Andy Prasetyo
Judul ……………………………
Penerbitan ……………………………
Sekapur Sirih ……………………………
1. Pra Produksi ……………………………
a. Menciptakan Visi & Misi ……………………………
b. Penulisan Scenario ……………………………
c. Desain Produksi ……………………………
c.1 Script Breakdown ……………………………
c.2 Budget Breakdown ……………………………
c.3 Casting Pemain ……………………………
c.4 Reading & Rehearsal ……………………………
2. Produksi ……………………………
a. On Cam !! ……………………………
a.1. Penyutradaraan ……………………………
a.2. Tata Kamera ……………………………
a.3. Tata Artistik ……………………………
b. Countinity ……………………………
c. Mood Countinity ……………………………
3. Paska Produksi ……………………………
Video Editing ……………………………
Capture ……………………………
Cutting ……………………………
Title ……………………………
Audio ……………………………
Make Movie/Render/Encode ………………….
Packing ……………………………
Harapan & Impian ……………………………
Scenario Film ‘Laskar Ilalang‘ ……………………………
Filmografi Penulis ……………………………
Ucapan Terima Kasih ……………………………
Sekapur Sirih
Film adalah salah satu cabang seni yang memiliki tingkat exclusivitas tinggi dalam estetika
kehidupan masyarakat kita. Karena keberadaannya yang high class ini lah akhirnya justru menimbulkan
paradigma yang sebenarnya menghambat proses berkembangnya film di tanah air. Banyak orang
beranggapan bahwa untuk membuat film adalah hal yang mustahil bagi masyarakat umum karena
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan perangkat yang mahal, belum lagi film harus di dukung SDM
dengan pendidikan yang tinggi di bidangnya.
Mendapati paradigma di atas penulis yang juga pendiri sebuah komunitas film sangatlah miris,
hingga akhirnya penulis menerbitkan buku yang diharapkan dapat di jadikan pedoman dan sekaligus dapat
menjadi guru bagi masyarakat umum yang akan membuat film pendek. Buku ini berisi step by step dalam
membuat film, penjelasan point-point yang lengkap dan mudah di pahami menjadikan buku ini enak untuk di
pelajari baik oleh pemula yang sama sekali belum pernah berkreasi di bidang sinematografi maupun untuk di
gunakan oleh tenaga-tenaga lanjutan.
Akhirnya, ‘tiada gading yang tak retak’ penulis sangat menyadari buku ini tidaklah mampu
menciptakan insan film yang sempurna, masih banyak yang harus di benahi karena kekurangan dan ketidak
mampuan penulis dalam mengcapture ilmu dan teknik sinematografi serta produksi film. Untuk itu kami
sangat mengharapkan adanya kritik, saran, dan sumbangan ide untuk menyempurnakan buku ini hingga
mampu menjadi pedoman, panduan, pengetahuan dan sebagai bahan kajian bagi pelajar (SMP/SMA) yang
merupakan akar rumput film Indonesia, juga sineas-sineas baru dalam memulai karyanya.
Namun demikian, kami sampaikan, selamat datang di dunia film kembangkan intuisi untuk mengcapture sisi-
sisi kehidupan agar dapat di pahami orang lain lewat sentuhan ide, tulisan, penyutradaraan, dan editing
yang di kemas indah dalam kado pesan moral dan kritik sosial. Mari bersama-sama memasyarakatkan film
dan memfilmkan masyarakat, agar film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Penulis
PRA PRODUKSI
PRA PRODUKSI
Proses pra produksi adalah sebuah tahapan awal yang harus di lewati dalam pembuatan film,
disinilah tujuan film, jenis film, dan bagai mana film itu, berawal.
Banyak film maker professional menjadikan beberapa bagian dalam proses pra produksi berdiri sendiri di
luar team, artinya penulis scenario bekerja terpisah dengan team inti yang telah terbentuk. Hal itu bisa saja
di lakukan mengingat saat ini banyak penulis scenario yang menjual hasil tulisannya kepada rumah-rumah
produksi maupun TV.
Banyak film maker baru yang cenderung kehilangan arah di tengah-tengah produksinya, hingga
mengakibatkan film susah di nikmati pemirsa bahkan tidak jarang film justru berubah alur cerita di tengah-
tengah produksi. Hal ini banyak kita jumpai di sinema elektronik (sinetron), dimana cerita di perpanjang
paksa karena permintaan pihak sponsor dan ; atau stasiun TV. Hal ini berakibat pada perubahan alur yang
kadang hilang kendali dan berkesan di paksakan. FATAL !!
Hal-hal tersebut diataslah yang menyebabkan, Pra Produksi memiliki power 70% dalam proses
pembuatan film. Semakin matang pra produksi sebuah film maka akan semakin sempurna film itu di buat,
karena proses shooting film adalah praktik dan pelaksanaan dari pra produksi, hal yang membosankan.
Dalam buku ini, penulis akan lebih banyak membahas tentang pra produksi untuk mengantisipasi dan
meminimalisasi kesalahan-kesalahan di lapangan saat proses shooting sudah di mulai.
Jangan patah semangat saat menjalani lamanya proses pra produksi, bahkan seorang Martin Scorsese baru
berhasil membuat film Gangs of New York secara utuh setelah melewati proses selama 32 tahun atau
Francis Ford Coppola, sutradara trilogy Godfather yang membutuhkan waktu 5 tahun untuk memproduksi
filmnya yaitu Heart of Darkness. Namun tentu saja hal itu hanya sebagai tolak ukur semata, dan kita tidak
akan menunggu selama itu untuk membuat film.
Seluruh proses pra-produksi berawal dari sini, dimana kita mulai membuat visi dan misi film yaitu
dengan menentukan jenis film, genre film, format film dan untuk apa film kita buat. Di awal ini sebaiknya
rekrutlah rekan yang mempunyai kapasitas, karena pemikiran satu orang tidak akan lebih baik dari pada
pemikiran beberapa orang. Minimal team inti untuk memulai proses ini berjumlah 5 orang. Dimana nantinya
masing-masing akan membidangi satu divisi pada saat produksi.
Sekarang team inti produksi telah terbentuk, segeralah berkumpul untuk menciptakan visi dan misi film.
Tentunya setelah sebelumnya menentukan ketua dari team ini. Kekompakan, konsekuensi dan keuletan
adalah kunci dari semua proses pembuatan film.
Langkah Awal
Sebelum memulai, bahaslah bersama kelompok anda tujuan pembuatan filmnya. Disini pilihan untuk
itu sudah sangat jelas, yaitu untuk keperluan screening, festival, komersial atau sekedar koleksi kelompok.
Hal ini yang nantinya memiliki peran besar di penentuan langkah selanjutnya.
Screening, ketika menentukan pilihan ini berarti kita akan membuat sebuah film yang nantinya akan di
pertontonkan kepada public di mana di dalamnya bisa kita isi dengan konsep-konsep kritik sosial,
pembelajaran atau pesan moral lain yang membangun bagi para penontonnya.
Ketika kita menentukan film untuk keperluan screening ini, maka sudah tentu di dalamnya harus di lengkapi
data akurat, jangan sampai saat film sudah jadi, kita kembali di pusingkan dengan public yang akan kita
pertontonkan. Artinya disini kita harus memikirkan 5 langkah kedepan.
Festival Film, untuk keperluan festival film, biasanya kita di tuntut dengan beberapa hal yang menjadi wajib
ada di film kita, misalnya tema film, durasi, genre dan hal-hal lain yang di tentukan panitia penyelenggara
festival dan teknis penjurian festival itu sendiri.
Hal yang sangat mengembirakan bagi pembuat film jenis ini adalah dimasukannya film pendek dalam ajang
perlombaan film nasional terbesar di Indonesia yaitu FFI (Festival Film Indonesia)
Film Komersial, seperti halnya tujuan film di atas film komersialpun di buat dengan beberapa kondisi yang
harus di capai dalam proses kreatifnya. Ketika film jenis ini di pilih maka kita harus sudah menentukan, siapa
yang akan membeli/membayar produk kita atau kemana kita akan menjual produk kita. Selain standar mutu
dan produksi yang di tentukan oleh pembeli/pemakai jasa kita. Yang masuk dalam pilihan ini adalah jenis-
jenis film seperti Video Profile, Iklan, Video Clip Musik, Sinetron, FTV atau bahkan Film Layar Lebar.
Koleksi Kelompok, pilihan terakhir ini mungkin tidak terlalu menuntut banyak di bidang standar produksi
dan mutu, karena standarisasi di tentukan oleh kelompok sendiri dan hanya akan di pertontonkan kepada
kalangan sendiri.
Setelah kita mempelajari sisi baik dan buruk, sisi standarisasi produksi, dan sisi-sisi lain dari masing-masing
tujuan film di atas, segeralah tentukan pilihan !.
Job Description
Pembagian kerja kelompok inti yang minimal terdiri dari 5 orang ini memiliki tanggung jawab dan
resiko yang berbeda-beda dan semuanya harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab dan tingkat
konsekuensi yang tinggi.
Produser, adalah orang/anggota kelompok yang memiliki tugas memimpin semua jalannya produksi film
dan menggalang dana untuk membuat film, jabatan ini biasanya di pegang oleh pencetus atau penggagas
awal. Dana produksi biasanya berasal dari sponsor, donatur/sumbangan, dana pribadi, atau bahkan
patungan dari team inti. Pada proses ini, hukum ekonomi berlaku, yaitu mencari dana sebanyak-banyaknya
untuk di pergunakan seminimal mungkin.
Job Point :
Setelah team inti terbentuk dan terbagi masing-masing job nya, produser harus sudah mulai melebarkan
telinga dan menajamkan mata untuk mencari sumberdana yang bisa di gali dalam rangka mensukseskan
kerja film kita. Mulailah lobby atau mencari referensi dari teman-teman tentang perusahaan atau orang-
orang yang biasa menjadi sponsor dan donatur kegiatan, kemudian buatlah proposal kerja. Sumbangan
sekecil apapun, terimalah!
Sutradara, jabatan ini di Indonesia seringkali di gabungkan dengan jabatan lain, seperti penulis scenario
ataupun producer. Sutradara mempunyai kewenangan memimpin produksi dari segi kerja kreatif.
Keuntungannya ketika sutradara juga merangkap penulis scenario adalah film akan benar-benar punya roh
karena sutradara paham benar yang di harapkan scenario.
Job Point :
Mulailah menulis scenario sesuai dengan visi dan misi film yang telah di tentukan bersama.
Gunakan sumber cerita yang ada, cari referensi dari pihak lain yang nantinya dapat mendukung cerita kamu,
tajamkan konflik, pendekkan cerita.
Cameraman, tugas ini tidak dapat di gabungkan dengan tugas lain, diproses produksi film ini. Kameraman
harus menjadi orang terdekat sutradara sebagai partner diskusi dalam mengolah visualkan scenario
Job Point :
Tugas kamu sudah di tentukan, mulailah hunting handycam/camera sesuai amanat visi dan misi film yang
telah di buat bersama, ingat bukan karena kamera mahal kemudian film pendek kita menjadi bagus, tetapi
scenario dan kerja team yang baik akan menghasilkan film yang bagus dan layak ditonton. Setelah dapat
pelajarilah kameramu, akrabkan dengan tombol-tombol digital dan manual yang ada agar lebih familiar, dan
usahakan tidak adalagi percobaan gambar di lapangan. Karena kameraman akan di tuntut mendapatkan
gambar sesuai permintaan scenario dan sutradara. Berlatihlah !
Manager Produksi, anggota team kita yang ke 4 memiliki tugas dan kewajiban bertanggung jawab terhadap
keseluruhan proses kerja lapangan dan bertanggung jawab langsung kepada produser. Manager Produksi,
secara spesifik bertugas mempersiapkan crew, pemain dan peralatan serta seluruh kebutuhan operasional
dan logistic team di lapangan.
Job Point :
Tugas besar dan tanggung jawab besar sekarang ada di pundakmu, segera data dan recruit teman-teman
yang bisa di ajak kerjasama, dan berbagilah tanggung jawab dengan mereka. Siapkan infrastruktur
transportasi dan logistic, security, Unit Kerja, Listrik, TV monitor, kabel-kabel dan semua yang berkaitan
dengan produksi di lapangan nantinya. Ingat bagi tugas bersama teman yang telah di recruit.
Departemen Artistik, disini bertanggung jawab atas lokasi shooting (lighting dan dekorasi/setting) serta
pemain (make up dan wardrobe)
Job Point :
Departemen yang kamu bidangi merupakan ujung tombak dari kesempurnaan film yang akan di produksi.
Gambar yang nantinya akan di saksikan penonton film kamu tergantung dari kesempurnaan kerja team
artistic. Disini kamu memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besar daripada bidang lainnya, yaitu penataan
ruang sesuai kebutuhan scenario, wardrob (busana) pemain sesuai kebutuhan scenario, tata lampu juga
sesuai kebutuhan scenario.
Nah, team inti kita telah terbagi dan masing-masing telah memiliki job dan tanggung jawab sendiri-
sendiri. Meski dalam pelaksanaannya team inti membutuhkan rekan kerja/pendamping namun ketentuan
kerja tetap pada porsinya. Bisa saja seorang sutradara butuh pendamping (assisten sutradara) untuk
meringankan beban kerjanya, atau Cameraman butuh seorang assisten cameraman. Dengan terbentuknya
team inti ini artinya satu fase telah di lewati yaitu kita telah memiliki visi dan misi untuk film kita nantinya.
PENULISAN SCENARIO
Scenario adalah hal terpenting dalam proses produksi film, meskipun kemampuan sutradara dan
team produksi nya yang juga memegang peranan dalam mentranslate scenario menjadi sebuah gambar
bergerak. Namun sebelum kita mulai untuk menulis scenario ada baiknya kita mengetahui konsep-konsep
dasar dari sebuah cerita yaitu ;
TENTANG CERITA :
SASARAN CERITA
3. Dewasa (Usia 18 +)
Cerita yang biasanya disisipi adegan dewasa : erotisme, sadism, dll
4. Umum
Cerita basanya bersifat umum.
JENIS CERITA
1. Drama
Cerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari
a. Drama Tragedi
Cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian
b. Drama Komedi
Cerita yang menampilkan kelucuan
c. Drama Misteri
Cerita yang menampilkan ketegangan (suspense)
1. Misteri KRIMINAL
Cerita misteri yang unsure ketegangan menceritakan seputar kasus criminal.
2. Misteri HOROR
Cerita misteri yang berkaitan dengan roh halus atau mahluk halus yang
menakutkan.
3. Misteri MISTIK
Cerita misteri yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan, atau
unsur gaib.
d. Drama Laga
Cerita yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran
1. MODERN
Drama laga yang dikemas dengan setting modern.
2. TRADISIONAL
Drama laga yang dikemas dengan setting tradisional
e. Melodrama
Cerita drama yang bersifat sentimental dan melankolis, biasanya cenderung
mendramatisir kesedihan.
f. Drama Sejarah
Cerita drama yang menampilkan kisah sejarah masa lalu baik tokoh maupun
peristiwanya.
Jalan cerita
1. Plot Lurus/Linear
Plot yang alur ceritanya terfokus pada konflik seputar tokoh sentral (utama).
2. Plot Bercabang/Multiplot
Plot yang alur ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain.
GRAFIK CERITA
Grafik cerita merupakan irama plot untuk mengembangkan konflik pada setiap adegan dalam
naskah.
C. Dukungan fasilitaspun tidak kalah penting dengan dua hal di atas, yaitu
1. Peralatan kerja
2. Tempat kerja
3. Perpustakaan atau sumber referensi
Selain hal tersebut diatas, dalam penulisan scenario, ada beberapa langkah awal yang harus di perhatikan,
diantaranya ;
1. Visi dan Misi Film
Visi dan misi film telah di temukan dan dibahas bersama dalam kelompok inti yang telah kita bentuk,
selanjutnya gunakan visi dan misi tersebut sebagai benang merah cerita hingga scenario yang kita
buat tidak akan lepas kendali.
2. Ide Dasar & Tema Cerita
Ide dasar merupakan plafon dari sebuah runutan/plot cerita. Dari ide dasar inilah dapat kita
kembangkan point-point cerita dan berbagai konflik yang nantinya mampu menjadi bumbu
pendukung cerita.
3. Observasi
Observasi dilakukan sebagai usaha untuk memperkuat cerita dengan meminimalis adegan-adegan
yang tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini di lakukan dengan mencari referensi dari berbagai pihak
yang nantinya dapat di jadikan acuan.
4. Menulis Cerpen
Untuk mempermudah dalam penulisan scenario, maka sebelumnya kita sebelumnya kita rangkum,
seluruh point yang di dapat dari hasil pemikiran kreatif dan observasi lapangan dalam bentuk
cerpen. Hal ini dilakukan agar penulisan scenari tidak kehilangan arah di tengah jalan dan lebih
penting lagi akan mempermudah kita dalam membuat scenario.
5. [Pengendapan]
Mengendapkan cerita, merupakan hal yang lazim di gunakan para penulis untuk mendapatkan ide
baru/tambahan, sampai dengan scenarionya siap di produksi. Pengendapan yang di maksud adalah
berhentilah menulis ketika kita mulai tidak fresh, kehabisan ide, atau merasa jemu hal ini dilakukan
agar tulisan kita benar-benar mendekati sempurna.
6. Scenario Film
Setelah cerpen selesai kita buat, saatnya mentranslate menjadi sebuah scenario film .
Proses ini bisa dilakukan siapa saja, jika kita telah benar-benar kelelahan saat menulis cerpen nya.
Meski lebih baik jika proses dilakukan oleh penulisnya sekaligus, hingga scenario tidak akan
kehilangan roh dari sang penulis.
Cerpen :
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya Dika berada di baris terdepan dalam antrian nonton
televisi di rumah pak lurah. Mungkin karena malam minggu, sehingga antrian di rumah pak lurah semakin
panjang saja.
Begitulah aktivitas di desa kami selepas sholat isya, meskipun orang-orang tidak pernah tahu acara apa
yang di saksikan dari kotak 14 inch, kebanggan pak lurah dan memang itu satu-satunya di desa kami.
Entah acara apa pula yang telah di saksikan Dika, hingga dia tak mampu memejamkan matanya
malam itu. Jam berdetak begitu kencang terdengar di telinga Bagas, bahkan 2 gelas darahnya habis di
hisap 6 koloni nyamuk got pun tak ia rasakan. Sesaat pikiran Bagas menerawang me review kembali yang di
saksikannya di layar TV, ketika presiden memberikan semangat kepada para atlit nasional, “ Kibarkan Merah
Putih di puncak tertinggi “….
Scenario :
SCENE 12
CUT TO.
Ext. POHON BESAR DEPAN KELURAHAN – SIANG HARI
CAST : DIKA
Dika termangu di depan pohon beringin tua, menatap ragu. Tiba-tiba matanya berbinar
seakan mendapatkan semangat baru, senyum kemenangan tersungging indah di bibirnya.
DIKA
Aku pasti bisa..
Dengan serta merta Dika menyerbu beringin tua dengan bendera merah putih yang telah
terikat kuat pada tiang 2 meter di punggungnya
VO
“ Kibarkan Merah Putih di puncak tertinggi “
1. Menulis Scenario adalah sebuah proses terpisah antara hati dan otak
a. Proses hati, penuangan ide kedalam cerita tanpa batasan-batasan jangan masukan logika
hingga ide telah tertuang habis.
b. Proses Otak, mereview hasil proses hati dengan logika dan kenyataan lapangan.
2. Dalam menulis dialog usahakan seminimal mungkin untuk memberi perintah gesture tubuh, ekspresi
dan gerak-gerik pemain dalam kolom dialog agar improvisasi pemain tidak di batasi. Lebih penting
lagi, buatlah dialog sesuai karakter yang kita ciptakan, sebab akan menjadi aneh jika karakter
petani/orang kampung berbicara dengan bahasa intelektual yang tinggi dan usahakan untuk tidak
menggunakan dialog-dialog yang berat yang nantinya akan membuat jenuh penonton (Filosofi yang
membahas Intuisi)
3. Hindari penulisan detail-detail angle kamera yang menjadi hak sutradara dalam mengeksekusi
gambar.
4. Percaya diri menjadi hal yang sangat wajib di miliki oleh penulis ketika draft scenario mengalami
revisi berkali-kali.
5. Menulis scenario bukanlah pekerjaan kesenian (art) akan tetapi lebih ke bentuk kerja kerajinan
(craft).
Penulis bebas dalam menuangkan ide cerita tetapi harus mampu meng akomodir kepentingan-
kepentingan pihak tertentu.
6. Perbanyaklah menonton berbagai genre film di sela-sela menulis dengan tujuan menghilangkan
stress, me refresh otak dan mencari ide tambahan yang bisa di serap tetapi ingat bukan sebagai
plagiat (peniru)
7. Perbanyaklah membaca untuk menambah referensi ketika sudah mulai menulis.
DESAIN PRODUKSI
Desain produksi lebih mengacu kepada kerangka dan;atau rancangan produksi dimana nantinya
proses produksi/shooting sebenarnya hanyalah pelaksanaan dari rancangan yang telah kita buat. Sebagai
pembelajaran untuk mempermudah proses produksi kita akan membagi breakdown ini menjadi 2 yaitu, script
dan budget. Disinilah proses vital sebuah produksi. Ibarat membangun sebuah rumah jika di rencanakan
dengan asal maka rumah yang dibangun tidak akan sempurna atau bahkan jelek.
Script Breakdown
Adalah proses menguraikan scenario menjadi informasi tentang segala sesuatu yang di butuhkan
pada saat shooting di mulai. Disini kita akan memperoleh informasi tentang jumlah pemain, kebutuhan
kostum, kebutuhan make up, kebutuhan artistic, bahkan kebutuhan dana untuk proses produksi film kita.
Tidak kalah penting lagi kita akan dapat menentukan jadual shooting berdasarkan informasi per scene yang
telah kita uraikan. Sebagai langkah awal penguraian/breakdown kita akan membuat table yang nantinya
mempermudah kita dalam mencatat hasilnya. Contoh sheet yang akan kita buat :
SCRIPT BREAKDOWN
Title : Day :
Production : Date :
Scene Cast Ext Wardrobe Make Up Property I/E D/N Scene Des
Keterangan :
1. Scene, urutan scene sesuai scenario
2. Cast, berisi nama-nama pemain dalam 1 scene
3. Extras/Athmosfere, adalah orang-orang yang mendukung (figuran) dalam 1 scene
4. Wardrobe, jenis/warna/no busana sesuai karakteristik pemain berdasarkan scenario
5. Make Up, riasan wajah yang di perlukan pemain/figuran sesuai kebutuhan scenario
6. Property, uraian kebutuhan peralatan yang di gunakan
7. I/E, Int/Ext merupakan keterangan lokasi shooting (luar ruangan/dalam ruangan)
1. Kumpulkan adegan berdasarkan lokasi (location set), carilah adegan dengan lokasi yang sama,
utamakan pilih yang terjauh terlebih dahulu. Hal ini untuk mengantisipasi ketika semangat crew dan
pemain turun, maka proses shooting telah berada di lokasi yang terdekat untuk meminimalisasi
biaya.
2. Setelah mendapatkan urutan sesuai lokasi, pisahkan masing-masing urutan adegan bagian luar dan
dalam ruangan (INT/EXT) dan juga pisahkan adegan siang dan malam (D/N)
3. Dahulukan adegan di luar ruangan, adegan siang hari, dan adegan yang membutuhkan banyak
pemain.
Sekarang kita telah memiliki urutan shooting (bukan urutan scene), sekarang buatlah jadual shooting
nya. Jadual shooting ini diperlukan oleh semua departemen untuk mempersiapkan kebutuhan sesuai
tanggung jawab masing-masing.
SHOOTING SCHEDULE
Title :
Production :
Selain untuk menentukan jadual shooting dan menghitung estimasi anggaran produksi, script
breakdown juga sangat di perlukan oleh DOP / cameraman untuk membuat shoot list (urut-urutan
pengambilan gambar) yang nantinya akan mempermudah kerja kameraman di lapangan dan yang jelas
akan mempersingkat waktu produksi, dalam memproyeksikan shoot list ini sangat erat kaitannya dengan
pembuatan storyboard yaitu gambaran mentah film dalam 2 dimensi. Storyboard bisa berbentuk seperti
komik dari film yang akan kita produksi. Shoot list dan Storyboard juga merupakan panduan cameraman
dalam memposisikan kamera ketika di lapangan.
Budget Breakdown
Estimasi budget untuk pembuatan film kita dapat dilihat melalui script breakdown dan shooting schedule
yang telah kita susun.
Waktu dan lokasi shooting film kita dapat di lihat pada shooting schedule
Jumlah pemain & Figuran yang akan kita pakai dapat dilihat lewat kolom cast dan extras
Jenis busana dan make-up yang akan di pakai pemain dapat di lihat di kolom wardrobe dan make
up
Total kebutuhan property setiap scene pun telah terdata di kolom property
Perlu di ingat bahwa, informasi daftar belanja kebutuhan pembuatan film yang diperoleh dari script
breakdown, itu bukanlah total anggaran produksi kita, masih ada departemen yang belum melampirkan mata
anggarannya, yaitu departemen logistic. Bahkan jumlah crew dan honor mereka pun belum masuk ke daftar
budget, agar total anggaran produksi kita dapat diketahui secara pasti kita perlu membreakdown budget.
BUDGET BREAKDOWN
Title :
Production :
Data valid dari BUDGET BREAKDOWN inilah yang nantinya akan kita jadikan patokan pembuatan
proposal kerja kita. Meski demikian, sebaiknya kita tetap menyediakan anggaran cadangan untuk hal-hal
yang tidak terduga saat di lokasi shooting. Kondisi alam, cuaca dan kondisi lokasi yang tidak dapat kita
prediksi kadang dapat menghambat waktu shooting kita yang berakibat pada membengkaknya biaya di luar
perhitungan.
Casting Pemain
Setelah scenario selesai tiba saatnya untuk memilih pemain berdasarkan kebutuhan scenario. Casting
adalah proses penentuan pemain (actor/aktris) berdasarkan analisa scenario yang telah di sepakati team.
Macam-macam casting
1. Casting by ability
Berdasarkan kecakapan (pandai), biasanya untuk perang utama
2. Casting by type
Berdasarkan kecocokan fisik si pemain
5. Therapeutic casting
Berdasarkan pertentangan watak aslinya dengan maksud mengurangi ketidak seimbangan
jiwanya.
Untuk memulai proses ini buatlah lembar penokohan terlebih dahulu yang nantinya akan membantu dan
mempermudah kita dalam melakukan casting.
CASTING SHEET
Title :
Production :
No, berisikan urutan pemeran dari peran utama hingga peran pembantu
Cast, adalah nama-nama tokoh sesuai nomor
Age, usia tokoh sesuai permintaan scenario
Phisic, merupakan ciri fisik tokoh
Charcter, bentuk dari kepribadian para pemeran film kita
Note, catatan tersendiri bagi sutradara yang dapat memperkuat karakter pemain
Setelah membuat casting sheet ini segeralah memilih orang-orang yang akan bermain di film kita. Pilih
dengan jeli, karena mereka akan mewakili suara kita kepada masyarakat lewat tayangan nantinya.
Proses Reading dan rehearsal adalah proses akhir dari pra produksi dimana semua pemain yang
telah kita tunjuk, bersama-sama membaca dan mempelajari scenario. Sebelum proses ini dilaksanakan
seluruh pemain seyogyanya telah mendapatkan scenario untuk terlebih dahulu di pelajari di rumah, minimal
satu minggu sebelum proses di mulai. Dalam proses ini semua adegan dalam scenario dilakukan, mulai dari
artikulasi, ekspresi, gesture, dialog, dan semua aktivitas yang di minta scenario.
Reading dan rehearsal sangat di perlukan untuk mengetahui durasi dialog yang nantinya dapat
menjadi patokan dasar dalam menentukan durasi film dan lebih kompleks lagi dapat di jadikan ukuran
belanja media rekam/kaset sehingga anggaranpun bisa disesuaikan. Proses ini biasanya di pimpin oleh
assisten sutradara yang nantinya melaporkan hasil kepada sutradara, selain itu dalam proses ini kerap
terjadi perubahan scenario untuk penyesuaian dengan kondisi pemain dan atau untuk memperkuat cerita.
PRODUKSI
PRODUKSI
Masa pra produksi yang melelahkan telah kita lewati, yang artinya segala sesuatu yang akan
dilaksanakan pada waktu produksi telah terpikirkan dan di perhitungkan dengan matang. Sebelum kita
masuk ke produksi ada baiknya kita check point terlebih dahulu persiapan shooting kita, jangan sampai ada
yang tertinggal atau terlupakan saat sudah di lokasi shooting yang jauh dari basecamp karena hal ini akan
merugikan banyak pihak dan jelas akan membebani cost produksi.
ON CAM
On Cam, adalah istilah untuk pertama kali kamera roll / merekam adegan sebuah film. Dalam proses
kerja kreatif ini kewenangan sepenuhnya ada di tangan sutradara beserta departemen nya. Proses
pengambilan gambar yang tidak sesuai dengan urutan scenario, memaksa departemen penyutradaraan
bekerja lebih ekstra disetiap pengambilan gambar untuk mempertahankan continuity dan mood continuity
pemain.
Hal ini di maksudkan agar pada saat film memasuki tahap editing tidak terjadi jumping / perbedaan
gambar yang terlalu menyolok.
PENYUTRADARAAN
Seperti telah kita ketahui bahwasanya tugas sutradara adalah mentranslate bahasa tulisan menjadi
bahasa visual/gambar. Dalam sebuah produksi sutradara benar-benar menjadi sentral, dimana semua
departemen memiliki kewajiban mengakomodir kehendak sutradara ketika menginterpretasikan sebuah
scenario. Untuk itu sudah menjadi sebuah keharusan bahwa sutradara harus benar-benar menguasai
beberapa hal ;
1. Sutradara menjiwai scenario, artinya seorang sutradara harus sudah benar-benar memahami
cerita se detail-detailnya.
2. Sutradara harus memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif, hal ini sangat di perlukan untuk dapat
menghasilkan gambar dan frame yang sempurna, hingga nantinya dapat ikut membantu
mengangkat cerita/film.
3. Sutradara harus paham benar karakter team kerjanya, kondisi tubuh team perlu di perhatikan.
Terlalu lelah membuat hasil kerja kurang maksimal.
4. Sutradara harus mampu mengikat penontonnya. Menurut pengamatan, kekuatan konsentrasi
penonton di Asia maksimal 10 menit, artinya jika gambar yang kita sajikan selama 10 menit
terlalu monoton maka dengan sendirinya penonton akan jenuh dan bukan tidak mungkin film kita
akan di tinggalkan penonton
bahkan penonton berhak menghakimi film kita dengan hasil “Jelek”.
5. Sutradara harus mampu membangun struktur dramatisasi cerita yang sangat berguna untuk
mengolah emosi penonton.
6. Sutradara minimal menguasai konsep 5C yaitu ;
a. Close Up
Pengambilan gambar jarak dekat yang di lakukan kameraman digunakan sutradara
untuk mempertegas efek mimic dan emosi pemain.
b. Camera Angel
Unsur ini biasanya di gunakan untuk mempercantik gambar atau memberikan sentuhan-
sentuhan artistic dalam gambar tanpa mengurangi maksud dan tanggung jawab
gambar.
c. Composisi
Merupakan unsur visualisasi yang membantu memberikan keseimbangan frame/gambar
hingga POV (Point Of View) tercapai
d. Cutting
Adalah unsur imaginasi yang harus di miliki oleh seorang sutradara yang berarti pada
saat produksi berjalan sutradara sudah memiliki bayangan cut to cut gambar atau
bagaimana gambar yang sedang di ambil akan di edit nantinya.
e. Countinity
Ketika produksi dimulai seorang sutradara harus mampu memproyeksikan pengadegan
antar scene, hingga ketika jumping scene di lakukan, sutradara tidaklah kebingungan
untuk menyambungnya kembali. Hal ini berkaitan dengan departemen pendukung
produksi yang lainnya (Art,Light,Wordrobe,Make-Up,Script)
Berikut shooting call yang di lakukan oleh Sutradara/Astrada I untuk memulai pengambilan gambar
TATA KAMERA
Film merupakan bahasa universal yang bisa di pahami dengan mudah lintas negara dan kebudayaan. Untuk
itulah sudah sewajarnya jika unsur visual adalah hal yang paling dominan dalam penyampaian pesan moral
maupun visi misi film kepada penontonnya. Dan hal ini menjadi tugas seorang kameraman/juru kamera.
Seorang penata kamera wajib memberikan masukan-masukan frame kepada sutradara, meskipun telah
dibuat shoot list dan storyboard dan eksekutor akhirnya tetap berada di tangan sutradara.
1. One Shot
Pengambilan gambar dengan object hanya seorang pemain. Penambahannya di sebut Two Shot
dan Group Shot
2. High Angel
Pengambilan gambar dari sudut atas object
3. Top Angel
Pengambilan gambar dari atas Object
4. Bird eye View
Pengambilan gambar dengan High Angel yang di padukan dengan unsure art hingga seperti
penglihatan seekor burung
5. Low Angel
Pengambilan gambar dari sudut bawah
6. Profile Shot
Adalah pengambilan gambar sejajar dengan objek sering disebut juga dengan Eye Level
7. Over Shoulder
Pengambilan gambar di belakang punggung/bahu lawan bicara/objek lain, teknik ini banyak di
gunakan untuk pengambilan gambar dialog yang di padukan dengan group shot dan One Shot
8. Walking Shot
Pengambilanan dengan mengikuti acting pemain, pengembangan dari teknik ini memunculkan
extreme shot yang lebih banyak di gunakan pada adegan2 keras (Fighting, Kejar-kejaranan,
kecelakaan, dll)
9. Back Light Shot
Teknik yang di gunakan untuk mendapatkan siluet yaitu dengan menghadapkan kamera kearah
sumber cahaya
10. Reflection Shoot
Gambar yang di ambil dari hasil refleksi objek banyak di gunakan pada pengambilan di depan
cermin dan air
TATA ARTISTIK
Tata artistic merupakan proses pengolahan lokasi dan pemain sesuai dengan interpretasi visual
sutradara yang tersirat dalam scenario. Penata artistic atau art departemen di dalamnya terdiri dari banyak
bagian diantaranya yaitu, setting, make-up, lighting, wardrobe, dll. Koordinator tata artistic seyogyanya selalu
berkoordinasi dengan penata kamera dan sutradara untuk menghasilkan view gambar yang sempurna.
I. TATA LAMPU
Tujuan penggunaan tata lampu adalah untuk menerangi dan menyinari setting dan actor.
Menerangi :
Adalah cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang, melenyapkan gelap.
Biasanya digunakan lampu general illumination, untuk menerangi seluruh lokasi/setting, benda-
benda penting maupun yang tidak penting, diterangi secara merata.
Menyinari :
Adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian pengadegan sesuai dengan
keadaan dramatic lakon, bisa untuk memperkuat karakteristik benda mati maupun karakteristik
penokohan sesuai scenario
Biasanya digunakan lampu specific illumination, untuk menyinari terpusat pada suatu tempat, dan
tempat lain yang kurang penting. Dengan penyinaran ini efek dramatic dan pictorial bertambah.
2. Membantu melukis dekor/scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai adanya sinar
dan bayangan. Lukisan itu menjadi dekor selama dipakai, bila tidak dipakai ada dekor.
1. Lampu Primer
Lampu Primer adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau daerah yang ingin kita sinari.
Sinar ini mengakibatkan bayangan.
2. Lampu Sekunder
Lampu Sekunder adalah sumber sinar yang menetralisir bayangan, biasanya ditaruh berlawanan
dengan lampu primer.
II. MAKE UP
Teknik menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah/kulit pemain sesuai karakter
dalam penokohan/peranan untuk mendekati karakter sesuai scenario.
2. Kesamaan foundation.
Guna foundation ialah memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna kulit peranan.
5. Blending.
Gunanya ialah agar campuran bahan-bahan pada wajah terwujud dengan sempurna. Blending
dipakai untuk menutup warna dasar, untuk menambah warna kulit yang tidak terkena rias, untuk
menghaluskan warna jangan sampai terlalu tebal.
1. BASE
Yang termasuk base ialah coldcream (netral)
2. FOUNDATION
Gunanya untuk menutupi ketidakrataan pada kulit.
a. stick
b. pasta
3. LINES
Gunanya untuk memberikan batas anatomi muka.
Macam-macamnya :
4. RUOGE
Menghilangkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata
5. CLEANSING
Cairan untuk menghilangkan segala make up. Ini juga memberikan makanan dan pengobatan pada
kulit.
PROSES TATA RIAS (MAKE UP)
2. Kerja make up :
a. Membersikan muka pemain sebelum memakai alat-alat make up.
b. Memberikan warna dasar (foundation)
c. Penggunaan Rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada pipi.
d. Lining untuk memberikan garis-garis sesuai dengan watak dan usia peranan.
Anatomi wajah terdiri dari tiga bagian :
1) Alis
2) Mata
3) Bibir
e. Menyusun dan membentuk hairdo (tata rambut). Bias mengunakan rambut palsu menurut
bentuk yang diinginkan sutradara/scenario. Juga penempatan kumis.
1. Rias Jenis
Rias jenis dilakukan bila perias harus mengubah seorang laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.
2. Rias Bangsa
Rias bangsa terjadi bila misalnya pemain bangsa Indonesia harus melakukan peranan sebagai
seorang Inggris. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pelbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan
watak, agar bisa mendekati dengan yang nyata.
3. Rias Usia
Rias usia misalnya mengubah seorang pemuda menjadi kakek tua. Untuk itu diperlukan
pengetahuan mengenai anatomi manusia dari pelbagai umur.
4. Rias Tokoh
Rias tokoh amat sukar dilaksanakan. Memang ada hubungan antara bentuk luar dan watak
seseorang, tetapi pedoman itu sukar dipegang oleh seniman rias.
5. Rias Watak
Baca pada rias tokoh
6. Rias Temporal
Rias temporal ialah merias menurut perbedaan waktu. Misalnya orang bangun tidur membutuhkan
rias yang berbeda dengan orang yang akan pergi ke pesta.
7. Rias Aksen
Rias aksen hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan
dimaikannya. Misalkan pemuda jawa yang memainkan peranan pemuda jawa hanya membutuhkan
rias aksen.
8. Rias Lokal
Rias local ialah rias yang ditentukan oleh tempat. Misalkan seorang napi dipenjara akan berbeda
dengan rias sesudah dia keluar dari penjara.
III. SETTING
Adalah segala sandangan dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan pemain untuk memperkuat
karakter atau menurut pengejawantahan tokoh oleh sutradara.
Costum akan lebih efektif bila direncanakan bersama dengan fase-fase produksi lainnya yaitu pada
saat breakdown scenario.
Costum harus disesuaikan dengan scenery (benda-benda yang membentuk latar belakang)
1. Pakaian Dasar
Pakaian dasar / dalam yang kelihatan maupun yang tidak, yang penting untuk memberikan
silhouette pada costum.
5. Perlengkapan-perlengkapan / accessories
Pakaian-pakaian yang melengkapi bagian costum yang bukan termasuk no 1,2,3,4 untuk
menambah efek dekoratif.
Contoh : kalung, gelang, cincin, jam, anting, bros, pita, slayer, sal, dll
Tujuan Costum
Fungsi Costum
1. Costum Historis
Adalah pakaian dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
2. Costum Modern
Adalah pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang
3. Costum Nasional
Adalah pakaian dari Negara atau tempat spesifik, sekaligus histori dan nasional
4. Costum Tradisional
Adalah pakaian representasi karakter spesifik secara simbolis dan distilasi.
Countinity
Masalah yang kerap kali terjadi adalah ketidak sinambungan (discountinity) gambar ketika masuk
proses editing, artinya jadual shooting yang tidak sesuai dengan urutan scenario sudah pasti akan
menyisakan beberapa adegan untuk di laksanakan hari berikutnya. Permasalahan yang timbul adalah
dapatkan kita kembali menata ulang setting dan posisi pemain (screen direction) agar sama seperti saat
pengambilan gambar yang lalu? Karena hal itulah di perlukan script writer/pencatat script dari departemen
penyutradaraan. Pencatat Script harus memiliki catatan yang valid dari posisi pemain, arah pemain, posisi
meja, posisi kursi, busana, make up dan seluruh elemen pendukung dalam satu frame terakhir adegan
tersebut. Dalam beberapa pekerjaan film biasanya hal ini di dukung dengan still foto untuk membantu
mengingat kondisi adegan terakhir.
Mood Countinity
Setelah semua posisi dan letak sudah sesuai dengan frame adegan terakhir, masih ada pekerjaan
yang tidak kalah pentingnya dengan penataan ulang tersebut, yaitu memompa mood dan emosi pemain
agar bisa sama dengan adegan terakhir. Disadari atau tidak bidang ini adalah bidang yang sangat vital dan
embutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang tinggi, untuk itu alangkah lebih baiknya jika crew script lebih dari
satu orang dan tidak merangkap pekerjaan apapun dalam departemen penyutradaraan.
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa, dalam proses kerja kreatif ini departemen
penyutradaraan menjadi titik sentral selama shooting. Dan sudah sepatutnya seluruh crew dan pemain,
benar-benar mengerti dan memahami perintah dari sutradara.
Catatan Produksi :
Sutradara :
- Amatilah monitor dengan seksama, terkadang boom mik tidak stabil
- Konsentrasi jangan pernah lepas dari monitor saat sudah mulai tape-ing atau merekam
- Perhatikan gerak mata, direction, ekspresi dan gesture pemain
Cameraman :
- Selalu lock kamera saat frame telah di sepakati sutradara, kecuali ada perintah correction,
pen atau zoom
- Bantu sutradara untuk ikut mengamati gambar dari layar monitor kamera atau dari view finder
Lighting :
- Selalu waspadai shadowing (bayangan) pada pemain
- Sumber daya listrik yang naik turun akan berakibat pada pencahayaan dan pewarnaan
gambar
Make Up
- Perhatikan keringat pemain yang dapat memantulkan cahaya
- Hindari over make-up karena akan di bantu cahaya lampu
Wardrobe
- Hati-hati dengan busana-busana yang berakibat flicker dan distorsi pada gambar
- Bantu sutradara untuk membangun POV (Point Of View) penonton dengan warna-warna
busana dan jenis busana yang sesuai scenario
Audio
- Test kualitas record audio sebelum di mulai proses shooting
- Waspadai suara-suara di sekitar lokasi
- Selalu cek kembali hasil record audio untuk memastikan kesempurnaannya
PASCA PRODUKSI
PASCA PRODUKSI
Saat shooting yang sangat melelahkan dan menjemukan telah berakhir, kini tiba waktunya untuk
melihat hasil kerja kita di studio editing. Hal awal yang harus dilakukan adalah mengurutkan kaset sesuai
hari/jadual pengambilan gambar. Hal ini penting karena nantinya editor akan bekerja berdasarkan
breakdown dan schedule yang telah di buat terlebih dahulu.
A. VIDEO EDITING
Kini semua hasil kerja kreatif kita telah berubah menjadi data digital dalam computer kita, hal ini
berarti kita akan lebih mudah memotong, meng-copy dan memindah bagian-bagian gambar tanpa
merusak master gambar.
Sebenarnya ada dua jenis proses editing yang lazim di pergunakan di Indonesia yaitu Linear dan
Non Linear. Namun untuk mempermudah pekerjaan kita proses editing di kerjakan dengan
mempergunakan software yang banyak di temukan di pasaran, bahkan sudah tersedia free version-
nya yaitu Pinnacle Studio Pro.
CAPTURE
Capture adalah proses pemindahan data analog ke data digital artinya proses transfer dari
pita kaset yang kita gunakan saat shooting ke dalam computer editing.
Pada bagian ini sudah jelas kita memerlukan perangkat-perangkat editing, seperti Video
Card/Fireware Card, Software Capturing, Kabel data camera / Kabel composite / Atau Kabel AV.
Namun jika kita mempergunakan camera dengan media rekam CD/DVD proses ini bisa kita lewati.
Sementar jika kita mempergunakan Hardisk kita akan lebih mudah meng-capture gambar hanya
dengan meng-copy file. Inti dari proses ini adalah hasil kerja kita di lapangan bisa dip roses dengan
menggunakan software editing yang ada di computer kita. Adapun software-software editing yang
lazim di gunakan dan mampu mensupport proses capture ini adalah Avid Express, Adobe Premiere,
Pinnacle Studio, Ulead Video Studio dan masih banyak yang lainnya.
Mulailah proses capturing dengan memasukan nama file terlebih dahulu dan tempat kita akan
menyimpan file hasil capture.
Setelah semua data kita pindahkan ke hardisk mulailah meng-edit gambar hasil kerja kita, dengan
masuk ke halaman Edit (2)
CUTTING
Disinilah proses editing video yang sesungguhnya meliputi ; pemilihan gambar, pemotongan
gambar, penyisipan gambar dan penggabungan gambar. Dalam proses ini selalu pergunakan scenario
sebagai patokan dalam proses penyuntingan sehingga kita tidak akan tersesat nantinya.
Setelah masuk ke menu Edit (2) mulailah bekerja dengan Time Line karena akan mempermudah
kita dalam memilih gambar nantinya. Klik tombol Timeline View yang berada di bagian kanan project
(di bawah screen)
Drag dan drop gambar video hasil capture sesuai urutan scene dalam scenario
Pilihlah dengan teliti gambar adengan demi adegan, scene demi scene
Gunakan razor tool untuk splitting dan cutting gambar, atau klik di toolbox video yang berada di kiri
atas time line untuk memotong atau membuang gambar yang tidak sesuai kemudian delete.
Pada proses ini kita tidak perlu khawatir karena file video capture kita akan tetap utuh dan tidak ikut
terpotong.
Kita juga dapat menyisipkan gambar ditengah-tengah deretan frame hanya dengan drag gambar ke
tempat yang kita inginkan
Setelah gambar kita dapatkan sesuai urutan scenario perhaluslah dengan memberikan video transisi
untuk bagian-bagian yang kita anggap perlu. Ingat, film tidak membutuhkan banyak jenis transisi
karena akan mengacaukan POV penonton.
Gunakan basic transisi hanya untuk menghaluskan sambungan antar frame yang memiliki korelasi
gambar (Dissolve/Fade)
Tekan spacebar/tombol play untuk mereview hasil kerja sementara kita
TITTLE
Title disini dapat berarti text yang menjadi bagian dari sebuah film, adapun macamnya yaitu ;
Main Title ; Judul utama film, biasanya terletak dibagian depan film atau sebelum film mulai.
Menggunakan font yang menarik sesuai dengan cerita/genre
Sub Title ; Merupakan text lain dalam film biasanya di gunakan untuk menterjemahkan dialog pemain
ke bahasa lain
Credite Title ; Merupakan urutan text yang berisi daftar nama pemain dan pekerja film tersebut,
biasanya berada di akhir film
Proses kerja :
Masih di halaman Edit (2) masuk ke sub menu show title yang berada di bagian kiri atas
Kita akan di hadapkan langsung dengan jenis dan tipografi text yang siap di pakai
Drag dan drop salah satu gambar tipografi text yang kita inginkan ke track Title di Timeline kita,
kemudian double klik hasil drop tersebut maka kita akan langsung berhadapan dengan jendela
Editing Title
Klik text yang telah kita pilih kemudian ubahlah sesuai kesepakatan team
Disini kita telah disediakan berbagai fasilitas title, mulai dari jenis font, warna, ukuran, justify,
moving.
Roll Title : pergerakan text secara vertical ( atas-bawah)
Crawl Title : pergerakan text secara horizontal (antar sisi kanan-kiri)
Dalam menu ini kita
Dengan meng klik Title button buatlah title dan subtitle sesuai kesepakatan team
Untuk memasukan audio kita memiliki 2 bar, yaitu untuk audio effect dan illustrasi
Kita dapat mem-preview hasil edit kita setiap saat untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna.
AUDIO
Konsep dasar dari editing audio sebenarnya tidak jauh berbeda dengan editing pada video
(cutting) hanya saja, pada audio yang kita hadapi bukanlah deretan gambar/frame tetapi wave form yaitu
bentuk grafis dari tinggi rendah audio yang terletak di track audio yaitu di bawah track gambar/frame film
kita. Audio yang akan kita edit pun merupakan bagian dari film yang meliputi dialog pemain. Disini editing
audio lebih kepada channeling yaitu menaikan chanel volume audio agar audio rata, sehingga tidak ada
suara/dialog pemain yang terlalu pelan dan;atau terlalu keras.
1. Audio Channeling : buka Audio Toolbox yang berada di sisi kiri atau bisa langsung klik di audio bar
yang berbentuk garis hijau di tengah track audio, naikan atau turunkan
2. Pemotongan audio tanpa harus memotong fram yang sudah kita atur bisa dilakuan dengan razor
tool sama seperti proses cutting frame video, tentunya terlebih dahulu kita lock video tracknya
dengan menekan tombol kunci di sisi kanan video track
3. Penggunaan audio effect dapat dilakukan dengan cara memotong terlebih dahulu kedua sisi audio
yang akan kita beri effect kemudian pilihlah jenis effect audio di audio toolbox
4. Sama halnya dengan proses kerja video untuk mereview hasil kerja audio kita tekan spacebar pada
keyboard atau tombol play pada VTR (Screen)
Hasil shooting kini telah selesai di edit dan kita sudah dapat di nikmati potongan-potongan
gambar yang telah di urutkan sesuai scenario. Tahap terakhir dari proses editing adalah
render/encoding yaitu proses penggabungan kembali file-file potongan hasil edit kita menjadi satu
file film utuh, yang nantinya akan kita masukan ke media CD/DVD/Tape
Klik Lembar Make Movie ( 3 ) di software Pinnacle kita.
Disitu kita akan di sajikan menu pilihan-pilihan hasil akhir edit kita
Tape, adalah pengolahan hasil akhir editing di transfer kembali ke media kaset MiniDV/VHS/BETA
AVI, pilihan ini akan memberikan hasil akhir edit kita menjadi file yang sama seperti hasil capture
awal kita / sama dengan file project sehingga kualitas gambar tidak turun. Hasil akhir ini di
rekomendasikan apabila kita masih akan menambahkan beberapa gambar ke dalam film yang telah
kita edit
Mpeg, merupakan hasil akhir untuk menuju VCD/SVCD/DVD dengan mengubah setting menjadi
media yang kita kehendaki.
Catatan Editing :
1. Copy Frame/Gambar dapat di lakukan sama seperti software yang lain, yaitu dengan menempatkan
kursor di bagian yang akan kita copy kemudian tekan ctrl-c.
2. Paste Frame/Gambar, klik daerah timeline dimana kita akan meletakkan gambar tersebut kemudian
pastekan, tekan ctrl-v atau file-edit-paste
3. Setiap kita melakukan perubahan dalam pengolahan video selalu perhatikan tombol safety lock di
samping kanan, pergunakan jika ingin merubah gambar dengan tetap mempertahankan audionya
COVERING
Kini proses editing telah usai, tiba saatnya kita mempersiapkan cover & packing. Disini kita
membutuhkan gambar-gambar still foto yang bisa di dapatkan dengan cara memfoto adegan di lokasi
shooting maupun dengan grab frame.
Pada saat kita meng edit hasil shooting, sudah tentu kita menemukan gambar-gambar yang menarik dan
mewakili film kita, namun sayang gambar-gambar tersebut berbentuk file video. Untuk itu kita perlu meng-
grab-ing gambar video kita untuk di jadikan still foto yang nantinya akan kita pergunakan dalam pembuatan
cover
Masih dalam jendela editing Pinnacle Studio kita, pilihlah gambar yang dapat mewakili film kita.
Masuklah ke halaman Video Toolbox kemudian pilih grab frame from video input
Selanjutnya klik tombol GRAB maka gambar yang kita pilih akan muncul di jendela grabber
Selanjutnya pilihlah save to disk untuk menyimpan hasil grab kita ke folder lain dalam bentuk
BMP/JPG
Proses tersebut diatas juga berlaku, jika kita menginginkan beberapa bagian dalam film kita terdapat
freeze frame / still image, untuk itu pilihlah Add to movie
Still image yang dapat mewakili film kita untuk di tempatkan di cover packing telah siap, tahapan
selanjutnya adalah print cover dan label untuk VCD/DVD.
Untuk membuat cover dan label kita memerlukan software pendukung lain yaitu, A Head Nero. Software
ini selain dapat di gunakan untuk burning hasil kerja kita juga dilengkapi dengan fasilitas Make Label &
Cover
Bukalah software NERO kemudian pilih Extras, disana kita di sajikan dengan berbagai menu pilihan
termasuk Make Label or Cover
Setelah masuk ke jendela Make Label or Cover kita akan di hadapkan kepada menu pilihan packing
produksi kita yaitu case Standar, case DVD, dan beberapa menu lain
Screenshoot tampilan Nero pada pengaturan posisi dan komposisi gambar cover
Klik kanan di work area, pilih insert, kemudian image atau bisa dilakukan dengan memilih menu
object, insert, image bisa juga hanya dengan menekan tombol shoutcut image yang berada di
barisan menu shoutcut samping kiri work area
Aturlah posisi dan komposisi gambar yang telah kita masukan ke dalam work area
Buatlah title dengan menekan tombol title di barisan shoutcut sebelah kiri work area, sesuaikan
warna dan tipografi huruf sesuai dengan gambar
Selanjutnya klik menu Disk 1, di bawah work area untuk membuat Label CD
Proses pengaturan posisi dan komposisi serta penambahan title sama dengan proses kerja pada
pembuatan cover
Setelah semua proses selesai dengan sempurna, print Label dan Cover kita masukan ke dalam
case yang sesuai, dan kita telah memiliki produk yang siap di pasarkan, Sukses !
Sutradara / Team / Komunitas film akan berkembang menjadi besar ketika mereka masih
mempunyai harapan dan impian yang secara langsung ataupun tidak, impian tersebut akan berusaha untuk
di wujudkan. Tetaplah berkarya untuk memfilmkan Indonesia dan meng Indonesiakan film.
BONUS SCENARIO
LASKAR ILALANG
SCENE 01
Ext. : Padang Rumput – Sore hari
Cast : DIKA
DIKA (VO)
DIKA (VO)
Saat itu …
apalagi untuk bersekolah,
untuk makan sehari 3x saja Emak dan Bapak harus bekerja keras, huh
(menghela nafas)
ya… kami memang orang miskin…
Hanya satu yang bisa membuat kami bertahan hingga saat ini, yaitu ….
SEMANGAT
CUT TO.
SCENE 02
EXT : Stasiun Kota Tegal – Siang
Cast : Naryo (Bapak Dika)
Naryo berebut penumpang yang turun dari kereta Kali Gung, Berkali-kali
gagal, hingga akhirnya mendapat satu penumpang.
Naryo mengayuh becak …
DISSOLVE
SCENE 03
EXT : Rumah Dika – Siang
Cast : DIKA, AMINAH (Ibu DIKA), NARYO (Bapak DIKA), UJANG (Bapak RUDI)
DIKA
Mak, nanti kalau enyong sudah gede mau jadi apa ya mak?
EMAK
Ya dadi uwong, sih pan dadi kucing ? (tersenyum)
DIKA
DIKA menghentikan EMAK yang akan menaruh baju seragam biru putih di bak
cucian
EMAK
DIKA
EMAK
Geh mana …
(memberikan baju merah putih kepada DIKA)
Secepat kilat DIKA melepas bajunya dan berganti dengan baju putih biru
Disaat yang bersamaan datang lah bapak DIKA dengan becaknya
BAPAK
DIKA
BAPAK
(Tersenyum kecut)
DIKA..DIKA.. buat makan saja kita masih susah… apalagi buat biaya
sekolah kamu di SMP duit dari mana?
DIKA
Pak.. tapi DIKA pengen sekolah lagi pak
Seperti teman-teman dika yang lain
EMAK
EMAK
PAK UJANG
EMAK
Nggih pak
UJANG
BAPAK
EMAK
UJANG
BAPAK
UJANG
DIKA
Asiiiikk..
BAPAK
UJANG
Ya, kita sama-sama berdoa pak, semoga besok DIKA dapat keringanan dari
sekolah.
Saya Pamit..(Meninggalkan mereka ber tiga)
DIKA
DISSOLVE
SCENE 04
EXT : Sekolah – Pagi
Cast : DIKA, UJANG, KEPALA SEKOLAH, BAPAK, EMAK
CUT TO CUT
Pak UJANG dan DIKA mengetuk pintu ruang Kepala Sekolah
Emak mencuci, sambil batuk-batuk
Kepala Sekolah menanyai DIKA
Bapak keluar dari rumah kaget menyaksikan emak batuk hingga mengeluarkan
darah
langsung berlari ke arah EMAK.
BAPAK
CUT TO
KEPALA SEKOLAH
Baiklah pak UJANG, mulai besok DIKA sudah boleh sekolah disini
UJANG
Terima kasih pak
CUT TO.
Bapak memijat kaki EMAK yang terbaring lemah dibalai-balai
EMAK
BAPAK
EMAK
Ati-ati pak
CUT TO
DIKA dan PAK UJANG bersalaman dengan Kepala Sekolah
CUT TO
Bapak menaiki becak keluar dari halaman rumah
CUT TO
DIKA keluar dari gerbang sekolah
Dan berlari menuju rumahnya, sambil berteriak kegirangan
DIKA
CUT TO
Emak batuk-batuk darah semakin parah
CUT TO
DIKA berlari menyusuri padang ilalang menuju rumahnya
DIKA
CUT TO
DIKA masih berlari
DIKA (VO)
Ya… hanya semangat serta doa EMAK dan BAPAK yang mampu membuatku
bertahan, hingga menjadi seperti sekarang….
Seorang pria berdiri dari atas ilalang dan berjalan menuju mobilnya.
DIKA ( V0 )
Semoga semakain banyak laskar-laskar ilalang yang lain yang nantinya akan
dapat mengharumkan nama bangsa ini
SUB TITLE
THE END
FILMOGRAFI PENULIS
FILMOGRAFI PENULIS
Nama : Andy Prasetyo
Lahir : 21 Februari 1979
Alamat : Jl. Sindoro 22
Panggung Tegal
Jawa Tengah
Jabatan : Sutradara
Organisasi :
Filmografi :
Daftar Pustaka
Effendy, Heru (2002) Mari Membuat Film - Panduan menjadi Produser, Panduan-Yayasan Konfiden
Akmal Naseri & Ekky Imanjaya, (2003) Andai Ia Tahu – Kupas Tuntas Proses Pembuatan Film, Lavie
Publishing
Produksi@2011
Bengkel Sinema