Anda di halaman 1dari 23

Teknik Reportase dan Wawancara

Membahas Cara Wawancara Media Televisi (Pengertian & Jenis


Reportase Televisi, Riset Sebelum Wawancara, Pedoman Operasional
Prosedur Reportase, Menentukan Angle Wawancara Narasumber)

Dosen pengampu : Nurkinan, Drs.,M.M.

Penyusun:
Dewi Indriati Sukma 1810631190054
Amroni Nur Khasanah 1810631190065
Rio Rohmi Q 1810631190069
Nabila Dinan Farisa 1810631190077
Budi Noer Cahyo 1810631190090
Nur Intan Andina 1810631190091
Yuka Prakatama 1810631190098

Kelas 6B
Kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpaha n
nikmat dan karunia-Nya karena-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Reportase dan Wawancara.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Nurkinan, Drs., M.M. selaku


dosen pengampu mata kuliah Teknik Reportase dan Wawancara yang telah
membimbing kami untuk menyelesaikan tugas inihinggaselesai.

Jika terdapat kesalahan dan ketidaksempurnaan yang terdapat dalam


makalah ini, penulis meminta maaf. Kami selaku penulis berharap makalah ini
dapat membawa banyak manfaat untuk menambah ilmu tentang bahasa
jurnalistik bagi para pembaca.

Karawang, 21 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................................. 1


Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4

Pengertian Wawancara Televisi ...................................................................... 4


Cara Melakukan dan Jenis-Jenis Wawancara Televisi ................................ 6
Riset Sebelum Wawancara Media Televisi................................................... 10
Pedoman Ope rasional Prosedur Reportase.................................................. 13
Penentuan angle dalam sebuah berita .......................................................... 17

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................. 19

Kesimpulan ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teknik mengumpulkan bahan berita harus benar-benar dikuasai seorang reporter


televisi. Bila tak dikuasai, bahan berita yang dikumpulkannya akan kering. Berita
yang dibuatnya pun tidak mendalam. Dalam kegiatan jurnalistik, upaya men-
gumpulkan bahan berita tak akan pernah lepas dari wawancara. Wawancara
merupakan tanya jawab antara reporter dan nara sumber untuk memperole h
informasi mengenai materi yang diliput. Orang yang mewawancarai disebut
pewawancara. Orang yang diwawancarai dinamai pemberi wawancara atau
interviewee. Tujuan wawancara adalah mengumpulkan informasi secara lengkap,
adil dan akurat. Seorang pewawancara yang baik pada awal acara harus
membuat pertanyaan yang menarik. Bukan pertanyaan umum, tapi pertanyaan yang
menusuk atau menggugah rasa bagi penonton. Morrison (2008) menyataka n,
wawancara di dunia pertelvisian ada dua yaitu Wawancara di studio oleh
presenter dan wawancara di lokasi oleh reporter. Supaya wawancara mendala m,
seorang reporter harus menguasaitekniknya. Bila tak menguasai, wawancara yang
dilakukan tak mendalam. Materi yang digali hanya sekedar di-permukaan. Lebih
celaka lagi, bila wawancara yang dilakukannya tayang. Penonton akan menila i
langsung apa yang ditampilkannya. Walsh (Ishwara, Luwi, 2005) menyataka n,
kunci menuju wawancara yang baik adalah dengan mendengarkan yang baik. Jika
anda tulus dansumber tahu bahwa mempunyai rasa empati, mereka akan bicara.
Sebagian besar dari keterampilan hanyalah sifat terbuka bagi apa yang ingin mereka
katakan.

Tiap pewawancara mempunyai gaya tersendiri dalam berwawancara. Karena itu


pewawancara harus mengembangkan berbagai keterampilan pribadinya agar
wanacara yang dilakukan itu berhasil. Wawancara yang dilakukan reporter bisa
dengan duacara. Langsung tanya jawab di lapangan dengan nara sumber atau
melalui telepon. Sekalipun tak ditayangkan langsung, pewawancara haruslah

1
tangkas. Bila tidak,nara sumber akanmenilai pewawancara tak kredibel. Nara
sumber pun enggan melayani pewawancara. Materi yang ditanyaka n
pewawancara akan dijawab seadanya. Materi yang digali pun dangkal. Bila materi
yang dikumpulkan dangkal, maka berita yang dibuat reporter pun akan kering. Berita
yang kering tidak akan menarik perhatian penonton televiisi. Informasi yang
diperlukan bisa juga dila-kukan melalui wawancara telepon. Telepon bisa
digunakan karena keterbatasan waktu, hambatan jarak dan tempat yang tidak
memungkinkan wawancara berlangsung tatap muka. Santana (2005) menyataka n,
wawanacara model ini akan membuat pewawancara tidak leluasa mengajuk a n,
mencatat dan melaporkan apa yang ditemukannya. Sifat auditif telepon
menjadikan pewawancara hanya dapat mendengar pernyataan penting orang yang
diwawancara dan emosi-emosi humant interest melalui tinggi-rendah nada suara.
Masalah lainya, bisa terjadi kemungkinan ketidak jujuran nara sumber. Karena itu
pewawancara harus dapat mengantisipasinya dengan baik.

Mengenai wawancara tertulis bisa dilakukan melalui kiriman surat faks dan email.
Dalam wawancara iniperlu persiapan pertanyaan yag akan diajukan secara
tertulis kepada nara sumber. Santana (2005) mengemukakan, wawancara model
ini orang yan tidak diketahui batang hidungnya dan tidak diketahui persis
bagaimana responnya. Pada stasiun televisi wawancara model inisangat jarang
digunakan. Kalau pundilakukan hanya untuk memperdalam materi atas wawancara
yang sudah dilakukan sebelumnya. Wawancara studio dilakukan di studio
televisi. Ada dua jenis wawancara ini. Pertama membahas isu aktualyang baru
ditayangkandalam program berita tv. Misalnya, pada berita utama program berita tv
dibahas masalah kenaikan harga kebutuhan pokok. Pada segmen dialog dibahas
secara mendalam kenaikan harga kebutuhan pokok itu. Kedua, wawancara
membahas isu aktual yang lepas dari satu program berita tvyang kerap disebut talk
show, seperti ILC, I Talk dan Talk Show Rossie. Nara sumber yang anda
wawancaraibaik untuk berita maupun talk show sebaiknya meliputimasyaraka t
biasa, pemerintah, penguasaha dan pakar. Mana yang kita dahulukan dalam
wawan-cara? Tergantung masalah yang dibahas. Namun ingatlah, tujuan utama
membuat media massa adalah sebagai pelayan masyarakat. Bukankah sebagian
besar media juga memiliki jargon sebagai pelayan masyarakat? Jadi, biasakan
mencari atau mengungkap masalah dari masyarakat terlebih dahulu. Ini sesuai
dengan jargon bila menda-hulukan masyarakat. Misalnya, pemerinta h
mengumumkan kenaikan BBM. Beritanya tentu sesuai pengumaman itu. Namun,
2
jangan lupa minta komentar masyarakat tentang kenaikan BBM itu. Apakah
mereka sependapat atau tidak. Jadi, kita buat angle berita tersendiri mengena i
kenaikan BBM itu. Berdasarkan keterangan masyarakat, baru minta keterangan
pemerintah atau aparat terkait/penguhasa. Apa pendapat mereka tentang masalah
yang disampaikan masyarakat?Supaya berita yang disampaikan lebih fair
upayakan pula mewawancarai pakar dan pengamat mengenai masalah yang
akan dibahas. Carilah pakar/pengamat yang benar-benar netral. Berita yang kita
sajikan akan lebih netral dan mendalam bila kita sertakan suara pakar/pengama t.
Bagaimana cara mengetahui pakar/pengamat yang benar-benar netral. Ini memang
agak sulit mengingat pakar/pengamat adalah manusia biasa. Itu sebabnya kita
tak boleh sem-barangan menampilkan pakar. Sebagai jurnalis, anda harus
mengamati betul kebiasaan mereka berpendapat atas suatu masalah. Apakah cende-
rung membela kepentingan khalayak/masyarakat atau pemerintah. Bila cenderung
mendukung kebijakan pemerintah sudah dapat kita terka ke mana arah bicara
mereka. Kita harus menghindari pengamat yang tidak netral sebagai nara sumber.
Jangan paksakanuntuk mewaancaramerekayang tidak netral. Awalnya,
masyarakat tidak paham dengan ketidak netralan sumber. Tapi pembaca/penonto n
lambat laut pasti tahu. Bila demikian kepercayaan semaikin menurun dengan media
kita.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian wawancara televisi


2. Bagaimana cara wawancara televisi
3. Apa saja jenis-jenis wawancara televisi
4. Apa saja pedoman operasional prosedur reportase

1.3 Manfaat Penulisan


1. Menjelaskan pengertian wawancara televisi
2. Menjelaskan bagaimana cara wawancara
3. Menjelaskan apa saja jenis-jenis wawancara televisi
4. Menjelaskan apa saja pedoman operasional prosedur reportase

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawancara Televisi

Pada umumnya wawancara atau interview itu merupakan pertemuan tatap muka (face
to face) antara seorang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu biasanya
dipusatkan pada suatu pokok persoalan atau beberapa pokok persoalan tertentu. Dalam
wawancara televisi, seorang pewawancara (interviewer) merupakan wakil dari
penonton untuk mendapatkan pandangan (view) atau pendapat dari orang yang
diwawancara (interview).

Akan tetapi, karena siaran televisi berbeda dengan surat kabar atau majalah berita,
dengan sendirinya pendekatan (approach) yang digunakan pun berlainan pula. Seorang
interviewer atau Pewawancara TV haruslah memiliki hal atau kemampuan sebagai
berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual, setidak-tidaknya dalam bidang yang


dipertanyakan. Dengan kata lain, ia harus mampu menjadikan dirinya sebagai seorang
ahli seketika dalam topik yang dibicarakan. Umpamanya saja, jika seorang intervie wer
bukanlah seorang ahli pertambangan, tetapi karena ia mendapat tugas melakukan
wawancara sekitar masalah pertambangan, maka ia harus menjadikan dirinya seorang
ahli tambang dalam seketika. Caranya ialah dengan melakukan riset kilat, mempelajar i
serba sedikit tentang seluk-beluk pertambangan, dan sebagainya.

2. Mempunyai kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang singkat tetapi


padat, bukan pertanyaan-pertanyaan yang berpanjang-panjang.Tentu saja
pertanyaan bertele-tele kan menjadikan interviewer lebih banyak menyita waktu
daripada waktu yang digunakan tamunya (yang diwawancarai).

3.Mempunyai kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mengga li


latar belakang suatu persoalan hingga penonton mendapat informasi yang relatif luas
tentang hal yang dipermasalahkan.

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang interviewer (Pewawancara) berbeda-


beda tergantung kepada pokok pembicaraan. Sebuah persoalan yang serius, seperti
4
masalah-masalah politik, tentulah berbeda pendekatannya dengan persoalan
yang menyangkut kehidupan teater atau kebudayaan. (Idris, 1987: 44-45) Stasiun
Televisi yang menyiarkan berita selalu melakukan wawancara televisi untuk
melengkapi pemberitaan mereka.

Wawancara adalah sebuah tanya jawab antara pembawa acara/presenter dengan nara
sumber yang dianggap mengetahui persoalan yang akan ditanyakan kepadanya. Nara
sumber diwawancarai diperlukan atas dua alasan:

1. Narasumber dianggap sebagai orang yang paling mengetahui/menguasa i


permasalahan

2. Narasumber terlibat langsung atau tidak (hanya menyaksikan) kejadian atau peristiwa
yang dijadikan topik permasalahan.

Kesimpulannya tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan keterangan langsung dari


sumber berita, yaitu keterangan langsung aktual dari pelaku atau saksi suatu peristiwa
yang bernilai berita. Wawancara dibutuhkan guna mendapat kesaksian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu peristiwa, misalnya saksi mata, korban, pelaku dan
sebagainya. Selain itu, bila diperlukan tanggapan dari pihak ahli, seorang reporter
harus menguasai teknik atau keahlian dalam melakukan wawancara ini. Sebuah
wawancara harus berlangsung terarah dan tepat sehingga seluruh informasi apa saja
yang dibutuhkan dapat keluar dari narasumber secara maksimal. Seorang
pewawancara yang tidak menguasai teknik wawancara yang baik terkadang suka
membiarkan nara sumber berbicara secara melebar dan meluas, sehingga tidak
memiliki fokus. Melalui wawancara televisi, penonton akan mendapatkan infor mas i
dari tangan pertama, misalnya dari orang yang memutuskan sesuatu kebijakan. Selain
itu penonton dapat melihat langsung wajah atau mimik, ekpresi, dan emosi yang
diwawancarai dan ini memberi dampak yang lebih besar dibanding dengan kutipan
wawancara yang dimuat dimedia cetak. Reporter dan juru kamera yang baik harus
dapat mengambil moment dimana orang diwawancarai sedang mengeluarka n
perasaan jiwanya yang paling dalam, sehingga mampu memberi dampak dramatis dan
tentu saja menarik perhatian penonton televisi, yang pada akhirnya menaikkan rating
program berita televisi tersebut.

5
2.2 Cara Melakukan dan Jenis-Jenis Wawancara Televisi

A. Cara Melakukan Wawancara


Menurut Charles Coates tentang wawancara televisi dalam (Suwardi 2006:185-187)
didunia penyiaran pada umumnya ada empat cara untuk melakukan wawancara yang
dapat diterapkan, yakni:
1.Wawancara tanpa kamera
2.Wawancara dengan satu kamera
3.Wawancara dengan lebih dari satu camera
4. Live Remote Interview

1. Wawancara Tanpa Kamera


Wawancara seperti ini umum dilakukan oleh reporter untuk menggali isi dan substansi
berita yang akan disiarkan. Penggalian bahan dilakukan dengan bertanya kepada saksi
mata suatu peristiwa atau narasumber ataupun orang tertentu yang dinilai relevan
dengan peristiwa yang terjadi. Wawancara ini juga dimaksudkan untuk memperole h
pendapat umum mengenai suatu peristiwa. Dalam hal ini, keterangan saksi mata,
narasumber, ataupun orang tertentu yang dinilai relevan dengan peristiwa yang terjadi
tidaklah direkam secara audio visual melalui pemanfaatan kamera. Wawancara seperti
ini dapat dilakukan secara tatap muka atau melalui pemanfaatan pesawat telepon dan
email. Tujuan wawancara ini adalah untuk menggali sebanyak mungkin informasi actual
dan akurat menyangkut suatu peristiwa atau kejadian.

2. Wawancara Dengan Satu Kamera


Dalam hal ini, wawancara yang dilakukan direkam audio visualnya dengan
menggunakan satu kamera, untuk kemudian dijadikan bahan penguat berita yang akan
disiarkan. Persyaratan pokok wawancara ini tetap sama, yakni yang dihadirkan adalah
orang, saksi mata, atau narasumber yang berkompeten dan memiliki relevansi erat
dengan peristiwa yang dimintakan pendapatnya melalui tanya jawab. Wawancara
dengan memanfaatkan satu kamera biasanya dilakukan diluar studio, terutama dalam
liputan- liputan berita. Wawancara dilakukan dengan rentang waktu penyiaran yang
relatif singkat. Penyelenggaraan dapat dilakukan melalui rekaman, dan dapat pula
dilakukan dalam rangkaian siaran langsung atau live report. Umumnya wawancara
seperti ini berdurasi singkat. Narasumber yang diwawancarai bisa saja lebih dari satu
orang. Biasanya pengambilan gambar atau perekaman gambar dan suara dilakukan

6
secara bergantian untuk tiap narasumber. Pewawancara dalam hal ini bisa saja
melakukan stand up (reporter langsung melaporkan kejadian, peristiwa atau kondisi
objek berita langsung dari tempat) atau tidak tampil sama sekali.

3. Wawancara Dengan Lebih Dari Satu Kamera

Bentuk wawancara menggunakan lebih dari satu kamera dilakukan untuk wawancara
panjang atau berdurasi lama. Narasumber yang dihadirkan biasanya lebih dari satu
orang. Wawancara seperti ini dapat dilakukan baik diluar studio (outdoors) maup un
didalam studio (indoors). Penyelenggaraannya dapat dilakukan dalam bentuk rekaman
maupun siaran langsung (live) report. Persiapan untuk menyelenggarakan wawancara
dengan lebih dari satu kamera relatif rumit, sebab wawancara seperti ini membutuhka n
lebih banyak peralatan teknik seperti audio mixer, video mixer, lighting system, camera.
Disamping peralatanperalatan tersebut, perlu adanya tata suara, tata artistik, tata lampu
yang baik. Dalam pelaksanaannya, komposisi gambar, perlakuan dan distribus i
pertanyaan kepada nara sumber harus berimbang. Apabila wawancara lebih dari satu
kamera ini merupakan siaran langsung, maka faktor teknis menyangkut satelit, durasi
atau waktu yang disediakan juga harus diperhatikan. Pewawancara harus menggali dan
mengetengahkan ulasan atau pendapat yang mendalam menyangkut suatu peristiwa dari
narasumber.

4. Live Remote Interview

Wawancara dilakukan secara langsung, namun pewawancara maupun nara sumber


tidaktatapan muka secara langsung. Hal ini sering dilakukan dalam siaran televis i,
dimana suatu program Tanya jawab dilakukan dengan satu atau lebih narasumber yang
berada disuatu lokasi diluar studio, misalnya pewawancara berada distudio dijakarta,
sedangkan narasumber di Medan dan Surabaya, dan boleh jadi diruang kerjanya.
Pelaksanaan wawancara dengan cara live remote jauh lebih sukar dan beresiko
dibandingkan wawancara distudio. Oleh sebab itu untuk penyelenggaraannya
diperlukan kesiapan teknis yang matang, kalau tidak kemungkinan kehilangan suara
atau gambar sewaktu siaran wawancara berlangsung akan terjadi. Pelaksanaan Live
remote interview juga sangat bergantung pada baik tidaknya kualitas satelit serta sarana

7
komunikasi. Live remote interview juga dapat dilakukan secara call in show atau
intraktif byphone dengan narasumber yang berada ditempat-tempat tertentu. Pada
wawancara seperti ini, kualitas suara yang dihasilkan harus benar-benar prima, agar
penonton tidak terganggu dan mudah memahami ulasan atau komentar nara sumber
yang diwawancarai melalui saluran telepon tersebut. (Suwardi 2006:185-187)

B. Wawancara Menurut Tempat Atau Lokasi

Melihat tempat penyelenggaraan wawancara dapat dibagi dua seperti sebagai berikut:

1. Wawancara distudio oleh presenter,


2. Wawancara dilokasi oleh reporter.

1. Wawancara di Studio

Sebagian besar wawancara berita televisi dilakukan pada lokasi diluar studio. Istilah
untuk kutipan wawancara yang diambil dari lokasi ini ada tiga, yaitu SOT (Sound on
tape), sound bite dan sync. Istilah mana yang digunakan tergantung dari masing- mas ing
stasiun televisi. Kutipan wawancara ini biasanya dikemas dalam paket berita atau
diletakkan menyusul suatu berita (VO) Voice over. SOT yang diletakkan setelah VO
dalam suatu program berita televisi disebut sebagai VO-SOT. Durasi suatu soundbite
bisanya antara 15-25 detik, dan pertanyaan yang diajukan reporter dalam paket atau
format VO-SOT biasanya sudah diedit. Wawancara distudio akan memberikan waktu
lebih banyak dan juga informasi yang lebih lengkap yang dapat diperoleh dari
narasumber. Wawancara yang dilakukan dalam studio adalah efektif jika narasumber
adalah orang yang memiliki otoritas dalam sebuah kebijakan yang controversial atau
tidak popular. Dalam wawancara distudio, presenter akan memegang peranan yang
besar dalam menggali informasi yang lebih dalam dan biasanya wawancara studio
dilakukan secara live atau langsung. Pembawa acara mempunyai banyak waktu untuk
menanyakan pertanyaan tambahan jika narasumber berubah menjadi menghind ar.
Presenter dapat secara gigih mengajukan rangkaian pertanyaan.

2. Wawancara di Lokasi

Wawancara dilokasi adalah wawancara yang dilakukan diluar studio, misalnya dijalan,
pasar, pabrik, dan lain-lain. Dalam wawancara yang dilapangan ini reporter biasanya

8
akan memilih cuplikan wawancara (sound bite) yang paling bagus dan menarik dari
orang yang diwawancarai (narasumber) untuk kemudian diedit kedalam paket
beritanya.Tujuan dari wawancara yang dilokasi ini adalah untuk memberi kesempatan
kepada pemirsa untuk dapat melihat dan mendengar individu yang menjadi objek berita.
Wawancara ini akan memperkuat dan memperjelas berita yang akan disampaika n
sehingga berita tersebut memiliki kredibilitas dan dapat dipercaya. Untuk melakukan
wawancara ini reporter harus memastikan bahwa sumber yang dipilih untuk
diwawancarai memiliki kewenangan (otoritas) atau opini yang cukup representatif.
(Morissan, 2005: 47)

C. Tipe dan Jenis Wawancara


Wawancara dapat digolongkan kedalam tiga jenis sebagai berikut :
1.Wawancara bersifat investigative terhadap subjek atau hard exposure bertujuan
menyelidiki sesuatu persoalan atau peristiwa dengan meminta tanggapan dari nara
sumber atau interviewee. Wawancara tipe ini biasanya diselenggarakan untuk keperluan
kepentingan siaran berita.

2.Wawancara untuk keperluan penggalian informasi, wawancara ini dilakukan dengan


menghadirkan pejabat atau para ahli dengan pokok bahasan menyangkut kebijakan
pemerintah. Tipe ini menempatkan kepentingan pemirsa pada layar, oleh karena itu
wawancara informational umumnya bersifat deskriftif dalam arti memberi penjelasan
kepada pemirsa tentang sesuatu yang penting.

3.Wawancara emosional, wawancara seperti ini melibatkan emosi pemirsa, dan


dilakukan dengan tujuan menggali sebanyak-banyaknya pendapat dan perasaan
interviewee terhadap suatu peristiwa atau persoalan. Tujuan wawancara emosiona l
adalah memberi pemahaman tentang pikiran narasumber, sehingga pemirsa dapat
memahami suatu persolan yang dijadikan topic bahasan secara lebih baik dalam
batasan–batasan yang wajar. Misalnya wawancara antara reporter TV dengan korban
bencana alam, kejahatan, perkosaan, dan seterusnya. Disini pewawancara harus mampu
menunjukkan perasaan yang peka dalam menangani situasi, mampu menunjukka n
empati, dan bahkan rasa prihatinnya terhadap persoalan yang dibahas (Suwardi, 2006:
187)

9
2.3 Riset Sebelum Wawancara Media Televisi
Wawancara adalah satu hal penting bagi seorang jurnalis. Wawancara merupakan
kegiatan utama jurnalistik. Wawancara baik yang sifatnya panjang, singkat atau
dadakan merupakan pilar dari hampir semua laporan. Wawancara adalah salah satu
faktor penting dalam menggali informasi dari nara sumber, dalam hal ini rumah tangga
sample. Dengan teknik wawancara yang baik dan benar diharapkan tujuan interview
akan tercapai. Setiap moderator harus mengetahui teknik wawancara yang efisien dan
efektif. Persiapan sebelum wawancara pun merupakan hal yang sangat penting, Oleh
karena itu, untuk sangat diwajibkan melakukan riset seblum wawancara.

A. Mempersiapkan Wawancara Untuk Media Televisi


• Beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara dengan
narasumber :
1. Cari riset dan literature mengenai materi yang berkaitan sebelum wawancara
2. Urutkan pertanyaan dari yang paling dasar sampai pokok
3. Siapkan pengembangan pertanyaan jika tidak sesuai harapan
4. Siapkan peralatan dengan baik, seperti ; block note, alat tilus dan hal yang dapat
mendukung wawancara
5. Menghubungi dan menjalin kontak dengan staf atau orang yang dekat dengan
narasumber
• Seorang Interviewer harus memiliki:
1. Kemampuan Intelektual
2. Kemampuan mengajukan pertanyaan dengan padat dan jelas
3. Kemampuan untuk menggali latar belakang suatu persoalan
• Ada tiga golongan yang biasa di jadikan narasumber oleh jurnalis di televisi:
1. Mereka yang ahli dalam bidangnya
2. Orang yang terkenal atau memiliki kepribadian yang menonjol seperti; artis atau
politikus
3. Orang-orang kebanyakan, namun hanya menanyakan pendapat mereka.

10
B. Menyusun Pertanyaan Wawancara Yang Efektif
Menyusun sekaligus daftar pertanyaan merupakan kunci keberhasilan suatu
wawancara. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun
pertanyaan.
1. Pertanyaan sebaiknya menggunakan kalimat yang efektif,singkat, padat, dan jelas.
Pertanyaan tidak bertele-tele dan tidak jelas, sehingga dapat membingungka n
narasumber.
2. Susunlah kalimat pertanyaan yang mewakili keingin tahuan konsumen media anda
(pembaca, pendengar, penonton).
3. Mengunakan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan tertutup yang jawabannya, ya
atau tidak.
4. Susun pertanyaan dengan susunan yang logis, tidak hanya antara pertanyaan yang
satu dengan pertanyaan yang lain, tapi juga antara pertanyaan dengan jawaban
narasumber.
5. Jika wawancara menyangkut topik yang sedang hot, aktual dan banyak ditunggu
orang perkembangannya, maka pertanyaan pertama bisa dimulai dengan pertanyaan
yang paling penting terlebih dahulu (struktur piramida terbalik). Namun, dengan
tetap memperhatikan keramahan, kesopanan, tidak bergaya interogatif dan sok
paling tahu, yang dapat membuat narasumber tidak nyaman dan defensif. [cara jadi
reporter, penyiar]
6. Jika topik wawancara adalah masalah ringan dan bernuasa human interest, maka
pertanyaan bisa dimulai dari yang ringan, mudah, dan tidak memaksa narasumber
untuk berpikir terlalu dalam. Untuk wawancara seperti ini sebaiknya hindari
pertanyaan yang sulit dan langsung menohok ke pokok permasalahan atau langsung
ke hal yang lebih substansial.
7. Buat pertanyaan yang tidak menimbulkan salah interpretasi dan bermakna ganda.
Buatlah pertanyaan yang tidak mudah mudah diprediksi oleh narasumber, sehingga
jawawaban narasumber tidak datar dan standart.
8. Jika dalam pertanyaan memerlukan disampaikannya data-data yang detail (angka
dan data statistik), maka buatlah seringkas mungkin dan dapat dipahami oleh
narasumber maupun audiens anda.
9. Hindari penggunaan istilah atau bahasa yang sulit dimengerti oleh narasumber dan
audiens anda. Gunakan istilah atau bahasa yang lazim dan sudah diketahui

11
maknanya secara umum. Jika dari istilah atau bahasa tersebut, ada padanan bahasa
Indonesianya, maka gunakanlah.
10. Buat pertanyaan yang relevan kepada narasumber sesuai dengan keahliannya atau
kompetensinya.
11. Hindari pertanyaan yang keluar dari fokus masalah yang akan digali.
12. Ajukan pertanyaan satu-persatu, jangan sekaligus beberapa pertanyaan, karena
narasumber cenderung akan memilih menjawab satu saja yang paling mudah &
tidak menjawab yang lain.
13. Sebaiknya tidak mengawali pertanyaan dengan kata apakah, karDalam mna akan
cendrung menggiring narasumber menjawab singkat dan tertutup. Sebuah kalimat
bisa menjadi kalimat pertnyaan tergantung dari intonasi yang anda gunakan, tanpa
harus mengawalinya dengan kata apakah.
14. Harus mengerti maksud dari awal kalimat pertnyaan yang digunakan.

• Siapa , digunakan biasanya untuk menanyakan sebuah nama.

• Apa, untuk memancing narasumber menyampaikan sebuah deskripsi.

• Kapan, untuk menyanyakan waktu dari peristiwa.

• Di mana, untuk menanyakan tempat kejadian peristiwa.

• Mengapa, meminta penjelasan lebih lanjut.

• Bagaimana, untuk menyakan pendapat narasumber terhadap suatu masalah.

15. Bertuturlah dan jangan membaca ketika menyampaikan kalimat pertanyaan.

C. Menyiapkan Pertanyaan

Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara,
diantaranya:
1) Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang?
Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan
sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan –
informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana
mereka akan anda posisikan.

12
2) menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk
membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan
tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh
narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca.
Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah
[pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak
boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya
tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul
lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam
berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
3) Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda
menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline
berisi antara lain:
- Tema berita
- Angle
- Latar belakang masalah
- Narasumber
- Daftar pertanyaan

2.4 Pedoman Operasional Prosedur Reportase

A. Pra-Produksi (perencanaan)
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:

1) Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset
dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi
naskah sesudah riset.
2) Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaa n
naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya dan rencana lokasi
merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

13
3) Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat-menyurat. Latihan
para artis dan pembuatan setting, meneliti, dan melengkapi peralatan yang diperluka n.
Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time
schedule) yang sudah ditetapkan.

B. Produksi (pelaksanaan)
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara
bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan
dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat
becerita. Selain sutradara, penata cahaya dan suara juga mengatur dan bekerja agar
gambar dan suara bisa tayang dengan baik.

C. Pasca-Produksi (pengolahan)
Pasca-produksi memiliki beberapa langkah, yaitu:

1) Editing Offline dengan Teknik Analog


Setelah shooting selesai, penulis skrip membuat logging yaitu mencatat kembali semua
hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code
(nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam
gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu
sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline sesuai dengan
gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih
dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini, hasilnya diliha t
dalam screening. Setelah hasil editing offline dirasa cukup, maka dibuat editing script.
Di dalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untu memudahka n
pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan kepada
editor untuk dibuat editing online.

2) Editing Online dengan Teknik Analog


Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambunga n-
sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code
dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang

14
seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program.

3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara)


Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan
ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis
dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan
musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling manggangu dan terdengar
jelas. Sesudah proses mixing ini sudah selesai, secara menyeluruh produksi juga selesai.
Setelah produksi selesai, biasanya diadakan preview.

4) Editing Offline dengan Teknik Digital atau Non-Linier


Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan computer
dengan peralatan khusus untuk editing. Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah
memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperole h
OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil
gambar ke pita menjadi file. Dalam editing offline dengan sistem digital ini, penyusuna n
tidak harus mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog. Sesudah tersusun baik
maka diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat
dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render, dapat dilakukan screening.
Setelah semuanya dirasa memuaskan, boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan
offline dalam computer langsung dibuat menjadi online.

5) Editing Online dengan Teknik Digital


Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing
offline dalam computer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar dan
suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil
online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam
SP atau pita dengan kualitas broadcast sandart. Setelah program dimasukkan pita, boleh
dikatakan pekerjaan selesai. Selanjutnya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televis i.

15
D. Penayangan
Tahap ini adalah tahapan terakhir setelah bahan berita yang telah diedit diprint
ke dalam bentuk kaset atau dikirim dalam bentukn data ke server yang nantinya
sampai pada master control room.
Dalam proses penayangan, bagian production and facilities bekerja sama
dengan bagian news. Proses penayangan berita secara keseluruhan akan dikendalika n
oleh seorang program director. Ia akan bekerja sama dengan dua bagian. Pertama
dengan bagian new yang memang merupakan tempat dimana program itu dibuat dan
berita-beritanya dihasilkan. Kedua dengan bagian yang berada di master control
room, sebagai lokasi dimana program ini nantinya akan dikendalikan dan
ditayangkan dengan kerja sama para kru lainnya.
Di master control room atau studio yang banyak bertanggung jawab saat
penayangan dan berkaitan dengan permasalahan durasi acara atau commercial break
yang akan ditayangkan, PD bekerja sama dengan banyak kru. mereka adalah
switcher-person, bagian CG atau character generator yang bertugas menyiapka n
template, VTR-person yang bertugas mengoperasikan video player, lighting-perso n,
dan seorang floor director yang merupakan kepanjangtanganan PD yang berada di
studio. Selain floor director, PD juga bekerja sama dengan presenter, camera person,
audio-person yang bertugas mengatur suara saat live, TS, bagian yang lebih banyak
mengurusi urusan teknis, seperti kerusakan pada alat-alat, dan MCR atau master
control room yang lebih banyak bertugas pada urusan live, serta bagian-bagian dan
kru studio lainnya yang cukup banyak.
Melalui alat komunikasi bernama “intercom”, seorang PD mengkoordinasika n
serta mengomunikasikan semua urusan penayangan dengan para kru lainnya.
Berbagai hal seperti kapan berita ditayangkan, kapan presenter mulai, kapan
commercial break tayang, dan sebagainya dikoordinasikan melalui alat tersebut.

E. Evaluasi
Evaluasi disini memiliki dua maksud, yaitu yang pertama adalah evaluas i
program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program-program ini bisa
dianggap baik menurut sasaran. Sedangkan maksud yang kedua adalah evaluas i
instruksional. Disini tidak dibicarakan mengenai kemampuan audience dalam
memenuhi isi program instruksional yang diselenggarakan.
Salama rapat, biasanya ada sejumlah hal yang menjadi pokok pembahasan,
16
yakni content program acara, waktu tayang, serta rating dan share dari stasiun televis i
kompetitor. Tiga agenda rapat tersebut menjadi pegangan umum untuk melakukan
evalusi mengenai topik berita, presenter, segmen acara, kualitas tayangan (sound dan
look), tau ketepatan antara waktu tayang dengan agenda masyarakat yang
dibayangkan.
Disamping itu tim redaksi juga akan melihat apakah program berita yang
turun rating itu berbenturan dengan program berita di stasiun televisi kompetitor?
Apakah program berita di station kompetitor itu lebih menarik content-nya sehingga
penonton lebih tertarik menyaksikan program berita di stasiun televisi kompetitor.
Setelah evaluasi dilakukan, rapat biasanya akan memutuskan berbagai langkah atau
strategi yang dambil untuk meningkatkan atau memperbaiki konten berita.

2.5 Penentuan angle dalam sebuah berita


Angle Berita (news angle) adalah sudut pandang (poin of view) wartawan terhadap
sebuah peristiwa atau kasus. Sudut pandang ini secara teknis menentukan penulisa n
judul (head) dan teras (lead) atau alinea pertama naskah berita.

Angle sebetulnya diambil dari khasanah fotografi. Saat memegang kamera, maka
posisi jendela bidik (view finder) itulah yang disebut angle kamera, sudut pandang
yang menempatkan obyek dalam posisi bidikan. Dari jendela bidik kamera, kita bisa
memilih angle lebar (wide angle) yang membuat semua obyek tercakup dalam lensa.
Kita juga bisa menggunakan angle yang lebih sempit, sehingga yang dipotret adalah
satu elemen yang sangat spesifik.

Memilih angle adalah sebuah langkah realistis. Satu sudut pandang harus dipilih jika
kita ingin menghasilkan tulisan yang fokus dan tidak nggelambrah atau tak jelas mau
ke mana. "Kamus" jurnalisme About mendefinisikan news angle sebagai "The angle
is the point or theme of a news or feature story. The angle is found in the lede of the
story." (Angle adalah poin atau tema sebuah berita atau feature. Angle ditemukan di
teras cerita). Istilah lain News Angle (Sudut Berita) adalah News Peg (Pasak Berita),
News Hook (Pelatuk Berita), dan Story Hook (Momentum Beirta) yang semuanya
mengarah pada pengertian pokok berita, topik atau peristiwa aktual, atau situasi yang
menjadi nilai berita (news value).

17
Setiap media atau wartawan memiliki angle berita yang berbeda, tapi bisa juga sama.
Namun, jika Anda menemukan berita yang berbeda dengan sumber yang sama, maka
hal itu dikarenakan adanya perbedaan sudut berita. Jadi, news angle akan
membedakan isi berita antara satu media dengan media lainnya. Peristiwanya sama,
namun karena perbedaan news angle, konten dan pesan beritanya akan berbeda.

Contoh kasus: Kudeta Turki.

• Media yang pro-kudeta akan berusaha mencari kelemahan pemerintah Turki dan
menggiring opini publik supaya membenarkan kudeta tersebut. Bahkan, setelah
kudeta dinyatakan gagal, maka media pro-kudeta akan memilih berita tentang
"balas dendam" pemerintah Turki kepada pelaku kudeta.
• Media yang pro-pemerintah Turki akan membongkar semua kejahatan pelaku
kudeta dan dalangnya, seraya memuji dan mengekspos keberhasilan pemerinta ha n
Turki selama ini

Wartawan memiliki kebebasan dalam menentukan angle berita, sesuai dengan


"ideologi jurnalisme" yang dianut dan "kadar keimanan". Namun, angle berita lebih
banyak dikendalikan, dipengaruhi, atau ditentukan oleh kebijakan redaksi (editorial
policy) media tempat wartawan bekerja. Pengertian praktis kebijakan redaksi adalah
rambu-rambu manajemen media tentang berita yang boleh dan tidak boleh
dipublikasikan. Media pro-pemerintah akan mencari angle yang menaikkan citra
pemerintah. Media oposisi akan mencari sisi negatif yang cenderung menjatuhka n
citra rezim. Angle berita menentukan judul dan teras berita. Judul biasanya
merupakan ringkasan lead dan lead merupakan ringkasan tubuh atau isi berita.

18
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Wawancara adalah untuk mendapatkan keterangan langsung dari sumber berita, yaitu
keterangan langsung aktual dari pelaku atau saksi suatu peristiwa yang bernilai berita.
Wawancara dibutuhkan guna mendapat kesaksian dari pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu peristiwa, misalnya saksi mata, korban, pelaku dan sebagainya. Selain itu, bila
diperlukan tanggapan dari pihak ahli, seorang reporter harus menguasai teknik atau
keahlian dalam melakukan wawancara ini. Sebuah wawancara harus berlangsung
terarah dan tepat sehingga seluruh informasi apa saja yang dibutuhkan dapat keluar dari
narasumber secara maksimal. Seorang pewawancara yang tidak menguasai teknik
wawancara yang baik terkadang suka membiarkan nara sumber berbicara secara
melebar dan meluas, sehingga tidak memiliki fokus. Melalui wawancara televis i,
penonton akan mendapatkan informasi dari tangan pertama, misalnya dari orang yang
memutuskan sesuatu kebijakan. Selain itu penonton dapat melihat langsung wajah atau
mimik, ekpresi, dan emosi yang diwawancarai dan ini memberi dampak yang lebih
besar dibanding dengan kutipan wawancara yang dimuat dimedia cetak. Reporter dan
juru kamera yang baik harus dapat mengambil moment dimana orang diwawancara i
sedang mengeluarkan perasaan jiwanya yang paling dalam, sehingga mampu memberi
dampak dramatis dan tentu saja menarik perhatian penonton televisi, yang pada
akhirnya menaikkan rating program berita televisi tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

A, N. (2018, October 13). Langkah Wawancara yang Baik Dan BENAR di Televis i.
Retrieved March 21, 2021, from http://nugrahaarifa.blogspot.com/2018/10/cara-da n-
teknik-wawancara- yang-baik.html?m=1

N. (2017, December 14). Menyusun Pertanyaan Wawancara Yang Efektif. Retrieved


March 21, 2021, from
https://jurusjadiwartawan.wordpress.com/2017/12/14/menyusun-pertanyaan-
wawancara-yang-efektif/

PENENTUAN angle dan PERSIAPAN Wawancara Paker Program berita. (n.d.). Retrieved
March 21, 2021, from https://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/penetuan-angle-da n-
persiapan-wawancara.html

Sikumbang Syafei. Modul Perkuliahan Dasar-Dasar Jurnalistik Televisi : Wawancara


Televisi. Universitas Mercu Buana.
Nurhasanah. (2011). "Analisis Produksi Siaran Berita Televisi". Skripsi. Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
https://studylibid.com/doc/434947/wawancara-televisi---universitas- mercu-buana

20

Anda mungkin juga menyukai