Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah “Etika dan Filsafat
Komunikasi”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi besar
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
saya juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya tugas makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
tentang pendidikan etika dan filsafat komunikasi.
Saya berharap tugas makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Saya pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam tugas
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang tidak bisa tidak berkomunikasi. Banyak yang berpikir bahwa
berkomunikasi adalah hal yang mudah. Sehingga saat komunikasi kemudian dijadikan sebuah
cabang ilmu, yaitu Ilmu Komunikasi, maka sebagian orang akan menganggap sepele cabang
ilmu ini. Padahal sesungguhnya Ilmu Komunikasi tidak sedangkal itu. Ilmu komunikasi
bersifat multi disiplin dan sangat kompleks. Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang
mengaitkan banyak ilmu di dalamnya. Seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan lain-lain.
Komunikasi merupakan hal yang tidak bisa luput dari kehidupan kita. Komunikasi
sangat dekat dengan kita, manusia.Seperti halnya komunikasi, filsafat juga hal yang sangat
dekat dengan kita. Saat kita mulai mempertanyakan tentang sesuatu, maka sesungguhnya kita
telah berfilsafat. Filsafat memang merupakan ilmu tertua yang sekaligus sebagai induknya
ilmu pengetahuan.
Mengingat kompleksitas Komunikasi sebagai ilmu, maka penulis merasa perlu bagi
kita untuk menelusuri lebih dalam mengenai komunikasi, melalui Filsafat Ilmu Komunikasi.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana awal perkembangan Filsafat dan Ilmu Komunikasi?
- Apa itu Filsafat, Komuinikasi, dan Filsafat Komunikasi?
- Apa saja ruang lingkup Filsafat Komunikasi?
- Memahami apasaja Korelasi Filsafat dengan Ilmu Komunikasi?
- Apa saja Kajian hakikat Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis Komunikasi?
- Apa Hakikat filsafat komunikasi?
BAB II
FILSAFAT KOMUNIKASI
a. Filsafat India
Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia
dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia
tidak dialami sebagai tempat keterasingan, sebagai penjara.
Perkembangan filsafat India dibagi kedalam beberapa periode, yakni zaman Weda (2000 –
600 SM), zaman Skeptisisme (200 SM – 300 M), zaman Puranis (300 – 1200 M), zaman
Muslim (1200 – 1757 M), dan zaman Modern (setelah 1757 M).
Beberapa periode tersebut menunjukkan bahwa perkembangan filsafat di India tidak lepas
dari pengaruh kepercayaan dan agama.
b. Filsafat Cina
Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat Cina,yakni harmoni, toleransi, dan
perikemanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara dua
ekstrem: antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia dan surga.
Toleransi kelihatan dalam keterbukaan untuk pendapat-pendapat pribadi, suatu sikap
perdamaian yang memungkinkan pluraitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama.
Kemudian, perikemanusiaan. Pemikiran cina lebih antroposentris (menempatkan manusia
sebagai pusat kajian) daripada filsafat India dan Barat. Manusialah yang selalu merupakan
pusat filsafat Cina.
Ada empat periode besar dalam Filsafat Cina, yakni zaman Klasik (600 – 200 SM), zaman
Neo-Taoisme dan Buddhisme (200 SM – 1000 M), zaman Neo-Konfusianisme (1000 – 1900
M), dan zaman Modern (setelah 1900M).
Tradisi, agama dan ilmu pengetahuan memegang peran penting dalam perkembangan filsafat
di Cina.
c. Filsafat Islam
Pada abad IV SM, orang-orang Yunani memasuki Timur Tengah di bawah pimpinan
Aleksander Yang Agung untuk memperluas wilayah kekuasaannya dan juga menanamkan
kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Maka berkembanglah falsafah dan
ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, yang pada akhirnya memunculkan pusat-pusat
peradaban Yunani, seperti Iskandariah di Mesir, Antakia di Suria, dan lain-lain. Selain
bermunculannya pusat-pusat peradaban tersebut, ilmu pengetahuan juga semakin
berkembang. Bukan hanya filsafat, tapi juga sains pada masa antara abad VIII dan XIII M.
Selain peradaban Yunani, perkembangan filsafat Islam juga tentu saja tidak luput dari
pengaruh agama Islam itu sendiri.
d. Filsafat Barat
Filsafat Barat kuno dimulai dari filsafat pra-sokrates di Yunani.
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat memperlihatkan aliran-
aliran yang besar, yang mempertahankan diri lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu
rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, fisafat Barat dalam abad
kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru
muncul, dan aliran-aliran ini sering terikat pada hanya hanya satu negara atau satu lingkungan
bahasa.
