, alat-alat andal dan canggih yang dimiliki
perusahaan tidak ada gunanya. Manusia merupakan unsur terpenting dalam
manajemen, karena tujuan manajemen dan proses manajemen ditetapkan oleh
manusia. Setiap kegiatan untuk mencapai tujuan itu harus dengan bantuan
tenaga kerja manusia dan tujuan itu pun untuk memenuhi
kepuasaan/kebutuhan manusia.1
Wewenang (authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan
melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang
orang- orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam authority
selalu terdapat power and right, tetapi dalam power belum tentu terdapat
authority and right. Jenis-jenis authority yaitu:
1. Line authority (wewenang garis). Line authority adalah kekuasaan, hak
dan tanggung jawab langsung berada pada seseorang atas tercapainya
tujuan. Ia berwenang mengambil keputusan dan berkuasa, berhak serta
bertanggung jawab langsung untuk merealisasi keputusan tersebut.
2. Staff authority (wewenang staf). Staff authority adalah kekuasaan dan
hak, “hanya” untuk memberikan data, informasi,dan saran-saran saja
untuk membantu lini, supaya bekerja efektif dalam mencapai tujuan.
3. Functional authority (wewenang fungsional). Functional authority
adalah kekuasaan seorang manajer adalah karena proses-proses,
praktek-praktek, kebijakan-kebijakan tertentu atau soal-soal lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan oleh pegawai-
pegawai lain dalam bagian-bagian lain pula.

1
Ayu Sri Utami And Mia Mauliana, ‘Determinasi Pendelegasian: Tugas, Wewenang Dan
Pertanggungjawaban (Literature Review Pengantar Manajemen Msdm)’, Jurnal Manajemen
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3.2 (2022), 489–99 <Https://Doi.Org/10.38035/Jmpis.V3i2.1112>.

3
4. Personality authority (wewenang wibawa). Personality authority
adalah kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan,perilaku,
ketangkasan, dan kemampuan, sehingga ia disegani oleh kawan
maupun lawan.
Adapun sumber-sumber authority adalah sebagai berikut:
1. Formal authority theory (institutional approach teori = wewenang
formal). Formal authority theory ini bersumber dan atas (topdown
authority) sebagai milik perseorangan dan didelegasikan melalui para
pemilik kepada wakilnya yaitu komisaris dan komisaris kepada
manajer, manajer kepada operasionalnya.2
2. Acceptance authority theory (teori penerimaan wewenang). Menurut
teori ini, authority seseorang bersumber dan penerimaan, kepatuhan,
danpengakuan para bawahan terhadap perintah, dan kebijakan-
kebijakan atas kekuasaan yang dipegangnya. Acceptance authority
theory ini bersumber dari bawah ke atas (bottom-up theory).
3. Authority of the situation, artinya wewenang diperoleh seseorang
karena situasi. Menurut teori ini, authority seseorang bersumber dari
“situasi”, misalnya keadaan darurat atau kejadian-keajadian luar biasa.
Karena situasi, seseorang mengambil alih kekuasaan untuk
menghadapi situasi-situasi khusus tersebut dan perintah-perintahnya
diterima dan dilaksanakan orang.
4. Position authority, artinya wewenang karena posisi (jabatan) dalam
organisasi. Menurut teori ini, wewenang yang diperoleh seseorang
bersumber dari potensi(kedudukan) superior yang dijabatnya di dalam
organisasi yang bersangkutan. Position authority ini dijabarkan untuk
description-nya.
5. Technical authority (wewenang teknisi), artinya wewenang diperoleh
seseorang, karena keahlian khusus sebagai akibat dan pengalaman,
popularitas, kemampuan mengambil keputusan yang jim. Menurut
teori ini, wewenang seseorang (operator) bersumber/berasal dari
computer yang dipakainya untuk memproses data. Ia mempunyai
2
Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1991).

4
kekuasaan mengambil keputusandan hasil proses data tersebut. Hal ini
disebabkan karena authority hanya dapat dimilikioleh manusia,
sehingga kewenangan komputer menjadi wewenang dan operatornya.
6. Yuridis authority (wewenang hukum), artinya wewenang itu diperoleh
seseorang,karena hukum atau undang-undang. Menurut teori ini,
wewenang seseorang bersumber dari hukum atau undang-undang yang
berlaku.

