Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa
karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dariAmerika Serikat dan
menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu
Komunikasi.
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke
mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin
sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, danMedan
Prijaji terbit.
menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan
tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia
ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di
Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak
Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar
yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar
tersebut lebih berbentuk koran iklan. fungsinya untuk membantu pemerintahan kolonial
belanda.
2. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri
dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-
rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan
“Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan
Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat
dan aspirasi, terutama bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia. Medan Prijaji
adalah surat kabar pertama yang terbit dan dikelola oleh orang Indonesia. Surat kabar
berbahasa Indonesia dengan bahasan politik ini terbit pada Januari 1907. Pelopornya
tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia (TVRI) muncul dengan teknologi layar
hitam putih.
Pada 1946, surat kabar menemukan jati dirinya. Terbentuknya organisasi Serikat
Penerbit Surat Kabar (SPS) pada Juni 1946, menyusul terbentuknya organisasi
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Febuari 1946, menjadi faktor penyebab.
Hadirnya kedua organisasi ini setidaknya memberikan tujuan, visi, dan misi yang jelas
surat kabar tumbuh dan menjamur. Data tahun 1954, beredar 105 surat kabar harian
dengan oplah (jumlah barang yang diedarkan) 697.000 eksemplar di seluruh Indonesia.
Pada 1959, jumlah surat kabar menurun menjadi hanya 94, tetapi oplahnya meningkat
menjadi 1.036.500 eksemplar. Surat kabar besar pada masa itu adalah Harian Rakjat,
menerapkan pers terpimpin. Surat kabar yang isinya tidak sejalan dengan tujuan
demokrasi terpimpin dibredel dan dicabut izin terbitnya. Indonesia Radja milik
Moechtar Loebis dan Pedoman milik Rosihan Anwar adalah sebagian surat kabar yang
Orde baru ditandai dengan jatuhnya presiden Soekarno dan naiknya Soeharto
menjadi Presiden Indonesia kedua. Pada masa ini, pers dibatasi kegiatannya karena
sering mengkritik pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Pada masa itu,
setiap pers atau unsur jurnalistik yang menentang atau mengkritik pemerintahan akan
merupakan dua contoh nyata dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui
Surat kabar yang diizinkan terbit pada masa ini hanya milik tentara, nasionalis,
a. Surat kabar tentara: Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila,
c. Surat kabar Islam: Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam, dan Mercusuar
Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya
organisasi profesi.
Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun
1999 yang dikeluarkan Dewan maka pers nasional melaksanakan peranan sebagai
berikut:
benar.
Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
internet ditandai dengan lahirnya surat kabar digital melalui media website di internet.
Pelopornya adalah detik.com. Tak lama kemudian, lahirlah surat kabar digital lainnya:
pribadi pun bisa membuat surat kabar digital sendiri melalui media blogger.com atau
wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
https://pakarkomunikasi.com/sejarah-jurnalistik-di-indonesia
Khofifah, Siti nur, Perkembangan Jurnalistik di Indonesia, http://sitinur-
kholifah.blogspot.com/2012/11/perkembangan-jurnalistik-di-indonrsia.html
Sutamaji, Makalah Jurnalistik Historis Jurnalistik, http://stmj-
sutamaji.blogspot.com/2013/09/makalah-jurnalistik-historis-jurnalistik.html
Hartono, Jurnalistik, http://hartonooo.blogspot.com/