Anda di halaman 1dari 25

BUDAYA POPULER DALAM KONTEN MEDIA SOSIAL TIKTOK (ANALISIS

SEMIOTIKA KEBEBASAN MENGGUNAKAN TIE DYE PADA TIKTOK)

Shinta Dewi, Alfa Verania, Nadhila Izzati, Safira Widyaswara, Mohamad Syarif
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
shinta18007@mail.unpad.ac.id alfa18001@mail.unpad.ac.id nadhila18001@mail.unpad.ac.id
safira18010@mail.unpad.ac.id mohamad18013@mail.unpad.ac.id

Abstrak

Media digital kini telah berkembang sangat pesat dengan pilihan yang beragam dan juga
menawarkan berbagai keunggulannya tersendiri dalam persaingan untuk mendapatkan hati user.
Terdapat berbagai media sosial yang populer diantaranya Instagram, Twitter, Facebook, You
Tube, Whats Up, Line, TikTok, Pinterest, dan lainnya. Media sosial yang berkembang pada era
perkembangan media digital saat ini sudah seperti bagian dari kehidupan yang tidak dapat
terpisahkan. TikTok merupakan salah satu platform kategori hiburan berbentuk video dengan
durasi yang singkat hanya 15 detik, awal kehadirannya muncul pada September 2016 dibuat oleh
perusahaan asal China yaitu ByteDance yang awalnya bernama adalah Douyin. Pada aplikasi
TikTok di tahun 2020 ini sempat populer kembali fashion tie dye pada tahun 60 - 70 tahun yang
lalu. Yang bermula dari Negara Amerika pada tahun 1960. Penelitian ini bertujuan untuk
menyingkap setiap makna yang dihadirkan oleh setiap konten video TikTok yang menampilkan
penggunaan fashion tie dye pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
konsentrasi analisis semiotika dan batasan analisis menggunakan konsep kebebasan. Setiap
makna yang ada kami deskripsikan dengan menggunakan kajian budaya dan literatur yang ada.
Kami menganalisis 5 konten video TikTok yang di dalamnya memperlihatkan tie dye. Analisis
semiotika yang kami gunakan ternyata berhasil menyingkap makna yang tak terduga dalam
setiap konten yang kami analisis.

Kata Kunci : Budaya Populer, TikTok, Tie Dye, Analisis Semiotika


Latar Belakang

Media digital kini telah berkembang sangat pesat dengan pilihan yang beragam dan juga
menawarkan berbagai keunggulannya tersendiri dalam persaingan untuk mendapatkan hati user.
Media sosial merupakan salah satu media digital yang saat ini sedang populer, didukung oleh
beragamnya platform yang ditawarkan sehingga dapat menjawab solusi dari permasalahan yang
dibutuhkan user, namun bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan saja sebagai penunjang
bersosialisasi atau pekerjaan melainkan juga sebagai salah satu media yang memiliki fungsi
sebagai media hiburan. Terdapat berbagai media sosial yang populer diantaranya Instagram,
Twitter, Facebook, You Tube, Whatsap, Line, TikTok, Pinterest, dan lainnya. Media sosial yang
berkembang pada era perkembangan media digital saat ini sudah seperti bagian dari kehidupan
yang tidak dapat terpisahkan.
TikTok merupakan salah satu platform kategori hiburan berbentuk video dengan durasi
yang singkat hanya 15 detik, awal kehadirannya muncul pada September 2016 dibuat oleh
perusahaan asal China yaitu ByteDance yang awalnya bernama adalah Douyin. Meroketnya
popularitas Douyin dalam waktu 1 tahun ditandai dengan telah dimiliki oleh 100 juta pengguna,
akhirnya perusahaan pembuat Douyin melakukan ekspansi ke luar China dan melakukan
pembaharuan nama yang saat ini dikenal dengan nama TikTok. Platform aplikasi ini yang masih
sangat terbilang baru kehadirannya namun terhitung cepat dalam mencapai puncak
popularitasnya terbukti dengan tercatatnya sebanyak 50 juta pengguna Android yang mengunduh
aplikasi TikTok di seluruh dunia, dengan mencapai rating yang cukup tinggi > 4 di Google Play
Store. TikTok yang merupakan platform berbentuk video berdurasi 15 detik ini sangat menarik
karena dapat menjadikan siapapun penggunanya sebagai konten kreator, didukung dengan fitur-
fitur mengedit video yang tersedia dan mudah dipahami seperti filter, efek, stiker, dan lainnya
membuat aplikasi ini semakin menarik dan digemari. Video yang biasa ditampilkan biasanya
mengenai lypsinc, challenge, games, bahkan berbentuk narasi seperti tips and trick, dan juga
short massage. Popularitas yang semakin meningkat sehingga menjadi trendsetter membuat
TikTok menjadi salah satu topik yang sangat menarik sebagai objek penelitian.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna TikTok yang cukup tinggi,
fenomena ini membuat TikTok menjadi budaya populer yang dikonsumsi secara massa dengan
luas. Budaya popular adalah budaya yang lahir atas kehendak media, sehingga dapat di artikan
bahwa media dapat mempengaruhi bentuk budaya apa yang di produksi sehingga dapat menjadi
suatu bentuk kebudayaan yang tertanam pada publik (Strinati, 2009). Kehadiran TikTok dengan
antusias yang sangat tinggi secara global memberikan warna baru khususnya pada bidang
teknologi di era digital, kemunculannya membentuk karakter dan kebiasaan baru terutama pada
remaja. Kebiasaan ini merupakan konsep dari homogenisasi dimana terjadi implikasi yang
menyebabkan pembentukan budaya populer secara global dengan menghilangkan batas-batas
identitas tertentu. Budaya sebagai industri hiburan menjadi peluang besar yang berpotensi bagi
kapitalis karena erat kaitannya sebagai lahan bisnis dengan terjadinya agresi yang kuat maka
akan berpotensi melahirkan budaya imperialisme. Westernisasi merupakan merupakan salah satu
bentuk dari bagian imperialisme, secara masif budaya populer terbentuk dengan mudah melalui
media sosial sebagai ruang berinteraksi tanpa batas terutama bagi generasi muda. Remaja yang
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa sedang berada di fase penasaran
dengan kreatifitas yang masih sangat tinggi. Pada era perkembangan media digital ini remaja
memiliki ruang yang tidak terbatas dalam berkreasi, salah satunya melalui media sosial TikTok.
TikTok dapat memicu kreativitas pada remaja yang sedang dalam puncak produktif sehingga
mampu menghasilkan konten-konten yang menarik dan bermanfaat.
Informasi mengenai fesyen merupakan salah satu konten yang memiliki daya tarik tinggi
khusus bagi kalangan remaja perempuan. Tie dye di tahun 2020 menjadi salah satu trendsetter
fesyen yang sangat populer. Pakaian tie dye sebetulnya bukanlah gaya fesyen yang baru saja
muncul, sebelumnya pada tahun antara 60 sampai 70-an populer sebagai salah satu ciri khas dari
kaum Hippie. Tie dye sebetulnya teknik mewarnai dengan cara diikat dan dicelup, namun
dengan hasilnya yang luar biasa memberikan warna tersendiri yang unik dan menghasilkan motif
yang cenderung abstrak dan geometrik. Model pakaian tie dye yang unik, menarik dan simple
memiliki daya tarik tersendiri yang menjadikannya populer pada saat ini. Tie dye menjadi salah
satu konten TikTok yang sangat digemari mulai dari tips dan trik cara mewarnai tie dye pada
baju, cara mix and match dengan fesyen, sampai berbagai online shopping yang menjual
berbagai baju dengan motif kain tie dye.
Penelitian ini berfokus terhadap bagaimana media sosial memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap budaya popular dalam membuat konten TikTok mengenai tie dye yang menjadi
sangat tren. Analisis ini menggunakan metode semiotika kebebasan menggunakan tie dye pada
TikTok yang mengkaji mengenai tanda dalam pemaknaan dengan melihat dari beberapa aspek
seperti konotasi dan denotasi.
Tinjauan Pustaka

1. Budaya Populer
Pada saat ini hadirnya budaya populer sangat lekat dengan keseharian. Menurut
McLuhan teknologi media telah berdampak pada perubahan budaya yang ada di tengah
masyarakat, sehingga media dapat membentuk dan mengelola sebuah budaya baru.
Kaitan media dengan budaya populer sangat erat, terlebih teknologi media sosial. Bisa
dilihat saat ini media sosial sangat dominan di keseharian masyarakat sehingga menjadi
masuk akal jika media sosial akan membentuk suatu budaya baru.
Menurut John Storey (2007), budaya populer adalah suatu budaya yang diterima
masyarakat secara luas yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Menurut berbagai kajian
dan sudut pandang, budaya populer sering tumpang tindih dengan budaya massa. Hal itu
dikarenakan memiliki kesamaan dihasilkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu
budaya populer dianggap sebagai budaya massa karena berorientasi pada industri hiburan
bertujuan mencari keuntungan bagi kelompok tertentu [ CITATION Her12 \l 1057 ].
Didefinisikan juga oleh Frankurt, budaya populer adalah budaya massa yang dihasilkan
melalui industri budaya untuk kepentingan kapitalisme. Sebenarnya budaya populer
merupakan sebuah budaya yang dihasilkan sendiri oleh masyarakat namun sering
dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan dan maksud tertentu.
Budaya populer hadir dan terus ada atas kehendak media (ideologi kapitalis) dan
konsumsi masyarakatnya itu sendiri[ CITATION Riz15 \l 1057 ]. Peran media dalam budaya
populer sebagai alat penyebar informasi serta pembentuk opini kemudian berkembang
menjadi adanya penyeragaman opini. Proses tersebut akan membuat efek apapun yang
disebarkan oleh media menjadi mudah diterima oleh khalayak sebagai suatu nilai dan
membentuk kebudayaan baru. Budaya populer berkembang tidak terbatas ruang dan
wilayah karena budaya populer dikonsumsi secara global yang diproduksi dengan
kekuatan kapitalis melalui media massa dan teknologi informasi [ CITATION Sug17 \l
1057 ].

Budaya populer identik dengan sebuah hiburan yang menjadi kebutuhan dan
dapat dinikmati sehari-hari. Budaya populer bercirikan yaitu menciptakan tren, memiliki
keseragaman bentuk, mudah di adaptasi, terikat durasi, dan menghasilkan profit
[ CITATION Bud18 \l 1057 ] . Berdasarkan dengan ciri-ciri tersebut menjadikan landasan
bahwa media sosial dapat saja membentuk sebuah budaya populer baru. Seperti yang saat
ini terjadi dengan popularitas aplikasi media sosial TikTok. Aplikasi tersebut
menciptakan banyak tren baru yang memfasilitasi masyarakat untuk memproduksi
budaya baru.

2. Media Sosial TikTok


Media baru dapat membentuk interaksi hubungan antar pribadi yang tidak dapat
dilakukan oleh media sebelumnya [ CITATION Ste191 \l 1057 ] . Media sosial adalah bagian
dari media baru yang mendukung dan menciptakan interaksi sosial menjadi komunikasi
interaktif berbasis web [ CITATION Ana16 \l 1057 ] . Saat ini peran media sosial sangat
berpengaruh dan tidak lepas pada kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang dilakukan dan
informasi yang didapatkan sebagian besar diperoleh dari media sosial. Bahkan saat ini,
media sosial lebih cepat memberi informasi daripada media massa konvensional.
Jangkauan yang dimiliki oleh media sosial sangat luas, siapa saja dapat mengaksesnya
hanya melalui perangkat gadget yang dimiliki.
Van Dijk (2013) dikutip oleh Rulli Nasrullah dalam bukunya media sosial:
Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosio teknologi mendefinisikan media sosial adalah
platform media yang berfokus pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Fungsi media sosial diantaranya dapat sebagai
medium online yang menjelaskan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai bentuk
ikatan sosial. Menurut uraian di atas, maka peneliti memahami definisi media sosial
adalah suatu aplikasi yang dapat memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi
dan berbagi hal apapun dengan pengguna lain.

Sudah banyak sekali media sosial yang mengudara pada saat ini. Eksistensi media
sosial seperti tidak pernah sirna bahkan terus berkembang dengan pembaruan yang lebih
kreatif dan inovatif. Salah satu platform media sosial yang sedang digemari dan populer
adalah TikTok. Aplikasi tersebut muncul pada September 2016 yang didirikan oleh
perusahaan ByteDance di China. Kehadiran TikTok direspon baik oleh penggunanya.
Terbukti dengan tercatat 50 juta pengguna android telah mengunduh aplikasi media sosial
TikTok. Aplikasi tersebut menyajikan konten berupa video dengan durasi pendek sekitar
15 detik hingga satu menit berisi tentang hiburan, tutorial, edukasi, fesyen, dan
sebagainya. Pengguna dalam TikTok dapat saling berinteraksi dengan memberi tanda
suka, komentar, reaksi, dan bagikan kepada orang lain. Fitur-fitur yang tersedia di
TikTok ini sangat bervariatif membuat penggunanya dapat menghasilkan video kreatif.
Dengan konten-konten yang kreatif dan berbeda dari media sosial lainnya membuat isi
pesan di dalamnya dengan mudah menarik simpati publik atau viral. Hal tersebut menjadi
salah satu faktor media sosial TikTok dengan mudah membawa nilai-nilai baru dalam
masyarakat.

3. Tie Dye
Teknik ikat celup (tie dye) yang dikenal sekarang ini pada awalnya berasal dari
timur jauh, sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Selain itu banyak para ahli yang
berpendapat bahwa kain jenis tie dye ditemukan secara terpisah di berbagai belahan
dunia, seperti di India, Cina, Jepang, Amerika Selatan, dan Afrika [ CITATION War05 \l
1057 ]. Definisi secara umum, Tie dye merupakan teknik pewarnaan kain yang dilakukan
dengan cara menggulung dan mengikat pakaian sebelum dicelupkan ke dalam suatu
pewarna. Dari hasil pencelupan ini akan menghasilkan motif tie dye yang memiliki efek
warna-warna tertentu.

Tie dye pertama kali berkembang pada awal tahun 1700 sampai 1800an di
negara Afrika dan beralih ke Amerika karena bawaan dari para imigran Afrika. Sehingga
membuat masyarakat Amerika berkeinginan mempelajari lebih dalam mengenai teknik
tie dye dan membuat popularitas tie dye melonjak seiring dengan munculnya subkultur
hippie yang merupakan sebuah gerakan berpengaruh pada era 1600an. Karena
popularitasnya melonjak bersamaan dengan subkultur hippie, maka tie dye pun dijadikan
simbol serta pernyataan counter culture di masa itu Tren tie dye di Amerika serikat
semakin berkembang pesat dan dikenal luas hingga ke banyak negara. Tren fesyen tie dye
bangkit dan marak kembali pada tahun 2020, hal tersebut dikarenakan tie dye merupakan
salah satu aktivitas yang menyenangkan dan dapat dilakukan di rumah untuk mengisi
waktu selama karantina agar terhindar dari penyebaran virus covid-19. Perusahaan
pinterest menyatakan bahwa kata kunci pencarian “tie dye” meningkat hingga 462 persen
pada bulan Mei 2020 Dilihat dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa ketertarikan
masyarakat terhadap minat tie dye kembali meningkat dan menjadikan tie dye sebagai
budaya yang kembali populer pada tahun ini. Bangkitnya tren fesyen tie dye pada tahun
2020 membuat sejumlah brand ternama mengeluarkan koleksi mereka menggunakan
teknik pencelupan tie dye dan menggandeng artis ternama untuk mengenakan pakaian
dengan motif tersebut.

4. Kebebasan
Hak paling dasar dari manusia adalah kebebasan. Dengan kebebasan yang
dimiliki manusia dapat bertindak sesuai dengan apa yang ingin dilakukannya. Menurut
Hayek, Kebebasan adalah sebuah kondisi yang dalam setiap tindakannya terbebas dari
halangan. Hayek juga berpendapat bahwa halangan dapat berupa paksaan dari luar diri
manusia. Selain itu pendapat lain tentang kebebasan dikemukakan oleh John Stuart Mill.
Kebebasan menurutnya adalah dengan tidak melakukan kejahatan atau merugikan orang
lain.

Setiap manusia perlu menunjukkan eksistensinya sebagai bentuk menyejahterakan


diri. Manusia sebagai makhluk individu dan kolektif selalu terdorong dan cenderung
untuk merealisasikan dirinya. Tujuan realisasi diri ini adalah sebagai suatu bentuk
kebebasan. Sehingga kebebasan merupakan suatu bagian yang diperlukan untuk
menunjukkan eksistensi. Media sosial sebagai alat yang dianggap bisa menunjukkan
eksistensi penggunanya. Pengguna media sosial dapat menunjukkan dirinya di depan
layar dengan komponen busana, sikap, dan latar yang digunakan. Apa yang dimunculkan
dalam media sosial merupakan suatu bentuk kebebasan dalam membentuk eksistensi diri
atau citra diri.

5. Semiotika
Semiotika merupakan cabang ilmu pengetahuan tentang tanda yang pada
hakikatnya memiliki sistem dan prinsip serta aturan-aturan yang sangat khusus dan baku.
Semiotika juga memiliki perbedaan mencolok dengan ilmu pengetahuan alam yang
bersifat pasti, tunggal dan bersifat objektivitas. Ini dikarenakan semiotika dibangun atas
dasar keterbukaan untuk berbagai interpretasi. Kajian semiotika memiliki ruang lingkup
yang luas. Hal ini mengakibatkan munculnya cabang-cabang semiotika secara khusus
yaitu, semiotika sastra, semiotika televisi, semiotika film, serta semiotika pada konten-
konten media.[ CITATION Tri19 \l 1033 ].
Menurut Hackley dalam (Mudjiyanto & Nur, 2013) memaparkan bahwa
penedekatan analisis semiotika dapat digunakan untuk meneliti aspek-aspek seperti tanda
objek (visual semiosis). Contohnya seperti gaya berpakaian, penggunaan objek dalam
iklan, huruf, jenis, penggunaan simbol, dll. Selanjutnya ada aspek gestur (bodily
semiosis); contohnya seperti raut muka, gestur tubuh, tipe tubuh, posisi tubuh dan produk,
perilaku ekspresif, dll. Selain itu ada aspek ucapan (verbal semiosis); contohnya seperti
idiom yang digunakan, penggunaan humor, volume suara, aksen atau dialek penggunaan
metafora, kecepatan dan nada bicara, dll.

Metode Penelitian

a. Metode
Metode penelitian merupakan sebuah prosedur yang dipergunakan dalam upaya
untuk mendapatkan data maupun informasi guna memperoleh jawaban atas pertanyaan
penelitian. Metode yang digunakan harus tepat dan mencerminkan relevansi dengan
fenomena yang akan diteliti. Penelitian ini memiliki maksud untuk meneliti pembentukan
budaya popular pada remaja di sosial media TikTok. Penelitian yang sangat menarik ini
tentunya menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif. Metode
penelitian kualitatif merupakan sebuah metode yang mana bertujuan untuk mencoba
mengekplorasi serta memahami makna yang dilakukan oleh sejumlah individu ataupun
sekelompok orang tertentu. [ CITATION Joh14 \l 1033 ] . Sedangkan untuk pendekatan
deskriptif yaitu Paradigma yang kami gunakan yaitu paradigma kostruktivisme.
Paradigma kontruktivisme yaitu paradigma yang digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui realitas sosial secara lebih mendalam. Konstruktivisme berasumsi bahwa
realitas sosial itu tidak bersifat tunggal namun dapat diinterpretasikan oleh individu
individu atau kelompok tertentu sehingga hasilnya dapat beragam. [ CITATION Joh07 \l
1033 ]. Paradigma ini kami nilai sangat cocok digunakan untuk meneliti penelitian dengan
judul “pembentukan budaya popular pada Remaja di Sosial Media TikTok” karena kami
melihat kenyataan bahwa fenomena tersebut sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi.
Penelitian ini akan membatasi penggunaan teori semiotika dari Roland Barthles.
Pemikiran Roland Barthles ini merupakan terusan atau lanjutan pemikiran dari Saussure.
Barthles meneruskan pemikiran Saussure dengan menekankan pada interaksi teks dengan
pengalaman personal serta kultural penggunanya. Selain itu interaksi konvensi dalam teks
dan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya juga menjadi isu atau
kajian dalam semiotika Barthles juga. Semiotika. Gagasan sosok Barthles ini dikenal
dengan sebutan “order of significations” (tatanan pertandaan) yang terdiri atas denotasi
dan konotasi. Denotasi yaitu makna kamus dari sebuah terminology atai kata ataupun
objek (literal meaning of a term or object ). Sedangkan konotasi yaitu makna makna
kultural atau budaya yang begitu melekat pada sebuah terminologi (the cultural meanings
that become attached to a term)[ CITATION Bam13 \l 1033 ]
Pada Penelitian ini yang menjadi unit analis kami yaitu “setting” ruang atau
tempat gambar atau video diambil, kegiatan yang dilakukan oleh pengguna atau creator
TikTok, simbol-simbol yang ditonjolkan, fungsi serta maknanya. Selanjutnya unit
“casting” karakter pemain, yaitu cara berpakaian, ekspresi wajah dan gerak tubuh, make-
up, kostum yang dikenakan pemain yang dapat memberikan signifikasi tertentu terhadap
kelas sosial yang ditonjolkan. Selain itu ada unit “captions” peggunaan bahasa dalam
dialog maupun voice over dan visualisasi yang ditonjolkan dalam video TikTok remaja
yang muncul di sistem fyp TikTok.
b. Subjek & Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini yaitu pengguna TikTok. Sedangkan objek dari
penelitian ini yaitu konten video tie dye berdurasi pendek pada sosial media TikTok yang
muncul pada sistem “for you page” atau “fyp”. Kami akan meneliti sebanyak 5 video
yang muncul pada fyp TikTok. Kami akan meneliti bagaimana budaya popular terbentuk
di dalam sistem aplikasi sosial media TikTok. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, teori
semiotika yang akan menjadi panduan kami menganalisis setiap tanda – tanda yang
muncul dalam video TikTok.
c. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan penelitian yang terpenting adalah teknik pengumpulan data.
Pengumpulan data dimaksudkan untuk proses mendapatkan data untuk tujuan penelitian,
penelitian tidak akan mendapatkan sebuah data, tidak akan tercipta penemuan. Teknik
pengumpulan data yang kelompok kami pilih menggunakan metode study pustaka dan
pengamatan langsung (observasi) di konten TikTok.
1) Study Pustaka
Study pustaka merupakan metode pengumpulan data yang mencari data
dengan cara mengumpulkan data dari berbagai Referensi hasil penelitian
terdahulu terkait dalam bidang masing – masing. Kelompok kami mencari
bahan pustaka (referenresi) dari jurnal – jurnal atau artikel mengenai budaya
populer, media sosial, atau yang membahas platform TikTok. Alasan memilih
pengambilan data dengan cara ini untuk menghasilkan hasil penelitian yang
kompeten dibidang media sosial TikTok.
2) Pengamatan Langsung (Observation)
Pengambilan data dengan pengamatan langung ini dipilih karena peneliti
terlibat langsung dalam kegiatan pengamatan Pembentukan Budaya Populer
Pada Remaja di Tik Tok. Pengambilan data dari pengamatan ini bermaksud
untuk mengetahui bagaimana fenomena bahasa di TikTok dan gaya hidup di
TikTok yang sudah banyak mempengaruhi remaja. Ini bermaksud jika
kelompok kami akan bersama – sama melakukan kegiatan atau aktivitas
dengan remaja pengguna melalui fyp di TikTok.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah usaha untuk menggali data yang merupakan proses
pada lapangan untuk reka cipta sistem di lapangan, menyarankan penemuan, mencari
makna sampai tidak ada lagi definisi lain untuk menangkalnya. Dalam teknik analisis
peneliti sangat perlu meningkatkan pemahaman mereka tentang peristiwa yang terjadi
dalam proses pengamatannya. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif.
1) Analisis deskriptif
Analisis data kualitatif deskriptif dalam penelitian ini untuk menjelaskan
secara rinci pembentukan budaya populer khususnya fenomena tie dye yang
terjadi di platform TikTok. Langkah yang kelompok kami lakukan yaitu
mengakumulasi hasil data yang diperoleh dari study kasus dan observasi yang
dilakukan untuk membentuk gambaran budaya populer dalam konten media
sosial TikTok dengan analisis semiotika kebebasan menggunakan tie dye pada
TikTok, menelaah faktor yang terikat dengan proses penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Analisis ini akan membahas bagaimana TikTok menampilkan perihal tie dye sebagai
budaya popular yang saat ini sedang gencar menjadi produk yang disukai oleh kalangan anak
muda. Terlebih di tengah pandemi covid-19 yang terus berkepanjangan, fenomena tie dye
semakin popular ditampilkan di beberapa marketplace maupun media sosial. Seperti kita ketahui
bahwasannya penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthles yang pada
aplikasinya terdapat 2 langkah yaitu langkah pertama untuk menentukan makna denotasi dan
langkah kedua yaitu langkah untuk menentukan makna konotasi dan mitos yang ada di
dalamnya.

1. Video TikTok dari pengguna @kar.tala

Denotasi:
Pada gambar diatas terlihat sangat jelas sekali bahwasannya ditampilkan seorang
perempuan menggunakan tie dye jenis shibori yang digunakan sebagai fashion outer yang
terlihat begitu sangat anggun. Seorang perempuan tersebut dengan pose seperti menyilakan
kakinya menghadapkan diri ke depan cermin dan menangkap potret dirinya sedang
menggunakan tie dye menggunakan kamera iphone (tak begitu jelas itu iphone seri atau tipe
berapa) yang tampak sangat jelas logonya yang sangat ikonik.
Setting ruang dalam video tersebut tampak terlihat sangat rapi dengan dinding keramik
yang memiliki corak atau ornamen segitiga yang tersusun rapi dan memiliki gradasi warna yang
sedikit memberi efek gradasi pada dinding tersebut. Ruangan tersebut juga memiliki guci beserta
bunga-bunga tanpa daun sebagai penghias ruangan tersebut. Ruangan tersebut juga terdapat
kasur yang mana sedang diduduki oleh seorang perempuan tersebut. Kasur dengan seprei
berwarna putih berpadu dengan celana yang digunakan oleh perempuan tersebut yang juga
berwarna putih. Outer Tie dye yang digunakan pun seperti di setting menjuntai kebelakang
menyapu seprei putih kasur tersebut. Terlihat juga dalam ruangan terebut cahayanya cukup
memancar ke arah perempuan tersebut. Seperti ada jendela yang terbuka di samping kiri
perempuan tersebut.
Selanjutnya pada analisis casting, ini sungguh sangat luar biasa dan menarik. Pada konten
TikTok tersebut seperti yang sudah kami sebutkan di atas bahwa pada potongan gambar tersebut
terdapat seorang perempuan. Perempuan ini dengan gayanya menunjukkan outer tie dye yang
dipakainya. Perempuan tersebut dalam posenya juga terlihat tangan kanannya memegang bunga
sintetesis serta tangan kirinya memegang iphone yang diarahkan ke cermin. Perempuan tersebut
memakai hijab putih dan duduk dengan santai. Wajahnya tidak terlihat begitu jelas karena
tertutupi oleh Iphone yang diarahkan ke cermin untuk memotret dirinya.
Pada potongan gambar video tersebut juga terdapat caption. Caption tersebut terdengar
sangat menarik dan tertulis lugas dengan bahasa inggris yang berbunyi “tie dye hits under
100k?”. Caption tersebut tertulis dengan huruf kapital balok dengan format mode font calibri
warna putih serta mode teks highlight warna hitam yang semakin mempertegas font tulisan
tersebut. Pada pojok kiri atas terdapat watermark bertuliskan “Tik Tok” beserta dengan logo
TikTok yang ikonik. Selanjutnya di bawah tulisan TikTok terdapat tulisan @kar.tala, ini
merupakan nama akun TikTok tersebut.

Konotasi:
Makna konotasi yang ada pada hakikatnya mencoba untuk ditransmisikan oleh potongan
gambar konten video TikTok tersebut yaitu dengan adanya sosok perempuan menggunakan outer
tie dye yang mencoba untuk ikut meramaikan tren kekinian penggunaan TikTok. Pembuat
konten ingin menyampaikan bahwasannya dirinya juga dapat eksis menggunakan tie dye sebagai
pakaian yang murah namun terksesan eksklusif. Seperti kita ketahui bahwasaanya anak muda
cenderung dengan gaya yang bebas dan ciamik. Menggunakan tie dye yang pada pandemi covid-
19 ini semakin popular dan menjadi jadi mencoba di transmisikan lewat akun TikTok bernama
@kar.tala. Bukan hanya itu saja, tie dye dalam gambar ini juga mencoba dipromosikan secara
lebih luas untuk dipakai sebagai upaya anak muda memilih kebebasan memilih fashion tanpa
tekanan dari pihak lain. Perempuan dalam gambar tersebut mewakili kaumnya untuk senantiasa
mengikuti trend dari adanya tie dye ini.
Tie dye ini sebenarnya kain yang murah namun dalam gambar ini upaya - upaya
menambah value/ nilai pada tie dye ini sangat jelas sekali. Memang benar sekali dalam gambar
tersebut terlihat sangat jelas sekali caption bertuliskan “tie dye hits under 100k?”. Ini
menandakan bahwa harga tie dye sangat ekonomis untuk harga kisaran 100k. Harga yang
ekonomis inilah, membuat tie yang saat ini popular menjadi popular lagi. Gambar tersebut
seperti memberi pemaknaan meskipun harganya sangat ekonomis namun kesan ekslusifnya
semakin meningkat karena perempuan dalam potongan screenshot menampilkan diri dengan
begitu elegan dan memotret dirinya dengan iphone. Tidak begitu jelas iphone yang dipakai
dalam pembuatan konten video TikTok tersebut tipe/ seri berapa yang jelas logo dari iphone
yang ditampilkan benar benar menambah kesan eksklusif fashion tie dye.
Hal yang seharusnya menampilkan dua sisi kontradiksi namun malah sebaliknya hal
tersebut saling memberikan sinergi menjadikan tie dye terlihat eksklusif. Inilah mengapa tie dye
menjadi mudah diterima oleh beberapa anak muda dari beberapa kalangan. Mulai dari kalangan
yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah hingga kalangan yang berasal dari kelas
ekonomi menengah keatas. Tie dye benar – benar hidup Kembali setelah sekian lamanya redup.
Cara - cara seperti potongan gambar (screen-shot) konten video TikTok yang sungguh
memberikan kontribusi bagi tie dye semakin popular Kembali. Di dorong oleh kebebasan
fashion anak muda dan citra eksklusif TikTok yang teramat sangat ekonomis menjadikan
meningkatnya penggunaan tie dye pada masa kini.

Mitos:
Kain tie dye ini yang mulai popular dan membanjiri fashion anak muda ini sempat
booming atau populer pada tahun 1970an. Pada waktu itu kain tie dye diasosiasikan sebagai tren
fashion anak hippies di Amerika Serikat pada rentang tahun 1960 – 1970an yang mana mereka
berjiwa bebas dan anti kemapanan [ CITATION Tim20 \l 1033 ]. Konon, tie dye pada masa itu
merupakan symbol dari sebuah perlawanan tehadap budaya kapitalisme waktu itu. Tie dye waktu
itu hadir dan menjadi bentuk kritik atas hal tersebut. Tie dye begitu sangat dipuja puja oleh
kalangan atau kaum hippies. Menurut kaum tersebut, tie dye merupakan produk yang bebas,
independent dan sangat alami. Motif yang di hasilkan pada kain tie dye selalu berbeda dari setiap
pembuatan atau produksi kain tersebut. Ini menandakan bahwasannya tie dye ini lambing dari
kebebasan pada waktu itu tanpa adanya bias bias batas aturan yang pasti. Motifnya sungguh unik
dan satu kain tie dye dengan kain tie dye lainnya sangat berbeda, terkesan bebas dan individual
sekali.
Berdasarkan literasi dari [ CITATION Tim20 \l 1033 ] menyatakan perusahaan kain bernama
Rit Dyes pada waktu itu semakin mempolulerkan teknik pewarnaan kain tie dye karena dianggap
Teknik pewarnaan yang mudah namun menghasilkan motif yang bebas dan beragam. Hal
tersebut menjadikan menjadi banyak orang hippies waktu itu berlomba lomba untuk sebuah
gerakan perlawanan yang ditengarai oleh kreasi cinta dan berdamaian. Puncak dari kalangan
pengagum kain tie dye ini mencapai popularitas pada tahun 1969 ketika ada eorang musisi
seperti John Sebastian, Joe Croker dan Janis Joplin menggunakan fashion tie dye Ketika tampil
dalam konser di atas panggung. Lambat laun berlalu berlalu, tie die meredup. Meski demikian,
akhir akhir ini tie dye hadir Kembali dengan gaya baru yangg lebih bermotif bebas dan popular
di kalangan anak muda. Tie dye dari kain yang waktu itu diasosiasikan sebagai budaya dari kaum
hippies sekarang tampil lagi sebagai bentuk kreativitas millenial. Bahkan menurut Larkin Brown
(dalam Tim CNN Indonesia, 2020) mengatakan bahwa kreativitas menggunakan tie dye teramat
sangat penting, apalagi ditengah pandemi seperti ini orang cenderung mencari kesenangan
melalui sebuah kratifitas. Inilah yang menjadikan tie dye mudah hadir kembali dan populer saat
ini karena memiliki nilai nostalgia budaya pupuler terdahulu.

2. Video TikTok dari pengguna @tyasrara.id


Konten video yang diunggah oleh tyasrara.id pada media sosial TikTok. Video tersebut berdurasi
21 detik dengan musik. Video tersebut berisi dua orang yang terlihat menggunakan pakaian
motif tie dye dengan berpose di depan kamera. Peneliti membagi video menjadi dua gambar
dengan dua adegan berbeda untuk menunjukkan makna denotasi, konotasi, dan mitos.

Denotasi:
Dalam gambar potongan video di atas terlihat sepasang laki-laki dan perempuan
menggunakan pakaian motif tie dye warna senada. Pada gambar pertama di tunjukan
menggunakan pakaian motif tie dye dengan warna merah muda sedangkan gambar kedua
berwarna abu-abu. Pakaian yang digunakan kedua pemuda tampak serasi. Di kedua gambar
terlihat pemuda laki-laki menggunakan pakaian motif tie dye kaos lengan panjang. Namun
tampak perbedaan yang terlihat pada pakaian perempuan, gambar pertama menggunakan
sepasang atasan dan celana motif tie dye serasi lalu gambar kedua mengenakan kaos lengan
panjang tie dye dengan celana jeans. Aksesoris tambahan juga dikenakan dalam kedua adegan
seperti kacamata hitam, topi, tas, dan sepatu. Setting tempat pada video tersebut berada di dalam
ruangan dengan hiasan-hiasan di dinding dan tanaman dalam pot. Analisis casting yang ada
dalam video terlihat pada gambar pertama kedua pemuda duduk dan berpose dengan mengangkat
satu kaki. Lalu gambar kedua menunjukkan adegan selanjutnya kedua pemuda tampak berganti
pakaian dan posisi menjadi berdiri. Sepanjang video kedua pemuda tersebut tampak berpose
dengan berbagai gaya.

Konotasi:
Dalam dua potongan video menunjukkan perubahan gaya dari segi warna dan
penampilan. Hal tersebut bisa diartikan bahwa variasi fesyen tie dye ini dapat dipadukan dan
membuat penampilan menjadi lebih trendi. Pakaian yang digunakan terlihat simpel namun
menunjukkan kesan mewah dan keren. Pose-pose tubuh yang ditampilkan oleh pembuat video
menunjukkan kepercayaan dirinya. Dua orang dengan motif tie dye warna serasi menunjukkan
pakaian tie dye dapat digunakan dengan pasangan.

Mitos :
Pakaian yang pernah menjadi populer sebelumnya ini kembali hadir menjadikan
penggunanya terlihat lebih trendi dan fashionable. Baju dengan motif tie dye terlihat simpel
namun berhasil menarik perhatian publik. Video tersebut sebagai contoh bagaimana eksistensi tie
dye. Anak-anak muda terlihat tampil percaya diri dengan motif tie dye. Pengguna tie dye
menggunakannya bersama pasangan mereka atau teman-temannya. Tie dye dijadikan sebagai
sarana untuk menunjukkan eksistensi di kalangan anak - anak muda.

3. Video TikTok dari pengguna @hundji

Akun TikTok yang akan dianalisa kali ini ialah akun TikTok dengan username @hundji,
pemiliki akun ini ialah Jihan Safira. Ia merupakan seorang fashion stylist dari Indonesia. Akun
TikTok @hundji telah memiliki 400.000 ribu pengikut dengan 7,7 juta orang yang menyukai
kontennya.

Konten yang berjudul “Outfit jalan sama pacar, tapi pake..” telah dilihat oleh 569.000 ribu
pengguna TikTok lainnya, dengan 43.000 orang yang menyukai konten tersebut dan 512
komentar. Pada konten ini Jihan memadu padakan pakaian piyama saat jalan dengan kekasih.
Dalam video ini, Jihan sebagai pemilik akun juga menambahkan keterangan pada caption yang
berupa hastag agar dengan mudah dapat dicari pengguna lainnya sesuai tema yang diinginkan.
Hastag yang ia pakai ialah #Tie dye #gayadirumah dan #fashioninspo. Video yang berdurasi 60
detik ini dibagi ke dalam 4 scene video. Scene pertama yang ditampilkan ialah judul yaitu “outfit
jalan sama pacar” dengan menampilkan tas tie dye yang berisi pakaian. Scene kedua, Jihan
Safira terlihat telah mengenakan pakaian piyama tie dye berwarna ungu dengan tambahan
caption yaitu “Pajamas ke ikea bareng pacar”. Scene ketiga, terlihat Jihan telah mengganti
pakaian yang ia kenakan dengan piyama tie dye berwarna abu-abu disertai dengan caption pada
scene tersebut yaitu “piyama makan siang bareng pacar” maksud dari penjelasan caption
tersebut, Piyama tie dye dapat digunakan untuk pergi makan siang. Scene terakhir, Jihan kembali
mengganti pakaiannya dan memakai piyama tie dye berwarna biru beserta dengan kemeja dan
celana nya. Ia juga menambahkan keterangan “piyama untuk pergi ke pantai”.

Denotasi:
Seorang wanita menampilkan bahwa baju tidur dapat dipakai disituasi acara apapun. Tapi
tidak sembarangan baju tidur. Baju tidur yang memiliki motif tie dye lah yang dapat dipakai
disituasi acara apapun. Wanita tersebut memperagakan bagaimana baju piyama dapat dipakai
untuk pergi ke toko perbelanjaan, ke pantai, untuk makan siang di luar dan jalan bersama
kekasih. Wanita tersebut memadu padakan outiit yang ia kenakan dengan sandal heels agar
terlihat lebih elegan dan tas jinjing wanita agar terlihat kesan formal.
Setting ruang dalam video tersebut terlihat seperti berada pada wardrobe pribadi. Terlihat
dibelakang wanita tersebut terdapat gantungan baju yang tersusun rapi serta susunan sepatu yang
berada di bawahnya dan beberapa koleksi tas wanita tersebut. Ruangan tersebut memiliki
keramik dengan warna hitam putih yang memberikan aksen mencolok dan elegant. Pada akhir
video wanita yang memakai pakaian piyama tie dye tersebut memberitahu tempat di mana ia
membeli pakaian tersebut dengan memberi keterangan “@hellomolly.co” walaupun secara tidak
langsung ia memberitahu di mana membelinya tapi penonton atau viewers akan paham dengan
sendiri bahwa ia telah melakukan promosi iklan dengan bekerja sama dengan toko
@hellomolly.co.

Konotasi:
Wanita yang mengenakan pakaian piyama berupa motif tie dye membagi video berdurasi
60 detik ke dalam 4 scene. Scene pertama ia menampilkan judul konten yang berupa “outifit
jalan sama pacar..”. Scene kedua, ia menampilkan pakaian piyama tie dye dapat dipakai ke toko
perbelanjaan. Scene ketiga, ia menampilkan piyama tie dye dapat dikenakan untuk pergi makan
siang. Dan scene terakhir ia menampilkan bahwa piyama tie dye dapat dikenakan untuk pergi ke
pantai. Pada video ini ia menjelaskan bahwa tie dye berjenis piyama tidak hanya dapat dikenakan
untuk tidur, namun jika pemakainya dapat memadu padakan dengan barang lain seperti
pashmina dan tas jinjing, hal ini dapat membuat kesan yang berbeda.

Mitos:
Pajamas atau piyama merupakan baju tidur yang hanya dapat dipakai untuk tidur.
Namun, berbeda dengan piyama tie dye. Piyama yang disertai dengan kemeja dan celana panjang
yang memiliki motif yang tidak biasa ini dapat dipakai didalam situasi apapun. Jihan Safira
seorang fashion stylist, telah menampilkan dan mencontohkan bagaimana piyama tie dye dapat
dipakai ke berbagai situasi acara seperti saat makan siang, pergi ke pantai bahkan pergi jalan
dengan kekasih.

4. Video TikTok dari pengguna @chikakiku

Sebuah video yang berdurasi 11 detik ini diunggah oleh akun TikTok @chikakiku yang sedang
menari sepenggal potongan lagu. Dalam video ini, kedua perempuan terlihat menggunakan baju
yang bermotif sama yaitu baju bermotif Tie dye yang dimana pada tahun 2020 banyak diminati
terutama pada platform TikTok. Dapat dilihat pada aplikasi TikTok bahwa #tie dye telah ada
sebanyak 3.4 M tayangan. Motif tie dye populer kembali di tahun 2020 karena sebagai obat
jenuh selama pandemi covid 19. Di mana cara pembuatan motif ini pun mudah bisa dilakukan di
rumah dengan alat dan bahan yang mudah didapatkan. Jika ingin membeli secara online pun
banyak toko yang menjual dengan harga murah.

Denotasi:
Seorang perempuan pengguna TikTok menduetkan pengguna akun TikTok lainnya.
Mereka sedang memakai baju bercorak Tiedie sambil menarikan sepenggal lagu yang berjudul
Zoo York dari Lil Tjay dengan tambahan caption yang menyatakan bahwa ada kesamaan baju
yang mereka pakai. Kedua perempuan tersebut menarikan lagu tersebut dengan gerakan yang
sama persis. Walau ada perbedaan dalam tata ruang di kedua video tersebut. Dalam akun
@chikakiku terlihat ia mengambil video tersebut di dekat mobil berwarna hitam yang terletak di
garasi dengan setengah atap terbuka. Namun, berbeda dengan akun TikTok @tivalls yang
mengambil video di dalam ruangan full tertutup dengan latar wallpaper dinding rumah bercorak
daun berwarna kuning dan hijau membuat tampilan video sedikit terlihat ramai.

Konotasi:
Pemilik akun TikTok tersebut memperlihatkan baju bermotif tie dye yang sedang marak
digunakan kembali pada tahun 2020 ini yang membuat penampilan trendi terutama dalam
aplikasi TikTok. Kedua perempuan tersebut merani dengan sangat lentur dan gemulai. Terlihat,
bahwa pemilik akun TikTok @chikakiku menemukan corak baju dan warna baju yang sedang
dia gunakan sama persis dengan orang lain. Tak aneh jika pada saat ini banyak warna atau corak
baju yang sama dengan orang lain karena kembali lagi bahwa pembuatan corak tie dye bisa
dibilang mudah namun tidak bisa semua sama, pasti ada sisi yang berbeda karena menggunakan
sistem handmade dengan alat dan bahan sederhana bukan menggunakan alat print kain atau
sablon yang besar kemungkinan akan banyak yang sama coraknya.

Mitos:
Fashion pada zaman ini bukan merupakan hal yang baru, namun motif tie dye ini telah
dikenal pada tahun 1960-an di Amerika. Motif tie dye pada saat itu dipercaya oleh rakyat
Amerika sebagai corak penanda kerusuhuan tahun 1960. Pada saat itu baju bercorak tie dye ini
biasanya digunakan pada saat ada perayaan festival atau acara di pinggir pantai. Maraknya
kembali motif tie dye ini di kalangan remaja terutama pengguna TikTok tidak lagi membawa
kesan kerusuhan. Dilihat dari penggalan contoh video TikTok di atas mereka lebih hanya sekedar
memakai karena sedang mengikuti tren saat ini. Penggunaan baju tie dye dengan warna seperti
dalam video itu terlihat sangat cocok dan manis jika dipakai oleh perempuan.

5. Video TikTok dari pengguna @shewearsdye

Video berjudul “Simple Outfit” diunggah oleh akun TikTok bernama @shewearsdye dan
video tersebut dipublikasi pada tanggal 16 Juli 2020. Konten TikTok ini menampilkan video
berdurasi singkat hanya 15 detik yang mengangkat tentang tips dalam memadu padankan fashion
yang unik, simple, tapi lucu dan menarik. Video singkat ini dikemas dengan sederhana tidak
banyak scene dengan alur cerita yang tidak panjang, sangat simple dan menarik didukung dengan
backsound lagu dari “Doja Cat : Say So x Ariana Grande : Good Night and Go” sehingga sangat
mendukung konten terlihat lebih asik tidak hanya dilihat oleh indra penglihatan secara visual
namun juga nyaman didengar oleh indra pendengaran secara audio sehingga mudah untuk
dipahami dan dimengerti.
Video TikTok tersebut dalam postingannya menggunakan caption yaitu dengan menyisipkan
hastag @tie dye outfit dan sedikit pesan “simple tapi lucu” lalu menambahkan #tie dye #foryou
#xyzbca #bisniskecilku #foryourpage #tie dyeindo #tie dyefashion #outfietdeas sehingga
membuat lebih dikenali dan karena banyak yang menyukainya konten tersebut masuk ke #fyp
atau #foryourpage. Konten ini memiliki respond dapat dilihat juga dari banyaknya orang yang
menyukai dan terdapat beberapa respond melalui komentar.
Denotasi:
Pada scene pertama ini sebagai awal pembuka menampilkan bagian video yang
menceritakan seseorang yang sedang melakukan persiapan dengan memadupadankan outfit yang
akan digunakan pada saat itu memperlihatkan baju tie dye sebagai objek utama dalam
menunjukkan referensi tujuan konten video ini ditunjang dengan pelengkap lain seperti celana
jeans yang senada, tas slempang dan scranchi yang juga senada membuat terlihat sangat simple,
terkesan santai dan memperlihatkan fasihion trend saat ini.

Konotasi:
Scene pada konten video TikTok tersebut sangat jelas menampilkan visual yang sesuai
dengan tujuan konten memperlihatkan referensi outfit yang akan digunakan sehingga menjadi
tips dan trik yang simple dan menarik. Baju tie dye berwarna ungu sebagai objek utama yang di
match dengan penunjang lain seperti celana jeans yang berwarna abu terang aga keungu-unguan,
tas slempang mini berwarna hitam, dan scranchi berwarna ungu, menampilkan kesan yang ingin
ditunjukkan sebagai fashion trendi yang simple tapi menarik. Pada scene ini terdapat caption
yang sekaligus judul juga yaitu “Simple Outfit” sehingga memperjelas maksud dari konten ini.

Denotasi:
Seorang wanita yang dengan penuh rasa percaya diri ingin menampilkan outfit yang telah
dipadupadankannya dari sisi samping sembari memberikan senyum manis menunjukkan sisi
feminim ingin terlihat cantik dengan pakaian yang berhasil di match

Konotasi:
Menggambarkan outfit ketika sudah dipakai oleh wanita dalam video tersebut dengan
menunjukkannya dari sisi bagian samping. Ekspresi wanita tersebut tersenyum manis dan terlihat
cantik.

Mitos:
Fashion merupakan bagian dari seni keindahan secara visual bagaimana memantaskan
pakaian yang digunakan. Tie dye salah satu fashion yang memiliki citra yang sangat kuat dari
sejak waktu yang lama hingga saat ini ketika mulai digemari kembali. Tie dye yang sempat
populer antara tahun 60 sampai 70-an karena menjadi salah satu tanda simbol dari suku Hippi
yang pada saat itu sangat dikenal. Tie dye sebenarnya diambil dari maksud teknik pewarnaannya
dengan ditali dan diikat. Tie dye biasanya identik juga dengan warna-warna yang berani,
mencolok, dan memiliki motif geometri atau abtrak. Pada video tersebut menggambarkan pakain
yang senada semua sehingga terlihat lebih cocok dan nyaman dilihat.

Simpulan dan Saran

Penelitian ini tentunya memberikan manfaat tersendiri bagi ranah akademis ataupun ranah
praktis. Kita dapat menarik kesimpulan dalam penelitian ini:

1. Makna denotasi dihasilkan dari potret tampilan seseorang sedang bebas berkespresi
menggunakan tie dye yang notabene nya sebagai budaya popular yang dihadirkan kemabli
dari kebudayaan popular terdahulu yang sempat redup. Selain itu potret penggunaan tie dye
ini sangat identic dengan budaya anak muda ataupun budaya millennial yang memberikan
kesan trendi dan percaya diri pada penggunanya. Cara mereka berekspresi pun menampilkan
potret tie dye yang begitu ekonomis jadi terkesan sangat ekslusif.
2. Makna konotasi yaitu kreator konten video pada TikTok setelah kami amati mereka
mencoba membingkai sebuah tie dye sebagai budaya popular yang dihadirkan kembali.
Seperti kita ketahui bahwasannya tie dye ini kain yang dapat dijadikan bahan fashion.
Motifnya yang bebas dan beragam menjadikan tie dye ini mudah diterima oleh kalangan
anak muda yang pada dasarnya masih memiliki jiwa labil yang bebas berekspresi. Konten
TikTok yang telah dianalisis sangat identic sekali mencoba untuk menunjukkan bahwa tie
die punya eksistensi tersendiri.
3. Mitos yang terdapat dalam bingkai konten konten video TikTok ynag te;ah kami analisis
yaitu tie dye merupakan lambing dari Gerakan perlawananan terhadap budaya kapitalisme
pada tempo dulu. Tie die ini diasosiakan sebagai budaya anak hippies yang individual dan
sangat membenci kemapanan. Mereka bebas berekspresi sesuka hati tanpa adanya bias bias
batas aturan. Tie dye ini Kembali hadir dengan sedikit modifikasi, namun tidak
meninggalkan kesan hippies yang telah ada sejak dulu. Hanya saja tie dye yang saat ini
terlahir kembali sebagai budaya popular dimunculkan oleh orang orang dengan gaya ekslusif
dan penuh value. Meski demikian, tie dye masih tergolong ekonomis yang dapat dijangkau
seluruh anak muda dari barbagai kalangan.

Mitos Ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang apakah pendidikan itu
penting di Negara Kita, Masih banyak Orang yang ‘salah’ dalam berpendidikan sukses menjadi
Koruptor, dan UUD 1945 Pasal 34 (1) yang katanya melindungi anak-anak terlantar yang justru
malah menangkap mereka layaknya seorang ‘penjahat’. Secara singkat, mitos yang ada dalam
film ini adalah Negara Indonesia yang masih perlu dibangun dari segi ilmu pengetahuan yaitu
pendidikan secara teori dan penerapan, khususnya pendidikan moral dan spiritual.
Saran dalam penelitian ini diperlukan adanya metode penelitian yang lebih lanjut untuk
memaksimalkan penelitian kebebasan menggunakan tie dye dalam aplikasi Tiktok.

Daftar Pustaka
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia.
Jurnal Publiciana, 140-157.

Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches Second
Edition. California: Sage Publications, Inc.

Creswell, J. W. (2014). Research Design, Qualitative and Mixed Methods Approaches Fourt Edition.
California: SAGE Publications, Inc.

Gustam, R. R. (2015). Karakteristik Media Sosial Dalam Membentuk Budaya Populer Korean Pop di
Kalangan Komunitas Samarinda dan Balikpapan. eJournal Ilmu Komunikasi, 224-242.

Heryanto, A. (2012). Budaya Populer di Indonesia Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru. Yogyakarta:
Jalasutra.
Kurniawan, B. (2018). Tik Tok Popularism and Nationalism: Rethinking National Identities and
Boundaries on Millennial Popular Cultures in Indonesian Context. Proceedings of AICS-Social
Sciences.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2019). Teori Komunikasi: Theories of Human Communication Edisi 9.
Jakarta: Salemba Humanika.

Mudjiyanto, B., & Nur, E. (2013). Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi Semiotics In Research
Method of Communication. Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa
PEKOMMAS, 73 - 82.

Pah, T., & Darmastuti, R. (2019). ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE DALAM TAYANGAN LENTERA
INDONESIA EPISODE MEMBINA POTENSI PARA PENERUS BANGSA DI KEPULAUAN SULA.
communicare Journal of Communication studies, 1 -22.

Sugiarti, R. (2017). Budaya Populer dan Subkultural Anak Muda: Antara Resistensi dan Hegemoni
Kapitalis di Era Digital. Surabaya: Airlangga University Press.

Tim CNN Indonesia. (2020). Sejarah Tie Dye, Simbol Perlawanan hingga Tren saat Pandemi. Jakarta: CNN
Indonesia.

Wardhani, Kamaril, C., & Panggabean, R. (2005). Tekstil. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.

Herdiana, W., & Khoe, Y. Y. (2015). Tie Dye Techniques and Material Variations. Seminar Nasional
"Inovasi dan Teknologi".

Strinati, D. (2009). Popular Culture : Pengantar Menuju Teori Budaya Popular. Online Public Access
Catalog.

Firdaus Noor, R. N. (2017). REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN NEW ERA BOOTS DI
TELEVISI (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES). Ikraith Humaniora, Vol 1 No 2, 1-9.

KOMPRESS. (2020). KOMPRESS by ILKOM UPJ. Retrieved from https://www.kompress.upj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai