SHINCHAN
(Studi Kasus Mahasiswa S1 Jurnalistik)
BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kartun Crayon Shinchan sendiri adalah serial manga dan anime karya
Yoshito Usui. Tokoh utamanya adalah seorang bocah berusia lima tahun, ia
murid taman kanak-kanak yang sering membuat ulah, dan membuat repot
1990 secara mingguan di majalah Weekly Manga Action, yang diterbitkan oleh
oleh Indorestu Pacific dan Elex Media Komputindo. (sebelumnya pernah pula
di Indonesia pernah ditayangkan oleh stasiun televisi Trans 7 dan saat ini
ditayangkan oleh RCTI setiap hari Minggu pukul 07.30 WIB. Humor dalam
seri ini berasal dari tingkah laku Shin-chan yang janggal. Misalnya ia sering
chan juga suka melihat wanita cantik dan sering merayu mereka.
Kemudian, dalam anime Crayon Shinchan ini banyak sekali alur cerita
ibu Shinchan dalam cerita dan Program tersebut sering menayangkan adegan
1
tidak senonoh seperti, Sinchan membuka celana dalam dan memperlihatkan
perilaku yang tidak pantas serta dapat ditiru oleh anak-anak dan remaja.. Hingga
Indonesia (KPI) karena dianggap tidak pantas ditonton oleh Crayon Shinchan
penayangan ini pada hari Minggu pagi dimana banyak anak kecil yang
matang dalam menilai karena dasar akademis yang cukup dan khususnya
penyiaran. Sehingga bisa menimbang bagaimana suatu acara yang baik dan
segmentasi penontonnya.
2
3. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
masalah yaitu:
angkatan 2015.
4. Rumusan masalah
5. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan penelitian yang diharapkan dan menjadi hasil
garis besar
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan untuk KPI dalam melihat anime
4
BAB II
B. KAJIAN TEORITIS
Dalam penelitian ini, kata teori diartikan sebagai bentuk penjelasan atas suatu
fenomena. Teori dalam pengertian yang paling luas, seperti konsep, penjelasan, dan
Teori adalah konsep yang konstruktif dan efisien satu sama lain, memiliki
1. Persepsi
(Jalaluddin, 1985: 51). Persepsi sendiri menurut David Krech dan Richard S.
Crutchfield (dalam Jalaluddin: 1985: 51) ditentukan oleh faktor fungsional dan
faktor struktural. (1) Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lainnya yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor
“persepsi bersifat selektif secara fungsional.” Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi
5
tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi.
berasal dari semata-mata dari sifat stimuli fisik dari efek-efek saraf yang
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang kedua: “medan perseptual
stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak
2. Degradasi Moral
1. Kekerasan
Kekerasan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat atau hal yang
keras, kekuatan dan paksaan. Dalam bahasa Inggris, yang lebih lazim dipakai
orang Indonesia, disebut violence. Istilah violence berasal dari dua kata bahasa
Latin : vis yang berarti daya atau kekuatan; dan latus (bentuk penyempurnaan dari
kata kerja ferre) yang berarti (telah) membawa. Maka secara harafiah, violence
dan hasil kemajuan untuk tujuan lain atau dimonopoli oleh sekelompok orang
6
tertentu. Yang menjadi fokus dalam definisi tersebut adalah “sekelompok orang”.
Ketika berbicara dalam konteks Patriarkhi, maka yang dapat diartikan dengan
2. Ketidaksenonohan (Pornografi)
Ketidaksenonohan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu hal yang
tidak patut atau tidak sopan (perkataan, perbuatan, dsb), tidak menentu atau tidak
manis dipandang (pakaian, dsb). Definisi pornografi yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu porne (pelacur) dan graphos (gambar atau tulisan) yang secara
harafiah berarti “tulisan atau gambar tentang pelacur”. Definisinya adalah “upaya
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
muka umum, yang memuat kecabulan atau ekploitasi seksual yang melanggar
b. Kekerasan seksual
f. Pornografi anak
8
C KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dijabarkan dengan gambar di bawah
ini:
9
Persepsi mahasiswa terhadap tayangan kartun animasi Crayon Shinchan
ini akan terpengaruhi oleh background dari mahasiswa S1 Jurnalistik itu sendiri,
seperti faktor ekonomi, budaya, dan lain-lainnya. Crayon Shinchan yang berisi
konten kekerasan akan dianggap biasa oleh mahasiswa yang memang memiliki
pasti akan menimbulkan berbagai macam persepsi yang masih “mentah”, dan
dari penonton katun animasi Crayon Shinchan itu sendiri, akan timbul persepsi
konklusi yang berupa penilaian mereka terhadap kartun animasi Crayon Shinchan
tersebut. Apakah dianggap pantas untuk tayang dan ditonton atau tidak
10
BAB III
D. METODE PENELITIAN
Berdasarkan dari masalah yang diajukan dalam penelitian yang akan dilakukan
ini yang lebih menekankan pada proses (persepsi), maka jenis penelitian yang
ini, peneliti bisa lebih leluasa dalam mencari informasi dalam mendukung data
Strategi yang digunakan adalah studi kasus, karena lokasi penelitian hanya
satu, yakni di kampus UNIB (Fakultas ISIP), dan hanya menyangkut satu
adalah studi kasus tunggal terpancang. Disebut sebagai studi kasus tunggal
yang mana dalam pedekatan ini individu dituntut aktif dalam mengintepretasi
11
nantinya akan dibuat satu kesimpulan yang mencakup garis besar dari semua
I. Tempat Penelitian
a. Persiapan : 1 bulan
b. Pengumpulan data : 2,5 bulan
c. Analisis data : 1 bulan
d. Penyusunan laporan : 1,5 bulan
Penelitian ini akan memakan waktu 6 bulan bulan dan dilaksanakan
mulai dari bulan Maret 2017 hingga pertengahan bulan Agustus 2017
a. Populasi
b. Sampel
12
teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat diambil bila
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah lebih berfokus pada narasumber
atau informan yang berasal dari mahasiswa S1 Jurnalistikyang tinggal di
perumahan atau kos-kosan, yang memiliki rentan waktu menonton anime
minimal sekali seminggu, karena jadwal anime tayang sekali seminggu.
b. Instrumen
Ini dilakukan dengan narasuber terpilih dengan lentur dan terbuka dan
b. Pedoman wawancara
dengan data yang diperlukan oleh peneliti agar guru penjas lebih
13
kelapangan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui
dokumtasikan
5. Pengembangan Validitas
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pengembangan
78-79). Patton dalam hal ini menyebut adanya empat macam triangulasi
triangulasi sumber, yaitu melihat suatu hal yang sama (persepsi mahasiwa
dan komprehensif.
hasil dari rekaman serta catatan kecil yang dibuat akan dideskripsikan
dengan pengaturan kembali data dan reduksi (sortir) data, sehingga mudah
Setelah dibuat sajian yang lengkap lewat hasil reduksi yang telah
dilakukan tadi, peneliti bisa menarik kesimpulan awal. Bila dalam proses
ini masih ada data yang dirasa kurang, peneliti bisa kembali melakukan
langkah turun ke lapangan lagi untuk menggali informasi lebih dalam. Bila
dirasa sudah lengkap, maka hasil sajian data tersebut bisa digunakan untuk
15
16