Anda di halaman 1dari 44

2011

TAHAPAN PRODUKSI FILM


DOKUMENTER

Kusen Dony Hermansyah


SinemaGorengan Indonesia
1/1/2011
RANCANGAN PRODUKSI
RISET DATA
Sebuah film dokumenter selalu dimulai dari sebuah permasalahan yang diangkat oleh
pencetus ide, bisa seorang sutradara, penulis skenario, produser atau yang lainnya.
Seperti yang sudah disinggung pada bahasan ide dalam film dokumenter, bahwa untuk
bisa membuat film yang baik, membutuhkan kedekatan pembuatnya terhadap masalah
yang dihadapi. Kedekatan tersebut memungkinkan sang pembuat tidak kesulitan lagi
mengetahui seluk–beluk permasalahannya. Justru sekarang ini banyak filmmaker
dokumenter kurang mengenal permasalahan yang diangkat, maka ketika filmnya jadi
dianggap tidak mendalam pembahasannya. Jadi semakin dekatnya seorang pembuat
pada permasalahannya dianggap semakin baik untuk lebih bisa mendapatkan esensi
dari persoalan yang diangkat. Semakin jauh jurang antara filmmaker dengan
permasalahannya, maka sang filmmaker akan membutuhkan riset data untuk bisa
mendapatkan esensi dari persoalannya.

Perlu dipahami bahwa dari satu persoalan kecil saja, filmmaker dapat mengangkatnya
menjadi bermacam film karena bisa muncul berbagai ide. Misalnya saja seorang
filmmaker mencoba mengangkat tentang ‘sendok’, maka yang dibicarakn bisa menjadi
sangat banyak antara lain fungsi sosialnya, budayanya, pengaruh terhadap mental dan
sebagainya. Oleh karena itu filmmaker perlu mem-fokus-kan idenya pada satu titik
persoalan saja.

Sedangkan hal–hal yang harus diriset oleh filmmaker adalah segala sesusatu yang belum
dipahami olehnya. Oleh karena itu seorang filmmaker perlu memahami metodologi
penelitian, walaupun banyak dari mereka yang hanya mengandalkan observasi
(pengamatan) semata untuk membuat filmnya. Celakanya, banyak juga yang tidak
mencatat dan hanya bergantung pada ingatan sehingga sering mengambil jalan pintas
dengan cara membawa kamera video saat riset. Dalam pembuatan sebuah film
sebenarnya hal ini tidaklah ‘haram’, akan tetapi menjadi sangat mengganggu dalam
proses pembuatan secara benar. Dikarenakan dengan membawa kamera biasanya akan
mengacaukan orientasi filmmaker tersebut sebab dia / mereka akan sulit membedakan
antara shooting dan riset karena hasil pengambilan gambar saat riset banyak yang
masuk ke dalam film yang akan dibuat. Dengan membawa kamera saat riset, maka
kerugian adalah bahwa ia akan mengambil gambar tanpa punya cerita sebagai
acuannya.
TAHAPAN PENULISAN SKENARIO
Setelah mendapatkan data yang sudah ‘matang’ maka filmmaker baru bisa membuat
skenarionya. Menulis skenario film dokumenter sebaiknya menggunakan tahapan
penulisan skenario sebab bagaimanapun kemampuan mengingat dari manusia terbatas
sehingga tahapan ini dapat membantu filmmaker dari mulai memastikan rumusan ide
hingga cerita lengkap yang hendak disajikan kepada penonton.

Selama ini banyak filmmaker dokumenter ketika menuliskan skenario ternyata lebih
banyak memasukkan data-data riset dibandingkan cerita (story) yang hendak
disampaikan kepada penonton sehingga ketika masuk ke lokasi shooting mereka tidak
memahami apa yang mau diambil secara spesifik terutama yang berkaitan dengan
ceritanya.

Tahapan yang harus dilalui oleh seorang penulis skenario dokumenter ada beberapa
tahapan dari mulai membuat ide pokok atau premis, tema dari film tersebut, storyline
sebagai dasar cerita, sinopsis, outline atau treatment yang bisa dipilih salah satu dan
yang terakhir adalah skenario yang biasanya justru jarang dibuat dikarenakan
treatment dianggap bisa menjadi ‘blue print’ untuk pembuatan film dokumenter.

I. IDE POKOK DAN TEMA

Ide pokok biasanya ditulis dalam satu kalimat perenungan yang merupakan inti dari
permaslahan yang akan diangkat di dalam film. Sedangkan tema adalah kalimat yang
menjelaskan apa yang dilakukan subjek terhadap pemasalahannya. Subjek dalam
sebuah film tidak selalu seorang tokoh, namun juga bisa sebuah komunitas ataupun
kelompok manusia. Bahkan subjek juga bisa sesuatu yang bukan manusia seperti
binatang, tumbuhan, benda mati misalnya rumah, bir, udara, botol dan bahkan bisa
sesuatu yang abstrak contohnya perjuangan, cinta, konflik tradisional - modern dan
sebagainya.

Contoh :
1. Ide Pokok : Setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan
Tema : Bowo Leksono dan kawan-kawannya mengorbankan
pekerjaannya di Jakarta untuk membuat sebuah festival film non-
profit.

2. Ide Pokok : Mewujudkan sebuah mimpi


Tema : Sekelompok pemuda di Purbalingga berusaha sekuat tenaga
untuk membuat sebuah festival film non-profit yang telah menjadi
impiannya sejak lama

3. Ide Pokok : Festival film orang kampung


Tema : Berlangsungnya festival film di Purbalingga yang menjadi tempat
adu bakat para pemuda-pemudi di sana terutama siswa-siswi
sekolah menengah
II. STORYLINE

Storyline berfungsi memberikan pondasi cerita pada film yang hendak dibuat. Secara
teknis biasanya tulisannya dibuat pendek sekitar setengah halaman kuarto. Dalam
storyline, penulis skenariosudah memasukkan unsur–unsur seperti setting (ruang &
waktu), tokoh utama (bila ada), permasalahan, alur cerita, opening, ending.

Banyak filmmaker dokumenter ketika membuat storyline hanya memasukkan data-


data riset sehingga akan terlihat ketiadaan cerita di dalamnya. Belum lagi bentuk
storyline yang dianggap seperti sinopsis yang biasa dimuat di surat–surat kabar
(ringkasan cerita), membuat banyak filmmaker yang malas menggunakannya dan
lebih senang langsung membuat sinopsis yang ternyata juga lebih banyak
memasukkan data-data riset dibandingkan plot atau adegan yang hendak dibuat.
Dari segi bahasa yang digunakan, dalam storyline tidak ada ketentuan yang mengikat
sehingga penulis skenario boleh bebas menggunakan diksi dan gaya bahasanya
bahkan masih diperbolehkan tulisan tersebut ‘berbau’ sastra asalkan tidak
berlebihan.

Contoh Storyline Film ‘Nunu’ (Adhitya Utama) :


Mahasiswa Desain Komunikasi Visual berusia 22 tahun tampak sedang
membuat sketsa yang di kamarnya. Siang harinya, berangkat ke
kampusnya menggunakan bus kota untuk pembimbingan dengan dosen
pembimbing karyanya. Malam harinya Nunu bersama kawan-kawannya
pergi ke konser musik Kemudian kegiatan Nunu sehari–hari lebih
banyak digunakan untuk membuat desain karya, pembimbingan kembali
dengan dosennya dan mendatangi acara musik yang menjadi
kegemarannya. Namun suatu saat Nunu pergi ke kantor Djakarta!
Magazine dan membagikan angket yang berkaitan dengan Tugas
Akhirnya. Beberapa hari kemudian Nunu bolak-balik ke kampus untuk
melakukan presentasi Tugas Karya Akhirnya yang dihadiri oleh para
dosen pembimbingnya. Malam harinya Nunu menyelesaikan desain-
desainnya di depan komputer kamarnya dan pagi harinya, setelah
disetujui oleh para dosen pembimbingm Nunu mendatangi tempat
pencetakan untuk merealisasikan karyanya. Beberapa minggu kemudian
di sebuah ruangan, terlihat karya-karya dipamerkan dan di dekat
gedung tersebut Nunu tampak gugup tapi tetap tersenyum di depan
ruangan tempat sidang Tugas Karya Akhirnya. Setelah itu ia keluar
dari ruang sidang dengan wajah yang lega.

III. SINOPSIS

Sinopsis bukan ringkasan cerita seperti yang ada di koran-koran, tapi adalah sebuah
tulisan yang berfungsi untuk mendeskripsikan secara lengkap alur cerita dari sebuah
film. Dengan kata lain saat membuat sinopsis seorang filmmaker harus memilih dan
menuliskan plot yang akan dituangkan ke dalam filmnya sehingga peristiwa-
peristiwa yang dianggap tidak penting bisa dihindari (tidak digunakan). Secara
teknis sinopsis tampak seperti sebuah cerpen namun bahasa yang digunakan
haruslah bahasa yang filmis, artinya sebuah bahasa yang tidak sekedar deskriptif
namun segala yang akan diwujudkan filmmaker nantinya. Jelasnya, apa yang
dituliskan oleh penulis skenario di dalam sinopsis haruslah segala sesuatu yang
nantinya akan tampak oleh mata (mise en scene, termasuk di dalamnya action para
manusianya) dan terdengar oleh telinga (suara, terutama speech dan sound effect).

Contoh Sinopsis Film ‘Nunu’ (Adhitya Utama) :


Diatas meja dalam rumah, terdapat tumpukan buku dan gambar-gambar
desain dan ditengah-tengahnya terdapat laporan tugas akhir bertuliskan
nama R. Siti Husnul Ch. (Nunu) dan berlambang pohon hayat IKJ.

Disebuah ruangan kamar tidur, Nunu sedang menggambar sketsa logo mata
dibukunya dengan pensil mekanik pantel 2B yang bewarna hitam diatas
meja komputernya. Nunu berambut panjang sedikit ikal memakai celana
pendek dan kaos belel.

Siang hari, Nunu turun dari bis Metromini 17 dan berjalan kaki menuju
Tugu Taman Ismail Marzuki. Nunu melewati pintu masuk yang bertuliskan
Institut Kesenian Jakarta. Nunu memakai kaos bewarna hitam dan celana
panjang jeans dan sepatu keds dan memakai tas kain. Setelah itu Nunu
melakukan pembimbingan dengan dosennya diatas kursi kayu dilorong
kampus Seni Rupa Gedung B. Dosennya mengenakan celana panjang bahan
dan kemeja. Nunu memperlihatkan desain-desain sketsanya dan
menjelaskan kepada dosennya. Dosen memberikan pengarahan kepada Nunu
lalu menandatangani lembar pembimbingan Nunu. Nunu pamit dan pergi
meninggalkan pembimbingnya.

Malam hari, disebuah gedung yang bernama EMAX. Sebuah band yang
memainkan lagu diacara tersebut. Ada orang yang melihat karya. Ada
beberapa orang yang mengobrol. Nunu dan pacarnya Ari, datang keacara
pameran ini melalui pintu depan. Nunu mengenakan pakaian kemeja
bermotif cerah dan Ari mengenakan sweater bewarna gelap. Nunu menyapa
teman-temannya yang berada didalam tempat pameran. Nunu juga berbicara
dengan temannya. Terlihat sebuah poster desain. Sebuah band masih
memainkan lagu diacara tersebut. Setelah itu Nunu dan teman-temannya
keluar dari tempat pameran dan ia berbicara dengan temannya bahwa ia
akan melakukan pembimbingan.

Siang hari, terlihat tampak depan sebuah rumah Nunu. Kamar Nunu
dipenuhi gambar-gambar yang berbau desain. Nunu berada didepan
komputer kamar rumahnya, ia mendesain poster dikomputernya.

Siang hari, terlihat tampak depan Seni Rupa Gedung A. Nunu melakukan
pembimbingan kembali dengan dosennya disebuah ruangan. Dosennya
kembali memberikan masukan atas logonya. Dosen lalu memberikan tanda
tangan di lembar pembimbingan Nunu.

Malam hari, Nunu dan Ari datang kesebuah acara musik. Nunu dan Ari
menyapa teman-temannya sambil bersenda gurau. Sebuah band tampak
sedang memainkan lagu. Panggung terletak ditengah lapangan basket. Ada
beberapa orang sedang menonton kearah panggung. Sebuah band masih
memainkan lagu diacara tersebut. Nunu tampak menikmati band yang
sedang tampil bersama teman-temannya. Nunu dan Ari lalu berpamitan
pulang dan berjalan kaki keluar.

Nunu dan temannya menaiki motor menuju depan kantor Tabloid Gaya Hidup
Sehat. Nunu dan temannya menaiki life menuju lantai 4. Nunu dan
temannya menyalami Bu Widya. Didalam kantornya Nunu melakukan
pembimbingan di meja kantor pembimbingnya. Bu Widya menandatangani
lembar pembimbingan Nunu.

Nunu memasuki pintu kantor Djakarta! Magazine. Terlihat suasana


perkantoran. Nunu membagikan angket yang berkaitan dengan Tugas
Akhirnya. Nunu berbicara dengan salah satu karyawan kantor tersebut
yang berumur sekitar 30-40an. Nunu pergi meninggalkan kantor itu.

Pada sebuah siang Nunu menghampiri sebuah kelas untuk melakukan


preview tugas karya akhirnya. Didalam kelas terdapat beberapa dosen,
setelah memperlihatkan karyanya, dosen-dosen tersebut memberikan
komentar dan masukan kepada Nunu. Nunu mengangguk setuju. Nunu lalu
keluar dari ruangan tersebut dan diluar ia bercanda dengan teman-
temannya dilorong kampus.

Dikamarnya, Nunu mengerjakan desain-desainnya di depan komputer


kamarnya. Ia membuat desain logo kampanye, standing banner, poster,
iklan majalah/koran, kalender informasi, kaos, pin, stiker, dan
cangkir.

Siang hari, Nunu dan Ari datang kesebuah acara musik yang bernama “We
Are Pop”. Nunu dan Ari menyapa teman-temannya sambil bersenda gurau.
Sebuah band tampak sedang memainkan lagu. Panggung terletak ditengah
lapangan basket. Ada beberapa orang sedang menonton kearah panggung.
Sebuah band masih memainkan lagu diacara tersebut. Nunu tampak
menikmati band yang sedang tampil bersama teman-temannya. Nunu dan Ari
lalu berpamitan pulang dan berjalan kaki keluar.

Pada sebuah siang Nunu menghampiri kelas untuk melakukan preview tugas
karya akhirnya. Di dalam kelas terdapat dosen-dosen, setelah
memperlihatkan karyanya, dosen-dosen tersebut memberikan komentar dan
masukan kepada Nunu. Nunu lalu meninggalkan ruangan tersebut. Diluar
ruangan Nunu berbicara dengan teman-temannya perihal karyanya.

Malam hari terlihat tampak depan rumah Nunu. Dikamarnya, Nunu kembali
meneruskan desainnya dikomputer. Nunu juga menscan gambar melalui
scanner yang terletak diatas meja komputernya yang bermerk Vista.

Terlihat papan plang Jl. Kebon Sirih. Nunu mendatangi tempat


pencetakan yang bernama Subur. Nunu berbicara dengan karyawannya untuk
mencetak gambarnya dan menyerahkan flashdisk. Nunu duduk menunggu
disebuah kursi. Setelah itu ia mengambil hasil-hasilnya yang sudah
dicetak kepada karyawannya.

Disebuah ruangan, terlihat karya-karya Nunu seperti logo kampanye,


standing banner, poster, iklan majalah/koran, kalender informasi,
kaos, pin, stiker, dan cangkir.Nunu terlihat gugup tapi tetap
tersenyum didepan ruangan sidang. Nunu keluar dari ruangan sidang dan
berbicara dengan temannya dengan wajah yang lega, Nunu lalu mengajak
temannya untuk pergi makan. Wajah Nunu tampak tersenyum di tempat
makan.

Contoh Sinopsis Film ‘Serdang Bedagai’ (Ari Rusyadi) :

Saman tampak memulai persiapan keseharian dia, menyiapkan peralatan ke


sawah, lalu mulai berjalan menuju sawahnya. Di perjalanan dia melewati
hamparan ladang sawit, juga pantai/pelabuhan dan akhirnya tiba di
daaerah pesawahan. Dia melihat sawahnya yang sudah mulai pada masa
pemeliharaan. Pemupukan dan menjaga pengairan sawahnya tetap terjaga.
Dia mulai menaburkan pupuk di sawahnya, tampak bahwa ternyata bukan
hanya Saman yg melakukan hal serupa, terpisah oleh pematang itu
beberapa petani lain melakukan hal serupa di petak sawahnya masing-
masing.

Aidil tampak menyiapkan peralatan melautnya, mulai dari jaring dan


persediaan perbekalan makanan dan minuman, mesin perahu serta sebuah
drum kosong yang akan diisi oleh BBM untuk mesin perahunya. Dia
berjalan membawa semua peralatan tadi dari rumahnya melewati lading
sawit dan akhirnya sampai ke sebuah pantai/pelabuhan dimana dia
menyandarkan perahunya yang sederhana. Setelah menyimpan sebagian
peralatan Yusri pun membawa drum kosongnya ke sebuah pangkalan BBM
sekitar pelabuhan untuk membeli bahan bakar yang dia butuhkan untuk
perjalanan melautnya. B tampak melakukan aktifitas melautnya, beberapa
kali dia menjaring dan hasilnya tidak terlalu memuaskan. Dia tampak
sedikit kecewa dan akhirnya memutuskan untuk berhenti menjaring ikan
di daerah itu dan menyiapkan perahunya untuk berpindah lokasi ke
wilayah lepas pantai lain.

Yusri pun tampak melakukan hal yang sama, dia bergegas meninggalkan
rumah untuk menuju ke ladang sawitnya. Dia hanya membawa sebilah badik
dan memakai sepatu boot perusahaan yang sudah usang. Sesampainya di
lading, dia melakukan absen di pos dan mulai bekerja di area nya,
mengumpulkan buah sawit untuk kemudian dikumpulkan untuk perusahaan.

Saman, Aidil dan Yusri secara bergantian tampak sedang menghitung


penghasilan mereka dan juga membayangkan pengeluaran untuk keseharian
mereka dan keluarganya. Sampai akhirnya menunjukan bahwa uang yang
mereka punya kurang untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Akhirnya sisa uang yang mereka punya itu digunakan untuk modal membeli
barang kebutuhan turis yang sesekali datang ke Serdang Bedagai dan
dijual di warungnya. (entah itu ada yang buka warung makan, warung
rokok, toko cendera mata, atau menyewakan sebagian lahan rumah mereka
sebagai penginapan). Hasil dari usaha ini mereka pakai untuk menutupi
kebutuhan mereka sehari-hari seperti beras, sabun, dan membeli
panganan lain.

IV. OUTLINE / SCENE-PLOT

Ketika membuat sinopsis, seorang penulis skenario biasanya terkadang tidak


memperhatikan strukturnya. Hal ini bisa dimaklumi karena memang tahapan
sinopsis berfungsi untuk mengeluarkan plot yang hendak diceritakan. Oleh karena
itu, outline-lah yang berfungsi untuk memperbaiki dan menciptakan struktur
dramatik dari film yang sedang dibuat. Akan tetapi, sekarang ini outline sudah
hampir tidak pernah dibuat oleh para pembuat film dokumenter karena sering
dianggap tidak diperlukan atau dianggap merepotkan.

Outline untuk film dokumenter sebenarnya mirip dengan outline untuk film cerita.
Akan tetapi di dalam film cerita antar adegannya (scene) biasanya sudah memiliki
keterhubungan dengan adanya kausalitas (sebab-akibat). Oleh karena itu outline
film dokumenter ditambah dengan kontribusi pesannya dan hubungan antar
adegannya (scene) .
Contoh Outline Film ‘Nunu’ (Adhitya Utama) :
1. bertuliskan Tumpukan buku di meja dalam rumah Nunu
Pesan : Informasi tentang tempat tinggal Nunu
Hubungan dengan Scene 2 : Established dari kamar Nunu.

2. Kamar tidur, Nunu sedang menggambar sketsa logo


Pesan : Aktivitas Nunu saat mendesain di dalam kamarnya
Hubungan dengan Scene 1 : Nunu mendesain karya di dalam rumahnya
Hubungan dengan Scene 3 : Desain yang dibuat di kamar nantinya akan
dipreview ke dosennya.

3. Nunu pembimbingan dengan dosennya di IKJ


Pesan : interaksi Nunu dengan dosen pembimbingnya
Hubungan dengan Scene 2 : Desain yang dibuat di kamar nantinya akan
dipreview ke dosennya.
Hubungan dengan Scene 4 : Memperlihatkan aktivitas Nunu yang tampak
begitu bersemangat dengan Tugas Karya
Akhirnya.

dst .........

V. TREATMENT
Treatment berfungsi memberikan deskripsi dalam penyusunan struktur dramatik.
Dalam treatment ini banyak pembuat film yang terjebak hanya memasukkan data-
data riset sehingga menjadi rancu yang dibuat ini treatment atau laporan riset dari
awal pembuatan film. Secara teknis pada tahap ini tetap harus menggunakan bahasa
filmis sebab dalam treatment, kru yang nantinya akan membaca bisa memahami
gambar dan suara apa saja yang akan diambil untuk kebutuhan film tersebut.

Contoh Treatment Film ‘Nunu’ (Adhitya Utama):


Pagi hari, di atas meja makan dalam rumah terlihat tumpukan
bukuseni rupa dan gambar-gambar desain. Pada tengah meja tersebut
terdapat laporan tugas akhir yang belum dijilid yang bertuliskan nama
R. Siti Husnul Ch. (Nunu) dan berlambang pohon hayat IKJ. Dari arah
meja makan tampak kamar Nunu terbuka dan terlihat dia beberapa kali
mondar-mandir melakukan sesuatu.
Dalam kamar tidur tampak Nunu sedang menggambar. Ia adalah
mahasiswa berusia 22 tahun yang berambut panjang sedikit ikal memakai
celana pendek dan kaos belel. Ia sedang menggambar di atas meja
komputernya dan terlihat pensil mekanik pantel 2B-nya sedang
menggurat-gurat di bukunya yang membentuk gambar mata. Gambar tersebut
juga sudah membentuk sketsa logo mata. Beberapa kali ia menghapus
bagian-bagian gambar tersebut dan membetulkan garisnya.
Pada siang hari, Nunu turun dari bis Metromini P17 dan berjalan
kaki menuju Tugu Taman Ismail Marzuki. Nunu melewati pintu masuk yang
bertuliskan Institut Kesenian Jakarta. Nunu memakai kaos bewarna hitam
dan celana panjang jeans dan sepatu keds dan memakai tas kain. Tampak
ia menaiki tangga menuju menuju Fakultas Seni Rupa – IKJ.
Tampak Nunu melakukan pembimbingan dengan dosennya diatas kursi
kayu dilorong Fakultas Seni Rupa - Gedung B. Dosennya mengenakan
celana panjang bahan dan kemeja. Nunu memperlihatkan desain-desain
sketsanya dan menjelaskan kepada dosennya. Dosen memberikan pengarahan
kepada Nunu dengan membahas satu per satu karyanya. Beberapa kali Nunu
menanggapi masukan yang diberikan dosennya sehingga tampak diskusi
yang intens. Setelah setengah jam berlalu, Nunu menyodorkan lembar
pembimbingan yang kemudian diterima oleh sang dosen dan
menandatanganinya. Nunu pamit kepada dosennya dan pergi
meninggalkannya ... dst .....................................

Contoh Treatment Film ‘Around The Sea’ (Bernard Realino Danu Kristianto):

Suasana kelas tenang, semua murid menduduki bangkunya masing-


masing, namun tak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara gesekan
kursi dan meja. Sekejap murid-murid berdiri di samping bangku masing-
masing. Tampak di bagian paling belakang dinding ruang kelas tersebut
sebuah peta Indonesia tergantung. Dari arah pintu, masuklah seorang
guru, diikuti salam dari para murid. Setelah menjelaskan beberapa hal
tentang materi pelajarannya, guru tersebut menanyakan kepada para
murid seberapa tahu mereka tentang lagu rayuan pulau kelapa yang
diciptakan bapak Ismail Marzuki. Guru tersebut menjelaskan bahwa
inspirasi dari lagu Rayuan Pulau Kelapa adalah perairan laut
Cilincing, Jakarta Utara.
Seorang anak tampak meninggalkan sekolah. Sambil bersiul-siul, ia
berjalan pulang ke rumahnya melewati rumah-rumah penduduk dan gang-
gang yang berbelok-belok. Tampak suasana ramai warga di sekitar
rumahnya, terdengar suara seorang wanita meneriakkan nama Abas
kemudian menyuruhnya untuk segera berganti baju.
Tidak jauh dari rumah tempat tinggal Abas, terlihat pemandangan
pantai yang indah. Datanglah Abas, diikuti beberapa orang temannya.
Teman-teman Abas tampak gembira dengan senyum lebar di wajahnya.
Mereka segera melepas baju mereka masing-masing, kemudian terjun ke
air di pinggir pantai. Abas masih berdiri di sana, melihat teman-
temannya dengan tersenyum, melepas bajunya, kemudian segera melompat
ke air. Sesaat setelah Abas melompat ke bawah, tampak seorang pria
membawa gerobak sampah, menuangkan sampah ke bibir pantai. Terlihat
pantai dimana batas air dan pantai yang telah dipenuhi sampah seolah
hilang, sampah tersebut mengapung dan menyebar hampir ke seluruh
bagian bibir pantai, diikuti tawa riang anak-anak yang sedang berenang
dan bermain air. Di bagian pantai, sampah tampak berserakan, baik
sampah plastik, karet, dedaunan hingga sisa bangunan seperti kayu,
besi. Bertumpuk-tumpuk bambu berada di atas sampah-sampah yang
berserakan tersebut. Tak jauh dari letak bambu tersebut, terlihat
seseorang yang sedang memperbaiki perahu motornya. Ia didatangi oleh
Abas. Ia adalah Pak Unding, ia bercerita bahwa ia adalah seorang
nelayan kerang hijau yang untuk beberapa hari ke depan tidak akan
melaut karena kondisi perahunya yang butuh perawatan dan perbaikan.
Pak Unding mengambil kaleng catnya, kemudian mulai mengecat perahunya.
Dari kejauhan, Abas datang dan menghampiri Pak Unding. Ia bertanya
kepada Pak Unding tentang kekuatan perahunya.

Interview:
Tanya: Seberapa jauh jarak tempuh perahu Pak Unding?
Jawab: Perahu telah saya bawa hingga bekasi, cakung, dan
sekitarnya. Kalau ke arah barat, hingga merak, bahkan
mendekati kepulauan seribu. Perahu ini sudah tiga tahun
menemani saya dalam berternak kerang hijau. Tapi itupun
sudah sangat berbeda situasinya bila dibanding bertahun-
tahun lalu sebelum adanya pabrik-pabrik yang dibangun di
pinggir pantai.

Perahu perlahan meninggalkan bibir pantai. Diikuti deru motor dan


riak air laut yang berhamburan, seorang nelayan mengemudikan
perahunya. Suasana hari masih pagi, pantulan cahaya matahari di atas
permukaan air terlihat biru bercahaya.
Interview dengan Pak Unding:
Tanya: Apa perbedaannya antara bertahun-tahun lalu dan saat ini?
Jawab: Sekarang hampir semuanya mati karena limbah. Kerang hijau
mati berjatuhan karena limbah, ikan-ikan mati dan
menyingkir karena limbah.

Seorang nelayan bernama Pak Parman merapikan karung-karung dan


tambangnya di atas perahu. Motor perahu dimatikan, perlahan perahu
mendekati bambu yang tersusun berbentuk segi empat yang mengapung di
atas air. Dengan bergegas, Pak Parman dibantu oleh tiga orang temannya
segera memeriksa tambang yang terikat pada bambu-bambu tersebut. Dari
dalam air tampak kerang hijau berjajar menempel pada tali, beberapa
kerang berjatuhan ke dasar laut. Tali tambang tersebut diangkat,
dilepaskannya satu persatu kerang hijau yang menempel pada tali
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam karung. Dengan sekuat tenaga
Pak Parman mengangkat karung-karung berisi kerang dan merapikannya. Ia
pun bergegas, membelokkan stir perahunya. Perahu melaju dengan
kencang, mendekati sebuah bagan bambu bersegi empat. Ia mengangkat
tali tambang yang terikat pada bambu, namun kerang hijau yang didapat
tidak sebanyak seperti sebelumnya.

Interview dengan Pak Parman:


Tanya: Seberapa besar dampak limbah ini bagi ekonomi keluarga
Jawab: Sangat merugikan, penghasilan berkurang. Tidak seperti
dulu, kerang hijau sangat mudah dicari. Bahkan kerang
hijau tumbuh dan menempel pada sampah-sampah rumah tangga.
Terkadang untuk sekedar ada keinginan membelikan sesuatu
yang lebih untuk keluarga harus lebih bersabar. Salah satu
orang yang selalu menasehati saya adalah Pak Unding.

Tampak Pak Unding berada di dekat perahunya, mengecat dek


kapalnya. Datanglah Pak Parman menghampiri Pak Unding. Mereka berjabat
tangan, kemudian Pak Parman menanyakan kabar Pak Unding dan perawatan
perahunya. Pak Unding mengatakan, bahwa karena keroposnya perahu
tersebut, menyebabkan ia tidak dapat melaut dan mencari hasil kerang
hijau.

Interview dengan Pak Parman:


Tanya: Seberapa dekat hubungan anda dan Pak Unding?
Jawab: Ia sudah saya anggap ayah angkat saya sendiri. Kami selalu
bercanda dan bercakap-cakap tentang banyak hal. Sering
juga tentang limbah. Namun, ujung-ujungnya selalu ya
sudah, bodo amat. Yang penting saya bekerja sekuat tenaga
demi keluarga, itu cukup.

Tampak Pak Unding sedang bersama anak dan istrinya duduk santai
di rumahnya. Mereka sedang menonton televisi bersama. Seorang putrinya
datang sepulang sekolah. Ia mencium kedua tangan orang tuanya.
Di rumah Pak Parman, seorang wanita tampak menemani beberapa
orang anak yang sedang tertidur pulas. Jam dinding menunjukkan pukul
sepuluh malam.
Di pagi harinya, aktivitas para nelayan seperti biasanya, seorang
anak kecil berada di atas perahu besar dengan bertumpuk jala berada di
sampingnya. Abas dan ayahnya hendak pergi menjala ikan di tengah laut.
Perahu putih yang lebih besar dibanding perahu nelayan kerang hijau
tersebut melaju meninggalkan pantai. Warna air laut terlihat hitam
pekat, ditambah refleksi sinar matahari yang memantul dari permukaan
air.
Interview pakar pengetahuan LIPI:
Tanya: Apa penyebab utama kotornya laut Cilincing?
Jawab: Itu sedang kami teliti lebih lanjut. Namun berdasarkan
proses yang sudah kami lakukan, data riset mengatakan
bahwa kotornya laut Cilincing didukung juga oleh sampah
rumah tangga. Dalam sampah tersebut tentunya mengandung
bahan-bahan makanan kimia dan sebagainya. Itulah yang
mencemari perairan Cilincing sehingga warnanya menjadi
hitam pekat.

Lama kelamaan, semakin jauh dari pantai, warna air laut berubah.
Jauh dari pantai, bahkan pantai tak lagi terlihat, air laut berwarna
hijau. Seorang nelayan segera mematikan mesin motor. Beberapa orang
nelayan yang lain segera melemparkan jalanya. Mereka menanti
tertangkapnya ikan hingga terik matahari berada di atas kepala. Peluh
di dahi dan tubuh mereka bermunculan, bersamaan dengan senyum di wajah
karena jala sudah penuh dengan ikan. Sekembalinya ke pantai, Abas
segera bergabung dengan teman-temannya. Mereka besenda gurau di tepi
laut yang penuh dengan sampah. Istri Pak Unding berjalan keluar rumah
dengan sekantong plastik penuh sampah di tangannya. Ia membuang sampah
tersebut pada sebuah bak penampungan sampah yang sudah sangat penuh.
Beberapa sampah plastik berjatuhan dari atas bak karena sudah sangat
penuh. Di sekitar sebuah bak penampungan sampah tersebut, sampah
berserakan mengelilinginya.

VI. SKENARIO DOKUMENTER / SHOOTING SCRIPT


Berfungsi untuk memberikan informasi segala sesuatu yang terlihat dan terdengar
yang nantinya akan divisualkan oleh filmmaker. Bahasanya harus menggunakan
bahasa filmis dan hindari penggunaan kalimat bersayap. Secara teknis berbentuk
dua kolom terpisah untuk membedakan antara unsur visual dan unsur suara. Untuk
kolom visual, urutannya adalah heading scene (ruang & waktu), deskripsi adegan
(setting, karakter dan action dari subjek). Sedangkan unsur suara dimasukkan ke
dalam kolom audio (speech¸ efek suara dan musik) yang disesuaikan dengan kapan
akan keluar di layar film.

VISUAL AUDIO
Scene 1. Kelas - Pagi - Atmosfir suasana kelas
- Gesekan kursi dan meja
Suasana kelas tenang, semua murid
menduduki bangkunya masing-masing,
namun tak ada yang bersuara. Hanya
terdengar suara gesekan kursi dan
meja. Sekejap murid-murid berdiri di
samping bangku masing-masing. Tampak
di bagian paling belakang dinding
ruang kelas tersebut sebuah peta
Indonesia tergantung.

Dari arah pintu, masuklah seorang - “Selamat pagi Bu !”


guru, diikuti salam dari para murid. - “Anak-anak, ada yang tahu lagu
Setelah menjelaskan beberapa hal Rayuan Pulau Kelapa? Lagu
tentang materi pelajarannya, guru tersebut diciptakan oleh
tersebut menanyakan kepada para murid Bapak Ismail Marzuki
seberapa tahu mereka tentang lagu inspirasinya adalah perairan
Rayuan Pulau Kelapa. laut Cilincing, Jakarta Utara
Scene 2. Perkampungan - Siang - Atmosfir suasana perkampungan

Seorang anak tampak meninggalkan


sekolah. Sambil bersiul-siul, ia
berjalan pulang ke rumahnya melewati
rumah-rumah penduduk dan gang-gang
yang berbelok-belok. Tampak suasana
ramai warga di sekitar rumahnya,
terdengar suara seorang wanita
meneriakkan nama Abas kemudian
menyuruhnya untuk segera berganti
baju.

Scene 3. Perkampungan - Siang


- Atmosfir perkampungan nelayan
Tidak jauh dari rumah tempat tinggal di pinggir pantai.
Abas, terlihat pemandangan pantai yang
indah. Datanglah Abas, diikuti
beberapa orang temannya. Teman-teman
Abas tampak gembira dengan senyum
lebar di wajahnya. Mereka segera
melepas baju mereka masing-masing,
kemudian terjun ke air di pinggir
pantai. Abas masih berdiri di sana,
melihat teman-temannya dengan
tersenyum, melepas bajunya, kemudian
segera melompat ke air. Sesaat setelah
Abas melompat ke bawah, tampak seorang
pria membawa gerobak sampah, Interview:
menuangkan sampah ke bibir pantai. Tanya: Seberapa jauh jarak
Terlihat pantai dimana batas air dan tempuh perahu Pak Unding?
pantai yang telah dipenuhi sampah Jawab: Perahu telah saya bawa
seolah hilang, sampah tersebut hingga bekasi, cakung, dan
mengapung dan menyebar hampir ke sekitarnya. Kalau ke arah barat,
seluruh bagian bibir pantai, diikuti hingga merak, bahkan mendekati
tawa riang anak-anak yang sedang kepulauan seribu. Perahu ini
berenang dan bermain air. sudah tiga tahun menemani saya
dalam berternak kerang hijau.
Pada bagian pantai, sampah tampak Tapi itupun sudah sangat berbeda
berserakan, baik sampah plastik, situasinya bila dibanding
karet, dedaunan hingga sisa bangunan bertahun-tahun lalu sebelum
seperti kayu, besi. Bertumpuk-tumpuk adanya pabrik-pabrik yang
bambu berada di atas sampah-sampah dibangun di pinggir pantai.
yang berserakan tersebut.

Tak jauh dari letak bambu tersebut,


terlihat seseorang yang sedang
memperbaiki perahu motornya. Ia
didatangi oleh Abas. Ia adalah Pak
Unding, ia bercerita bahwa ia adalah
seorang nelayan kerang hijau yang
untuk beberapa hari ke depan tidak
akan melaut karena kondisi perahunya
yang butuh perawatan dan perbaikan.
Pak Unding mengambil kaleng catnya,
kemudian mulai mengecat perahunya.
Dari kejauhan, Abas datang dan
menghampiri Pak Unding. Ia bertanya
kepada Pak Unding tentang kekuatan
perahunya.
MEREKRUT KRU UTAMA
Setelah skenario selesai, maka produser atau sutradara sebaiknya merekrut kru utama
yaitu sinematografer, penata suara, editor dan asisten sutradara. Misalkan sang
sutradara juga merangkap sebagai sinematografer, maka tiga kru utama yang lain harus
direkrut. Hal ini berkaitan dengan tahapan selanjutnya yaitu pekerjaan breakdown
skenario dan pembuatan konsep film karena bagaimanapun juga sutradara tidak dapat
bekerja sendirian, kecuali ia adalah manusia super.

Untuk perekrutan seorang editor, Michael Rabiger dalam bukunya Directing The
Documentary sempat menyinggung bahwa sutradara merangkap editor akan menjadi
satu keputusan yang riskan, kecuali hanya untuk film yang terbatas ataupun untuk
latihan membuat film saja. Dikarenakan dengan merangkap editor, seorang sutradara
biasanya tidak bisa berjarak dengan materi–materi shot-nya (hasil shooting-nya) dan
dengan begitu resiko yang diambilnya terlalu besar, terutama keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan adegan yang tidak penting dan membutuhkan keberanian untuk
menghilangkan atau mengurangi. Perlu diketahui bahwa film dokumenter
bagaimanapun nantinya akan disuguhkan untuk penonton sehingga sutradara
memerlukan pendapat kedua (second opinion) dari ‘orang lain’ agar filmnya lebih
‘objektif’.

Sedangkan seorang asisten sutradara diperlukan untuk tugas–tugas yang sifatnya


sangat teknis dan taktis dalam hubungannya dengan manajemen produksi sebuah film.
Nantinya profesi ini yang akan mengatur dan berurusan dengan permasalahan lokasi
serta perizinananya, urutan shooting per hari, sampai melakukan pengecekan masalah
kesiapan shooting baik saat final pre-production sampai kesiapan shooting setiap
harinya. Bila produksi film yang sedang dibuat berbudjet rendah, maka tugas asisten
sutradara akan dirangkap oleh seorang produser dan tentunya hal ini akan sangat
melelahkan karena akan menuntut energi yang besar.

Sedangkan penata suara juga tidak kalah pentingnya sebab bagaimanpun produksi film
akan membutuhkan penggunaan suara secara prima sehingga bisa dioptimalkan agar
nantinya film yang dihasilkan menjadi baik. Belum lagi kalau film tersebut memang
membutuhkan perekaman suara secara langsung (direct sound), dengan kata lain,
unsur–unsur suaranya tidak banyak tersedianya di sound library yang dimiliki oleh
penata suaranya. Selain itu banyak sutradara yang tidak menguasai unsur suara ini
sehingga tidak lagi membutuhkan opini kedua (second opinion), namun memang
memerlukan masukan tentang desain suara yang baik untuk filmnya.

Perekrutan kru utama ini adalah anjuran yang keras untuk sebuah produksi memiliki
biaya yang cukup. Apabila memang tidak ada anggaran untuk kru utama tersebut
memang tidak perlu dipaksakan ada, tapi sekali lagi pekerjaan yang dirangkap akan
beresiko tidak optimalnya hasil produksi, bahkan seringkali malah beresiko
pembengkakan anggaran dari yang semestinya. Seperti yang dikatakan oleh Michael
Rabiger, untuk sebuah produksi terbatas berdurasi pendek ataupun untuk latihan
produksi film dokumenter, perangkapan jabatan bisa dimaklumi. Akan tetapi bila
produksi tersebut memang sebuah pembuatan film yang serius dan dibutuhkan untuk
tujuan yang juga serius maka sebaiknya resiko–resiko seperti di atas sebaiknya
dihindari dan dipikirkan lagi lebih jauh.

Selain itu, bila memang diperlukan perekrutan kru tambahan bisa dilakukan karena
kebutuhan pada hal–hal tertentu misalnya waktu yang terbatas, bentuk rekonstruksi
yang banyak dan besar sehingga membutuhkan seorang penata artistik yang handal,
penggunaan kamera yang lebih dari satu sehingga memerlukan pembagian kerja yang
lebih rumit dari biasanya, ataupun ahl-hal lain yang memang menuntut penambahan
kru dari yang semestinya.
ANALISIS SKENARIO
Analisis skenario lebih merujuk pada breakdown (pemecahan seluruh komponen)
adegan dari mulai subjek atau tokoh–tokohnya, setting ruang atau lokasi–lokasinya,
kostum–kostum yang dikenakan tokoh dan properti–properti yang ada di dalam film.
Tidak sekedar mem-brekdown, namun harus pula setiap unsur diklasifikasi secara
spesifik menjadi beberapa aspek seperti unsur tersebut akan muncul di adegan yang
mana saja dan juga kontribusinya untuk adegan.

I. ANALISIS SETTING

Nama : Teater Luwes


Scene : 3, 9, 12 dan 18
Deskripsi : Sebuah gedung pertunjukan yang unik
dengan pelataran berundak dan terbatas.
Kontribusi : Tempat berkumpulnya mahasiswa Fakultas
Seni Pertunjukan dan pelatarannya sering
digunakan untuk latihan mahasiswa
Jurusan Teater.

Nama : Ruang Pamer


Scene : 10, 13, 19 dan 23
Deskripsi : Sebuah studio berukuran 5 x 5 m2 yang
berbentuk kubus.
Kontribusi : Ruang tempat mahasiswa Fakultas Seni
Rupa unjuk karya.

II. ANALISIS PROPERTI

Dikarenakan analisis properti bisa menjadi sangat banyak dan rumit, maka sebaiknya
apa yang dimasukkan ke dalam breakdown menuruti skala prioritas tiap adegannya,
dari yang paling penting sampai yang dianggap tidak terlalu penting untuk dimasukkan
ke dalam adegan. Misalkan subjek dari film ini memiliki seorang kawan yang pemabuk
dan sering masuk ke rumahnya membawa botol minuman, maka untuk kebutuhan shot
(gambar) yang akan masuk ke dalam adegannya diperlukan. Apabila filmmaker-nya
sangat malas untuk membuat breakdown ini, setidaknya properti yang memang penting
dan berpengaruh dalam film ini harus dibuatkan analisis propertinya.

Nama : Botol Vodka


Scene : 4, 5, 11 dan 17
Deskripsi : Botol vodka berbentuk tabung
Kontribusi : Kebanggan dari tokoh pemabuk karena
didapatkan dari Rusia langsung.
Bisa juga menggunakan format :

No Properti Scene Deskripsi Kontribusi


1 Botol vodka 4, 5, 11, 17 Botol minuman Kebanggan dari tokoh pemabuk
berbentuk tabung karena didapatkan dari Rusia
langsung
2 Kotak tisu 2,3, 9 Kotak dari kayu yang ada Ayah dari tokoh menderita
sedikit ukiran. polip sehingga sering
mengambil tisu dari kotak ini.
3 Keris 12, 22 Sebuah keris yang selalu Tokoh dan ayahnya selalu
disarungkan. bergantian membersihkan keris
4 ..... dst ..... dst ...... dst ...... dst

III. ANALISIS KOSTUM

Analisis kostum diperlukan pada film dokumenter yang subjeknya adalah mannusia
baik individu maupun kelompok orang. Memang tidak perlu dibuat mendetil seperti
halnya dalam film fiksi. Seperti juga pada properti, setidaknya filmmaker bisa membuat
skala prioritas ataupun klasifikasi yang dibuat berdasarkan kostum keseharian yang
dikenakan oleh tokoh. Untuk mengingatkan saja kostum tidak hanya berhubungan
dengan pakaian (wardrobe) saja namun segala hal yang melekat pada tokoh dan
konsisten ketika dikenakan misalnya kacamata, ikat pinggang, topi, peci dan sebagainya.

Tokoh : Karim Ahmadi


Scene : 7, 8, 13
Deskripsi : Kemeja, celana bahan, sepatu pantofel dan
sarung telpon selular di pinggang
Kontribusi : Pakaian kerja tokoh.

Tokoh : Shiela Arsaya


Scene : 14, 21, 33
Deskripsi : Kemeja, celana jeans, sendal jepit dan gelang
Kontribusi : Pakaian kerja tokoh di hari Sabtu.
IV. ANALISIS TOKOH

Analisis tokoh tidak seperti menganalisis dalam fiksi, sebab tujuannya sedikit berbeda.
Apabila dalam fiksi, analisis tokoh diarahkan untuk menegaskan seluruh aspek
fisionomi dan psikologis tokoh (karakter) supaya bisa meyakinkan saat disuguhkan
kepada penonton. Sedangkan dalam film dokumenter, lebih diarahkan untuk
mendapatkan informasi tokoh yang akan muncul dalam itu secara lengkap sehingga
tidak terjadi kehilangan informasi tentang tokoh tersebut.

Nama Lengkap Niptasari Ayudiarukmi


Nama Panggilan Shri Gala
Tempat / Tanggal Lahir Serang, 27 Agustus 1985
Pekerjaan Sutradara Film
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Tinggi Badan 163 Cm
Berat Badan 57 kg
Nomor Telpon 0831789421472
Alamat Jl. Batu Rangkai No. 4X RT 09 RW 014
Kelurahan Gambusintur, Kecamatan
Kawinangendi, Njeketro
Alamat Email shrigalabetulan@xport.org
PEMBUATAN KONSEP FILM
Konsep film berbicara tentang bentuk dan gaya yang diinginkan oleh filmmaker-nya
terutama. Artinya seperti apa konsepsi dari penceritaannya (bentuk film), kemudian
seperti apa konsepsi mise en scene, sinematografi, edting dan suara (gaya film) yang
diinginkan oleh filmmaker-nya. Ada dua aspek yang harus dibuat dalam konsep film ini,
yaitu film statement dan film treatment. Namun film treatment di sini maksudnya adalah
bagaimana filmmaker akan memperlakukan gaya filmnya jadi istilah treatment berbeda
dengan pemahamannya pada penulisan skenario film dokumenter.

1. Film Statement

Cukup sulit sebenarnya menjelaskan bagaimana merumuskan film statement, namun


sebagai gambaran secara kasar adalah bila ide pokok – tema menjadi pagkal dari
perumusan permasalahan yang diangkat dalam film, maka film statement merupakan
ujung dari perumusan permasalahannya.

Contoh film statement dari ‘Time Bomb’ (Rizky Ika Safitri dan ):

Salah satu penyebab meningkatnya penyebaran HIV/AIDS adalah


penggunaan jarum suntik yang tidak aman pada para pemakai
heroin suntik.

2. Film Treatment

Film treatment adalah hal-hal yang diinginan filmmaker dalam mewujudkan film itu
nantinya, misalnya tujuan-tujuan dari konsepsi penceritaan, mise en scene,
sinematografi dan penataan suaranya. Konsepsi ini ditujukan bagi filmmaker dan
para krunya agar seluruh orang yang terlibat produksi memahami apa yang akan
dibuat nantinya supaya tidak terjadi silang–sengkarut mengenai hal–hal yang
sifatnya mendasar.

Contoh film treatment :

A. KONSEP PENCERITAAN
Bentuk film ini adalah non-naratif Konsep penceritaannya

B. KONSEP MISE EN SCENE


Konsep setting-nya adalah menggunakan beberapa rumah tokoh dan
tempat-tempat mereka berinteraksi satu dengan lainnya, seperti
lapangan badminton, pos jaga dan sebagainya. Sedangkan properti dan
kostumnya merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam keseharian
subjek dan bersifat fungsional.

C. KONSEP SINEMATOGRAFI
- KONSEP VISUAL
Kerja keras para pembuat film sangat diperlukan untuk dapat
menyajikan keindahan rangkaian visual dan informasi yang apik
dan menarik bagi para penontonnya. Tujuan utama para pembuat film
adalah menempatkan bahasa visual sebagai sarana utama dalam
penyajian cerita, sehingga selalu berusaha memberikan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk mendapatkan keindahan yang
dimaksud.

Sinematografer ingin menciptakan mood (suasana) film tersebut


seperti halnya sauasana damai dan terasa kehangatan dari
masyarakat setempat. Jadi dalam membentuk look akan tercipta
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari tradisi serta
dan modernisasi di mana keadaan yang berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.

- BAHAN BAKU & WARNA


Dalam rangka mencapai konsep visual yang ada, sinematografer
perlu didukung oleh berbagai kesiapan teknis. Sinematografer
memilih media Film Celluoid 16mm dengan aspect ratio 1.33 :1
yaitu Kodak Vision ASA 250D dan ASA 500T. Pemilihan ASA 250D
(daylight) ditujukan untuk memvisualisasikan berbagai scene yang
menganalogikan waktu siang hari, kondisi waktu yang cenderung di
selimuti oleh cahaya matahari. Dengan pemilihan bahan baku jenis
daylight diharapkan warna-nya dapat menghadirkan kesan realita
pada keadaan visual yang dihasilkan. Sedangkan penggunaan ASA
500T (tungsten) akan dimanfaatkan sinematografer untuk
mengkomposisikan berbagai adegan yang terjadi pada malam hari.
Karakter bahan baku tungsten digunakan untuk menerangi setting
rumah tokoh terutama pada beberapa ruang yang terdapat di rumah-
rumah beriklim tropis untuk menghasilkan warna yang terkesan
hangat pada lingkungannya. Kesan realita diharapkan akan hadir
dalam bentuk visual yang dihadirkan oleh sinematografer.

- KOMPOSISI DAN PEMBINGKAIAN


Untuk menciptakan imaji yang diinginkan, sinematografer
memvisualkan cerita yang ada pada media film celluloid 16 mm
dengan aspect ratio 1.33 : 1 dan untuk mendapatkan komposisi yang
baik dan menarik, diperlukan kepekaan sinematografer dalam
melihat dan memperhatikan obyek-obyek yang ada. Penempatan
elemen-elemen visual menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
sebagai keadaan yang dapat mempermudah penyampaian cerita dan
diharapkan dapat mempengaruhi emosi penonton. Sebagaimana telah
diketahui, ada dua aspek umum untuk mendapatkan bentuk komposisi
yang baik, yaitu dipengaruhi antara angle dan framing. Angle
berkenaan dengan arah kamera, sedangkan framing berkenaan
pembngkaian mise en scene agar sesuai dengan penceritaan.

Komposisi film ini menggunakan simplicity dan balance composition


karena hanya membutuhkan kesan keseharian saja, sehingga frame
size / type of shot yang ditonjolkan adalah yang umum banyak
digunakan seperti long shot, medium shot hingga close up
sedangkan variasinya lebih dibutuhkan untuk penekanan
dramatisasi. Angle yang digunakan juga lebih banyak menggunakan
eye level dan beberapa variasinya untuk memberi penekanan pada
beberapa adegan.

- PENCAHAYAAN
Konsep pencahayaan yang digunakan adalah high key yang secara
teknis lebih mengarah pada available light. Hal ini bertujuan
agar lebih dekat dengan konsep kesehariannya.

- GERAK KAMERA
Gerak kamera yang digunakan adalah panning dan tilting untuk
membuat rasa tenang dan tanpa ketergangguan. Sedangkan gerak
handheld justru untuk menciptakan ketergangguan pada tokoh
utamanya.

Referensi Warna dan Pencahayaan

D. Konsep Editing
Konsep editing yang digunakan adalah Continuity Editing dan lebih
mengutamakan agar perwujudan tentang ketenangan lebih bisa
didapatkan. Sedangkan metode editingnya adalah continuity cutting
yang lebih menekankan pada kesinambungan gerak yang lebih kuat.

E. Konsep Penataan Suara


Konsep suara lebih diarahkan kepada fungsinya secara natural yaitu
mendukung gambarnya. Namun beberapa suara digunakan secara fungsional
terutama musik agar lebih menambah dramatik adegannya.
HUNTING
Hunting berfungsi untuk memastikan segala hal yang sudah dianalisis dan dikonsepkan
tujuannya adalah meminimalisir kesalahan yang akan terjadi karena telah berubahnya
hal-hal yang dibutuhkan oleh filmmaker seperti lokasi, kebiasaan dan sebagainya.
Kebutuhan hunting ada dua aspek. Pertama, kebutuhan artistik dan content film serta
yang kedua, kebutuhan manajerial produksi film. Hunting sendiri terbagi menjadi tiga
bagian yang perencanaan (hunting plan), hunting dan laporan (hunting report).

Kebutuhan artistik dan content film maksudnya adalah segala sesuatu yang sudah
dianalisis kemudian dicocokkan dengan kondisi yang sebenarnya seperti lokasi,
kostum, properti dan tokoh / karakter yang akan masuk di dalam film. Sedangkan
kebutuhan manajerial produksi adalah mengecek segala sesuatu yang bisa membantu
kelancaran produksi tersebut seperti tempat makan, klinik kesehatan, kakus dan
sebagainya yang menjadi kebutuhan dasar manusia.

I. HUNTING PLAN

1. Kebutuhan Artistik

A. Lokasi
NO LOKASI SCENE KETERANGAN
1 Rumah dari kayu dan bilik 2, 32 Rumah Pak Sadi
2 Pendopo Jawa 5, 10, 13 Tempat latihan tari
3 Kamar kost 7,9,11, 14,15 Kamar tempat Lorin kost
4 Lapangan badminton 6, 8, 22 Tempat anak-anak bermain bola
5 dst ....

B. Tokoh
NO NAMA SCENE KETERANGAN
1 Pak Sadi 4, 13, 15 Tokoh utama korban bencana
2 Bu Kamria 5, 10, 13 Istri Pak Sadi, saksi mata bencana
3 Lorin 7,9,11, 14,15 Relawan bencana dari Bogor
4 Supandi 6, 8, 22 Relawan lokal
5 dst ....

C. Kostum
NO KOSTUM SCENE TOKOH KETERANGAN
1 Kaos singlet, sarung, dan peci 4, 13, 15 Pak Sadi Kostum Pak Sadi di rumah
2 Kemeja lusuh, celana bahan, 5, 10, 12 Pak Sadi Kostum Pak Sadi saat bertemu
arloji, ikat pinggang besar dengan para pejabat
dan peci pemerintah
3 Kebaya, kemben dan kain 7,9,11 Bu Kamria Kostum Ibu Kamria di rumah
4 Kaos, celana jeans, arloji dan 6, 8, 22 Lorin Kostum Lorin di lapangan
topi
5 Kaos dan celana pendek 1, 2, 14 Lorin Kostum Lorin di kost-nya
6 Kaos dan celana pendek 15, 16, Supandi Kostum di rumah dan di
19 lapangan
7 dst ....
D. PROPERTI
NO KOSTUM SCENE TOKOH KETERANGAN
1 Meja, kursi dan lemari kecil 4, 13, 15 Pak Sadi Properti di rumah Pak Sadi
dai kayu.
2 Tungku dan berbagai 5, 10, 12 Pak Sadi Properti dapur rumah Pak Sadi
peralatan dapur
3 Lemari Plastik, meja kayu 7,9,11 Lorin Properti di kost
kecil, alat pemanas dan
beberapa alat rias
4 dst .............

2. Kebutuhan Produksi

A. Akomodasi
NO KEBUTUHAN LOKASI
1 Tempat menginap - Rumah Pak Sadi
- Rumah Pak Jumali
2 Tempat istirahat kru - Pos jaga Hansip
- Rumah Ibu Sunani
3 Tempat menyimpan alat - Kost Lorin
- Kost Anjar
5 dst ....

B. Transportasi
NO KENDARAAN KETERANGAN
1 Mobil L-300 Untuk mengangkut kru
2 Mobil Box Untuk mengangkut peralatan
3 Sepeda motor Untuk mencapai lokasi bencana
4 Sepeda onthel Untuk mencapai basecamp terdekat
5 dst ....

C. Logistik
NO NAMA KETERANGAN
1 Makan pagi Catering
2 Makan siang Rumah warga dan membayar ke mereka langsung
3 Makan malam Rumah warga dan membayar ke mereka langsung
4 Camilan / Kudapan Belanja di toko swalayan
5 dst ....

D. Lain-Lain
NO KEBUTUHAN KETERANGAN
1 Klinik / Puskesmas Untuk kru yang sakit
2 Kakus Terutama di lokasi bencana
3 Warung Untuk membeli kebutuhan yang mendadak
5 dst ....
II. LAPORAN (HUNTING REPORT)

1. Kebutuhan Artistik

E. Lokasi
NO LOKASI SCENE KETERANGAN LAPORAN
1 Rumah dari kayu dan bilik 2, 32 Rumah Pak Sadi Masih ada
2 Pendopo Jawa 5, 10, 13 Tempat latihan tari Sebagian kayunya keropos
3 Kamar kost 7,9,11, Kamar tempat Lorin Sudah pindah ke tempat lain
14,15 kost
4 Lapangan badminton 6, 8, 22 Tempat anak-anak Masih utuh
bermain bola
5 dst ....

F. Tokoh
NO NAMA SCENE KETERANGAN LAPORAN
1 Pak Sadi 4, 13, 15 Tokoh utama korban Sedang sakit keras
bencana
2 Bu Kamria 5, 10, 13 Istri Pak Sadi, saksi mata Ada di rumah namun sibuk
bencana mengurus suaminya
3 Lorin 7,9,11, 14,15 Relawan bencana dari Bogor Masih menjadi relawan
namun sudah pindah desa
4 Supandi 6, 8, 22 Relawan lokal Sedang mengantar ibunya,
beberapa bulan lagi baru
kembali
5 dst ....

G. Kostum
NO KOSTUM SCENE TOKOH LAPORAN
1 Kaos singlet, sarung, dan peci 4, 13, 15 Pak Sadi Pak Sadi sudah jarang menggunakan
singlet dan lebih sering menggunakan
kemeja walaupun di rumah
2 Kemeja lusuh, celana bahan, 5, 10, 12 Pak Sadi Pak Sadi menolak menemui para
arloji, ikat pinggang besar pejabat
dan peci
3 Kebaya, kemben dan kain 7,9,11 Bu Kamria Tetap digunakan Ibu Kamria
4 Kaos, celana jeans, arloji dan 6, 8, 22 Lorin Masih tetap
topi
5 Kaos dan celana pendek 1, 2, 14 Lorin Masih tetap
6 Kaos dan celana pendek 15, 16, Supandi Masih tetap
19
7 dst ....

H. PROPERTI
NO KOSTUM SCENE TOKOH LAPORAN
1 Meja, kursi dan lemari kecil 4, 13, 15 Pak Sadi Sudah dijual untuk memenuhi
dai kayu. kebutuhan sehari-hari
2 Tungku dan berbagai 5, 10, 12 Pak Sadi Masih tetap
peralatan dapur
3 Lemari Plastik, meja kayu 7,9,11 Lorin Sudah berubah posisinya
kecil, alat pemanas dan
beberapa alat rias
4 dst ............
2. Kebutuhan Produksi

E. Akomodasi
NO KEBUTUHAN LOKASI LAPORAN
1 Tempat menginap - Rumah Pak Sadi Semua kru menginap di
- Rumah Pak Jumali rumah Pak Jumali agar
koordinasi lebih baik
2 Tempat istirahat kru - Pos jaga Hansip - Masih bisa digunakan
- Rumah Ibu Sunani - Pindah ke rumah Ibu
Asti
3 Tempat menyimpan alat - Kost Lorin - Masih boleh
- Kost Anjar -
5 dst ....

F. Transportasi
NO KENDARAAN KETERANGAN LAPORAN
1 Mobil L-300 Untuk mengangkut kru Sewa di Vehicle Rent Car
2 Mobil Box Untuk mengangkut peralatan Sewa di Vehicle Rent Car
3 Sepeda motor Untuk mencapai lokasi bencana Sewa pada Bang Kubir
4 Sepeda onthel Untuk mencapai basecamp terdekat Sewa pada Bang Jubling
5 dst ....

G. Logistik
NO NAMA LAPORAN
1 Makan pagi Catering dari kost Lorin
2 Makan siang Rumah Pak Lurah, Desa Wungkal, gratis
3 Makan malam Rumah Pak Sadi, gratis
4 Camilan / Kudapan Belanja di toko swalayan yang jaraknya 2 km dari
penginapan
5 dst ....

H. Lain-Lain
NO KEBUTUHAN LAPORAN
1 Klinik / Puskesmas - Ada klinik berjarak 100 m dari penginapan
- Puskesmas jaraknya 500 m dari lokasi shooting namun jalannya
Rusak
2 Kakus - Di penginapan harus bergantian
- Di lokasi shooting ada di beberapa tempat dan tidak jauh
3 Warung Tidak ada dan harus menyiapkan dari tempat penginapan
5 dst ....

Sebaiknya dalam memberi laporan hunting (hunting report) juga disertai foto–foto yang
bisa memberi gambaran lengkap tentang kondisi dan situasi dari lokasi dan keadaan
tempat filmmaker akan shooting nantinya. Selain itu foto–foto ini juga memberi
informasi yang berguna bagi pembuatan final shooting script. Dalam tahapan ini
filmmaker sebenarnya sudah bisa membawa kamera, namun tetap tidak dianjurkan
agar tidak rancu dengan proses shooting nantinya.
PEMBUATAN FINAL SHOOTING SCRIPT
Pembuatan final shooting script dimaksudkan agar bisa didapatkan finalisasi dari cerita
yang akan diangkat dan sudah sesuai dengan kondisi di lapangan nantinya. Selain itu
final shooting script ini juga yang menjadi panduan ketika hasil shooting akan diedit dan
menjadi pertimbangan apakah filmmaker harus membuat editing script atau tidak.

VISUAL AUDIO
Scene 1. Kelas - Pagi - Atmosfir suasana kelas
- Gesekan kursi dan meja
Suasana kelas tenang, semua murid
menduduki bangkunya masing-masing, dan
mereka saling bercanda satu sama lain.
Kelas tersebut sangat gaduh. Mereka - “Selamat pagi Bu !”
langsung panik ketika ibu guru masuk.
Mereka serentak mengucap salam. Tampak
di bagian paling belakang dinding
ruang kelas tersebut sebuah peta
Indonesia tergantung.

Ibu guru tersebut menanyakan kepada - “Anak-anak, ada yang tahu lagu
para murid seberapa tahu mereka Rayuan Pulau Kelapa? Lagu
tentang lagu Rayuan Pulau Kelapa. tersebut diciptakan oleh
Bapak Ismail Marzuki
inspirasinya adalah perairan
laut Cilincing, Jakarta Utara
Scene 2. Perkampungan - Siang - Atmosfir suasana perkampungan

Seorang anak tampak meninggalkan


sekolah. Sambil bersiul-siul, ia
berjalan pulang ke rumahnya melewati
rumah-rumah penduduk dan gang-gang
yang berbelok-belok. Tampak suasana
ramai warga di sekitar rumahnya,
terdengar suara seorang wanita
meneriakkan nama Abas kemudian
menyuruhnya untuk segera berganti
baju.

Scene 3. Perkampungan - Siang


- Atmosfir perkampungan nelayan
Tidak jauh dari rumah tempat tinggal di pinggir pantai.
Abas, terlihat pemandangan pantai yang
indah. Datanglah Abas, diikuti satu Interview:
orang temannya. Terlihat pantai dimana Tanya: Seberapa jauh jarak
batas air dan pantai yang telah tempuh perahu Pak Unding?
dipenuhi sampah seolah hilang, sampah Jawab: Perahu telah saya bawa
tersebut mengapung dan menyebar hampir hingga bekasi, cakung, dan
ke seluruh bagian bibir pantai, sekitarnya. Kalau ke arah barat,
diikuti tawa riang anak-anak yang hingga merak, bahkan mendekati
sedang berenang dan bermain air. kepulauan seribu. Perahu ini
sudah tiga tahun menemani saya
Pada bagian pantai, sampah tampak dalam berternak kerang hijau.
berserakan, baik sampah plastik, Tapi itupun sudah sangat berbeda
karet, dedaunan hingga sisa bangunan situasinya bila dibanding
seperti kayu, besi. Bertumpuk-tumpuk bertahun-tahun lalu sebelum
bambu berada di atas sampah-sampah adanya pabrik-pabrik yang
yang berserakan tersebut. dibangun di pinggir pantai.

Tak jauh dari letak bambu tersebut,


terlihat seseorang yang sedang
memperbaiki perahu motornya. Ia
didatangi oleh Abas. Ia adalah Pak
Unding, ia bercerita bahwa ia adalah
seorang nelayan kerang hijau yang
untuk beberapa hari ke depan tidak
akan melaut karena kondisi perahunya
yang butuh perawatan dan perbaikan.
Pak Unding mengambil kaleng catnya,
kemudian mulai mengecat perahunya.
Dari kejauhan, Abas datang dan
menghampiri Pak Unding. Ia bertanya
kepada Pak Unding tentang kekuatan
perahunya.
dst ......
PEMBUATAN FLOOR PLAN
Floorplan untuk film dokumenter secara wujud sama dengan film cerita, namun
fungsinya sedikit berbeda, di mana pada film fiksi floorplan dibuat sangat detil dan
rumit. Sedangkan pada film dokumenter floorplan dibuat lebih sederhana karena hanya
memastikan posisi (angle) kamera serta arah dan sumber cahaya. Oleh karena itu
seorang sinematografer film dokumenter harus terbiasa dengan masalah ukuran dan
jarak agar nantinya bisa memperkirakan peletakan posisi kamera sehingga gambar
(shot) yang dihasilkannya prima. Bahkan bila perlu ukuran yang digunakan sampai
tingkat skala perbandingannya.

Contoh Floorplan :
DESAIN JADWAL
Sebanarnya tidak ada format yang baku digunakan dalam produksi film. Semua format
dapat dicoba untuk didapatkan format yang terbaik untuk sebuah produksi ataupun
format yang lebih nyaman digunakan oleh fimmaker-nya. Jadi setiap fimmaker
dipersilahkan untuk menggunakan format yang dirasa lebih nyaman mereka gunakan.

MARET APRIL MEI JUNI


NO PROSES / TAHAPAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Riset
2 Penulisan Skenario
3 Analisis Skenario
4 Pembuatan Konsep Film
5 Persiapan Hunting
6 Hunting
7 Laporan Hunting
8 Final Shooting Script
9 Floorplan
10 Desain Jadwal
11 Desain Budjet
12 Shot list dan
breakdown shot harian
13 Kru list
14 Penyiapan alat
15 Check, recheck,
double check & final
check.
16 Shooting
17 Preview materi
18 Logging
19 NG Cutting
20 Assembling
21 Rough Cut
22 Fine Cut
23 Final Edit
24 Release Copy
25 Preview materi suara
26 Track laying
27 Mixing
28 Take music / narasi
dsb
29 Spotting music
30 Final mixing
31 Layback/ married
print
DESAIN BUDGET
Harga
Item Description Unit Days Sub Total Total
No Satuan

KEBUTUHAN ATK 250.000


Fotocopy
Print Out
I DEVELOPMENT Supplies

TRANSPORTASI -

FOOD AND BEVERAGES -

KEBUTUHAN ATK 250.000


Fotocopy
Print Out
Supplies

TELEKOMUNIKASI 500.000
Voucher
1. Dept. Penyutradaraan
2. Dept. Produksi
3. Dept. Artistik
4. Dept. Editing
5. Dept. Suara
II PRA PRODUKSI
6. Dept. Kamera
Internet
Fax

RISET 200.000
Referensi (Buku/DVD/dll)

HUNTING 500.000

EXPENDABLES (battery, dll) 100.000

Food and Beverages 1.000.000

TRANSPORTASI -
III PRODUKSI
PERALATAN 20.000.000
Paket Kamera
Package
Peralatan Suara 1.500.000
Paket Lampu (incl. grip, dolly
Package
crane) 7.500.000

Sewa Generator (incl. jeep+solar) 1 Unit 1.500.000 3 4.500.000

Sewa Truk (Mobil Box) 1 Unit 400.000 3 1.200.000 3.150.000

Sewa Mobil 1 Unit 350.000 3 1.050.000


Sewa Mobil Box 1 unit 300.000 3
900.000

Package
Bensin, Solar & Oli 2.000.000

LOKASI 1.000.000
Sewa Lokasi

Perijinan -

Akomodasi 1.500.000

Food and Beverages 2.000.000

CATERING (pagi, siang, malam) 40 Person 25.000 3 3.000.000

MISC. 250.000

Bensin, Solar, Oli 1.000.000

BAHAN BAKU & LAB 14.500.000

Bahan Baku Film 5 1.500.000 1 7.500.000

Processing (negative) 7 500.000 1 3.500.000


Stills, Stock & Process

Transfer Video (TC) 2 Shift 1.500.000 1 3.000.000

Lain-lain 500.000

PENYUNTINGAN (OFFLINE) 500.000


Peralatan Penyuntingan
Kebutuhan Penyuntingan
Sewa Ruang Penyuntingan
Screenings
Lain-lain

SUARA 500.000
Rekaman Ulang (Dubbing)
Mixing
Musik
Lain-lain
IV PASKA PRODUKSI
PENYUNTINGAN (ONLINE) 3.000.000

Sewa Ruang Penyuntingan 3 Jam 1.000.000 1 3.000.000


FOOD AND BEVERAGES

BAHAN BAKU 800.000

DVD-R 50 Unit 5.000 1 250.000

CD-R 10 Unit 2.500 1 25.000

DV Cam (32') 1 Unit 125.000 1 125.000

Digital Betacam (60') 2 Unit 200.000 1 400.000


V Biaya Cadangan 3%
1.755.000

GRAND TOTAL 57.755.000


FINAL PRE-PRODUCTION
1. Pembuatan Shot List

Sesuai dengan namanya shot list merupakan daftar shot yang akan dieksekusi di
lapangan oleh fimmaker. Bisa dibuat berdasarkan urutan scene-nya ataupun bisa
juga dibuat berdasarkan lokasinya, walaupun tidak terlalu detil seperti director
shot di dalam pembuatan film fiksi di mana type of shot, camera angle dan gerak
kamera wajib ada. Jadi shot list ini dibut lebih umum dan biasanya hanya daftar
shot yang akan diambil saja karena fimmaker dianggap telah mengetahui type of
shot, camera angle dan gerak kamera seperti apa yang akan diambil nantinya.

A. Berdasarkan Scene

SCENE SHOT LOKASI KETERANGAN


1 - Meja kayu. Rumah Pak Sadi Close shot dan established
- kursi kayu.
- Lemari kecil kayu.
2 - Tungku memasak Dapur rumah Pak Sadi Properti dapur rumah Pak
- Panci Sadi
- Langseng
- Kukusan
- Rak yang berisi piring dan
Gelas
3 - Lemari plastik Kostan Lorin Dibuat detil dari LS, MS
- meja kayu kecil sampai close up
- Alat pemanas
- Alat rias
4 dst .............

A. Berdasarkan Lokasi

NO LOKASI SHOT SCENE DAY / NIGHT KETERANGAN


Rumah Pak Sadi - Meja kayu. 1, 2, 3,5 dan Day Close shot dan
1 - kursi kayu. 11 established
- Lemari kecil kayu.
Rumah Pak Sadi - Meja makan 22, 25, 33 Night Close shot dan
2
- Lemari makan established
Dapur rumah Pak - Tungku memasak 2, 4, 6, 9 dan Day Properti
Sadi - Panci 12 dapur rumah
- Langseng Pak Sadi
2 - Kukusan
- Rak yang berisi
piring dan
gelas
Kostan Lorin - Lemari plastik 14, 15, 16 Day Dibuat detil
- meja kayu kecil dan 19 dari LS, MS
3
- Alat pemanas sampai close
- Alat rias up
4 dst ............. 4
2. Breakdown Shot Harian

Breakdown shot dibuat berdasarkan lokasi, agar shooting nantinya efektif dan
efisien dan dibuat lebih mendetil dibandingkan shot list berdasarkan lokasi. Jadi
setiap lokasi dan scene yang di-shoot maka dibuat lebih detil agar tidak ada materi
yang tertinggal nantinya.

LOKASI SHOT SCENE DAY / NIGHT KETERANGAN


- Meja kayu. Day
Close shot dan
- Kursi kayu. 1
established
- Lemari kecil kayu.
- Televisi Day
2 Medium shot
- Radio
- Antene dalam televisi 3 Day Close shot
- Radio panggil Day
Rumah Pak Sadi
- Handphone 5 Close shot
- charger handphone
- Meja makan Night Close shot dan
22
- Lemari makan established
- Gelas dan piring di Night
meja 25 Close shot
- Penutup makanan
- Lemari plastik Day
Kostan Lorin 2 dan 4 Lengkap
- rak piring kecil
- Langseng Night
Dapur rumah Pak
- Kukusan 16 Lengkap
Julan
- Rak piring & gelas
dst ......

3. Daftar Kru (Crew List)

Daftar kru dibuat untuk memudahkan masalah koordinasi dan komunikasi baik
saat persiapan, di lokasi shooting atau bahkan saat pasca-produksi. Dalam crew list
biasanya akan memasukkan nama, alamat, nomor telpon hingga alamat email.

NO NAMA JABATAN ALAMAT NO TELPON EMAIL


1 Jumbilah Xin Sutradara Jl. Kubik No. 9 Jumbrit 08901871817 j_xin@pozol.com
2 Sangkutan Saks Produser Komplek Kabut Kav. III No 09902987187 sangsaks@lix.net
1 Gombel
3 dst .......
4. Penyiapan Peralatan

CHECK
NO ALAT UNIT STATUS
BOX
1 Kamera 1 Sewa di Jamile Rental √
2 Tripod 1 Pinjam dari Yantox √
3 Lampu Red Head 5 Sewa di Hiping Rental √
4 Kabel per Length 10 Pinjam Paidi √
5 ... dst

5. Check, Recheck & Double–Check

Aktivitas ini harus dan wajib dilakukan agar segala sesuatunya bisa dibilang 99 %
siap dan dipastikan dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Tujuannya agar
segala sesuatu yang bisa saja menghambat, misalnya baterai kamera ketinggalan,
alat yang ternyata tidak berfungsi, shot yang belum siap dan sebagainya.
PRODUKSI
SHOOTING
Perekaman gambar dan suara merupakan tindakan eksekusi dari segala hal yang sudah
direncanakan sebelumnya. Setiap harinya seluruh hal tetap harus dicek dan diricek agar
dapat diketahui prima dan tidaknya peralatan yang akan digunakan, shot yang akan
diambil, shot mana yang kurang dan sebagainya. Oleh karena itu setiap aktivitas
shooting harus dilengkapi dengan shooting report dan transkrip interview bila memang
melakukannya.

SHOOTING REPORT

Shooting report dalam film dokumenter tidak sama persis bila membuat film fiksi
karena yang dibutuhkan dari shooting report di sini lebih merupakan checking scene
dan beberapa checking shot yang memang dibutuhkan oleh editor nantinya ketika
mengedit film tersebut.

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip wawancara harusnya dilakukan ketika aktivitas shooting dalam 1 hari selesai
dan dikerjakan oleh seorang penata suara. Namun pada masa sekarang, filmmaker
seringkali malas melakukannya karena dianggap merepotkan. Justru dengan
melakukan transkrip wawancara ini banyak hal yang menguntungkan antara lain :
1. Filmmaker bisa mendapatkan informasi lebih dari narasumber mengenai
gambar–gambar (shot) yang tidak sempat masuk baik saat riset, hunting atapun
shooting.
2. Dengan transkrip wawancara di tempat shooting, filmmaker juga bisa
diuntungkan apabila ternyata narasumber menggunakan bahasa asli dan sulit
ditemukan penerjemahnya.
3. Bisa membantu dalam menyusun ulang penceritaan saat di meja editing.
PASCAPRODUKSI
TAHAPAN PROSEDUR EDITING
1. SINKRONISASI
Sinkronisasi gambar dan suara, proses ini umumnya digunakan apabila perekaman
gambar dan suara terpisah. Misalnya menggunakan bahan baku seluloid untuk
perekaman gambar dan pita ¼ inchi untuk perekaman suaranya.

2. SCREENING RUSHES / MENONTON MATERI


Istilah ini sebenarnya diambil dari istilah dalam produksi film dimana pada dasarnya
seorang pembuat film harus menonton seluruh materi yang akan diedit (wajib!).
Sebab kita hampir tidak mungkin menghafal atau tahu persis materi kita bila tidak
kita lihat lagi.

3. SELECTION SHOT

- Logging
Sebelum memilih shot-shot yang akan kita gunakan, kita harus membuat catatan
yang komprehensif shot-shot tersebut agar dapat memudahkan kita dalam mencari
materi yang diperlukan

- NG Cutting & Pemilihan Shot (Selection Shot)


Setelah melakukan logging, kita melakukan pemilihan shot yang akan kita gunakan
dalam film kita.

Contoh Logging :

* Film Cerita / Iklan / Iklan Layanan Masyarakat (PSA)

Judul : Mencari Cacing Tidur


Sutradara : Jamboel Turu
Reel / Roll : 4
Tanggal : 19 Januari 2093

SLATE SCENE SHOT TAKE TYPE OF SHOT NG/OK DESKRIPSI SHOT


1 10 2 1 MS NG Adi mencari kunci yang
10 2 2 MS OK hilang
2 20 1 1 LS OK Ibu keluar rumah
3 34 3 5 CU NG Anna menangis tersedu-
34 3 6 CU OK sedu
........................ dst
* Film Dokumenter

Judul : Menjual Bangkai Belatung


Sutradara : Komariah Basuki
Reel/ Kaset : 4
Tanggal : 30 Januari 2105

NO DESKRIPSI TYPE TIME TIME KETERANGAN


SHOT OF SHOT IN OUT
1 Hutan yang lebat ELS 00.01.20.15 00.03.00.01
2 Hutan yang lebat ELS 00.03.00.02 00.05.10.11 Angle berbeda
3 Hutan yang lebat ELS 00.05.10.12 00.08.17.09 Angle berbeda
4 Tanah basah LS 00.08.17.10 00.10.13.17
5 Para pemburu MS 00.10.13.08 00.13.13.03 Memakai topi
belatung merah
6 Para pemburu CU 00.13.13.04 00.15.21.14 Menggunakan
belatung sapu lidi
.............dst

Kalau misalnya, bahan baku yang digunakan menggunakan memory card, maka yang
perlu reel / kaset diganti dengan folder yang berisikan materi shooting dalam 1 hari,
sedangkan time code diganti dengan durasi shot.

NO DESKRIPSI TYPE TIME KETERANGAN


SHOT OF SHOT IN
1 Hutan yang lebat ELS 02.20.15
2 Hutan yang lebat ELS 03.09.02 Angle berbeda
3 Hutan yang lebat ELS 06.10.12 Angle berbeda
4 Tanah basah LS 03.11.10
5 Para pemburu MS 10.13.08 Memakai topi merah
belatung
6 Para pemburu CU 05.13.04 Menggunakan sapu
belatung lidi
.............dst

Editing Script
Khusus untuk Dokumenter, setelah pemilihan shot kita membuat EDITING SCRIPT.
Tahapan ini berfungsi menyelaraskan antara script yang kita buat dan shot-shot yang
kita punya.

4. ASSEMBLY

Pada film cerita / iklan dan iklan layan masyarakat, diartikan sebagai pengurutan
seluruh shot yang ada secara numerik. Umumnya slate / klep masih terlihat. Assembly
ini berfungsi untuk melihat struktur global film kita. Sedangkan pada produksi film
dokumenter lebih cenderung mengumpulkan dalam 1 scene atau 1 sequence dari
shot-shot yang akan kita edit.

6. ROUGH CUT

Kita sudah melakukan pemotongan dan penyambungan shot-shot dalam film, editing
ini masih kasar sehingga masih memungkinkan untuk berubah baik cutting, struktur
maupun plotnya. Pada pengerjaannya rough cut ini kita dapat melakukannya
sebanyak yang kita perlukan. Artinya masih mungkin untuk mendapatkan rough cut
1, rough cut 2 dst. Bentuk fisik dari rough cut adalah setiap pemotongannya masih
dibuat lebih panjang sedikit dari cutting point-nya agar bisa member kemungkinan
kepada editor. Pada masa sekarang tahapan ini sudah jarang dipakai karena pada
non-linear editing kesalahan potong bisa materi dikembalikan lagi seperti semula.

6. FINE CUT & TRIMMING

Pada tahapan ini kita sudah memotong dan menyambung shot-shot sesuai dengan
apa yang kita harapkan dan bila tidak ada masalah, maka kita tinggal membuat
penajaman (trimming). kalaupun ada perubahan jumlahnya sedikit. Biasanya sudah
tidak ada lagi perubahan mengenai struktur.

7. FINAL EDIT / PICTURE LOCK

Hasil akhir dari sebuah editing, sebenarnya istilah off-line secara tepat adalah pada
tahapan ini sebab tahapan ini merupakan kesepakatan final antara sutradara,
produser dan editor.

CATATAN :
- Dari tahapan assembly hingga trimming, sutradara baru boleh masuk ruangan
editing ketika satu tahapan selesai. Hal ini dimaksudkan agar tidak
mengganggu kerja editor yang nantinya akan memperlama pekerjaan.
- Sampai pada tahap ini semua pemotongan masih menggunakan Cut To Cut

8. ON – LINE EDITING

Pada tahapan ini kita sudah dapat membuat Opening Sequence (Main Title) dan Credit
Title. Selain itu kita juga dapat menambahkan optical effect (dissolve, fade & wipe)
sesuai dengan kebutuhan film. Penambahan lain yang juga sesuai dengan tuntutan
ide, script atau konsep adalah visual effect & animasi.

Catatan :
Mengedit film dokumenter, sebenarnya seperti bermain PUZZLE, sehingga perlu
kecermatan dan ketepatan dalam penempatan setiap shot-nya.
MENGOLAH SUARA (SOUND MIXING)
Dalam menggabungkan ketiga unsur suara yang ada kita seringkali dihadapkan pada
masalah dominasi yang akan kita munculkan. Bagaimanapun pembuat film wajib
melakukan seleksi suara yang betul-betul akan kita gunakan dan memang dibutuhkan
oleh gambarnya. Dalam tahapan ini biasanya tidak mempedulikan apakah unsur yang
dupilih itu akan dominan dalam shot tertentu atau tidak.

Setelah itu penata suara film akan memisahkan (alteration) agar dapat memperjelas
posisi suara tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Secara informasi, dramatik ataupun
estetikanya, suara manakah yang harus dominan ? Dalam hal ini seorang penata suara
tentunya akan banyak menggunakan loudness untuk membedakan suara yang dominan
dan yang tidak.

Setelah semuanya dilakukan, maka kemudian penata suara melakukan pencampuran /


mixing (combination) dengan cara mengatur loudness-nya terlebih dahulu kemudian
baru melihat pitch dan timbre-nya. Dalam me-mixing suara ada prosedur tahapan yang
seharusnya diikuti. Tahapan tersebut adalah :

A. Preview Materi

Penata suara akan memutar lagi materi yang dimiliki untuk dapat mengetahui materi
apa saja yang didapat dan kualitas suara tersebut, tetapi umumnya penata suara
akan megikuti suara dari gambar yang dibuat terutama pada sistem perekaman
single system (alat perekam gambar dan suara menjadi satu seperti kamera video).

B. Seleksi Suara

Penata suara dapat menyeleksi suara mana saja yang akan digunakan dan dipilih
berdasarkan kesesuaian dengan gambar atau penata suara juga dapat memilih suara
lain (sound library) untuk ditambahkan saat pengolahan (mixing) nantinya.

C. Singkronisasi

Singkronisasi gambar dan suara, proses ini umumnya digunakan apabila perekaman
gambar dan suara terpisah (double system misalnya pada kamera film yang tidak
menyimpan suaranya di dalam badan kameranya seperti halnya pada kamera video).
Misalnya menggunakan bahan baku seluloid untuk perekaman gambar dan pita ¼
inchi untuk perekaman suaranya. Umumnya yang penata suara singkronkan terlebih
dahulu adalah suara pembicaraan (dialog, narasi atau direct address).

Sedangkan kalau menggunakan single system kita tetap perlu melakukan proses ini
agar tetap mempertahankan ketelitian, sebab bagaimanapun juga alat mixing suara
tetap saja teknologi yang punya banyak kelemahan.
D. Track Laying

Penata suara akan meletakkan suara-suara itu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
gmbarnya. Pada tahapan ini biasanya yang diletakkan adalah efek suara atau musik
natural. Jalur untuk speech, efek suara dan musik natural pastinya harus dipisahkan.

E. Mixing

Penata suara meratakan (balancing) suara setiap track-nya baik jalur untuk speech,
jalur untuk efek suara & atmosfer juga jalur untuk musik natural.

F. Spotting Music

Setelah meratakan seluruh suara, baru kita menempatkan musik fungsional di jalur
khusus agar tidak bercampur dan membingungkan.

E. Final Mixing

Dalam proses ini penata suara akan mengatur loudness dan memilih suara manakah
yang akan dominan pada satu adegan (scene) secara hirarkis. Hal ini penting agar
penonton bisa mendengar secara prima suara–suara dari sebuah adegan.

F. Married Print / Layback

Penyatuan gambar dan suara sebagai hasil akhir dari film agar nantinya dapat
dihasilkan Release Copy dan dapat diperbanyak atau digandakan.
CATATAN TERAKHIR
Tahapan atau proses produksi film dokumenter dengan menggunakan metode seperti
yang tertulis ini belum tentu disepakati oleh banyak orang, terutama pembuat
dokumenter pada masa sekarang. Selain dianggap merepotkan, asumsinya proses ini
juga lebih banyak menghambat.

Memang, tidak semua film dokumenter bisa diperlakukakn menggunakan metode di


atas, namun juga tidak semua film dokumenter seharusnya diproduksi menggunakan
cara / teknik dari Cinema Verite. Oleh karena itu saat membuat film dokumenter, perlu
disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada.

Setidaknya metode dengan tahapan ini dapat digunakan oleh para pembuat film yang
baru memasuki dunia film dokumenter, sehingga tidak semua peristiwa atau moment
diperlakukan spontan sebab tidak semua moment itu tidak berpola, namun malah
banyak dalam kehidupan manusia peristiwa itu justru banyak yang berpola misalnya
bekerja, sekolah, mencari makan, memasak dan lain sebagainya. Tahapan ini hanya
untuk membantu memahami permasalahan yang diangkat agar diperlakukan dengan
seksama serta bisa menghasilkan film yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai