Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

“DIMENSI-DIMENSI DALAM KOMUNIKASI”


(Diajukan untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi)

Dosen Pengampu :
Pia Khoirotun Nisa, S. Sos.I.,S.Pd.,M.I.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 9 (KPI 5C)
Abdu Amar Wahdan (11170510000152)
Humaira Khairunnisa (11170510000216)
Dinda Azzahra Maulida (11180510000239)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................2


A. PENDAHULUAN ......................................................................................................3
a) Latar Belakang .......................................................................................................3
b) Rumusan Masalah ..................................................................................................3
c) Tujuan Penulisan ....................................................................................................4
B. KAJIAN TEORITIS ................................................................................................ 5
a) Pengertian Dimensi ................................................................................................ 5
b) Pengertian Komunikasi .......................................................................................... 5
c) Pengertian Dimensi Komunikasi ...........................................................................5
C. PEMBAHASAN .......................................................................................................7
1. Dimensi-dimensi Komunikasi .............................................................................7
a) Dimensi Aksi Komunikasi .........................................................................7
b) Dimensi Sarana Komunikasi ......................................................................7
c) Dimensi Tujuan Komunikasi .....................................................................8
2. Unsur-Unsur Dimensi Komunikasi ........................................................................8
a) Unsur Dimensi Aksi Komunikasi .............................................................. 8
b) Unsur Dimensi Sarana Komunikasi ........................................................... 11
c) Unsur Dimensi Tujuan Komunikasi .......................................................... 11
D. PENUTUP .................................................................................................................15
a) Kesimpulan ............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

2
A. PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Hak untuk berkomunikasi di ruang public merupakan hak yang paling
dasar bagi kehidupan manusia. Hak untuk berkomunikasi dan berserikat dijamin
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonensia 1945, Undang-undang
pokok pers, Unndang-undang Penyiaran, dan Undang-undang Keterbukaan
Informasi publik.
Hak berkomunikasi di ruang public tidak bisa dilepaskan dari otonomi
demokrasi untuk berekspresi. Etika komunikasi merupakan bagian dari upaya
menjamin otonomi demokrasi tersebut. Etika komunikasi tidak hanya berhenti
pada masalaha actor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola
rumah produksi), ia tidak dibatasi hanya pada deontologi jurnalisme.
Etika komunikasi berhubungan dengan praktek institusi, hukum,
komunitas, strukktur social, politik, dan ekonomi. Maka, aspek sarana atau etika
strategi dalam bentuk regulasi sangat perlu. Etika bukan untuk membatasi
gerakan cepat dan tanggap dalam praktek jurnalistik, justru membantu agar
media bisa tetap memiliki kredibilitas dan kepercayaan dari masyarakat sebagai
pelayanan informasi publik.
Dalam proses komunikasi terdapat dua sisi yang tidak pernah
terlepaskan, yakni kebebasan dan tanggung jawab. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua sisi tersebut maka proses komunikasi pun tidak
akan berjalan sesuai dengan harapan dan aturan yang seharusnya. Oleh sebab itu
perlu adanya suatu kontrol yang mampu menjadi barometer sekaligus sebagai
penyeimbang kedua sisi tersebut. Maka dalam hal ini diperlukan adanya etika
dalam berkomunikasi.

b) Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dimensi-dimensi Dalam Etika Komunikasi ?
2. Apa Saja Unsur-unsur Dimensi Dalam Etika Komunikasi ?

3
c) Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa/I dapat mengetahui bagaimana dimensi-dimensi
komunikasi
2. Agar Mahasiswa/I dapat mengetahui unsur-unsur Dimensi Aksi
Komunikasi

4
B. KAJIAN TEORITIS
a) Pengertian Dimensi
Dimensi dalam ilmu matematika merupakan sebuah bangun datar
dan bangun ruang. Begitu pula dalam perfilman, kita sering kali
mendengar istilah 3D, yang mana kita akan merasakan pengalaman
menonton film terlihat lebih nyata.
Sedangkan menurut KBBI, dimensi adalah ukuran yang mencakup
panjang, lebar, tinggi, luas, dan yang lainnya. Selain itu, definisi dimensi
juga meliputi salah satu aspek atribut, elemen, item, fenomena, situasi,
atau faktor yang membentuk suatu entitas.
b) Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah Proses pengiriman dan penerimaan informasi atau
pesan antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga bisa dipahami
dengan mudah. Komunikasi terjadi saat pesan disampaikan oleh pengirim pesan
dan diterima oleh penerima pesan.
Dalam komunikasi juga terdapat unsur-unsur komunikasi yang harus
dipenuhi. Adapun komponen komunikasi meliputi komunikator atau pengirim
pesan, komunikan atau penerima pesan, media atau perantara, pesan atau
informasi, efek yang ditimbulkan serta umpan balik.
Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam
lingkungan mereka. Komunikasi juga merupakan penyampaian informasi,
gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-
lambang atau kata-kata, dan lain-lain.
c) Pengertian Dimensi Komunikasi
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur
tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling
menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler, dan lain-lain.Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga
kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram,
terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang

5
dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan
dengan hak asasi manusia secara umumTata cara pergaulan, aturan perilaku,
adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan
nilai tidak baik, dinamakan etika.Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan
dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-
nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.
Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.Dimensi komunikasi berarti suatu
ukuran yang berkaitan dengan komunikasi.

6
C. PEMBAHASAN
1. Dimensi-dimensi dalam Etika Komunikasi
a) Dimensi-Dimensi Komunikasi
Etika Komunikasi untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya
mungkin apabila hak untuk berkomunikasi di public dihormati. Etika
komunikasi merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi demokrasi
tersebut. Etika Komunikasi tidak hanya berhenti pada masalah perilaku actor
komunikasi. Ia tidak dibatasi hanya pada deontology jurnalisme. Etika
komunikasi berhubungan juga denga praktek institusi, hukum, komunitas,
struktur sosial, politik dan ekonomi. Etika Komunikasi juga memiliki tiga
dimensi yang terkait satu dengan yang lain, yaitu tujuan, saran, dan aksi
komunikasi itu sendiri.1
b) Dimensi Aksi Komunikasi
Dimensi aksi komunikasi berhubungan langsung dengan perilaku (aktor)
komunikasi. Perilaku aktor komunikasi ini hanya sebagian dari dimensi etika
komunikasi, yaitu dimensi aksi komunikasi. Dimensi ini menuntut setiap
pelakunya untuk bertanggung jawab terhadap profesinya. Maka, diperlukan
aspek sarana atau etika-strategi dalam bentuk regulasi (kemampuan
menyesuaikan) guna menjaga kredibilitas panggilan pers sebagai pelayanan
publik alias memperkuat deontologi jurnalisme.2
c) Dimensi Sarana Komunikasi
Dimensi sarana ini memfokuskan pada sistem media dan prinsip dasar
pengorganisasian praktek penyelenggaraan informasi, termasuk yang mendasari
hubungan produksi informasi. Dimensi sarana ini meliputi:3
1. Semua bentuk regulasi oleh penguasa publiktatanan hukum dan isntitusi.

1
Haryatmoko, etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, h. 44
2
https://www.academia.edu/28016529/Kebebasan_Tanggung_Jawab_dan_Etika_Komunik
asi_Pers_Media_
3
Haryatmoko, etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, h. 48

7
2. Struktur sosial yang direkayasa secara politik menganut sistem prinsip
timbal balikhubungan kekuasaan yang mempengaruhi produksi
informasi, termasuk determinisme ekonomi dan tekhnologi.
Deontology jurnalisme merupakan kesuluruhan aturan dan prinsip yang
mengatur pelaksanaan profesi, biasanya disusun oleh ikatan profesi,
jangkauanya pun terbatas masalah moral, meskipun disertai sanksi. Sedangkan
pada dimensi sarana norma etika komunikasi harus sudah menjadi hukum atau
undang undang. Kedua hal terakhir ini harus membentuk keseluruhan aturan
yang diterapkan untuk mencegah penyalahgunaan dan ketidakadilan disertai
sanksi hukum aspek retributif, restitutif, atau rehabilitatif jelas, yang dipaksakan
dari luar profesi.4
Undang-undang dan hokum yang memadai berfokus pada sistem media
serta prinsip dasar pengorganisasian praktek penyelenggaraan informasi,
mencakup semua bentuk regulasi oleh penguasa publik (tatanan hokum dan
institusi) serta struktur sosial yang direkayasa secara politik sesuai prinsip timbal
balik (hubungan kekuasaan yang memengaruhi produksi informasi) termasuk
determinisme ekonomi dan teknologi.
d) Dimensi Tujuan Komunikasi
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi, kebebasan pers, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan
politisi harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut.
Dimensi tujuan ini terkait langung dengan meta-etika yang tidak terlalu
disibukkan oleh isi etika profesi (deontologi jurnalisme). Meta-etika mengarah
pada teoretisasi materi moral, yang lebih luas dari sekadar etika normatif. Jadi,
yang dipertaruhkan meliputi berbagai hak dan kebebasan: nilai dasar kebebasan
pers, terutama pembenaran status istimewanya dibandingkan dengan kebebasan
dengan yang lain; masalah hubungan antara kebebasan berekspresi dan hak akan

4
Haryatmoko, etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, h. 52

8
informasi dibandingkan dengan hak individual lainnya; hierarkisasi berbagai
nilai yang mencakup pelaksanaan kebebasan pers, hubungan antara kebebasan
pers dan demokrasi atau antara kebebasan berekspresi dan kekuasaan ekonomi
atau politik.5

2. Unsur-unsur Dimensi Etika Komunikasi


1) Dimensi Aksi
a) Pelaku (Actor)
Salah satu dimensi yang langsung berkaitan dengan perilaku aktor ialah
aksi komunikasi. Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi dari salah satu
bagian aksi komunikasi (politics).6 Sedangkan untuk aspek etis sendiri
ditunjukkan dengan kehendak baik untuk bertanggung jawab. Maka
kehendak baik ini disematkan dalam etika profesi dengan tujuan supaya ada
norma intern yang mengatur profesi. Aturan tersebut terumus dalam
deontologi jurnalisme. Deontologi jurnalisme tersebut sangat membantu
untuk mempertajam tanggung jawab yang dimaksud. Deontologi jurnalisme
sendiri juga dapat menjadi salah satu faktor stabilisasi tindakan dari dalam
diri aktor komunikasi. Namun, deontologi jurnalistik yang disertai sanksi
pada tingkat profesi tidak cukup tangguh untuk menghadapi masalah
determinisme ekonomi dan teknologi, masalah konspirasi, desinformasi,
manipulasi, dan alienasi publik.7 Sangat mudah bagi aktor komunikasi untuk
berkelit dengan mengalihkan tanggung jawab atau kesalahan mereka pada
sistem yang ada ketika dituntut untuk mempertanggungjawabkan elaborasi
informasi yang sangat manipulatif, bahkan menyesatkan publik atau juga
yang berbentuk pembodohan. Maka dengan itu, untuk mengimbangi
kelemahan dari deontologi jurnalisme diperlukan juga undang-undang atau

5
Haryatmoko, etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, h. 50
6
Haryatmoko, etika komunikasi, manipulasi media, kekerasan, dan pornografi,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007)h. 45
7
Haryatmoko, etika komunikasi, manipulasi media, kekerasan, dan pornografi,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007) h. 46

9
hukum. Karena dengan adanya undang-undang, dapat mengorganisir
tanggung jawab aktor komunikasi. Karena dengan adanya sanksi dan
tuntutan yang jelas, hukum akan menjadi pencegah supaya aktor komunikasi
tidak mangkir dari tanggung jawabnya. Di sisi lain, bila terlalu banyak
aturan hukum, kebebasan pers dan kebebasan berekspresi akan semakin
dikebiri.8
Deontology Jurnalisme
Adapun aspek etis tersebut ditujukan kepada kehendak baik untuk
bertanggung jawab. Kehendak baik tersebut dikemukakan dalam etika
profesi dengan tujuan agar norma intern yang mengatur profesi tersebut.
Aturan tersebut terdapat dalam deontology jurnalistik, yaitu:9
1. Hormat dan perlindungan atas hak dan warga Negara akan
informasi dan sarana-sarana yang perlu untuk mendapatkannya.
Masuk dalam kategori ini adalah perlindungan atas sumber berita:
a. Pemberitaan informasi yang benar dan tepat, jujur, dan lengkap.
b. Pembedaan antara fakta dan komentar, informasi dan opini
2. Hormat dan perlindungan atas hak individual lain dari warga
Negara. Termasuk dalam kategori ini adalah hak akan martabat
seseorang, hak akan kesehatan fisik dan mental, hak konsumen dan
hak untuk berekspresi dalam media, serta hak jawab.
Selain itu, harus mendapatkan juga jaminan, yaitu hak akan
privasi, praduga tak bersalah, hak akan reputasi, hak akan citra yang
baik, hak bersuara, dan hak akan rahasia komunikasi. Jadi hak
informasi tidak bisa memberi pembenaran pada upaya yang akan
merugikan pribadi seseorang. Setiap orang mempunyai hak untuk
menerima atau menolak penyebaran identitasnya melalui media.

8
Haryatmoko, etika komunikasi, manipulasi media, kekerasan, dan pornografi,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007) h. 47
9
Haryatmoko, etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi,
Yogyakarta: Kanisius, 2007, h. 45

10
3. Ajakan untuk menjaga harmoni masyarakat, unsur ketiga
deontology jurnalisme ini melarang semua bentuk provokasi atau
dorongan yang akan membangkitkan kebencian atau ajakan pada
pembangkangan sipil.
4. Deontologisme Peraturan : Baik buruknya suatu tindakan diukur
pada suatu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat
mutlak, tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu. Contoh
apabila ada satu atau beberapa peraturan yang selalu berbunyai jangan
membunuh, maka perbuatan membunuh itu harus dihindarkan dalam
keadaan apapun.
5. Utilitarialisme Tindakan: Bentuk ini menganjurkan agar seala
tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan
akibat baik yang sebesar mungkin. Contoh : Berbohong terkadang
diperbolehkan demi untuk menyenangkan pasangan hidup kita.
2) Dimensi Sarana
a) Tatanan hukum dan Institusi
Tatanan hukum dan Institusi yang dimaksudkan ialah semua
bentuk regulasi oleh penguasa punlik, masalah siapa yang diuntungkan
dan dirugikan oleh hukum/institusi tertentu menjadi wacana etika yang
relevan.
b) Hubungan-hubungan kekuasaan
Hubungan-hubungan kekuasaan yang dimaksud ialah struktur
sosial yang direkayasa secara politik menganut prinsip timbale balik
antara hubungan kekuasaan yang mempengaruhi produksi informasi.
c) Peran asosiasi, Lembaga Konsumen,Lembaga Komisi pengawas
Peran asosiasi, lembaga konsumen dan lembaga komisi pengawas
berupaya untuk menegakkan asas keadilan dan kesetaraan. Hukum
menjadi pengawas control yang bisa mencegah penyalahgunaan dan
ketidakadilan.
3) Dimensi Tujuan
a) Nilai-Nilai Demokrasi

11
Saiful Arif mengatakan bahwa system demokrasi tidak sebatas
system politik maupun aturan – aturan formal yang terdapt dalam
konstitusi saja, hal yang sama dikatakan oleh Paul Suparno bahwa nilai
Demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif
Demokrasi menjunjung tinggi hak kesamaan setiap orang. pendapat
Zamroni bahwa nilai demokrasi yaitu 10
a. Kebebasan
Hak atau kebebasan adalah wewenang atau kekuasaan
secara etis untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki,
mempergunakan atau menuntut sesuatu.11 Hak merupakan klaim
yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang
lain atau terhadap masyarakat.
b. Toleransi
c. Menghormati perbedaan pendapat
d. Memahami keanekaragamaan dalam masyarakat
e. Terbuka dalam komunikasi
f. Menjunjung nilai dan martabat manusia
g. Percayadiri atau tidak mrnggantungkan kepada oang lain
h. Saling menghargai
i. Kebersaman
j. Keseimbangan
b) Hak untuk Berekspresi
HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada diri
manusia sejak manusia lahir samapi dengan kematian, kebebbasan
berekspresi meruapakan nilai yang penting yang meruapakan HAK
semua masayarakat dalam Negara Demokrasi, kebebasan berpendapat di
atur d alam Pasal 22 ayat (3) UU12 kebebasan mengemukakan pendapat

10
http://eprints.uny.ac.id/14228/2/BAB%20II.pdf diakses pada pukul 0:36 WIB tanggal 27
September 2019
11
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, ed. 1, cet. 2, Jakarta: Rajawali, 1990, h. 59
12
https://icjr.or.id/kemerdekaaan-berekspresi-dan-tindak-pidana-penghinaan-dalam-perspektif-
ham diakses pada puku 0:45 WIB tanggal 27 September 2019

12
merupakan bagian yang mendasar dari hak asasi. Selanjutnya dalam
pasal 20 Deklarasi Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa: 1. Setiap
orang mempunyai hak atas kebebsan berkumpul dan berserikat tanpa
kekerasan. 2. Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki suatu
perkumpulan Berkaitan dengan kebebasan berpendapat, terdapat
konvennan yang sesuai yaitu International Convenant on Civil and
Political Rights (ICCPR).
Kebebasan masyarakat dalam berekspresi untuk mengemukakan
pendapatnya merupakan hak dan tanggung jawab dari negara demokrasi.
Memilih dan dipilih merupakan hak sipil politik. Sebagai hak, ia
menghendaki jaminan kebebasan untuk menggunakan atau tidak
menggunakannya. Memilih untuk memilih atau memilih untuk tidak
memilih adalah pilihan dan pilihan adalah hak.13
a) Keterbukaan dalam Informasi
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2008 tentang keterbukaan informasi publik, turut menimbang bahwa
informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi
ketahanan nasional.
Selain itu disebutkan pula bahwa hak memperoleh informasi
merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik
merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik.
Hal ini disandarkan pula pada Pasal 28F amandemen kedua UUD
1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk
mencari, menerima, memiliki, menyimpan, mengembangkan, dan
memberikan informasi dalam segala jenis bentuk. Informasi publik
menjadi aspek penting dalam penyelenggaraan negara yang demokratis,
dan masyarakat memiliki hak atas kebebasan informasi. Melalui

13
http://www.journal.unnes.ac.id/ di akses pada pukul 0:47 WIB tanggal 29 September 2019

13
pendekatan akuntabilitas publik, kebebasan informasi merupakan
kewajiban badan publik untuk menyebarluaskan produk kebijakan,
aturan, rencana, dan hasilnya kepada masyarakat yang memiliki hak
untuk mengetahui hal-hal tersebut sebagai wawasan untuk mengikuti
penyelenggaraan negara yang transparan.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dimensi-dimensi komunikasi terdiri dari tiga dimensi yakni
Dimensi Aksi, Dimensi Sarana dan Dimensi Tujuan. Dimensi Aksi
menjelaskan menuntut setiap pelakunya untuk bertanggung jawab
terhadap profesinya. Maka, diperlukan aspek sarana atau etika-strategi
dalam bentuk regulasi (kemampuan menyesuaikan) guna menjaga
kredibilitas dan memperketat deontology jurnalisme. Dimensi sarana ini
memfokuskan pada sistem media dan prinsip dasar pengorganisasian
praktek penyelenggaraan informasi, termasuk yang mendasari hubungan
produksi informasi. Dimensi Tujuan menjelaskan terkait langung dengan
meta-etika yang tidak terlalu disibukkan oleh isi etika profesi (deontologi
jurnalisme). Meta-etika mengarah pada teoretisasi materi moral, yang
lebih luas dari sekadar etika normatif. Jadi, yang dipertaruhkan meliputi
berbagai hak dan kebebasan.
2. Unsur-unsur dimensi komunikasi yakni unsur dimensi Aksi
menjelaskan dimensi yang langsung berkaitan dengan perilaku aktor
ialah aksi komunikasi dan deontology jurnalisme Unsur Dimensi Sarana
menjelaskan tatanan hukum dan institusi, hubungan-hubungan kekuasaan
serta peran asosiasi, lembaga konsumen dan lembaga komisi pengawas.
Unsur Dimensi Tujuan menjelaskan nilai-nilai demokrasi, hak untuk
berekspresi dan kebebasan berpendapat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zubair, Achmad Charris. 1990. Kuliah Etika, ed. 1, cet. 2. Jakarta : Rajawali
Haryatmoko. 2007. Etika komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan
Pornografi.Yogyakarta : Kanisius
K. Bertens. 1993. Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Jurnal materi Kuliah Ke – 4 : Filasafat dan Etika Komunikasi oleh Tri Guntur Narwaya, M.Si

https://www.academia.edu/28016529/Kebebasan_Tanggung_Jawab_dan_Etika_Komun
ikasi_Pers_Media_diakses pada 19/09/2019 pukul 20:00WIB

16

Anda mungkin juga menyukai