B. Tanggungjawab dalam Ilmu Manajemen


Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk melakukan
semua kewajiban tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari
wewenang yang diterima atau dimilikinya. Setiap wewenang akan
menimbulkan hak (right), tanggungjawab (responsibility), kewajiban-
kewajiban untuk melaksanakan dan mempertanggungjawabkan
(accountability). Tegasnya tanggung jawab tercipta, karena penerimaan
wewenang. Tanggung jawab harus sama besarnya dengan wewenang yang
dimiliki. Pertanggungjawaban hanya diberikan kepada orang atau lembaga
yang memberikan (mendelegasikan) wewenang tersebut atau delegate hanya
bertanggung jawab kepada delegator.3
Prinsip yang terpenting dalam suatu organisasi adalah tanggung jawab.
Tanggung jawab didelegasikan dari seseorang ke orang lain. Individu yang
menerima tanggung jawab membentuk suatu kewajiban yang juga bersifat
pribadi. Apabila seorang pimpinan menerima jabatan, ia harus menerima dan
memegang tanggung jawab. Tanggung jawab pada umumnya dapat diartikan
sebagai kewajiban untuk melakukan tugas serta menggunakan alat atau
sumber yang telah dipercayakan kepada seseorang.4
Wewenang sebenarnya mengalir dan atasan ke bawahan, jika diadakan
penyerahan (perintah) tugas, sedangkan tanggung jawab merupakan kewajiban
bawahan melakukan tugas itu. Tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas,
jadi merupakan arus balik dan perintah-perintah itu.
C. Pendelegasian Wewenang dalam Ilmu Manajemen
3
Syamsu Qamar Badu, Cakrawala Perubahan, Gorontalo (Ung Press, 2013), VI.
4
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2006).

5
Pendelegasian wewenang (delegation authority) mempunyai arti dan
makna yang sangat luas. Pendelegasian wewenang adalah memberikan
sebagian pekerjaan atau wewenang. Pendelegasian wewenang hanyalah
tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan
kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban.
Wewenang merupakan alat untuk bertindak dan berbuat, sedangkan
delegasi wewenang (delegation of authority) merupakan kunci dinamika
organisasi. Delegator walaupun telah mendelegasikan sebagian wewenang dan
tugas-tugasnya, tetapi pada saat yang bersamaan delegator masih tetap
memiliki wewenang tersebut. Hal inilah yang menyebabkan seorang manajer
masih tetap berhak untuk memerintah, mengkoordinasi, dan mengintegrasikan
semua tugas dalam organisasi. Delegator harus melaksanakan tugas-tugas dan
kewajibannya sesuai dengan wewenang yang diterimannya, jika tidak
delegator berhak menarik kembali wewenang tersebut. Pemimpin efektif
dalam kepemimpinannya, jika ia mampu dan cakap mendelegasikan
wewenang kepada seseorang (delegate) yang tepat, mampu bertanggung jawab
atas hasil wewenang yang diterimanya.5
Dalam pendelegasian wewenang delegator perlu memperhatikan beberapa
asas, yaitu:
1. Asas kepercayaan. Delegator hanya akan mendelegasikan sebagian
wewenang kepada delegate, jika delegate tersebut dapat dipercaya.
Kepercayaan ini harus didasarkan atas pertimbangan yang objektif
mengenai kecakapan, kemampuan, kejujuran, keterampilan, dan
tanggung jawab dan delegate bersangkutan.
2. Asas delegasi atas hasil yang diharapkan. Pemimpin (delegator)
dalam mendelegasikan wewenang harus berdasarkan atas hasil
(pekerjaan) yang akan dilakukan oleh delegate. Tidak boleh kurang
ataupun lebih. Asas ini memperhatikan hasil yang akan diperoleh
dan pendelegasian wewenang itu.

5
Ekty Lovenda, ‘Pengaruh Pendelegasian Wewenang Dan Tanggung Jawab Terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara’, Angewandte Chemie
International Edition, 6.11 (2019), 5–24.

