Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI POLITIK MEDIA

Makalah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata


kuliah Studi Reportase Media Massa pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Oleh Kelompok 5
Meri Suciana
03182018
Waode Neni Suryawati
03182009
Akmal Syahrul
03182017

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin,

Kepada Allah SWT. kita bersyukur dan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kita bersholawat. Atas berkat rahmat Allah SWT sehingga kami dari kelompok
Lima dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Ekonomi Politik Media”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Studi Lembaga-

lembaga Dakwah pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam semester

6, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca

demi kesempurnaan makalah.

Watampone, 5 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Ekonomi Politik dan Media......................................................................... 3

B. Teori dan Fungsi Ekonomi Politik Media................................................................ 5

C. Kritik dan Penerapam Ekonomi Politik Media.......................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 12

B. Saran ........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebuah negara yang menganut sistem demokrasi akan memberikan


kebebasan pers. Pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap pemberitaan
yang dilakukan media massa. Pemerintah pun menjadikan media massa sebagai
ruang publik (public sphere). Ruang publik ini merupakan tempat diskusi
masyarakat, yang dapat disampaikan melalui media massa. Rakyat harus
diberikan ruang publik yang memadai agar mampu mengekspresikan dirinya.
Adanya ruang publik tidak semata dari pemerintah, tapi juga bagaimana
kebijakan pemberitaan media massa tersebut.

Ruang publik memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk


dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik tidak hanya sebagai institusi
atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi antar warga itu
sendiri.
Ekonomi politik sejatinya adalah bidang studi yang memadukan perangkat
analisis atau teori yang terdapat dalam ilmu ekonomi maupun ilmu politik.
Pendekatan ini ada karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa dijelaskan oleh
ilmu ekonomi murni sehingga perlu meminjam teori-teori yang berada di
bawah naungan ilmu politik, Begitu pula sebaliknya.
Sebagaimana diketahui, pemilik media adalah para pebisnis. Mereka
mengeluarkan modal dan memikirkan bagaimana caranya keuntungan diraih
dalam secara kontinuitas. Mereka mencari keuntungan ekonomi melalui
usahanya itu. Sudut pandang utama yang digunakan pun adalah “kompetisi”.
Ini menyangkut apakah medianya kompetitif di pasar atau tidak.
Setiap media pasti akan menghitung laba yang dikeluarkan dalam setiap
operasionalnya. Akan tetapi, dalam kerja pemberitaannya, media tak hanya
menghitung ongkos operasional liputan. Berdasarkan penjelasan di atas,

1
2

Pemakalah akan mengangkat tema penulisan tentang “Ekonomi Politik


Media”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Ekonomi Politik danMedia ?
2. Apa Teori dan Fungsi Ekonomi Politik Media ?
3. Bagaimana Ekonomi Politik Media di Indonesia dan Solusinya ?
C. Tujuan Penulisan.
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, tujuan penulisan ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui Defenisi Ekonomi Politik dan Media
2. Untuk Mengetahui Teori dan Fungsi Ekonomi Politik Media
3. Untuk mengetahui Ekonomi Politik Media di Indonesia dan Solusinya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Ekonomi Politik dan Media

Ekonomi politik adalah sebuah pendekatan untuk menelaah masalah-


masalah dalam dunia ekonomi yang tidak bisa dijelaskan serta diselesaikan
oleh ilmu ekonomi murni. Pendekatan ini dimunculkan pada abab 18 dengan
tujuan untuk membantu orang dalam memahami dan mengatasi beraneka
ragam permasalahan dramatis dalam sistem pemuasan kebutuhan manusia,
baik dengan memahami sifat dari kebutuhan/keinginan itu sendiri dan cara
memproduksi serta mendistribusikan barang untuk memuaskannya.
MEDIA adalah alat untuk menyebarluaskan informasi atau pandangan.
Pengertian seperti ini dibentuk dari cara melihat media dari aspek fungsinya.
Tapi media juga adalah sebuah perusahaan. Dan perusahaan, pada umumnya,
menjalankan praktik-praktik ekonomi.
Mosco (1995) mendefinisikan ekonomi politik komunikasi sebagai studi
hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang memengaruhi
produksi, distribusi, dan konsumsi berbagai sumber daya termasuk sumber
daya komunikasi.
Ketika diterapkan pada media komunikasi, ekonomi politik cenderung
memfokuskan perhatiannya pada bagaimana kerja institusi media berkaitan
dengan institusi lainnya seperti insitusi politik, keuangan, dan industri serta
bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi industri media dan praktek-praktek
profesional.
Konsep ini dikembangkan oleh para ahli dan peneliti media dan ekonomi
politik, diantaranya adalah Dallas Walker Smythe, Herbert Schiller, Vincent
Mosco, Dan Schiller, dan Robert McChesney. Oleh McChesney (2008),
ekonomi politik komunikasi disebut juga dengan ekonomi politik media yang
menitikberatkan pada kepemilikan media, pentingnya periklanan bagi
perusahaan media, regulasi media, dan hubungan ketiga hal tersebut dengan
kekuasaan serta bagaimana media massa beroperasi.

3
4

Terkait dengan penerapan ekonomi politik pada media, McQuail


menyuguhkan definisi teori ekonomi politik sebagai pendekatan kritis sosial
yang menitikberatkan utamanya pada hubungan antara struktur ekonomi dan
dinamika industri media dan konten ideologis media.
Sebagai salah satu teori media massa, teori ekonomi politik media ini
mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris struktur kepemilikan
dan pengawasan media serta cara kekuatan pasar media beroperasi. Dari
sudut pandang ini, lembaga media harus dianggap sebagai bagian dari sistem
ekonomi yang berkaitan erat dengan sistem politik.
Adapun konsekuensi yang harus diperhatikan terletak pada pengurangan
sumber media independen, konsentrasi pada pasar terbesar, menghindari
resiko, dan mengurangi investasi dalam tugas media yang kurang
menguntungkan. McQuail juga menyatakan ditemukannya pengabaian
terhadap sektor yang lebih kecil dan lebih miskin dari khalayak potensial dan
kerapkali media berita yang tidak seimbang secara politis.
Sementara itu menurut Jin (2018), ekonomi politik media melingkupi
beberapa ranah kajian yaitu jurnalisme, penyiaran, periklanan, serta teknologi
informasi komunikasi dan informasi. Lebih lanjut ia menyatakan, pendekatan
ekonomi politik media menganalisa hubungan antara kekuasaan dengan
politik, mediasi, dan ekonomi. 1

1
Media Sucahya,Jurnal Ruang Publik Dan Ekonomi Politik Media, Universitas Serang
Raya,Banten,Vol.2,Nmor.2, Thn 2013, hlamn 15-22
5

B. Teori dan Fungsi Ekonomi Politik Media

Teori Ekonomi Politik Media

Ekonomi politik media terkait dengan masalah kapital atau modal dari
para investor yang bergerak dalam industri media. Para pemilik modal
menjadikan media sebagai usaha untuk meraih untung, dimana keuntungan
tersebut diinvestasikan kembali untuk pengembangan medianya. Sehingga
pengakumulasian keuntungan itu, menyebabkan kepemilikan media
semakin besar. Dalam menjalankan media, investor mempekerjakan
karyawan untuk menghasilkan produk media.
Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi
barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang
mempunyai nilai tukar di pasar. Spasialisasi, berkaitan dengan sejauh mana
media mampu menyajikan produknya di depan pembaca dalam batasan
ruang dan waktu.
Teori ekonomi politik memiliki kekuatan pada tiga hal yaitu berfokus
pada bagaimana media dibangun dan dikendalikan, menawarkan
penyelidikan empiris mengenai keuangan media, dan mencari hubungan
antara proses produksi konten media dan keuangan media (Barant,
2010:263)
Teori ekonomi politik bersifat kritis, dimana teori ini mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuai dan menyediakan cara-cara
pengganti untuk menafsirkan peran sosial media. (Barant,2010:252).
Teori ekonomi politik media fokus pada media massa dan budaya massa,
dimana keduanya dikaitkan dengan berbagai permasalahan sosial yang
terjadi di masyarakat. Teori ini mengindentifikasi berbagai kendala atau
hambatan yang dilakukan para praktisi media yang membatasi kemampuan
mereka untuk menantang kekuasaaan yang sedang mapan.
Dimana penguasa membatasi produksi konten yang dilakukan pekerja
media, sehingga konten media yang diproduksi tersebut kian memperkuat
status quo. Sehingga menghambat berbagai upaya untuk menghasilkan
6

perubahan sosial yang konstruktif. Upaya penghambatan para pemilik


pemodal, bertolak belakang dengan teoritikus ekonomi politik ini, yang
justru aktif bekerja demi perubahan sosial.
Karena itu, menurut Barant (2010:263), para teoritikus ekonomi politik
menitikberatkan pada bagaimana proses produksi konten dan distribusi
dikendalikan. Kekuatan utama teori ini terletak pada kemampuannya dalam
menyodorkan gagasan yang dapat dibuktikan secara empiris, yakni gagasan
yang menyangkut kondisi pasar. Salah satu kelemahan aliran ekonomi
politik ialah unsur-unsur yang berada dalam kontrol publik tidak begitu
mudah dijelaskan dalam pengertian mekanisme kerja pasar bebas.
Walaupun aliran memusatkan perhatian pada media sebagai proses
ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi), namun aliran ini kemudian
melahirkan ragam aliran baru yang menarik, yakni ragam aliran yang
menyebutkan bahwa media sebenarnya menciptakan khalayak dalam
pengertian media mengarahkan perhatian khalayak ke pemasang iklan dan
membentuk perilaku publik media sampai pada batas-batas tertentu.
Ekonomi politik adalah pendekatan kritik sosial yang berfokus pada
hubungan antara struktur ekonomi dan dinamika industri media dan konten
ideologis media. (McQuail,2011:105). Melihat hal ini maka institusi media
merupakan sebagai bagian dari sistem ekonomi dengan hubungan erat
kepada sistem politik. Hal ini mengakibatkan berkurangnya sumber media
yang independen, konsentrasi pada khalayak yang lebih luas, menghindari
risiko, dan mengurangi penanaman modal pada tugas media yang kurang
menguntungkan.
Pada sisi lainnya, media juga akan mengabaikan kepentingan khalayak
potensial yang kecil dan miskin, karena dinilai tidak menguntungkan
Kemudian pemberitaan terhadap kelompok masyarakat minoritas,
cenderung tidak seimbang. Barant (2011:250) menyebutnya teori ekonomi
politik media fokus pada penggunaan elite sosial atas kekuatan ekonomi
untuk mengeksploitasi institusi media.
Fungsi Ekonomi Politik Media
7

1. Teori ekonomi politik media membantu kita memahami perubahan


sosial dan transformasi historis.
2. Teori ekonomi politik media membantu kita memahami totalitas
sosial.
3. Teori ekonomi politik media membanu kita memahami filsafat moral
yakni nilai-nilai sosial dan konsepsi praktek-praktek sosial yang
sesuai.
4. Teori ekonomi politik media membantu kita memahami hasil
aktivitas manusia yang bebas dan kreatif yang mengubah dirinya
sendiri maupun dunia sekitarnya.2

C. Ekonomi Politik Media di Indonesia dan Solusinya


Ekonomi Politik Media di Indonesia

Di tengah pandemi COVID-19 yang memakan banyak nyawa, banyak


dari kita mungkin terkejut, frustasi dan bingung melihat berbagai negara,
termasuk Indonesia, mengabaikan rekomendasi ilmuwan dan lebih
memprioritaskan stabilitas kekuasaan dan aktivitas ekonomi. Namun, jika
melihat dari studi ekonomi politik yang mempelajari interaksi antara politik
dan ekonomi, langkah-langkah buruk yang diambil pemerintah – misalnya
upaya menarik wisatawan ke Indonesia ketika COVID-19 mulai muncul di
negara-negara tetangga atau lambatnya pemberlakuan pembatasan sosial –
adalah cerminan dari dinamika pembagian kekuasaan dan sumber daya
dalam suatu negara.
Negara bukanlah aktor tunggal yang netral. Negara adalah ensambel atau
kelompok kelembagaan yang mencerminkan dan menanamkan hubungan
kekuasaan yang berkembang secara historis. Negara mendistribusikan
kekuasaan dan sumber daya, sementara beragam kekuatan sosial (bisa
mengelompok berdasar kelas, koalisi distribusional, kelompok etnis, agama,

2
Achmad Nasrudin, Jurnal Ekonomi Politik Media,Universitas Muhammadiyah Tangerang,
V0l.IX,No.1, thn 2017, hlm 28-30
8

maupun pengelompokan lainnya) terus berupaya mengubah institusi negara


supaya lebih menguntungkan bagi kelompoknya.
Di Indonesia pasca Orde Baru, misalnya, disain kelembagaan dari
lembaga negara sering berubah mengikuti dinamika politik, seperti
pengubahan undang-undang untuk mengakomodasi jumlah pimpinan
lembaga tinggi negara yang bisa diterima semua mitra koalisi. Secara
ringkas, kita dapat memahami bahwa kebijakan-kebijakan negara
mencerminkan bagaimana kekuatan-kekuatan sosial yang paling berkuasa
menyepakati pembagian kekuasaan dan akses pada sumber daya.
Realitas bahwa negara adalah cerminan dari dinamika pembagian
kekuasaan dan sumber daya ini membuat kita dapat memahami mengapa
para ilmuwan tidak didengar di banyak tempat.
Dalam kancah ekonomi politik, keahlian para ahli kesehatan tidak
dianggap lebih berharga daripada kendali atas kuasa dan sumber daya atau
perimbangan kesepakatan pembagian kekuasaan antar elite di masyarakat
tersebut.Kadang, ilmuwan justru dimusuhi karena dianggap dapat
mengganggu ekuilibrium pembagian kekuasaan tersebut. Tentu saja, kadang
bahkan ada “ilmuwan tukang” yang hanya berfungsi untuk membenarkan
kebijakan yang merugikan publik.
Prioritas kebijakan negara juga berdasarkan kelompok-kelompok yang
paling berkuasa.Karena itu respons Indonesia, menggambarkan
kekhawatiran utama dari elite yaitu dampak pandemi COVID-19 terhadap
kondisi ekonomi yang dapat mengganggu akumulasi kapital. Selama ini,
dampak negatif skema pembangunan yang mendahulukan kepentingan
ekonomi secara sempit hanya dirasakan oleh mereka yang berada di
pinggiran.

Struktur ekonomi politik yang timpang disebut oleh ekonom Mary


Mellor sebagai “transendensi parasitik,” yaitu keadaan ketika sebagian kecil
masyarakat dapat mendapatkan keuntungan dengan cara mengeksploitasi
manusia dan makhluk lainnya. Contohnya kebakaran hutan di Riau atau
9

Kalimantan yang merugikan penduduk setempat terus berulang dan


perusahaan yang melakukan tidak dihukum dengan tegas, sementara para
pemiliknya terus menikmati hasil dari usaha mereka di Jakarta atau bahkan
di luar Indonesia.
Dalam kasus COVID-19 hal ini tidak sepenuhnya berlaku, karena elite
pun bisa terkena. Inilah mengapa kita melihat sedikit perubahan sikap elite
dalam penanganan pandemi dibandingkan dengan perubahan iklim.
Meskipun demikian, penanganan COVID-19 pun tidak lepas dari struktur
ekonomi politik yang timpang.
Kelas menengah ke atas bisa bekerja dari rumah atau work from home,
namun banyak pekerja yang tetap harus mengambil risiko untuk tetap
bekerja karena tidak diliburkan atau karena mereka memiliki penghasilan
harian.Dengan fasilitas yang terbatas, mereka dengan koneksi elite yang
kuat segera ditangani, sementara masyarakat biasa sering tidak mendapatkan
kejelasan.
Pemerintah bahkan tidak berkenan menetapkan karantina wilayah, salah
satunya karena pemerintah berkeberatan untuk menanggung biaya hidup
warga dan ternak selama masa karantina. Hal ini membuat banyak pekerja
miskin atau informal tetap harus berjuang mencari nafkah di tengah
pandemi. Perselisihan para elit juga membuat penyaluran sumber daya
negara menjadi lamban. Birokrasi negara terpecah-pecah dengan koordinasi
yang buruk karena mereka berada pada jatah lingkaran elite yang berbeda.

Mengalihkan sebagian sumber daya yang telah didistribusikan antar elite


sebagai komitmen setelah pemilihan umum juga membutuhkan proses
negosiasi yang lebih lama lagi, karena akan mempengaruhi keseimbangan
kekuasaan dan pembagian sumber daya. Bahkan, dalam kondisi pandemi
pun, elite politik masih ngotot mengesahkan RUU kontroversial seperti
RUU Omnibus Law Cipta Kerja dan RUU Minerba.
10

Tentu saja bukan tidak ada tren positif sama sekali. Perpu Nomor 1 tahun
2020tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan dan
ekonomi untuk Penanganan Pandemi COVID-19 memberikan fleksibilitas
fiskal yang memang dibutuhkan. Sayangnya Perppu itu juga rawan
disalahgunakan, seperti pasal 27 yang menyatakan bahwa pejabat tidak bisa
dituntut secara pidana maupun perdata untuk kebijakan yang diambil dan
bahwa tindakan yang diambil berdasar Perppu ini bukan objek gugatan
PTUN.

Solusi Ekonomi Politik Media di Indonesia


Memahami realitas ekonomi politik tersebut bukan berarti kita sebagai
warga negara cukup pasrah saja dalam menghadapi krisis kesehatan ini.
Memahami bahwa negara bukanlah institusi yang netral dan berisi konflik
kepentingan membuat kita perlu mengupayakan setidaknya tiga hal.
Pertama, kita harus berhenti bersikap naif dengan mengandalkan elite
politik dan negara untuk menyelesaikan masalah kesehatan publik ini.
Masyarakat harus membangun inisiatif perlindungan kesehatan masyarakat
secara mandiri dengan semangat gotong royong.
Jika elite politik tidak mau mengalokasikan penerimaan pajak yang
dibayarkan warga untuk membiayai hidup warga yang terdampak oleh
upaya pencegahan penyebaran coronavirus ini, kita harus bahu membahu
membangun jaring pengaman sosial berbasis lokal.
Kedua, kita harus terus menekan para elite politik untuk mengambil
tanggung jawab mereka karena kepentingan mereka pun akan terdampak
kalau pandemi ini semakin parah. Inisiatif publik untuk turut
menanggulangi COVID-19 ini tidak boleh membuat negara lepas tangan.
Masyarakat harus terus mendesak para elite politik menggunakan berbagai
mekanisme yang memungkinkan. Catat dan umumkan kebijakan-kebijakan
buruk serta mereka yang memutuskannya. Beri apresiasi kebijakan-
kebijakan yang baik.
11

Ketiga, rakyat dan masyarakat sipil harus mengkonsolidasikan diri


dengan kokoh supaya kepentingan publik dapat lebih tercerminkan di dalam
negara, saat pandemi dan setelah pandemi ini berakhir nanti.3

3
Halida Bahri, dan Asriadi,Jurnal Ekonomi Politik di Indonesia,Universitas
Malikussaleh,Aceh,Vol.X, No.1 ,thn 2018, hlmn 26-27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi politik sejatinya adalah bidang studi yang memadukan
perangkat analisis atau teori yang terdapat dalam ilmu ekonomi maupun
ilmu politik. Pendekatan ini ada karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa
dijelaskan oleh ilmu ekonomi murni sehingga perlu meminjam teori-teori
yang berada di bawah naungan ilmu politik, Begitu pula sebaliknya.
MEDIA adalah alat untuk menyebarluaskan informasi atau pandangan.
Pengertian seperti ini dibentuk dari cara melihat media dari aspek
fungsinya. Tapi media juga adalah sebuah perusahaan. Dan perusahaan,
pada umumnya, menjalankan praktik-praktik ekonomi.
Jadi, Ekonomi politik media cenderung memfokuskan perhatiannya
pada bagaimana kerja institusi media berkaitan dengan institusi lainnya
seperti insitusi politik, keuangan, dan industri serta bagaimana hal-hal
tersebut memengaruhi industri media dan praktek-praktek profesional.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kesalahan, untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bahri halida, dan Asriadi,Jurnal Ekonomi Politik di Indonesia,Universitas
Malikussaleh,Aceh,Vol.X, No.1 ,thn 2018.
Nasrudin ahmad, Jurnal Ekonomi Politik Media,Universitas Muhammadiyah Tangerang,
V0l.IX,No.1, thn 2017.
Sucahya Media,Jurnal Ruang Publik Dan Ekonomi Politik Media, Universitas Serang
Raya,Banten,Vol.2,Nmor.2, Thn 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai