Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JURNALISTIK DI INDONESIA

Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa

dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya

karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dariAmerika Serikat dan

menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu

Komunikasi.

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke

mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin

cetak oleh Johannes Gutenberg. di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali

oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan

sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, danMedan

Prijaji terbit.

1. Masa Penjajahan Belanda


Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619

menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan

tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia

ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di

Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak

pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara

Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar

yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar

tersebut lebih berbentuk koran iklan. fungsinya untuk membantu pemerintahan kolonial

belanda.
2. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri

dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-

rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan

“Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan

Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat

hanyalah pro-Jepang semata.

3. Masa Pra Kemerdekaan Indonesia (1900-1945)


Memasuki era 1900-an, kualitas dan fungsi surat kabar meningkat. Bukan lagi sebatas

sarana dokumentasi, tapi berkembang menjadi sarana menyampaikan saran, kritik,

dan aspirasi, terutama bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia. Medan Prijaji

adalah surat kabar pertama yang terbit dan dikelola oleh orang Indonesia. Surat kabar

berbahasa Indonesia dengan bahasan politik ini terbit pada Januari 1907. Pelopornya

adalah Raden Mas Tirtoehadisoerjo.

4. Masa Pasca Kemerdekaan Indonesia (1945-1950)


Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia

menggunakan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media komunikasi. Menjelang

penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak

tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia (TVRI) muncul dengan teknologi layar

hitam putih.
Pada 1946, surat kabar menemukan jati dirinya. Terbentuknya organisasi Serikat

Penerbit Surat Kabar (SPS) pada Juni 1946, menyusul terbentuknya organisasi

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Febuari 1946, menjadi faktor penyebab.

Hadirnya kedua organisasi ini setidaknya memberikan tujuan, visi, dan misi yang jelas

bagi keberlanjutan surat kabar.


5. Masa Demokrasi Liberal (Orde Lama) (1950-1965)

Pada era 1950-an, dipelopori partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa,

surat kabar tumbuh dan menjamur. Data tahun 1954, beredar 105 surat kabar harian

dengan oplah (jumlah barang yang diedarkan) 697.000 eksemplar di seluruh Indonesia.

Pada 1959, jumlah surat kabar menurun menjadi hanya 94, tetapi oplahnya meningkat

menjadi 1.036.500 eksemplar. Surat kabar besar pada masa itu adalah Harian Rakjat,

Pedoman, Suluh Indonesia, dan Abadi.

Dalam perjalanannya, presiden Soekarno melalui demokrasi terpimpinnya

menerapkan pers terpimpin. Surat kabar yang isinya tidak sejalan dengan tujuan

demokrasi terpimpin dibredel dan dicabut izin terbitnya. Indonesia Radja milik

Moechtar Loebis dan Pedoman milik Rosihan Anwar adalah sebagian surat kabar yang

dibredel pemerintahan orde lama, Soekarno.

6. Masa Orde Baru (1966-1998)

Orde baru ditandai dengan jatuhnya presiden Soekarno dan naiknya Soeharto

menjadi Presiden Indonesia kedua. Pada masa ini, pers dibatasi kegiatannya karena
sering mengkritik pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Pada masa itu,

setiap pers atau unsur jurnalistik yang menentang atau mengkritik pemerintahan akan

mengalami pembredelan. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo

merupakan dua contoh nyata dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui

Departemen Penerangan (Deppen) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Surat kabar yang diizinkan terbit pada masa ini hanya milik tentara, nasionalis,

agama, dan kelompok independen :

a. Surat kabar tentara: Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila,

dan Pelopor Baru

b. Surat kabar nasionalis: Suluh Marhaen, El Bahar, dan Warta Harian

c. Surat kabar Islam: Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam, dan Mercusuar

d. Surat kabar Kristen: Kompas dan Sinar Harapan.


7. Masa Reformasi (1998-2000)
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto.

Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya

organisasi profesi.
Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun

1999 yang dikeluarkan Dewan maka pers nasional melaksanakan peranan sebagai

berikut:

 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi.

 Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan

hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan.

 Mengembangkan pendapat umum berdasar informasi yang tepat, akurat, dan

benar.

 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kepentingan umum.

 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

8. Era Digitalisasi (2000-Sekarang)


Era digitalisasi ditandai dengan berkembang pesatnya internet. Perkembangan

internet ditandai dengan lahirnya surat kabar digital melalui media website di internet.

Pelopornya adalah detik.com. Tak lama kemudian, lahirlah surat kabar digital lainnya:

beritanet.com, kompas.com, tempo.co.id, antara.com, dan lainnya. Bahkan, orang

pribadi pun bisa membuat surat kabar digital sendiri melalui media blogger.com atau

wordpress.com

DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/sejarah-jurnalistik-di-indonesia
Khofifah, Siti nur, Perkembangan Jurnalistik di Indonesia, http://sitinur-
kholifah.blogspot.com/2012/11/perkembangan-jurnalistik-di-indonrsia.html
Sutamaji, Makalah Jurnalistik Historis Jurnalistik, http://stmj-
sutamaji.blogspot.com/2013/09/makalah-jurnalistik-historis-jurnalistik.html
Hartono, Jurnalistik, http://hartonooo.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai