Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun1997 Tentang Penyiaran
Penyiaran adalah kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana
pemancarandan/atau sarana transmisi di darat, dilaut atau di antariksa dengan
menggunakangelombang elektromagnetik, kabel, seratoptik, dan/atau media lainnya untuk
dapatditerima oleh masyarakat dengan pesawat penerima siaran radio dan/atau
pesawatpenerima siaran televisi, atau perangkat elektronik lainnya dengan atau tanpa
alatbantu.
3. Lembaga Penyiaran Komunitas
Sama dengan penyiaran publik, penyiaran komunitas tergolong wacana barubagi dunia
penyiaran di Indonesia, sebelumnya lembaga penyiaran yang dikenal diIndonesia hanyalah
lembaga penyiaran swasta dan milik pemerintah. Di Indonesiapenyiaran komunitas adalah
suatu lembaga yang didirikan oleh komunitas tertentu
yangmenjalankan aktivitas penyiaran secara independen/netral, daya pancar rendah, jang
kauan wilayah yang terbatas, tidak komersial, serta melayani kepentingankomunit
as. Karena khusus melayani komunitas, maka lembaga penyiaran ini bolehmenggunakan
bahasa daerah sesuai dengan komunitas yang dilayaninya. Bahwapenyiaran komunitas tidak
boleh komersial mungkin sifatnya
debatable
. Tetapi yangpenting adalah penyiaran komunitas tidak boleh dimiliki atau berafiliasi
dengankelompok usaha yang mencarai untung semata.Di Indonesia mendirikan penyiaran
komunitas persyaratannya sangat
ketat. Antara lain dilarang menjadi media partisan, tidak terkait dengan organisasi
ataulembaga asing serta bukan komunitas internasional, tidak terkait dengan
organisasiterlarang, tidak untuk kepentingan propaganda kelompok atau golongan
tertentu.Bahkan, untuk dana awal dan operasional dilarang menerima sumbangan dari
pihakasing. Penyiaran komunitas juga dilarang melakukan siaran iklan. Siaran
komersiallainnya, kecuali iklan layanan masyarakat. Lalu dari mana datangnya
danaoperasionalnya?
Biaya diperoleh dari kontribusi komunitas yang menjadi pemiliklembaga penyiaran
komunitas tersebut.
4. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Lembaga penyiaran berlangganan adalah bentuk penyiaran yangmemancarkanluaskan
atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepadapelanggan melalui radio, televisi,
multimedia atau media informasi lainnya. Dalammemancarluaskan siarannya lembaga
penyiaran berlangganan menggunakan dapatmengunakan satelit, kabel atau melalui
teresterial. Di manca negara penyiaranberlangganan kerap dikenal
pay per view
dimana penonton mengeluarkan sejumlahuang untuk menonton atau mendengar
(berlangganan) siaran yang dikeluarkan salahsatu siaran berlangganan.Di Indonesia saat ini
terdapat dua provider TV berlangganan yakni: Kabel Visiondan Indo Vision. Kabel Vision
menggunakan broadband sedangkan Indo Visionmenggunakan satelit. Aturan dan standar
siaran yang digunakan pada siaranberlangganan tidak seketat pada penyiaran komersial dan
publik dengan alasan, bahwaTV berlangganan penontonnya lebih sedikit dan selektif.
Pengertian Hukum
Pengertian hukum sulit diberikan secara perdefenisi. Ini disebabkan olehkeberagaman
disiplin ilmu dan latar belakang seseorang yang memberikan defenisi.Namun bukan berarti
hukum sulit dimengerti dan dipelajari. Jika kita hendakmerumuskan pengertian hukum,
setidaknya unsur-unsur hukum harus kita ketahui.Unsur-unsur pengertian hukum tersebut
antara lain:(1) Hukum dipahami sebagai perangkat peraturan(2) H
ukum dibuat oleh ”penguasa” berwenang
(3) Bentuk hukum bisa tertulis atau tidak tertulis(4) Mengandung sifat memaksa(5) Ada
sanksi bagi pelanggarnya(6) Ditujukan bagi aspek perilaku manusia dan(7) Bertujuan
menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan.
Secara etimologis kata hukum sering disamakan dengan
law
(Inggris) dan
recht
(Belanda) yang berasal dari bahasa Arab, yakni
Ahkam,
artinya segala hukum, undang-undang atau peraturan yang dihasilkan dari proses
musyawarah para wakil rakyat.Sedangkan dalam konteks kedaulatan, kata
“hakim
-
iyah”
diartikan bahwa kedaulatanhukum yang merupakan kekuasaan tertinggi.Untuk memperoleh
gambaran yang lebih lengkap tentang hukum, berikut inidikemukakan beberapa defenisi
tentang hukum untuk dapat dijadikan pegangan dalammenemukan pengertian
hukum:a. Hukum adalah semua peraturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan,ditujukan pada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi
pedomanbagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya (Prof. Mr.
EM.Meyers)b. Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan
yang dayapenggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu (Leon Dequit)c. Hukum adalah
keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dariseseorang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dariorang lain menurut peraturan hukum tentang
kemerdekaan (Immanuel Kant)d. Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang berisi
perintah dan laranganyang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karenanya harus
ditaati olehmasyarakat itu (Utrecht, 1996)e. Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma-norma dansanksi-sanksi yang disebut hukum dan tujuan hukum itu
adalah mengadakanketatatertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan
ketertbanterjamin (SM. Amin, SH)f. Hukum adalah seluruh aturan (norma) yang harus
diturut dalam tingkah lakutindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti
menggantikerugian jika melanggar aturan-aturan itu, akan membahagiakan diri sendiri atau
harta, misalnya orang akan kehilangan kemerdekaan dan didenda (MH.Tirtaatmaja, SH)g.
Hukum adalah perangkat peraturan baik yang bentuknya tertulis atau tidaktertulis, dibuat
oleh penguasa yang berwenang, mempunyai sifat memaksa danatau mengatur,
mengandung sanksi bagi pelanggarnya, ditujukan pada tingkahlaku manusia dengan maksud
agar kehidupan individu dan masyarakat terjaminkeamanannya dan ketertibannya.Dari
serangkaian defenisi di atas, umumnya hukum diartikan sangat beragamsebagai berikut:1.
Hukum diartikan sebagai produk keputusan penguasa2. Hukum diartikan sebagai produk
keputusan hakim3. Hukum diartikan sebagai petugas/pekerja hukum4. Hukum diartikan
sebagai wujud sikap tindak/perilaku5. Hukum diartikan sebagai norma dan kaidah6. Hukum
diartikan sebagai tata hukum7. Hukum diartikan sebagai tata nilai8. Hukum diartikan Ilmu9.
Hukum diartikan sebagai sistem ajaran (disiplin hukum)10. Hukum sebagai gejala sosial.
Tujuan Hukum
Karena hukum bersifat memaksa, maka barang siapa yang melangar hukumwajib
mempertangung jawabkan secara hukum dan dapat dikenai sanksi sesuai dengan
pelanggarannya. Hukum diperlukan untuk:
1. Menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, terutamamengenai
pelaksanaan hak-hak pribadi.2. Menjaga agar tidak terjadi konflik antar bermasyarakat
sehingga keseimbanganhidup bermasyarakat dapat tercapai. Hukum hadir untuk
menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi agar kondisi sosial yang tidak seimbang dapat
dipulihkankembali seperti sedia kala.3. Menjamin terciptanya suasana aman, tertib dan
nyaman untuk mendukungtercapainya tujuan hidup bersama dan sejahtera.
Pengertian Hukum Dalam Konteks Komunikasi
Ada pepatah dalam bahasa latin yang berbunyi “
Ubi ius ubi societas
” artinya di mana
ada hukum di situ ada masyarakat. Dalam konteks ilmu komunikasi pepatah itu
berbunyi “
Ubi comunicatio ubi ius
” artinya tidak ada hukum
seandainya tidak ada prosespenyampaian pesan antar manusia (komunikasi).Kalau kita
merujuk pada pengertian hukum berdasarkan etimologis bahasa Arabtersebut maka hukum
dalam konteks ilmu komunikasi diartikan undang-undang atauperaturan yang dihasilkan dari
proses musyawarah wakil rakyat yang ditujukan untukmengatur proses penyampaian pesan
antar manusia. Disini kita kemudian mengenalUU Pers, UU Penyiaran, UU Perfilman
dll.Menurut A, Muis hubungan antara komunikasi dan hukum menghasilkan duapengertian
yakni komunikasi hukum dan hukum komunikasi. Komunikasi hukum adalahmempelajari
komunikasi dan hukum secara imperatif normatif. Dalam kontek iniundang-undang,
peraturan dan yurisprudensi adalah proses penyampaian pesan(komunikasi dan informasi)
kepada masyarakat dengan tujuan memaksakan prilakutertentu sesuai kaidah hukum itu
sendiri. Pengertian ini merujuk pada pengertian hukumberdasarkan etmologis tersebut di
atas.
Sedangkan hukum komunikasi adalah akibat-akibat hukum yang muncul dari
prosespenyampaian pesan antar manusia. Yang termasuk dalam pengetian ini
misalnya,pencemaran nama baik melalui media massa, menghinaan terhadap kepala
negaramelalui media massa, dan lain-lain.
Delik Pers
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang delik pers terlebih dahulu kita akanmembahas
tentang delik. Delik pengertian umumnya adalah perbuatan pidana atauperbuatan
melanggar undang-undang/peraturan dan pelakunya di ancaman hukumanbaik hukuman
denda maupun kurungan. Sesuatu tindakan baru disebut sebagai delikapabila ada undang-
undang atau peraturan yang dilanggar. Jadi intinya adalah segalaperbuatan yang dilarang oleh
UU dan pelakuknya diancam hukuman. Penjelasan
lebih jauh dari sudut pandang hukum harus terlebih dahulu ada undang-
undangnya atauperaturannya dan UU/peraturan itu dilanggar terlebih dahulu barulah ada
perbuatanpidana atau delik.Perbuatan mengambil barang orang lain (mencuri) misalnya
adalah delik pidana karenadilarang oleh Undang-undang yakni pasal 362 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana(KUHP)
“
Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagaian
kepunyaanorang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana den
da palingbanyak sembilan ratus rupiah
”
Bila tidak ada undang-undang/peraturannya berarti tidak ada delik. Hal ini dijamin
dalam KUHP pasal 1 ayat 1 “
tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali ataskekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatandilakukan.
”
Apabila sesudah perbuatan dilakukan baru ada undang-undangnya, maka
hal tersebutdiberlakukan aturan yang paling menguntungkan sipelaku (terdakwa)
perbuatan pidana.
Hal ini diatur KUHP pasal 1 ayat 2: “
Jika ada perubahan dalam perundang-undangan
sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan
yang paling menguntungkan
”
Sebagian ahli hukum dan komunikasi berpendapat bahwa istilah delik perssesungguhnya
bukan merupakan terminologi hukum, melainkan hanya sebutan umumatau konvensi
dikalangan ahli hukum dan komunikasi. Pasal-pasal yang mengatur delikini tidaklah berdiri
sendiri,melainkan bagian dari delik yang berlaku umum. Karena yangsering melakukan
pelanggaran atas delik itu adalah pers, maka tindak pidana dikatakandelik pers (Dewan Pers,
2002. hal
1) A. Muis mengatakan bahwa delik pers dapat dilihat dari dua perpektif. Perspek
tifkomunikasi dan hukum. Dari perspektif komunikasi delik pers berarti prosespenyampaia
n pesan antar manusia melalui pers yang dilarang oleh undang-undang dankomunikatornya
diancam pidana. (A.Muis, 1999, 56)Delik penyiaran sebenarnya juga masuk dalam kategori ini,
karena media penyiaranmerupakan bagian dari pers. Sedangkan dari perspektif hukum,
menurut Van Hattummengharuskan memenuhi tiga kreteria:a. Ia harus
dilakukan dengan barang cetakanb. Perbuatan yang dipidanakan harus terdiri atas
pernyataan pikiran atau perasaanc. Dari perumusan delik harus ternyata, bahwa publikasi
merupakan suatu syaratuntuk dapat menimbulkan suatu kejahatan, apakah kejahatan
tersebut dilakukandengan suatu tulisanMaksudnya ialah delik yang penyelesaianya
memerlukan publikasi dengan pers danmerupakan pernyataan pikiran atau perasaan yang
diancam pidana. Dengan kata lain,pernyataan pikiran atau perasaan yang dapat dijatuhi
pidana yang penyelesaiannyamembutuhkan publikasi dengan pers. Artinya kejahatan sudah
terjadi pada saat suratkabar yang memuatnya selesai dicetak (terbit). Untuk menentukan ada
tidaknya delikketiga kriteria tersebut harus ada. Salah satu satu dari ketiga kriteria tersebut
hilangmaka gugur pula sebagai delik pers.
Penggolongan Delik Pers
Delik pers dapat digolongkan dalam 5 kelompok besar yakni:
1. Delik keamanan negara
Menurut Omar Seno Adji, yang tergolong dalam delik ini adalah melanggar pasal 112dan 112
KUHP. Pada intinya kedua pasal tersebut memidana barang siapa dengansengaja
mengumumkan surat-surat, berita-berita atau keterangan-keterangan yangdiketahuinya
bahwa harus dirahasiakan (untuk kepentingan negara) atau dengansengaja memberitahukan
atau memberikan kepada negara asing (pasal 112) ataumengumumkan dan seterusnya,
gambar-gambar peta atau benda yang bersifat rahasiaatau bersangkutan dengan keamanan
dan pertahanan negara terhadap serangan dariluar (pasal 113).Tetapi S. Tasrif, SH
menambahkan bahwa tidak hanya pasal 112 dan pasal 113 tetapi juga pasal 155, 157, 207
dan 208 KUHP pasal-pasal ini lazim pula disebut sebagai delikketertiban umum.5
2. Delik Penghinaan
Objek penghinaan menurut Seno Adji meliputi: perorangan termasuk yang telahmeninggal
dunia, Kepala Negara dan atau Wakilnya (pasal 134-136 bis KUHP), KepalaNegara asing yang
bersahabat, Kepala perwakilan Asing yang bersahabat, terhadappemerintah ataupun
terhadap kekuasaan yang sah (lihat tulisan Menyoal Pasal-pasalPenyebar Kebencian) dan
terhadap golongan (group libel 156 KUHP).Penghinaan disini sebagaimana maksud pasal 310
KUHP adalah menuduhkanmenyerang kehormatan atau nama baik seseorang atau lembaga
dimana penghinaanitu dilakukan secara tertulis dan dilakukan dengan menuduh melakukan
hal. Sedangkanyang maksud dalam pasal 315 KUHP adalah penghinaan tanpa adanya
pencemaranyang dilakukan terhadap seseorang atau lembaga. Penghinaan ini dalam
terminologihukum disebut sebagai penghinaan ringan.
Namun, bisa saja penghinaan itu tidak dikategorikan sebagai pencemaran apabiladilakukan
demi untuk kepentingan umum atau karena terpaksa untuk melakukanpembelaan diri (pasal
310 ayat 3). Atau, pada saat ia diberi kesempatan oleh hakimmembuktikan tuduhannya dan
mampu membuktikan tuduhan tersebut. Korban-korbanpasal 310 KUHP ini banyak sekali,
salah satunya adalah kasus yang menimpaPemimpin Redaksi Warta Republik, Hoessein
Madilis. Kasus ini bermula saat Madilismenulis laporan di tabloid
Warta Republik
yang berjudul
Try Sutrisno dan EdiSudradjat Berebut Janda
di halaman cover dan
Cinta Segitiga Dua Orang Jenderal
disertai selembar foto seorang perempuan dan laki-laki
—
yang menurut Hosien adalahNani dan Edy
—
di halaman 12 yang dimuat pada edisi 01/I/Minggu ke -III November1998.Namun pada saat
persidangan Madilis tidak bisa membuktikan tuduhannya, dan iadikenai pidana penjara
selama 6 bulan. Di negara-negara yang menganut sistemhukum Anglo-Saxzon delik
penghinaan lazim disebut sebagai libel. Libel artinyapernyataan tertulis yang menyerang
kehormatan atau reputasi seseorang. Sedang yangpenghinaan secara lisan atau dengan
menggunakan gerak-gerik atau tanda (
gesture
)disebut slander.Menurut Fred Fedler ada tiga syarat pokok yang harus dipenuhi untuk
mengkategorisuatu perbuatan sehingga disebut sebagai libel/fitnah/pencemaran nama
baik.a. menyebut nama seseorang (
identification
)b. kata-kata yang dilontarkan bersifat fitnah, atau menyerang reputasi seseorang(
defamation
)c. ada unsur publikasi (
publication
).Ketiga syarat tersebut mirip dengan kategori yang dikemukakan oleh Van Hattum.
3 Delik Ponografi
Pornografi dalam KUHP diatur dalam pasal 282-283, 532-533 KUHP. Memang katayang
ditemukan disana tidak secara eksplisit menyebut pornografi. Yang tertera di sana
kata “melangar kesusilaan.”
Pasal 282; “barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di
muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan
.....” Batasan mengenai “melanggar kesusilaan” diserahkan sepen
uhnya kepada hakimuntuk menterjemahkannya. Namun pengertian itu selalu ikembalikan
atau didasarkanpada pandangan masyarakat setempat atau sebagian besar masyarakat
suatu bangsa.Di banyak negara penentuan batasan melanggar kesilaan memang selalu
dikembalikanpada hakim. Di Amerika Serikat misalnya, batasan
obscene
(melanggar kesusilaan),oleh Mahkamah Agung (
supreme court
) AS diserahkan kepada
contemporarycommunity standard
atau standar masyarakat.Hal yang sama terjadi pula di Inggris.
Obscene Publicatin Act
1959 yang kemudianmenjadi
The obscene Publications Act
1964 juga tampaknya tidak meninggalkanpandangan masyarakat yang ada dalam
menterjemahkan kata
obscene.
Untuk itu,hakim perlu memiliki pandangan yang arif dalam menentukan kriteria
malanggarkesusilaan berdasarkan pandangan masyarakat atau sebagian besar masyarakat
suatubangsa. Tentang perlunya hakim memahami pandangan masyarakat setempat
atausebagian besar masyarakat suatu bangsa dalam menentukan batasan
melanggarkesusilaan terlihat pada kasus Nono Rintiarno, Pemimpin Redaksi majalah
Matra
padatahun 2002 silam.
4. Delik Agama
Delik agama sebagaimana yang maksud dalam pasal 156 dan 156a KUHP
adalahmemidanakan barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaanatau melakukan perbuatan: (a) yang pada pokoknya bersifat
bermusuhan,penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut (b) dengan
maksudagar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang bersendikan
KetuhananYang Maha Esa.Korban pasal ini tercatat kasus Ahmad Welson di Solo. Kasus ini
bermula dari talkshowyang disiarkan langsung oleh Radio
PTPN Rasitania
, pada 24 Februari 2000. Acara
rutin yang disiarkan secara langsung tiap Kamis pukul 21.00-22.00 WIB itu mengangkat
tema: “Upaya Mengatasi Konflik Antar Umat Beragama”. Acara yang rencananya
dihadiri oleh beberapa narasumber akhirnya berlangsung dengan pembicara tunggal,yaitu
Ahmad Welson -seorang mantan pendeta. Dalam acara dialog interaktif ituWelson
mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa Muhammad itu sebelumdiangkat sebagai
Nabi dan Rasul adalah memeluk agama Nasrani. Kontan, pernyataantersebut menuai protes,
secara langsung pada radio PTPN Rasitania maupun melaluimedia cetak.Puncaknya, pada 2
Maret 2000, ratusan orang yang tergabung dalam Front PemudaIslam Surakarta (FPIS)
mendemo Radio Rasitania. FPIS menuntut PTPN memintamaaf kepada masyarakat lewat
siarannya, ataupun media cetak yang ada di JawaTengah selama tujuh hari berturut-turut. Tak
cukup sampai di situ, melalui pengacaraMohammad Taufik dari LBH Nurani, FPIS melaporkan
Wilson, Zarkoni alias Jeffri Ohio(penyiar) dan pimpinan PTPN Budiyono ke kepolisian dengan
alasan pernyataanWelson dalam dialog intersktif tersebut dianggap berpotensi menimbulkan
konflikSARA. Welson pun diajukan ke pengadilan. 3 Juli 2000 Pengadilan Negeri
Surakartamenjatuhkan hukuman 5 tahun penjara pada Achmad Welson. Pengadilan
mendakwaWelson berdasarkan pasal 156a KUHP.
5. Delik Khabar Bohong (Penghasutan)
Delik khabar bohong diatur dalam pasal 14 dan 15 UU No. 1 tahun 1946. Inti pasal
14:memidanakan penyiaran kabar bohong, dengan sengaja menimbulkan keonaran
dikalangan rakyat, penyiaran berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang
dapatmenerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka
bahwaberita atau pemberitahuan itu adalah bohong. Sedangakan pasal 15: menyiarkan
kabaryang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan
iamengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan ataumudah
dapat menerbitkan keonaran. Menurut buku yang berjudul
Delik Pers dalamHukum Pidana
yang diterbitkan oleh Dewan Pers dan Lembaga Informasi Nasional,
2002, yang dimaksud dengan “menyiarkan berita atau kabar dalam dua pasal
diatas
sesungguhnya tidak secara khusus ditujukan kepada pers atau wartawan melainkanberlaku
untuk siapa saja. Meskipun demikian, dalam prakteknya pers sering menjadi
korban penerapan pasal ini. Salah satu contoh kasus tuntutan atas “penyebaran
kabarbohong” yang
pernah diajukan ke pengadilan adalah yang menimpa harian
BeritaBuana
pada tahun 1989. Redaktur Pelasana harian tersebut oleh Pengadilan NegeriJakarta Pusat
dijatuhi hukuman satu setengah tahun penjara (November 1989) karenadinilai telah
menyiarkan kabar bohong mengenai makanan kaleng yang mengandunglemak babi.
Pasal 155
KUHP.Dalam
Wetboek van Strafrecht
Belanda sendiri, yang merupakan sumber dari KUHP,tidak terdapat ketentuan sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 154 dan 155 KUHP.Bahkan, pada saat munculnya ide untuk
memasukkan ketentuan demikian ke dalamKUHP Belanda pada abad ke-19, Menteri
Kehakiman Belanda ketika itu secara terang-
terangan menyatakan penolakan terhadap usul demikian dengan mengatakan, “
Deondergeteekende zou deze bepalingen, welke op zichzelf te verklaren zijn door
debehoefte van een koloniale samenleving, zeker niet voor het Rijk in Europa
willenovernemen
” (Peraturan di bawah ini, dengan sendirinya dinyatakan hanya berlaku bagi
kebutuhan masyarakat kolonial, jelas tidak diperuntukkan bagi negara-negara di
Eropa).Sejarah menunjukkan bahwa ketentuan dalam Pasal 154 dan 155 KUHP
tersebutdiadopsi oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dari Pasal 124a
British Indian PenalCode
Tahun 1915 yang di India sendiri sudah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh
IndianSupreme Court
dan
East Punjab High Court
karena dinilai bertentangan dengan Pasal19 Konstitusi India tentang kebebasan untuk
memiliki dan menyatakan pendapat.Sementara di Belanda sendiri, ketentuan demikian juga
dipandang tidak demokratiskarena bertentangan dengan gagasan
freedom of expression and opinion
, sehinggahanya dapat diberi toleransi untuk diberlakukan di daerah jajahan,
in casu
HindiaBelanda. Dengan demikian, nyatalah bahwa ketentuan Pasal 154 dan 155
KUHP,menurut sejarahnya, memang dimaksudkan untuk menjerat tokoh-tokoh
pergerakankemerdekaan di Hindia Belanda (Indonesia), sehingga telah nyata pula bahwa
keduaketentuan tersebut bertentangan dengan kedudukan Indonesia sebagai
negaramerdeka dan berdaulat.Panji tak sendirian menjadi korban pasal ini. Terdapat
sejumlah korban pasal-pasal'karet' tersebut. Dalam pemerintahan Orde Lama, kasus yang
paling menonjol adalahkasus pidana yang menimpa Goei Poo An Pemimpin Redaksi harian
Trompet
Masjarakat
, Surabaya pada bulan April 1957. Poo An dipidana sebulan penjara dengantuduhan
melakukan penghinaan terhadap pemerintah melalui tulisan-tulisannya diharian
Trompet Masjarakat
.Selama Orde Baru pasal-pasal
haatzai artikelen
jarang dipakai, karena PemerintahOrde Baru lebih memilih membrangus suatu penerbitan
jika dinilai membahayakanpemerintah ketimbang membawanya ke pengadilan.Namun
demikian selama pemerintahan Orde Baru tercatat sejumlah kasus, diantaranya kasus Tengku
D Hafas, Pemimpin Redaksi harian
Nusantara
tahun 1971. TDHafas dijatuhi hukuman satu tahun penjara dengan tuduhan harian
Nusantara
memuatsejumlah tulisan dalam tajuk rencananya dan rubrik "Tahan Ora" yang memuat
gambardan karikatur yang dinilai menghina kekuasaan yang sah serta menghasut
supayatimbul rasa permusuhan dan kebencian dalam masyarakat terhadap
pemerintah.Tetapi yang paling fenomenal adalah kasus yang menimpa tiga aktivis Aliansi
JurnalisIndependen (AJI) pada tahun 1995, yakni: Ahmad Taufik, Eko Maryadi dan
DanangKukuh Wardoyo. AJI yang saat itu dianggap sebagai organisasi terlarang
menerbitkanmajalah
Independen
yang isinya mengkritik kebijakan pemerintahan Orde Baru yangotitarian. Ahmad Taufik, Eko
Maryadi dan Danang Kukuh Wardoyo dipenjara dengantuduhan menyebarkan kebencian
terhadap pemerintahan Soeharto dengan melanggarpasal 154 KUHP.Keputusan MK ini
patut diberi dipuji, sebab dalam dua tahun terakhir ini MK telahmenghapus lima pasal yang
tergolong dalam h
aatzai artikelen.
Sebelumnya MKmenghapus pasal 134, 136 bis, dan 137 KUHP. Pasal ini tak kalah seramnya
denganpasal 154 dan 155 KUHP , karena ini masuk sebagai penghinaan terhadap
Presiden.Meskipun MK telah mengahapus lima pasal tersebut, tetapi sesungguhnya
masihterdapat sejumlah pasal dalam KUHP (yang tergabung dalam kelompok
haatzaiartikelen
) bisa mengancam kebebasan berekspresi dan beropini. Pasal-pasal tersebutdiantaranya:
156, 157 dan 207 dan 208 KUHP.