Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN DALAM ORGANISASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Organisasi

Dosen Pengampu : Mohammad Abdul Aziz, M. Sos.

Disusun oleh :

1. Farah Aning Khofifah 43010190103


2. Ayu Nur Aziza 43010190111
3. Dimas Agus Jatmiko 43010190117

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan kami kesempatan,
kelancaran, dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad
SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di Yaumul Kiamah nanti. Aamiin.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya,


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah
Komunikasi Organisasi yang bertema “Kekuasaan dan Pemberdayaan Dalam
Organisasi”. Kami selaku penulis akan membahas mengenai tema tersebut.

Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin


untuk memberikan dan menyajikan yang terbaik. Tetapi, kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Karena kesempurnaan
hanya milik Allah Swt. semata.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas kerja sama dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan disusunnya makalah ini akan
memberikan manfaat bagi kita semua. Demikian, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan kita semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Boyolali, 15 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekuasaan Menurut Ahli ...........................................................3


B. Konsep Kekuasaan dan Organisasi ..............................................................3
C. Dinamika Komunikasi Organisasi ...............................................................5
D. Komunikasi dan Proses Pemberian Kekuasaan ...........................................6
E. Komunikasi dan Pelaksanaan Kekuasaan ....................................................7
F. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment) .................................................7
G. Syarat-Syarat Pemberdayaan .......................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan cara yang diperlukan oleh setiap insan untuk
berinteraksi dengan yang lainnya untuk keperluan yang masing-masing
butuhkan. Komunikasi menjadi aktivitas yang hampir setiap orang terlibat dan
saling melibatkan. Pentingnya komunikasi dengan manusia adalah suatu hal
yang tidak bisa dipungkiri manusia, begitu juga halnya dengan organisasi.
Tidak hanya pengetahuan dasar tentang komunikasi, pengetahuan dasar tentang
organisasi sebagai suatu lingkungan tertentu yang berstruktur, berkarakteristik,
serta memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang mendukung kelancaran
komunikasi organisasi.
Organisasi memiliki tujuan tertentu dan memiliki sifat untuk selalu
dapat memenuhi tujuannya tersebut. Usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut adalah dengan melakukan kekuasaan. Karena pada dasarnya,
organisasi mempunyai sifat berusaha untuk memenuhi beberapa jenjang
keteraturan tertentu sehingga dapat bertahan dan mencapai tujuannya. Usaha
yang dilakukan meliputi suatu keteraturan yang dirundingkan, tetapi pengaturan
manusia lah yang melibatkan kekuasaan. Individu yang bergabung dengan
organisasi ini adalah dengan menggunakan kekuasaan.
Dalam organisasi juga dibutuhkan sebuah pemberdayaan yang lahir dari
sebuah kekuasan. Pemberdayaan adalah memberikan kesempatan pada para
anggota organisasi yang memungkinkan dalam menggunakan kemampuannya
dan semakin meningkatkan keaktifan dalam anggota organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kekuasaan Menurut Ahli
2. Konsep Kekuasaan Dan Organisasi
3. Dinamika Komunikasi Organisasi
4. Komunikasi Dan Proses Pemberian Kekuasaan
5. Komunikasi Dan Pelaksanaan Kekuasaan
6. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment)
7. Syarat-Syarat Pemberdayaan

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kekuasaan Menurut Ahli
2. Mengetahui Konsep Kekuasaan Dan Organisasi
3. Mengetahui Dinamika Komunikasi Organisasi
4. Mengetahui Komunikasi Dan Proses Pemberian Kekuasaan
5. Mengetahui Komunikasi Dan Pelaksanaan Kekuasaan
6. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment)
7. Syarat-Syarat Pemberdayaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekuasaan Menurut Ahli


Boulding (1989), mengemukakan bahwa kekuasaan itu dalam arti luas,
sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan,
apabila diterapkan di lingkungan organisasi, adalah masalah penentuan seputar
bagaimana organisasi memperoleh apa yang diinginkan dan bagaimana pemberi
andil dalam organisasi memperoleh yang mereka inginkan.1
Kekuasaan dipandang sebagai kemampuan perorangan atau kelompok
untuk mempengaruhi, memberi perintah, dan mengendalikan hasil-hasil
organisasi. Tiga jenis kekuasaan dalam mempertahankan organisasi (Boulding)
yaitu:
1. Kekuasaan bersifat menghancurkan, menghasilkan, dan menyatukan.
kekuasaan destruktif adalah kekuasaan untuk potensi menghancurkan dan
mengancam.
2. Kekuasaan produktif atau menghasilkan bersifat ekonomik dan meliputi
kekuasaan untuk menghasilkan dan menjual.
3. Kekuasaan integratif berarti mendorong kesetiaan, menyatukan orang
bersama dan mampu menggerakkan orang ke arah tujuan bersama. Menurut
boulding kekuasaan integratif adalah bentuk kekuasaan yang paling
dominan.

B. Konsep Kekuasaan dan Organisasi


Pengertian Kekuasaan (Power) adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya, kemampuan tersebut
merupakan inti penting dari kepemimpinan. Jenis-jenis kekuasaan (Power)
dalam organisasi, antara lain:

1
www.academia.edu/43468839/KEKUASAAN_DAN_PEMBERDAYAAN_DALAM_ORGANIS
ASI (Diakses pada tanggal 13 Noverber 2020, pukul 16.31)

3
1. Kekuasaan Penghargaan atau Balas Jasa (Reward Power)
Kekuasaan ini adalah kekuasaan yang menggunakan balas jasa atau
reward untuk memengaruhi seseorang agar bersedia melakukan sesuatu
sesuai keinginannya.
Balas jasa atau reward dapat berupa gaji, upah, bonus, promosi,
pujian, pengakuan ataupun penempatan tugas yang lebih menarik, namun
melalui kekuasaan balas jasa ini, seorang pemimpin/manajer juga dapat
menunda pemberian reward (balas jasa) tersebut sebagai hukumannya jika
bawahannya tidak melakukan apa yang telah diperintahkan.
2. Kekuasaan Koersif atau Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan paksaan atau coercive power ini lebih cenderung ke
penggunaan ancaman atau hukuman untuk memengaruhi seseorang agar
bersedia melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Kekuasaan
paksaan ini adalah kebalikan atau sisi negatif dari kekuasaan balas jasa
(reward power).
Contoh ancaman atau hukuman yang diberlakukan jika tidak
mengikuti perintah yang diinstruksikan antara lain seperti pemberian surat
peringatan, penurunan gaji, penurunan jabatan dan bahkan pemberhentian
kerja (PHK).
3. Kekuasaan Rujukan (referent power)
Kekuasaan rujukan atau referent power ini merupakan kekuasaan
yang diperoleh atas dasar kekaguman, keteladanan, kharisma dan
kepribadian dari seorang pemimpin. Contohnya Gandhi yang memimpin
jutaan orang karena kepribadian dan karismatiknya.
4. Kekuasaan Legitimasi atau Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan sah atau legitimate power ini berasal dari posisi resmi
yang dijabat oleh seseorang, baik itu dalam suatu organisasi, birokrasi
ataupun pemerintahan. Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh
dari konsekuensi hirarki dalam organisasi.

4
5. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan keahlian atau expert power ini muncul karena adanya
keahlian ataupun keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang
yang memiliki pengalaman dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan ahli
dalam suatu organisasi meskipun orang tersebut bukanlah manajer ataupun
pemimpin.
Individu-individu yang memiliki keterampilan atau keahlian
tersebut biasanya dipercayai oleh manajernya untuk membimbing
karyawan lainnya dengan benar.2

C. Dinamika Komunikasi Organisasi


Gagasan terhadap komunikasi (tradisional) mula-mula adalah melihat
komunikasi sebagai alat atau tranmisi, yang dititik-beratkan kepada gagasan
pengiriman penyebaran dan pemberian informasi kepada orang lain, dengan
tujuan untuk mengendalikan. Sedangkan gagasan lain yang mengemukakan
pendapatnya bahwa komunikasi bukan hanya alat untuk mengendalikan, akan
tetapi sebagai sarana pikiran dalam arti dipakai untuk maksud tertentu seperti
memberikan intruksi, membujuk, bahkan memperoleh kekuasaan.
Dari dua gagasan yang berbeda tersebut, penting untuk mengantarkan
pemahaman tentang komunikasi organisasi dan kekuasaan:
1. Pertama, komunikasi dipandang sebagai mekanisme kekuasan dalam
konteks organisasi komunikasi digunakan untuk menentukan tujuan,
norma dan perilaku organisasi, organisasi dipandang sebagai suatu sarana
kekuasaan. manusia memiliki kekuasaan, dan melaksanakannya melalui
komunikasi dan menciptakannya dengan tindakan yang terorganisir.
2. Kedua, komunikasi dipandang sebagai kekuasaan karena kemampuannya
sangat berpengaruh dalam menentukan hasil, pengetahuan, kenyakinan
dan tindakan. Manusia bertindak berdasarkan informasi yang ada serta
pilihan atau alternatif yang disediakan oleh informasi tersebut. Kekuasaan

2
https://blog.ub.ac.id/fgreisye/2013/03/02/komunikasi-organisasi-kekuasaan-dan-
pemberdayaan-dalam-organisasi/ (Diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul 16.26)

5
lalu digunakan melalui alternatif yang disediakan dan cara alternatif
tersebut diberikan.

Contoh organisasi memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk


memberikan keputusan tetapi tidak bebas sama sekali, melainkan memberikan
pilihan atau kriteria yang harus dipenuhi dalam setiap pengambilan keputusan
tersebut.

D. Komunikasi dan Proses Pemberian Kekuasaan


Bagian paling penting dalam proses pemberdayaan yaitu mengenalkan
kondisi-kondisi yang membangkitkan perasaan tidak berdaya. dalam organisasi
manusia terkadang merasa tidak berdaya ketika mereka tidak memiliki akses
kepada informasi yang mempengaruhi kesejahteraan dan pekerjaan mereka.
Konsep pemberian kekuasaan atau pemberdayaan ini, memiliki
beberapa dimensi. Conger dan Kanungo menyatakan pendapatnya bahwa
pemberdayaan dapat ditinjau dalam arti rasional dan motivasional.
1. Pertama, aspek rasional menegaskan kepada masalah pembagian kekuasan
antara manajer dan bawahan, ada usaha untuk melonggarkan hilarkhi dan
menekankan pemecahan masalah secara bersama-sama.
2. Kedua, aspek motivasional yang merujuk kepada kebutuhan hakiki suatu
keyakinan dan kemampuan pribadi, dengan teknik ini, karyawan akan
merasa memiliki kekuasaan.
Jadi pemberdayaan dalam arti motivasional adalah mempercayai
kemampuan setiap orang yang meliputi kebutuhan dan hak setiap orang untuk
merasakan bahwa dirinya mampu berprestasi dan efektif.
Berdasarkan hal di atas tampak adanya hubungan yang erat antara
pemberdayaan dan kinerja. Pengambilan keputusan menyangkut dan
berhubungan erat dengan kinerja. Diberdayakan dalam organisasi berarti
mengetahui argumentasi yang diterima serta cara-cara yang digunakannya,
berarti kita tidak bisa lepas dari praktek komunikasi dalam organisasi meskipun
terkadang atau cenderung diabaikan dalam kekuasaan.

6
E. Komunikasi dan Pelaksanaan Kekuasaan
Komunikasi dalam suatu organisasi harus mencerminkan penggunaan
kekuasaan yang bijaksana. Boulding (1989), bahwa mempertahankan
kekuasaan mungkin bergantung pada pengetahuan kapan untuk menggunakan
kekuasaan itu, kekuasaan yang dilaksanakan secara bijaksana terkadang sama
sekali tidak digunakan, contoh seorang manajer mendelegasikan otoritas
kepada bawahannya untuk melakukan suatu tugas, komunikasi harus
mendukung, yaitu setidaknya manajer memberikan sebuah memo, atau
merincikan tugas apa yang harus dilaksanakan atau dikerjakan.
Komunikasi dengan menempatkan posisi orang lain lebih rendah adalah
suatu wujud pelaksanaan kekuasan, ini mengisyaratkan suatu hubungan yang
memaksakan dominasi tanpa sepengetahuan orang yang melakukannya dan
bahkan tidak diketahui dan disadari oleh orang tersebut.
Banyak isu gender (bahasa, bahasa seksual) yang merupakan isu dari
pada kekuasaan, sesuatu yang tampak tidak salahnya bagi seseorang, dapat saja
dipandang sebagai penindasan oleh orang lain.
Contohnya seperti istilah freshman dapat saja menimbulkan suatu
pertentangan, itu dikarenakan kata tersebut khusus untuk seorang pria sehingga
mengabaikan keberadaan kaum wanita meskipun begitu, sebenarnya istilah ini
sudah dulu ada dan tidak menyangkut jenis kelamin lagi.
Dalam komunikasi yang penting adalah “penciptaan pesan”, Bahasa,
tidak saja sekedar masalah kecermatan politis, tetapi masalah persamaan pesan
lebih penting daripada gagasan kecermatan politis atau strategi.

F. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment)


Dalam literatur Barat, ide mengenai pemberdayaan (empowerment)
dipelopori oleh Mary Parker Follet (1868-1933) dalam seri ceramahnya
mengenai kepemimpinan, pengendalian, otoritas dan konflik antar individu
pada awal abad ke 20 (Eylon, 1998; Parker, 1984).3 Setelah itu istilah ini banyak
digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, psikologi, politik dan

3
Ridwan Nurdin, “Pemberdayaan, Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi: Sebuah Analisis
Konseptual”, Jurnal Manajemen dan Inovasi Vol. 9. No. 1, 2018, hlm. 61.

7
ekonomi) misalnya, memberdayakan atau memberi keupayaan kepada wanita
atau golongan minoritas. Kini penggunaannya telah diperluaskan dalam bidang
pengurusan organisasi yang lebih mikro sifatnya.
Menurut Conger dan Kanungo (1988) pula pemberdayaan merupakan
satu konstruk psikologi yang lebih memfokus kepada tanggapan pekerja itu
sendiri mengenai pengalamannya diberdayakan atau dimampukan dalam suatu
organisasi. Tanggapan ini akan mempengaruhi empat dimensi kognisi
(kesadaran) yaitu : makna (meaning), kompetensi (competence), penentuan diri
(self determination) dan impak (impact). Makna, atau kebermaknaan ialah nilai
kerja atau tujuan yang dinilai mengikut ideal atau kriteria individu yang
melibatkan pandangan intrinsik individu terhadap tugas yang diberikan.
Kompetensi ialah keyakinan individu terhadap keupayaannya melaksanakan
aktivitas dengan menggunakan kemahiran yang ada. Penentuan diri merujuk
kepada sejauh mana individu mempunyai pilihan dalam memulakan atau
melaksanakan tindakan. Dan impak ialah sejauh mana seorang individu boleh
mempengaruhi hasil strategik, administrasi dan pengoperasian di tempat kerja.4
Pemberdayaan merupakan hubungan interpersonal yang mendorong
mutual trust (saling percaya) antara pekerja dan majikan (Khan, 1997). Untuk
satu hal, pemberdayaan memerlukan tindakan sungguh-sungguh dari pihak
pengurus untuk menyerahkan kekuasaan kepada pekerja dalam menentukan
cara terbaik melaksanakan, mengawal sarana produksi dan menilai hasilnya.
Dengan kata lain adalah otonomi (Wilberforce, 2000). Dalam hal ini,
pemberdayaan dapat ditinjau melalui dua sudut pandang (Setyawan dan
Mulyadi, 1999), yaitu:
1. Dari sudut pandang Pengurus (majikan) Pemberdayaan merupakan proses
pemberian kuasa kepada pekerja untuk memampukan diri di dalam
merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan (implementasi) rencana
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Dari sudut pandang pekerja Pemberdayaan merupakan proses untuk
meningkatkan keandalan dirinya agar dipercaya oleh majikan dalam

4
Ibid, hlm. 62

8
merencanakan dan mengendalikan implementasi rencana pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya.5

G. Syarat-Syarat Pemberdayaan
Terdapat sejumlah keadaan yang dipersyaratkan untuk memberdayakan
pekerja (Soetomo, 1999), yaitu:
1. Partisipasi, dalam arti pemberdayaan adalah keinginan dari seluruh pekerja
apa pun jabatannya untuk selalu memperbaiki proses kerja dan hubungan
antara rekan. Masalah yang berkaitan dengan partisipasi di perusahaan
biasanya berkaitan dengan kualitas dan kedudukan (performance)
organisasi, sehingga perlu dilakukan latihan bagi segala lapisan pekerja.
2. Inovasi, merupakan inti pemberdayaan karena pekerja memiliki kekuasaan
untuk mencoba berbagai ide yang dapat diputuskan sendiri.
3. Peluang mengakses semua informasi yang diperlukan.
4. Adanya akuntabilitas yang memungkinkan setiap pekerja memiliki perasaan
bertanggung jawap kepada majikan atas segala hasil yang telah
diperolehnya.6
Dalam penerapannya agar kondisi tersebut di atas dapat berlangsung
dengan baik maka dalam proses pemberdayaan mesti lah memperhatikan
beberapa hal (Mildawani, 1999), yaitu:
a. Partisipasi, mengandung pengertian keterlibatan semua pihak yang
terkait. Partisipasi yang dimaksudkan di sini adalah partisipasi dari para
pengurus atau penyelia dan pekerja dalam setiap aktivitas organisasi
untuk mencapai tujuan bersama. Partisipasi ini juga bermakna bahwa
semua pihak terlibat secara aktif dalam kegiatan pengambilan
keputusan.
b. Komunikasi, menjelaskan bahwa perlu adanya interaksi dua arah yang
terbuka antara kedua belah pihak, atasan (pemberi otoritas) maupun
bawahan (penerima wewenang).

5
Ibid, hlm. 63.
6
Ibid, hlm. 65.

9
c. Kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud di sini adalah lebih pada
trust yang dibangun berdasarkan unsur keterbukaan. Dalam proses
pemberdayaan akan sulit mendapat hasil yang optimal, bila pemberi
otoritas tidak mempunyai kepercayaan terhadap penerima kekuasaan.
Percaya berarti pemberian mandat yang luas kepada penerima tugas
untuk melakukan tugasnya secara sendiri, tanpa pengawasan atau
kawalan yang berlebihan.
d. Kemandirian. Dalam kemandirian, alur penyelesaian masalah dan tugas
akan semakin mudah ditempuh karena kemandirian mengartikan
adanya kemampuan menyelesaikan permasalahan tanpa kawalan yang
ketat.
e. Pertanggungjawaban. Pertanggungjawapan yang dimaksud lebih
merujuk kepada suatu bentuk bagaimana para pekerja
mempertanggungjawapkan hasil pekerjaan atau tugas yang selama ini
telah diberikan kepada seseorang akan mendorong seseorang untuk
bekerja lebih maksimal.
f. Keterbukaan. Unsur keterbukaan merupakan salah satu aspek yang
mutlak diperlukan bagi terselenggaranya proses pemberdayaan.
Konsekuensi rasional dari keterbukaan di antaranya adalah usaha untuk
menempatkan orang yang tepat pada bidangnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekuasaan dipandang sebagai kemampuan perorangan atau kelompok
untuk mempengaruhi, memberi perintah, dan mengendalikan hasil-hasil
organisasi. Tiga jenis kekuasaan dalam mempertahankan organisasi (Boulding)
yaitu:
1. Kekuasaan Destruktif
2. Kekuasaan Produktif
3. Kekuasaan Integratif

Jenis-jenis kekuasaan dalam organisasi:

a. Kekuasaan Penghargaan
b. Kekuasaan Koersif
c. Kekuasaan Rujukan
d. Kekuasaan Legitimasi
e. Kekuasaan Keahlian
Conger dan Kanungo mengatakan bahwa konsep pemberian kekuasaan
atau pemberdayaan memiliki beberapa dimensi:
1) Aspek Rasional
2) Aspek Motivasional
Pemberdayaan merupakan satu konstruk psikologi yang lebih
memfokus kepada tanggapan pekerja itu sendiri mengenai pengalamannya
diberdayakan atau dimampukan dalam suatu organisasi. Tanggapan ini akan
mempengaruhi empat dimensi kognisi (kesadaran) yaitu : makna (meaning),
kompetensi (competence), penentuan diri (self determination) dan impak
(impact).

Syarat-syarat pemberdayaan (soetomo, 1999), antara lain:

a) Partisipasi
b) Inovasi
c) Peluang mengakses semua informasi yang diperlukan

11
d) Adanya akuntabilitas

Dalam penerapannya, proses pemberdayaan memperhatikan beberapa


hal berikut (Wildawani, 1999):

(1) Partisipasi
(2) Komunikasi
(3) Kepercayaan
(4) Kemandirian
(5) Pertanggungjawaban
(6) Keterbukaan

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan diatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Ridwan. 2018. “Pemberdayaan, Kepemimpinan dan Komitmen


Organisasi: Sebuah Analisis Konseptual”, Jurnal Manajemen dan Inovasi Vol. 9.
No. 1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala.
https://blog.ub.ac.id/fgreisye/2013/03/02/komunikasi-organisasi-kekuasaan-dan-
pemberdayaan-dalam-organisasi/ (Diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul
16.26).

www.academia.edu/43468839/KEKUASAAN_DAN_PEMBERDAYAAN_DAL
AM_ORGANISASI (Diakses pada tanggal 13 Noverber 2020, pukul 16.31).

13

Anda mungkin juga menyukai