Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS PANCASILA

PROPOSAL KAMPANYE SOSIAL #YUKVCT2018


PUBLIC RELATIONS

Disusun oleh:

Imam Nur Hidayat

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada
obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang
maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari
segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media
cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang
mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan.

Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan
merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah
AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-
pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat
dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.

HIV/AIDS memang masalah besar. Pada 2016, tercatat sudah ada lebih dari 36,7 juta
jiwa yang hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Jumlahnya pun terus
meningkat sampai sekarang. Di Indonesia sendiri, jumlah pengidap terus bertambah setiap
tahun. Keadaan ini adalah tantangan berat untuk mencapai tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) hingga tahun 2030. Berdasarkan data Laporan Perkembangan
HIV/AIDS Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada 2010-2014,

penderita HIV karena aktivitas heteroseksual menduduki jumlah tertinggi.Kemudian


pada 2015-2017, situasi menjadi lebih rumit karena faktor 'tak diketahui' menjadi lebih
dominan, meskipun faktor hubungan heteroseksual juga menjadi salah satu faktor utama
meningkatnya jumlah pengidap. Dalam data P2PL sepanjang 2016 hingga trimester kedua
2017, jumlah pengidap laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Kedua tahun
menunjukkan, jumlah pengidap laki-laki hampir mencapai 65 persen dari jumlah
keseluruhan. Hingga Juni 2017, P2PL Kemenkes RI mencatat jumlah pengidap HIV banyak
berkumpul di provinsi besar Indonesia. Terbanyak adalah provinsi DKI Jakarta dengan
48.502 orang, disusul oleh Jawa Timur 35.168 orang, Papua 27.052 orang, Jawa Barat 26.066
orang, Jawa Tengah 19,272 orang, serta Bali 15.873 orang. Namun sayangnya 30% dari data
diatas belum menyadari akan status HIV yang mereka derita,

maka dari itu melatar belakangi program Kampanye Sosial #yukvct2018 untuk ikut
membantu memerangi virus penyakit HIV dan menyadarkan masyarakat betapa
berbahayanya virus tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Agar semakin banyak mereka
yang sadar untuk memeriksakan status HIV mereka bersama kami di puskesmas terderkat.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan proposal terkait kampanye sosial #yukvct2018 ini adalah ;

1.2.1 Agar Masyarakat semakin sadar betapa berbahayanya Virus HIV

1.2.2 Agar masyarakat juga turut membantu pemerintah dalam memerangi Virus HIV dengan

memeriksakan status HIV mereka ke puskesmas terdekat.

1.2.3 memberi penyuluhan tentang mengantisipasi penyebaran Virus HIV dan berkonsultasi

mengenai virus tersebut.


BAB II

KONSEP KAMPANYE

2.1 Konsep Kampanye Public Relations

 menurut pakar komunikasi, Rice & Paisley, dikatakan bahwa kampanye tersebut adalah
keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, kepercayaan audiensi
dengan daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif.

 William Albig mendefinisikan komunikasi dalam berkampanye “merupakan proses


pengoperan lambang-lambang yang bernama antar individu. “Sesuatu lambang yang
sama-sama dimengerti” Pengoperasian pesan (message), tersebut berupa ide, pikiran dan
perasaan. Pikiran merupakan gagasan, info, pengetahuan, ilham, dan sebagainya,
sedangkan bias berupa perasaan bahagia, sedih, marah, bimbang dan lainnya. (Ruslan :
2002, p.58)

Definisi objek kampanye PR


kampanye PR dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi
atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi
(corporate activities ) agar tecipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat
melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dengan jangka
waktu tertentu yang berkelanjutan. Dalam arti umum atau luas, kampanye PR tersebut
memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat
terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang
berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif (Ruslan
2002 :p.66)

kampanye public raltions #yukvct2018 ini memiliki konsep sosial. Dimana kampanye
ini tidak berfokus pada keuntungana atau non-porfit Organization namun lebih
mengedepankan sisi kemanusiaan dan kesadaran akan sebuah penyakit. Agar nantinya
semakin banyak orang yang tertolong berkat kampanye sosial ini. Karena kampanye ini
berlandaskan konsep sosial, makan perlu diadakannya donatur dari berbagai relasi dan
bekerja sama dengan pemerintahan khususnya KEMENKES dan KEMENSOS.
2.2 10 Tahapan Kampanye Public Relations

Proses pengembangan tahapan-tahapan perencanaan suatu pelaksanaan program


kampanye Public Relations secara keseluruhan, yaitu termasuk tujuan, publik sasaran dan
pesan-pesan yang efektif, baik bertujuan periode jangka panjang (strategi) maupun berbentuk
secara mikro (individual) dalam pelaksanaan jangka pendek dengan tujuan khusus (taktik)
dapat dilaksanakan secara bersama-sama melalui proses 10 tahapan atau rangkaian yang
secara logis. Gregory (2004:36) menyebutkan 10 tahapan perencanaan sebagai berikut :

1. Analisis Situasi
Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan. Setelah riset, tahap
berikutnya adalah analisis dan ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan
menjadi dasar dari program Public Relations.

Analisis SWOT
Analisis SWOT meliputi empat elemen
yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunities(kesempatan),dan Threats (ta
ntangan). Strength dan oppurtunities dapat dikelompokan sebagai pertimbangan-
pertimbangan positif yang mendukung terlaksananya program kampanye,
sedangkan weakness dan threats dikelompokan pada kondisi-kondisi negatif yang harus
dihadapi kampanye.
Sementara menurut Gregory (2004:46) menjelaskan dua elemen
pertama, Strength dan Weakness dapat dilihat sebagai faktor yang digerakan secara internal
dan bersifat khusus terhadap organisasi. Dua elemen yang
lain, Oppurtunities dan Threats biasanya bersifat eksternal dan didapat melalui analisis
PEST. Berikut ini merupakan Analasis SWOT dari program kampanye sosial #yukvct2018

Strength (Kekuatan)
Program kampanye ini memiliki kekuatan yakni, dengan atas nama kemanusiaan
program kampanye #yukvct2018 ini dapat membantu program pemerintah untuk memerangi
penyakit atau Virus HIV dan ketersediaan SDM maupun dana kampanye dari pemerintah dan
Donatur. Juga bisa bekerjasama dengan puskesmas terdekat terkait dengan pemeriksaan VCT
ini
Weakness (kelemahan)
Kelemahan dari kampanye #yukvct2018 ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat
akan betapa pentingnya mengetahui status HIV mereka. Terlebih bagi masyarakat dengan
intensitas sex yang tinggi dan sering melakukan Sex bebas karena takut dengan hasil HIV
mereka dan pandangan sosial terhadap mereka.

Opportunity (peluang)
Program kampanye #yukvct2018 ini memiliki peluang yaitu tidak adanya pesaing dan
masih sedikit LSM yang menyelanggarakan kampanye social sejenis, sehingga target
audience masih sangat luas dan berpotensi akan banyaknya dukungan dari banayaknya pihak
sehingga berpeluang untuk mengsukseskan kampanye.

Therats (Ancaman)
Ancaman dari kampanye sosial #yukvct2018 juga memiliki ancaman karena tidak
sedikit pula pihak yang menentang terkait kampanye ini karena dengan dibagikannya
kondom atau alat kontrosepsi sacara gratis untuk pencegahan HIV, maka nantinya akan
berotensi semakin besar angka sex bebas di masyarakat

2. Tujuan

Menetapkan tujuan yang realistis adalah sangat penting apabila program atau kampanye
yang direncanakan harus memiliki arah dan dapat menunjukan suatu keberhasilan tertentu.
Tujuan utama dari Public Relations adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Menurut
Gregory (2004:79) ada delapan hal penting yang harus di ingat ketika menetapkan tujuan,
yaitu :

 Agar Masyarakat semakin sadar betapa berbahayanya Virus HIV


 Agar masyarakat juga turut membantu pemerintah dalam memerangi Virus HIV
dengan
 memeriksakan status HIV mereka ke puskesmas terdekat.
 memberi penyuluhan tentang mengantisipasi penyebaran Virus HIV dan berkonsultasi
 mengenai virus tersebut.
4. Mengenali Publik

James Grunig (1984) mendefinisikan empat jenis publik, yaitu :

1. Nonpublik, adalah kelompok yang tidak terpengaruh maupun mempengaruhi


organisasi.
2. Publik yang tersembunyi (latent public), adalah kelompok yang menghadapi masalah
akibat tindakan suatu organisasi, namun mereka tidak menyadarinya.
3. Publik yang sadar (aware public), adalah kelompok yang mengenali adanya masalah.
4. Publik yang aktif, adalah kelompok yang mengambil tindakan terhadap suatu
masalah.
Sementara itu, publik yang aktif dapat dikelompokan dalam tiga kategori berikut :

1. Publik semua masalah (all-issue public) sangat aktif terhadap semua masalah yang
mempengaruhi organisasi.
2. Publik masalah tunggal (single-issue public) sangat aktif terhadap satu masalah atau
sekelompok kecil masalah.
3. Publik masalah hangat (hot-issue public) adalah mereka yang terlibat dalam suatu
masalah yang memiliki dukungan publik luas dan biasanya mendapatkan liputan
khusus dari media.
Pemilihan publik mana yang akan menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye
yang akan dilaksanakan. Arens dalam Venus (2007:150) mengatakan bahwa identifikasi dan
segmentasi ssasaran kampanye dilaksanakan dengan melakukan pemilahan atau segmentasi
terhadap kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi perilaku dan kondisi psikografis.

Dan program kampanye sosial #yukvct2018 ini mengambil point kedua yaitu Publik
masalah tunggal, karena kampanye sosial ini sangat aktif terhadap satu masalah atau
sekelompok kecil masalah. Yakni melawan Virus HIV, cara pencegahan dan penyuluhan dari
virus tersebut. Dan publik masalah tunggal dari kampanye #yukvct2018 ini yakni para
Pekerja Sex Komersial PSK dan Ibu Rumah Tangga IRT.
4. Pesan

Gregory (2004:95) menjelaskan empat langkah untuk menentukan pesan, yaitu


: Langkah pertama adalah menggunakan persepsi yang sudah ada. Langkah kedua adalah
menjelaskan pergeseran yang dapat dilakukan terhadap persepsi tersebut. Langkah
ketiga adalah mengidentifikasi unsur-unsur persuasi.
Cara terbaik adalah melakukannya berdasarkan fakta. Langkah keempat adalah
memastikan bahwa pesan tersebut dapat dipercaya dan dapat disampaikan melalui Public
Relations.dan strategi pesan yang ingin disampaikan terkait dengan kampanye sosial
#yukvct2018 adalah dengan membagi-bagikan famplet, brosur saat CFD dan mendirikan
tenant atau spot disaat event-event tertentu yang di adakan di sekolah-sekolah SMA maupun
Universitas

5. Strategi

Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi
adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama dan pemikiran
dibalik program taktis. (Venus 2007:152) lalu untuk strategi dari kampanye #yukvct2018 ini
adalah dengan meyakinkan korban bahwa test status HIV bukanlah sesuatu hal yang buruk.
Dan sangat baik tak perduli dengan hasil dari test HIV tersebut. Karena nantinya akan ada
penangan konseling baik mereka yang teridentifikasi secara positif virus tersebut maupun
tidak.

6. Taktik

Berbicara taktik pelaksanaan suatu program kampanye yang harus berkaitan erat
dengan program dari strategi utama, tujuan kampanye, ketika akan mengembangkan taktik
pelaksanaan kampanye tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau
kemampuan tim pelaksana, pengembangan program hingga pencapaian tujuan terukur,
seperti yang diungkapkan Ruslan (2007:102) sebagai berikut :

a) Appropriateness, adanya kecocokan secara aktual dengan teknik-teknik taktik


pelaksanaan, pencapaian target khalayak publik, hasil-hasil yang dicapai dalam
melaksanakan pesan-pesan kampanye dan termasuk kecocokan dengan teknik-teknik Public
Relations serta media komunikasi yang dipergunakan.
b) Deliverability, apakah anda mampu melaksanakan teknik-teknik berkampanye
secara sukses sesuai dengan target? berapa besar alokasi dana yang diperlukan? Bagaimana
dengan jadwal waktu pelaksanaan kampanye tersebut apakah sudah tepat? Termasuk
memiliki tim ahli dan pendukungnya dalam taktik pelaksanaan secara tepat?.
Dan taktik dari kampanye #yukvct2018 ini kita mulai membuat schedule selama 1
tahun penuh dengan membagikan brosur atau famplet. Mengadakan seminar bahaya Virus
HIV dan membangun relasi dengan audience agar ikut serta mensuskseskan program
kampanye ini dengan sukarela memriksakan status HIV mereka ke Puskesmas terdekat.

7. Skala waktu

Ada dua hal yang pasti dalam kehidupan praktisi Public Relations. Pertama, tidak
pernah ada waktu yang cukup untuk melakukan semua pekerjaan yang harus dilakukan, tugas
dan tanggung jawab yang ada lebih besar daripada waktu yang tersedia. Kedua adalah bahwa
tugas-tugas Public Relations seriingkali melibatkan orang lain dan memerlukan koordinasi
dari beberapa unsur.

Ada dua faktor utama yang saling berkaitan yang harus diamati ketika
mempertimbangkan skala waktu. Pertama, tenggat waktu (deadline) harus di identifikasi
sehingga tugas-tugas yang dihubungkan dengn suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
Kedua adalah sumber daya yang tepat perlu dialokasikan sehingga tugas-tugas yang ada
dapat diselesaikan. (Gregory, 2004:124) dan skala waktu dalam program kampanya sosial
#yukvct2018 ini adalah 5 tahun secara bertahap dengan pendataan yang akurat agar
berkurangnya korban jiwa akibat Viurs HIV tersebut.

8. Sumber daya

Menurut Ruslan (2007:104) terdapat tiga bentuk sumber daya utama yang berkaitan
dengan pelaksanaan program kampanye Public Relations. Pertama sumber daya manusia
(SDM) yang terlibat langsung dalam kegiatan kampanye berupa tenaga profesional, dan ahli
hingga terampil, staf pendukung atau tenaga lapangan. Kedua, sumber biaya operasional
untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien dalam pembiayaan
pelaksanaan operasional (implementation fee), consultant or professional fee,space of
advertising cost, dan equipment fee (biaya penyewaan perlatan penunjang, publikasi,
transportasi, sound system dan lighting system dan sebagainya).
Ketiga adalah sumber perlengkapan transportasi, dukungan perlatan teknis,
pemanfaatan media komunikasi dan tim kerja lain dan sebagainya. Dan sumber daya dari
program kampanye #yukvct2018 ini adalah relawan atau Volenteer. Nantinya akan di rekrut
5-10 relawan dari beberapa daerah berbeda di DKI jakarta untuk bekerjasama mencari Target
audience untuk memeriksakan status HIV mereka. Dan membangun relasi dengan puskesmas
di daerah tersebut agar nantinya memudahkan jika pasien ingin memeriksakan status HIV
mereka nanti

9. Evaluasi

Menurut Gregory (2004:138) evaluasi adalah proses yang berkelanjutan jika kita
berbicara tentang program berjangka panjang. Jika dilaksanakan dengan benar, evaluasi
memudahkan anda untuk mengendalikan kegiatan Public Relations. Berikut adalah alasan
menngapa kita perlu mencantumkan evaluasi dalam kampanye dan program yang kita buat.
Berikut Evaluasi dari program kampany #yukvct2018

1. Memfokuskan progam kampanye


2. Menunjukan keefektifan dari program kampanye #yukvct2018
3. Memastikan efisiensi biaya dari program kampanye
4. Mendukung manajemen yang baik.
5. Memfasilitasi pertanggungjawaban.

10. Review
Sementara evaluasi dilakukan secara teratur, review yang menyeluruh dilakukan dengan
frekuensi yang lebih jarang. Setelah memutuskan untuk melakukan review, siklus proses
perencanaan akan terulang lagi. Sekali lagi pertanyaan-pertanyaan dasar harus diajukan :
1. Apa yang ingin kita capai?
2. Siapa yang ingin kita jangkau?
3. Apa yang ingin kita katakan?
4. Apa cara yang paling efektif untuk menyampaikan pesan?
5. Bagaimana suskes dapat diukur?
Selain itu, peninjauan kembali terhadap penilaian perencanaan, pelaksanaan selama program
dan pencapaian tujuan tertentu suatu kampanye berlangsung secara periodik setiap tahun
tujuan program kampanye Public Relations melalui proses input (perolehan riset data, fakta,
dan informasi di lapangan),
output (kecocokan dengan isi pesan, tujuan dan media yang dipergunakan)
dan result (hasil-hasil dari tujuan dan efektivitas program kampanye yang telah dicapai,
apakah adanya perubahan sikap atau perilaku khalayak sasaran). Dan rievew dari program
kampanye sosial #yukvct2018 ini adalah mengulas kembali program yang sudah berjalan
selama setahun dan menganalisis ulasan tersebut, baik dari strategi kampanya maupun
hasilnya dan tentu saja tujuan utama dari kampanye sosial #yukvct2018 ini.
BAB III

DOKUMENTASI

Gambar 1

Pelaksanaan Program VCT untuk para


Pekerja Sex Komersial di diskotik atau
Bar daerah Jakarta Pusat

Gambar 2

Stand #yukvct2018 pemeriksaan status


HIV di event kampus Universitas
Atmajaya Jakarta

Gambar 3

Pelaksanaan Program VCT untuk para


Ibu Rumah Tangga di Daerah
pemukiman padat Tambora Jakarta
Barat.
Gambar 4

Famplet Program Kampanye Sosial


#yukvct2018

Gambar 5

Akun Instagram Program Kampanye


Sosial #yukvct2018
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
VCT (Voluntary Counselling and Testing ) diartikan sebagai Konselling dan Tes
Sukarela (KTS) HIV. Konseling HIV dan AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia
antara klien dan konselor yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stres
dan mengambil keputusan berkaitan HIV dan AIDS. Maka dibuatlah Program kampanye
sosial #yukvct2018
VCT bertujuan untuk membantu setiap orang agar mendapatkan akses kesemua
layanan informasi, edukasi, terapi atau dukungan psiko sosial, sehingga kebutuhan akan
informasi akurat dan tepat dan dicapai.
Adapun fungsi VCT adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan HIV.
2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan
3. VCT dilakukan sebagai penghormatan atas hak asasi manusia dari sisi kesehtan
masyarakat,kerena infeksi HIV mempunyai dampak serius bagi kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat dalam jangka panjang.
CST (Care, Support, and Treatment) yaitu perawatan, dukungan dan pengobatan bagi
ODHA yang merupakan program lanjutan dari VCT. CST bertujuan agar ODHA dapat hidup
lebih lama secara positif, berkualitas dan memiliki aktifitas social dan ekonomi yang normal
seperti anggota masyarakat lainnya.
ART (Anti Retroviral Therapy) yaitu terapi yang diberikan kepada ODHA dengan
menggunakan obat anti HIV (ARV=AntiRetroviral) yang berfungsi mengubah HIV dari
penyakit yang mematikan menjadi ‘’Penyakit Kronis’’.
HAART adalah singkatan dari Highly Activ ART, yaitu terapi anti retroviral sangat
aktiv yang direkomendasikan pada semua pasien stadium IV tanpa memperdulikan jumlah
CD4 mereka,dan direkomendasikan pada pasien stadium I,II,III, dengan jumlah CD4
dibawah 200 sel/mm3.
Perawatan paliatif adalah perawatan penunjang yang berpusat pada kenyamanan
pasien, meringankan penderitaan serta meningkatkan mutu hidupnya.
B. Saran
Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV
tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2%), penggunaan jarum
suntik tidak steril (3,4%), dan LSL (Lelaki Sesama Lelaki) (24,4%).
Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan
kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29
tahun (32,0%), 30-39 tahun (29,4%), 40-49 tahun (11,8%), 50-59 tahun (3,9%), kemudian
15-19 tahun (3%).
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan Sigit Priohutomo,
mengatakan meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia layaknya fenomena
gunung es. Namun fenomena tersebut perlahan tapi pasti mulai terangkat. Menurutnya, hal
tersebut juga tidak terlepas dari pergeseran target program deteksi dini dan skrining. Dulu,
kata Sigit, yang dites hanya kelompok kunci, yang diduga mengidap HIV.
Oleh karena itu, disini peran kita sebagai masyarakat khususnya tenaga kesehatan
untuk senantiasa aktif dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di lingkungan kita.
Agar kedepannya jumlah penderita HIV/AIDS dapat berkurang bahkan hilang, demi
mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

BOOKLET HIV & AIDS. BKKBN. 2011


http://m.metrotvnews.com/read/2015/11/30/196222/jumlah-kasus-hiv-aids-di-indonesia-
meningkat
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=403
Katiandagho, Desmon. 2015. EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS. In Media : Bogor
Nursalam, dkk. 2007. Asuhan Keperwatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Salemba
Medika : Jakarta
www.aidsindonesia.or.id
www.kebijakanaidsindonesia.net

Anda mungkin juga menyukai