Era Tisias kemudian digantikan oleh Aristoteles (385 – 322 SM) dan gurunya Plato (427 –
347 SM). Kedua orang tersebut merupakan figur penting dalam mengembangkan disiplin
komunikasi. Arstoteles (dalam Ruben, 2002:21) mengatakan bahwa, komunikasi adalah alat
di mana warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam demokrasi. Aristoteles ketika itu
mendudukkan komunikasi sebagai keterampilan melakukan orasi dan menyusun argumen
untuk disampaikan kepada pendengar. Tujuan dai komunikasi, kata Aristoteles, adalah untuk
memberi kesan ositif tentang pembicara, sehingga pendengar akan menerima apa yang
disampaikan pembicara. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa, keterampilan komunikasi
haruslah mencakup pula pengetahuan tentang sifat alami dari kata, sifat manusia dan
bagaimana manusia memandang hidup, susunan alam, dan studi tentang instrumen apa yang
dapat mempengaruhi manusia. Jelaaslah bahwa kedua tokoh tersebut mengajarkan
komunikasi sebagai keterampilan berbicara di depan umum (public speaking).
Perkembangan komunikasi lalu dilanjutkan oleh Cicero (106 – 43 SM) dan Quintilian (35 –
95 M). Cicero melihat komunikasi dalam dua ranah; praktis dan akademis. Karya kedua
tokoh ini lalu memberi inspirasi bagi pembentukan disiplin ilmu komunikasi yang lebih
matang pada era revolusi industri Inggris dan revolusi kebudayaan Prancis.
Memasuki abad XVIII, komunikasi dikembangkan oleh para sastrawan. Pada masa itu,
komunikasi telah mengenal dasar-dasar komunikasi seperti gaya bicara, artikulasi
(pengucapan) dan sikap tubuh (gesture). Pada akhir abad 19, di banyak perguruan tinggi
departemen rhetoric and speech berbeda di bawah fakultas sastra.
Disiplin lain yang membentuk studi komunikasi adalah jurnalisme. Sama seperti retorika,
jurnalisme sebenarnya telah dipraktikkan sejak 3700 tahun yang lalu di Mesir. Julius Caesar
lalu mengembangkan pola jurnalisme dengan menjual cikal bakal koran. Pada tahun 1690,
muncul koran pertama di AS dengan nama Public Occurrences both Foreign and Domestic.
Dalam fase selanjutnya, jurnalisme banyak berkembang di AS sementara teori-teori
komunikasi berkembang di Eropa.
Puncak dari sintesa komunikasi dan jurnalisme ditandai dengan dibukanya kursus jurnalisme
di University Of Wisconsin pada tahun 1905, yang dilanjutkan dengan perkembangan
teknologi radio (1920-an) dan televisi (1940-an).
Pada tahun 1948 Lasswell memperkenalkan pola komunikasi yang mengatakan bahwa proses
komunikasi meliputi “who says wahat to whom in what channel with what effect”, atau
“siapa berkata apa kepada siapa dengan menggunakan saluran apa serta menimbulkan
pengaruh apa”.
Selain teori Lasswell, dikenal juga teori dari Shannon dan Weaver, Schramm, serta Katz
Lazarvel.
Gagasan Shannon-Weaver menggambarkan pentingnya memperluas komunikasi, dari praktik
bercakap, menulis atau melalui media massa. Komunikasi menurut Shannon-Weaver meliputi
juga aktivitas lain, seperti bermusik, bermain balet, atau pentas teater.
Perkembangan komunikasi kemudian dilanjutkan dengan munculnya teori Wilbur Schramm.
Schramm yang oleh Alwi Dahlan, salah satu pakar komunikasi Universitas indonesia, disebut
sebgai salah satu dari empat ‘bapak komunikasi dunia’ pada tahun 1954 menulis artikel
dengan judul ‘How communicaton work’.
- Plato (427 – 347 SM), mengatakan bahwa filsafat adalah mengkritik pendapat-pendapat
yang berlaku. Jadi, kearifan atau pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu proses
pemeriksaan secara kritis.
- Aristoteles (384 – 322 SM), menyatakan bahwa filsafat sebagai ilmu menyelidiki tentang
hal ada sebagai hal ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau lainnya. Ilmu
ini juga dianggap sebagai ilmu yang pertama dan terakhir, sebab secara logis disyaratkan
adanya ilmu lain yang juga harus dikuasai, sehingga untuk memahaminya orang harus
menguasai ilmu-ilmu yang lain itu.
2. Definisis Komunikasi
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga
berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi. Brikut ini
beberapa pengertian dari para ahli:
- Harold Lasswell mengatakan bahwa proses komunikasi meliputi “who says what to whom
in what channel with what effect.”
- Carl I. Hovland berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu proses, “Communication
is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuly (usualy verbal
symbol) to modify the behavior the other individual (communicates).”
- Everett M. Rogers memberikan definisi bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.”
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan
lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik,
mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif,
instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan
masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang
mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat
sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
2. Tema Pokok dalam Etika dan Filsafat Komunikasi
a. Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi
Hakikat komunikasi adalah proses ekspresi antarmanusia. Posisi manusia dalam komunikasi
dapat dilihat pada rumusan komunikasi dari Lasswell dan Aristoteles. Pola komunikasi
menurut Lasswell mengikuti rumusan “Who say what to whom in what channel with what
effect”. Sedangkan dalam model komunikasi Aristoteles kedudukan manusia sebagai pelaku
komunikasi meliputi “pembicara” dan “pendengar”. Rumusan komunikasi menurut
Aristoteles sendiri terdiri dari empat unsur, yakni pembicara, argumen, pidato, dan pendengar.
Berdasarkan dua rumusan tersebut, maka manusia memegang peran penting dalam
komunikasi. Karena manusia merupakan pelaku komunikasi itu sendiri, yakni sebagai
komunikator dan komunikan.
b. Teknologi Komunikasi
Teknologi informas dan komunikasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Sejak awal
ditemukannya pada tahun 1876, telepon yang mulanya duganakan untuk mengirim suara,
terus mengalami perkembangan baik dari segi ukuran maupun fungsi. Hal ini juga terjadi
pada komputer.
Kini, komputer dan telepon bahkan disatukan dalam satu alat dengan ukuran yang kecil
sehingga memudahkan kita untuk membawanya kemana saja. Ditunjang dengan teknologi
jaringan dunia yang bisa diakses dengan sangat luas dan kapan saja, yakni international
network (internet) yang kini telah melahirkan banyak situs.
Pesan harus dirancang sedemikian dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikasi.
Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan sekaligus menyediakan
alternatif mencapai kebutuhan tersebut.
Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan berada.
Hakekat Ontologis
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang
berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.
2. Kajian Epistemologis
Adalah membahas cara untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam kegiatan keilmuan
disebut juga metode ilmiah (bagaimana).
Secara etimologi epistemologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya
hanya disebut teori pengetahuan (Theory of Knowledge).[3]
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan
bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah
model filsafat.
Landasan Epistemologi
Kholil Yasin menyebut pengetahuan dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary
knowledge), sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge). Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain. Disamping istilah pengetahuan dan
pengetahuan biasa, juga bisa disebut pengetahuan sehari-hari, atau pengalaman sehari-hari.
Pada bagian lain, disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, juga sering
disebut ilmu dan sains. Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah, sedangkan
substansisnya relatif sama, kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan, misalnya antar
sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut, sumber-sumbernya,
batas-batasanya, dan sebagainya. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari
wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar
untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena
pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan,
melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh
dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
Hakikat Epistemologi
Bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara
rasional dan berpikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam
mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran, sebab secara epistemologi ilmu
memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera.
Oleh sebab itu, epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan
bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan adalah
aplikasi berpikir rasional, sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir
empiris. Hal ini juga bisa dikatakan, bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi,
sedangkan usaha membuktikan berkaitan dengan induksi. Gabungan kedua macaram cara
berpikir tersebut disebut metode ilmiah. Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi,
maka menimbulkan pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan
landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme
dengan empirisme, atau deduktif dengan induktif), dan di sisi lain berarti hakikat
epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih mencerminkan esensi dari
epistemologi. Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu
memang rumit sekali, sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara
berkesinambungan dan serius.
Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban,
sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi
manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah
yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan
yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan,
kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan
teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh
penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai
merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh
kemajuan epistemologi.
Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk selalu berfikir dan
berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang
canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologi, yaitu pemikiran dan
perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat
apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya sehingga kajian
Filsafat Epistemologi akan selalu eksis pada seluruh cabang ilmu yang ada.
3. Kajian Aksiologi
Adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan yang diperoleh (untuk apa).
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios berarti ‘nilai’ dan logos berarti ‘ilmu atau
teori’. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan untuk apa manusia
mempergunakan ilmunya.
Estetika merupakan bidang studi yang mempersoalkan tentang nilai keindahan.[4] Keindahan
mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara
tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Maksudnya
adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Jadi filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman-pemahamannya di sini
dalam arti secara mendalam.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan
menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang
mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Suatu proses komunikasi akan menjadi efektif jika memenuhi syarat-syarat berikut:
Pesan harus dirancang sedemikian dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikasi.
Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan sekaligus menyediakan
alternatif mencapai kebutuhan tersebut.
Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan berada.
pengkajian ilmu mengenai hakikat realitas dari obyek yang ditelaah dalam membuahkan ilmu
pengetahuan (apa).
Menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara
jasmani maupun rohani
B. Saran
Kita sebagai pelaku komunikasi sebaiknya mengkaji lebih dalam lagi mengenai komunikasi.
Sebaiknya kita tidak hanya mengkaji, tetapi juga memahami dan mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari agar ketidakefektifan dalam berkomunikasi dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI ,kencana ,2009 penulis: muhamad mufid, kencana prenadamedia
group
http://dianmk.blogspot.com/2009/07/hakikat-filsafat-komunikasi.html
Jurnal : http://repository.ut.ac.id/4487/2/SKOM4323-M1.pdf