6
3. Asas penentuan fungsi atau asas kejelasan tugas. Asas penentuan
tugas yang dilakukan manajer kepada para bawahannya harus
secara jelas disertai hasil yang diharapkan. Semakin jelas kegiatan
yang harus dilakukan maka akan semakin jelas delegation of
authority dalam organisasi dan semakin jelas pula hubungan
wewenang dengan bagian-bagian lainnya maka akan semakin jelas
tanggung jawab seseorang dalam melakukan tugas-tugasnya untuk
mencapai tujuan perusahaan.
4. Asas rantai berkala. Asas rantai berkala artinya manajer dalam
mendelegasikan wewenang, harus dilakukan menurut urutan-
urutan kedudukan daripada pejabat yakni dan atas ke bawah.
5. Asas tingkat wewenang. Menurut asas ini, masing-masing manajer
pada setiap tingkat harus mengambil keputusan dan kebijaksanaan
apa saja yang dapat diambilnya sepanjang mengenai
wewenangnya.
6. Asas kesatuan komando. Setiap bawahan harus diusahakan agar
hanya menerima perintah dan seorang atasan saja. Tetapi seorang
atasan dapat memerintah lebih dan seorang bawahan.
7. Asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab. Menurut asas
ini, besarnya wewenang yang didelegasikan harus sama dan
seimbang dengan besarnya tugas-tugas dan tanggung jawab yang
diminta (authority responsibility)-nya. Tanpa keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab akan berakibat terjadinya
kemandekan tugas-tugas, overlapping, dan adanya tindakan-
tindakan yang tumpang tindih.
8. Asas pembagian kerja. Menurut asas ini, untuk berfungsinya
organisasi hendaknya dilakukan distribusi pekerjaan (delegation of
authority), karena tanpa adanya pembagian kerja, manajemen tidak
berarti apa-apa dan semua tugas akan langsung dikerjakan sendiri
oleh manajer. Partisipasi bawahan kurang dan mereka tidak dapat
melakukan kegiatan- kegiatan,tidak memiliki wewenang.

7
9. Asas efisiensi. Menurut asas ini dengan pendelegasian wewenang
maka manajer akan lebih leluasa melaksanakan tugas-tugas penting
daripada melaksanakan hal-hal yang dapat dikerjakan bawahan.
Keuntungan spesialisasi dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
manajer dapat memikirkan perkembangan perusahaan.
10. Asas kemutlakan tanggung jawab. Menurut asas ini, bahwa setiap
delegate yang menerima wewenang, mutlak harus bertanggung
jawab kepada delegator (atasan)-nya mengenai wewenang
(pekerjaan-pekerjaan) yang dilakukannya. Tanggung jawab tidak
boleh didelegasikan kepada bawahan yang menerima wewenang
itu. Hanya wewenang yang boleh didelegasikan kepada bawahan.
Tegasnya seseorang yang menerima wewenang, harus bertanggung
jawab kepada orang yang memberikan wewenang tersebut.

8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Wewenang (authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan
melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang
orang- orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa.
2. Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk melakukan
semua kewajiban tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat
dari wewenang yang diterima atau dimilikinya. Apabila seorang pimpinan
menerima jabatan, ia harus menerima dan memegang tanggung jawab.
Tanggung jawab pada umumnya dapat diartikan sebagai kewajiban untuk
melakukan tugas serta menggunakan alat atau sumber yang telah
dipercayakan kepada seseorang.
3. Pendelegasian wewenang adalah dengan adanya pelimpahan wewenang,
pimpinan dalam organisasi dapat terbantu tugas yang telah diberikan
kepada orang-orang yang di anggap mampu melaksanakan wewenang
tersebut. Asas-asas pendelegasian wewenang meliputi: asas kepercayaan,
asas hasil yang diharapkan, asas kejelasan tugas, asas rantai berkala, asas
tingkat wewenang, asas kesatuan komando, asas keseimbangan wewenang
dan tanggung jawab, asas pembagian kerja, asas efesiensi dan asas
tanggung jawab.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ekty Lovenda, ‘Pengaruh Pendelegasian Wewenang Dan Tanggung Jawab


Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara’, Angewandte Chemie International Edition, 6.11 (2019)
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2006)
Sri Utami, Ayu, And Mia Mauliana, ‘Determinasi Pendelegasian: Tugas,
Wewenang Dan Pertanggungjawaban (Literature Review Pengantar
Manajemen Msdm)’, Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3.2
(2022), 489–99 <Https://Doi.Org/10.38035/Jmpis.V3i2.1112>
Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1991)
Syamsu Qamar Badu, Cakrawala Perubahan, Gorontalo (Ung Press, 2013), VI

10

Anda mungkin juga menyukai