Shutter speed merupakan ukuran kecepatan buka tutup jendela sensor atau selama apa
sensor menerima cahaya. Kecepatan shutter diukur dalam satuan second (detik), semakin
cepat shutter speed semakin cepat pula sensor menerima cahaya, dan sebaliknya. Shutter
speed yang lambat akan menyebabkan foto yang dihasilkan lebih terang (jika terlalu lama
bisa over eksposure), namun dampak yang paling signifikan biasanya dari shutter speed yang
dipilih terlalu lama adalah foto yang kita ambil sangat rentan blur karena getaran tangan kita.
Mengapa seperti itu? Karena sehebat apapun anda, takkan bisa memegang kamera tanpa
bergetar atau bergoyang, yah kecuali tangan anda memang sudah tak bisa digerak
gerakkan. Berdasarkan fakta itu maka lahirlah teori mengenai shutter speed yang ideal agar
saat kita mengambil foto menggunakan tangan (bahasa kerennya handheld) foto tersebut
tetap tajam dan tidak blur.
Agar supaya foto tidak blur maka kita harus memperhitungkan shutter speed 1 per
panjang focal lensa yang kita gunakan (1/focal length). Jadi misalnya kita menggunakan
lensa 50 mm, maka shutter speed yang ideal adalah 1/50s, tapi sayangnya rumus tersebut
berlaku jika kita menggunakan kamera full frame, jika kita menggunakan kamera APSC yang
terkena crop factor maka nilai shutter speed tersebut berubah.
Contoh :
(1) (2)
Apa itu Aperture?
Aperture atau bukaan lensa adalah ukuran seberapa besar atau kecil terbuka-nya iris pada
lensa yang diukur dengan f-number Semakin besar bukaan lensa (f-number semakin kecil),
semakin banyak pula cahaya yang masuk ke dalam sensor kamera. Alasannya sederhana,
ibarat jendela, semakin lebar dibuka maka cahaya yang masuk semakin berlimpah juga.
Contoh :
Pada aperture f/1.4, bukaan lensa lebih besar dibandingkan dengan f/1.8; Pengaruh Besar
Kecil Bukaan Lensa (Aperture) terhadap Gambar yang Dihasilkan. Besar kecilnya bukaan
lensa akan berpengaruh pada hasil gambar yang didapatkan. Semakin besar bukaan lensa,
semakin sempit depth of field (ruang tajam / foto semakin bokeh/blur) yang diperoleh, dan
sebaliknya.
Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin
tinggi setting ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang setting ISO, coba bayangkan sekumpulan semut pekerja.
Sebuah ISO adalah sebuah semut pekerja, jika kamera diatur ke ISO 100, artinya
kamu memiliki 100 semut pekerja; dan
Jika kamera diatur ke ISO 200, artinya kamu memiliki 200 semut pekerja.
jika shutter speed dan apperture bekerja dengan membatasi jumlah cahaya yang masuk dan
mengenai sensor, tentu dengan cara kerja masing-masingnya.
Maka ISO bekerja langsung pada sensor kamera itu sendiri dengan menentukan seberapa
besar kemampuan sensor menangkap cahaya. Semakin sensitif sensor kamera, maka
sekalipun kita menggunakan dalam kondisi yang remang atau kurang cahaya (low light), kita
tetap bisa menggunakan shutter speed yang cepat.
Terus apakah semudah itu kita menggunakan setingan ISO tinggi jika kita memotret dalam
kondisi gelap? Sayangnya ada kendala dalam hal penggunaan ISO yang terlalu tinggi, jika
aperture dan shutter speed dampak umumnya adalah pada terang dan gelapnya foto, maka
ISO berdampak juga pada kualitas akhir dari foto yang kita hasilkan.Yang saya maksudkan
disini adalah ISO yang tinggi juga akan menimbulkan noise yang tinggi pada foto.
Menggunakan ISO tinggi memang bisa mengkompensasi jumlah cahaya yang kita
butuhkan, namun kita juga harus mengingat dampak penggunaannya pada hasil akhir foto
kita.
1. Foto Sport yang membutuhkan shutter speed tinggi, di kondisi yang remang
atau kurang cahaya.
2. Foto event atau acara dalam ruangan yang remang, dan tidak memperbolehkan
menggunakan flash baik internal ataupun eksternal.
3. Foto produk dalam ruangan dan kita belum memiliki flash eksternal.
4. Lensa yang kita punya hanya memiliki bukaan yang kecil dan atau tidak
memiliki fitur image stabilization atau vibration reduction.
Itu adalah beberapa kondisi dimana kita harus menggunakan ISO tinggi, kita tidak perlu takut
menggunakan dengan noise yang muncul karena jenis kamera yang ada sekarang, sebenarnya
sudah lebih dari cukup untuk menghandle noise yang muncul
Exposure dalam dunia fotografi adalah banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau
sensor gambar) dalam proses pengambilan foto. Untuk mendapatkan exposure yang
benar (correct exposure), dibutuhkan pengaturan ISO, Aperture serta Shutter Speed yang
tepat sesuai kebutuhan. Kombinasi ISO, Aperture dan Shutter Speed ini biasa disebut sebagai
segitiga exposur (The Triangle Exposure). Kombinasi ketiganya digunakan untuk
menghasilkan gambar yang kreatif dengan eksposur yang benar. Kamera secara otomatis
dapat melakukan ini dengan perhitungan yang akurat, kamu tinggal atur saja ke pengaturan
otomatis.Tapi Tak cukup hanya correct exposure saja yang kamu butuhkan. Kamu harus bisa
membuat creative exposure atau eksposure kreatif. Disinilah kreativitasmu berperan, tak
cukup hanya segitiga eksposure saja. Untuk mendapatkan creative exposure,
Jika kondisi cahaya cukup, kamu bisa menekan ISO hingga ke ISO 100 atau ISO 50 (pada
fullframe) agar foto yang dihasilkan tidak noise.
Contoh Pemotretan Landscape (Pemandangan)
Foto landscape idealnya adalah foto yang tajam secara keseluruhan (larger depth of field).
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, untuk mendapatkan foto yang tajam secara
keseluruhan maka f-number yang digunakan adalah angka terbesar di lensa kamu,
biasanya f/22. Semakin besar f-number, semakin kecil jendela terbuka sehingga cahaya yang
masuk semakin minim. Hal ini akan mengakibatkan shutter speed yang dibutuhkan semakin
lama. Kalau shutter speed masih wajar (1/FL), kamera bisa dipegang secara handheld.
jika shutter speed sangat rendah, wajib gunakan tripod.
Keterangan :
1. Tombol Shutter
Tekan tombol ini untuk melepaskan shutter. Gerakan tombol shutter dibagi ke dalam dua
tahap: menekan tombol separuh ke bawah untuk mengaktifkan fungsi AF, dan menekan
sepenuhnya untuk melepaskan shutter.
2. Dudukan Lensa
Ini adalah bagian untuk menghubungkan lensa yang dapat dipertukarkan ke kerangka
kamera. Pasang lensa dengan cara menggelincirkannya pada sepanjang permukaan dudukan.
3. Mirror (Cermin)
Cahaya masuk melalui lensa dan dipantulkan dari mirror ini ke arah viewfinder. Mirror
dapat digerakkan, dan langsung berputar-balik sebelum bidikan diambil
4. Wadah Baterai
Masukkan baterai yang disediakan di sini. Sisipkan baterai dengan mengarah ke terminal
baterai yang sejajar dengan yang ada di dalam kamera.
5. Soket Tripod
Ini adalah soket yang ditempatkan di bagian bawah kerangka kamera untuk memasang
kamera ke tripod yang banyak dijual di toko. Ukuran sekrup standar, jadi tripod merek apa
pun bisa digunakan.
6. Tombol Pelepas lensa
Tekan tombol ini apabila Anda ingin melepaskan lensa. Pin kunci lensa akan ditarik
keluar apabila tombol ditekan sehingga Anda dapat memutar lensa secara bebas. Sebelum
membidik, kuncikan lensa ke dalam tempatnya dengan memutarnya sampai terdengar bunyi
“klik”.
7. Indeks Dudukan Lensa
Sejajarkan tanda pada lensa dengan tanda ini apabila Anda memasang atau melepas lensa.
Untuk lensa EF, gunakan indeks warna merah.
Keterangan :
1. Eyecup
Eyecup (bantalan mata) mencegah masuknya cahaya eksternal apabila mata Anda kontak
dengan eyepiece. Digunakan bahan yang halus untuk mengurangi beban pada mata dan dahi.
2. Viewfinder Eyepiece
Menilik melalui eyepiece untuk melihat gambar yang ingin Anda tangkap. Pengaturan
kamera dapat juga ditampilkan dalam viewfinder selain gambar.
3. Tombol Menu
Gunakan tombol ini untuk menampilkan menu yang menyesuaikan fungsi kamera yang
berbeda-beda. Setelah memilih item menu, Anda dapat menyesuaikan pengaturan kamera
secara lebih rinci.
4. Monitor LCD
Selain pengaturan pemotretan seperti ditunjukkan dalam ilustrasi di sini, tangkapan
gambar serta informasi teks, seperti menu, dapat juga ditampilkan pada monitor LCD. Anda
juga dapat memperbesar gambar tampilan untuk mengecek rinciannya. Dengan monitor LCD
Vari-angle, sudut monitor dapat diubah selama pemotretan Live View, membuatnya lebih
mudah untuk menangkap bidikan low-angle atau high-angle.
5. Tombol Playback
Ini adalah tombol untuk memutarkan gambar yang sudah Anda tangkap. Dengan menekan
tombol ini satu kali, akan menampilkan gambar terakhir yang Anda tangkap atau putar
kembali pada monitor LCD.
6. Tombol Erase
Gunakan tombol ini untuk menghapus gambar yang tidak diinginkan.
7. Lampu Akses
Lampu ini tampak berkedip-kedip apabila ada transmisi data antara kamera dan kartu
memori. Jangan buka slot kartu atau tutup wadah baterai saat cahaya berkedip-kedip. Jika
dibuka, ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi kamera.
8. Tombol SET/Multi-controller
Tombol Multi-controller dapat digunakan untuk berpindah di antara item menu, atau
memindahkan tampilan yang diperbesar ke titik berbeda selama pemutaran gambar,
sedangkan tombol SET digunakan untuk mengonfirmasi pemilihan. Dalam mode pemotretan,
fungsi tombol beralih ke tombol yang ditunjukkan oleh ikon.
9. Speaker
Bunyi audio rekaman film dapat diputar kembali melalui speaker. Selama pemutaran film,
memutar Main Dial akan memungkinkan Anda menyesuaikan level volume. Tidak hanya itu,
Anda juga dapat memilih dan memutar kembali musik latar belakang dari layar menu.
10. Tombol Pemilihan Titik Fokus
Gunakan tombol ini untuk memilih posisi yang akan menetapkan fokus (titik AF) selama
pemotretan AF. Anda dapat memilih titik AF mana saja secara manual.
11. Sakelar Live View Shooting/ Movie Shooting
Gunakan tombol ini untuk menghidupkan atau mematikan fungsi Live View. Menekan
tombol ini satu kali akan menampilkan gambar Live View pada monitor LCD, dan kamera
siap untuk pemotretan Live View. Untuk merekam film, tetapkan mode pemotretan ke
“Movie shooting,” lalu tekan tombol ini untuk mulai merekam. Untuk menghentikan, tekan
lagi tombolnya.
12. Kenop Penyesuaian Dioptrik
Gunakan kenop ini untuk menyesuaikan kejernihan gambar viewfinder menurut
penglihatan mata Anda. Untuk melakukannya, putar kenop sewaktu menilik melalui
viewfinder.
Keterangan :
B: Basic Zone
Dalam Basic Zone mode, kamera secara otomatis memilih pengaturan yang sesuai
menurut pemandangan yang dipilih.
6. Sakelar Daya
Gunakan sakelar ini untuk menghidupkan dan mematikan daya kamera. Apabila daya
kamera dibiarkan hidup untuk jangka waktu yang lama, kamera akan otomatis dialihkan ke
mode standby untuk menghemat daya. Pada sebagian kamera, sakelar daya dilengkapi ikon
Movie (Film) seperti ditunjukkan dalam ilustrasi, yang memungkinkan Anda beralih ke
Movie shooting mode secara langsung.
7. Tombol Pengaturan ISO Speed
Tekan tombol ini untuk menyesuaikan sensitivitas kamera terhadap cahaya. ISO speed
adalah standar internasional yang ditentukan berdasarkan sensitivitas film negatif.
8. Main Dial
Ini adalah dial multiguna yang memungkinkan Anda melakukan berbagai tugas, seperti
menyesuaikan nilai pengaturan shooting dan melompat melintasi pemutaran gambar.
9. Zoom Ring
Putar zoom ring untuk mengubah focal length. Focal length yang dipilih dapat dikenali
dari angka dan tanda indeks pada ujung bawah lensa.
10. Focus Ring
Apabila kamera berada dalam Manual Focus (MF) mode, putar ring ini untuk
menyesuaikan fokus. Posisi focus ring bervariasi menurut lensa yang digunakan.
Keterangan :
1. Shooting Mode
Menampilkan teks atau ikon yang berkaitan dengan shooting mode yang sudah Anda pilih
saat memutar Mode Dial.
2. Shutter Speed
Menampilkan interval waktu selama shutter terbuka. Meninggikan nilai parameter akan
memperpendek interval waktu shutter untuk tetap terbuka
3. Tampilan Level Baterai
Menampilkan level sisa baterai dengan ikon. Ilustrasi di sini menunjukkan status saat level
baterai masih penuh. Tampilan ikon berubah saat level baterai berkurang.
4. Sisa Bidikan
Menunjukkan jumlah sisa bidikan yang dapat ditangkap. Jumlah ini bervariasi menurut
kapasitas kartu memori yang digunakan serta kualitas rekaman gambar yang sudah Anda
pilih.
1.AF Point
Menunjukkan posisi fokus selama pemotretan AF (autofocus). Anda dapat menentukan
untuk memilih titik AF secara otomatis atau manual.
2. Shutter Speed
Menunjukkan interval waktu selama shutter terbuka. Nilai shutter speed (kecepatan
shutter) dinyatakan dalam format "1/parameter". Namun demikian, hanya nilai parameter
yang ditunjukkan dalam viewfinder. Meninggikan nilai parameter akan memperpendek
interval waktu shutter untuk tetap terbuka Shutter speed yang lebih lambat daripada 1/4 detik
ditunjukkan seperti, 0''3, 0''4, 0''5, 0''6, 0''8, 1'', atau 1''3, misalnya. Dalam hal ini, 1"3 berarti
1,3 detik.
3. Nilai Aperture
Nilai ini menunjukkan hingga sebatas apa bilah aperture di dalam lensa terbuka. Nilai yang
lebih kecil berarti aperture terbuka lebih lebar, yang memungkinkan cahaya dapat ditangkap.
Kisaran nilai aperture yang dapat dipilih bervariasi, menurut lensa yang digunakan.
4. ISO Speed
Pengaturan ISO speed bervariasi secara konstan apabila pengaturan Auto yang dipilih. ISO
speed yang lebih tinggi akan lebih memudahkannya untuk menangkap bidikan pemandangan
yang redup cahaya.
APA ITU RAW DAN JPEG
RAW Adalah File Mentah Yang Ditangkap Sensor Kamera .Jadi file gambar dengan format raw
adalah file mentah yang belum mengalami proses edit atau pengolahan dengan software
pengolah gambar atau foto, contohnya photoshop dan lightroom. File dengan format raw
tidak bisa ditampilkan di windows komputer anda kalau tidak menginstall program yang
mendukung format raw. Salah satu aplikasi viewer foto populer di windows, yaitu Windows
Photo Viewer tidak mendukung format ini, itulah mengapa anda tidak bisa membuka foto
tersebut. Jika anda ingin membukanya maka gunakan program yang mendukungnya seperti
picasa, atau photoshop.
Tampilan foto dengan format raw akan tampak seperti gambar paling atas sebelah kiri,
tampak agak under exposure dan kurang detail, tapi jangan salah, hal itu karena format raw
juga dikenal dengan negative filmnya foto era digital. Jika di masa lalu anda sempat
mengenal negative film foto atau sering disebut klise foto, kini di era digital tempatnya
digantikan foto dengan format raw.
Sedangkan File JPEG (Join Photographic Experts Group) adalah salah satu standar foto yang
sangat populer, pada saat anda menekan shutter, sensor merekam gambar, nah jika pada
format raw file langsung dikirim ke memory card, pada format JPEG file tersebut diolah
terlebih dahulu oleh prosesor kamera. Iya, sama seperti komputer, kamera kita juga memiliki
prosesor. Semakin canggih (dan mahal) kamera yang kita punya, biasanya prosesornya juga
lebih canggih. Setelah diolah terlebih dahulu, diedit sana sini, baru dikirimkan ke memory
card.
Foto yang telah diedit prosesor kamera inilah yang kita lihat sehari-hari dengan format JPEG.
Format raw yang telah diedit dan bisa disimpan dengan jpeg, tampak pada foto paling atas
sebelah kanan, lebih cantik kan daripada yang sebelah kiri? Jadi jika anda tak mau direpotkan
dengan olah digital, dan ingin langsung melihat foto anda di komputer atau smartphone,
gunakanlah format jpeg saat memotret, masuk ke settingan kamera anda, dan pilih format
jpeg sebagai hasilnya. Namun jika anda hobi mengolah digital foto, format raw adalah pilihan
paling tepat, karena bisa diedit tanpa kehilangan kualitasnya.
FULLFRAME DAN APSC
Kamera full frame merupakan istilah kamera yang mengacu kepada ukuran sensor yang
dipergunakan oleh kamera tersebut, sensor full frame merupakan ukuran sensor yang umum
dipergunakan sejak era film di zaman dulu. Ukuran film kamera pada era SLR adalah 24 x
36mm, selanjutnya dalam perkembangan kamera digital pihak produsen kamera menerapkan
ukuran tersebut menjadi ukuran sensor kamera digital.
Penyebutan full frame sendiri agak kurang tepat, namun tampaknya awal munculnya istilah
ini adalah untuk membedakan dari sensor-sensor kamera lainnya yang berukuran lebih kecil
seperti APSC atau Micro Four Thirds. Jika kita menyebutkan full frame, kesannya kita
menangkap bahwa image atau foto dengan frame yang penuh sudah didapat menggunakan
sensor ini, padahal masih ada ukuran sensor yang lebih besar lagi dari full frame semacam
sensor medium format, dan tentu ukuran frame atau cakupan fotonya lebih luas.
Salah satu keuntungan kamera full frame adalah kualitas foto biasanya lebih bagus dari
APSC ( kualitas foto berbanding lurus dengan ukuran sensor), kita juga lebih mudah
mendapatkan bokeh menggunakan kamera ini, kualitas bokehnya pun lebih ciamik lagi. Hal
yang paling terasa dari menggunakan kamera full frame adalah dalam penggunaan lensa dan
ISO. Jika Anda menggunakan lensa dengan panjang fokal 18 mm maka takkan terkena crop
factor, tampilan yang ada di foto memang benar-benar 18 mm. Bandingkan jika
menggunakan di kamera APSC maka 18 mm tadi akan menjadi 27 mm karena terkena crop
factor 1,5x.
Oleh karena itu, umumnya fotografer yang menyukai foto landscape juga akan menyukai
penggunaan kamera full frame karena mampu menyajikan view lebih lebar. Hal berikutnya
adalah kemampuan low light dari kamera, jika menggunakan ISO 1600 ke atas di kamera
APSC maka noise sudah mulai terasa, namun untuk penggunaan ISO hingga 6400 di kamera
full frame masih bisa ditoleransi tingkat noisenya. Ada kelebihan tentu ada kekurangan.
Kekurangan dari kamera full frame yang pertama tentunya adalah harga, seperti kata pepatah
lama ada harga ada rupa, demikian juga kamera. Ketika hasil foto bagus umumnya juga
sebanding dengan jumlah yang harus dikeluarkan untuk menebus kameranya. Hal berikutnya
yang cukup terasa adalah ukuran dan bobot kamera, karena ukuran sensor yang lebih besar
maka body kamera pun akan ikut menyesuaikan dengan ukuran sensor (hal ini berlaku untuk
DSLR full frame), jika Anda tetap menginginkan kamera full frame namun dengan ukuran
lebih kecil, tersedia beberapa mirrorless atau kamera saku di pasaran dengan ukuran sensor
full frame.
Kamera APSC juga merupakan penyebutan untuk kamera yang memiliki sensor dengan
ukuran APSC, meski di gambar tadi telah kita lihat bahwa ada juga format sensor APS-H,
namun untuk format tersebut hanya terbatas untuk beberapa jenis kamera Canon saja.
Kamera APSC sendiri merupakan format kamera yang sangat populer di dunia karena
didukung beberapa hal, tapi hal utama adalah harga jual kamera ini yang bisa ditekan
serendah mungkin.
Meski umumnya kamera APSC harganya cukup terjangkau, namun untuk saat ini khususnya
mirrorless, tampaknya soal harga masih belum terlalu ramah di kantong, mungkin masih
butuh beberapa tahun lagi sebelum harga mirrorless dengan sensor APSC bisa menyamai
harga DSLR pemula.
Beberapa kelebihan dari kamera APSC selain harga di atas, biasanya ukuran dan bobot
kamera APSC khusus untuk DSLR masih lebih ringan dan kompak dibandingkan full frame,
dengan begitu tentu Anda tak terlalu menanggung berat berlebih saat hunting. Selain itu jika
Anda suka foto objek jarak jauh maka crop factor pada lensa APSC akan sangat membantu,
untuk lensa dengan panjang fokal 200mm, setelah terkena crop factor maka lensa itu
aktualnya menjadi 300mm jika dipasang di kamera APSC, jadi lebih jauh bukan ?Hanya saja
jika kita memotret dengan kamera APSC khusus untuk low light dengan ISO tinggi tidak
terlalu dianjurkan, umumnya dari tingkat ISO 1600 ke atas foto sudah cukup berkurang
ketajaman dan detail yang ada.
Bab III – Memahami Lensa dan Fungsi Pentingnya Dalam Fotografi
Lensa adalah salah satu dari dua komponen utama yang membentuk sebuah kamera,
khusunya kamera DSLR. Yang pertama adalah body kamera dan kedua adalah lensa kamera
itu sendiri.
Keduanya tidak bisa anda pisahkan, karena kalau dipisahkan tak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya (yah kecuali anda ngeyel mau pake kamera tanpa lensa hehe). Kita akan melihat
terlebih dahulu jenis-jenis lensa pada umumnya. Lensa yang biasanya dipakai dalam fotografi
secara garis besarnya terbagi dua yaitu lensa zoom dan lensa fix. Mari kita lihat keunikan
kedua jenis lensa ini.
1. Lensa Zoom
Lensa zoom adalah lensa yang panjang fokal lensanya bisa diubah-ubah. salah satu lensa
zoom yang paling terkenal mungkin sudah anda miliki yaitu lensa kit. Umumnya panjang
fokal lensa kit dimulai dari 18mm dan berakhir di 55mm. Lensa kit begitu terkenal karena
harganya murah namun kualitasnya masih bisa diandalkan.
Kelebihan utama dari lensa zoom adalah fleksibilitas yang anda bisa dapatkan dalam satu
lensa, maksudnya anda tak perlu gonta-ganti lensa lagi untuk bisa mendapatkan jarak fokal
lensa yang anda inginkan.
Jika mau memotret dengan fokal lensa lebar tinggal pindah ke rentang fokal lebar seperti
18mm, jika mau memotret dengan jarak fokal tele silakan putar lagi ke posisi 55mm.
Demikian umumnya kelebihan lensa zoom dari lensa fix.
2. Lensa Fix
Lensa fix atau lensa tetap (fix = tak berubah) merupakan kebalikan dari lensa zoom, jarak
fokal lensa ini tak bisa diubah-ubah.
Anda hanya bisa pasrah dengan fokal lensa yang tertera di bodi lensa tersebut, contohnya jika
anda memiliki lensa fix 50mm anda takkan mungkin bisa memotret landscape dan
mendapatkan sudut pandang sama seperti lensa 18mm, bahkan sekalipun anda mundur
hingga jarak yang jauh tetap hasilnya akan berbeda.
Keuntungan utama dari lensa fix adalah kualitasnya secara rata-rata lebih baik daripada lensa
zoom di rentang harga yang sama yah. Mengapa begitu?
Untuk membuat lensa zoom maka dibutuhkan struktur lensa yang lebih kompleks sehingga
jumlah elemen dalam lensa pun lebih banyak, secara teoritis semakin banyak elemen yang
dilalui cahaya maka kualitas gambar pun akan menurun (diasumsikan kualitas optik elemen
lensanya sama).
Selain itu masih ada beberapa keuntungan dari lensa fix seperti harga yang murah, ringan
serta memiliki bukaan maksimum yang besar (umumnya di f/1.8 – 1.2). Kekurangan
utamanya ya itu, tak bisa zoom hehehe.
Anda harus maju mundur manual dengan kaki sendiri untuk mengkomposisikan gambar, yah
hitung-hitung olahragalah.
Dari dua jenis lensa tadi masih ada pembagian juga dengan melihat jarak fokal lensa tersebut,
mari kita lihat pembagiannya seperti apa. Oh ya untuk catatan, panjang fokal yang disebutkan
di sini adalah panjang fokal yang berlaku untuk kamera format full frame ya, tentu panjang
fokalnya akan berbeda dengan APSC.
Contohnya di panjang fokal terlebar 11 mm, oh ya lensa lebar yang baik juga takkan
menimbulkan distorsi berlebihan seperti ketika anda menggunakan lensa fisheye.
Untuk pembagian ini sebenarnya cukup rancu karena ada juga yang menyebutkan rentang
fokal 24mm sampai 35mm masih termasuk rentang lensa lebar, tetapi kita permudah saja
dengan mengikuti rentang lensa yang populer di pasaran. Kegunaan lensa lebar ini umumnya
untuk memotret landscape, sama seperti ultrawide tapi rentang lebarnya tak selebar yang
ultra.
Sering juga disebut sebagai lensa kelas pekerja karena banyak digunakan fotografer sebagai
kuda pekerja mereka dalam pekerjaan entah itu memotret wedding, portrait model,
landscape, apa saja bisa dengan mudah dicover oleh rentang lensa ini.
4. Lensa Tele
Lensa tele adalah kelompok lensa kamera yang memiliki panjang fokal lensa 70-200mm,
Dengan jarak fokal lensa sejauh itu anda bisa dengan mudah memotret objek foto yang
berada jauh dari anda. biasanya digunakan untuk memotret satwa liar yang sulit didekati, atau
memotret candid sangat mudah dengan rentang lensa tele ini.
1. Lensa Makro
Lensa jenis ini sepertinya sudah banyak pembahasan di internet atau di forum-forum
fotografer. Jadi seperti yang telah umum diketahui lensa ini memiliki fungsi untuk
mengambil foto dengan perbesaran hingga 1x atau gambar objek yang dipotret memiliki
ukuran yang sama dengan aslinya. Foto makro ini sangat cocok kalau anda memotret hewan
kecil seperti serangga ataupun binatang berukuran mungil lainnya. Selain itu kalau anda hobi
memotret makanan juga bisa dimanfaatkan kemampuan lensa makro ini untuk mengambil
detail yang ada.
2. Lensa Fisheye
Lensa ini memiliki kemampuan unik yaitu menghasilkan distorsi yang luar biasa (baca di
sini tentang keistimewaan lensa fisheye). Umumnya lensa ini dirancang dengan fokal
lensa sangat lebar dan didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan distorsi yang unik.
Berdasarkan besarnya aperture atau bukaan diafragma yang dimiliki sebuah lensa, maka kita
bisa membagi lensa kedalam dua bagian besar. Mari kita lihat :
Karena dengan kemampuan aperture yang sangat besar ini, maka lensa bisa menerima cahaya
jauh lebih banyak dengan begitu anda bisa menggunakan shutter speed yang jauh lebih cepat
dengan begitu tak perlu mengorbankan ISO untuk mendapatkan shutter speed yang cepat
tadi.
2. Lensa Lambat (Slow Lens)
Lensa dikategorikan lambat jika bukaan yang dimilikinya tak terlalu besar sehingga shutter
speed yang bisa digunakan pun mengikuti bukaan diafragma tadi. Contohnya lensa kit
termasuk lensa lambat karena bukaan maksimumnya hanya di f/3.5-5.6.
Bab IV – Memahami Lebih Dalam Tentang Fokus, Bokeh dan Depth of Field
Sistem fokus pada kamera terbagi dua secara garis besar, sistem fokus manual dan sistem
fokus otomatis (autofocus). Sistem fokus manual dan otomatis ini bisa dipilih dengan
menggeser tuas pada lensa. Pilihan pada lensa secara umum yaitu M atau A, M untuk manual
dan A untuk Autofocus.
Pada beberapa lensa canggih terdapat pilihan M atau M/A. Maksudnya jika kamu memilih
manual, artinya kamu harus memilih fokus secara manual dengan cara memutar ring fokus.
Ring fokus biasanya terletak di bagian paling depan dari lensa kamera. Putarlah ke kiri atau
ke kanan, sampai gambar yang terlihat di viewfinder menjadi fokus.
Kelemahan utama manual fokus adalah tentu kamu tak bisa menggunakannya memotret
momen yang berlangsung cepat, misalnya acara nikahan. Keburu momennya selesai, fokus
pun masih belum dapat. Fokus manual biasanya digunakan ketika memotret makro atau
memotret benda mati, ataupun jika memotret di kondisi cahaya redup dan autofokus tidak
jalan. Pilihan A atau M/A artinya kamera memilih autofokus secara otomatis, dengan
memanfaatkan titik fokus yang terdapat di sensor. Khusus untuk mode M/A artinya sekalipun
kamu menggunakan autofokus, kapanpun kamu ingin memutar ring fokus dan fokus secara
manual, kamu bisa melakukannya tanpa harus menggeser tuas lagi ke arah M. Jumlah titik
fokus berbeda-beda tergantung kameramu, pada kamera pemula atau entry level seperti
Canon 1200D, memiliki 9 titik fokus, dengan titik fokus yang paling sensitif (cross point)
berada di tengah-tengah. Semakin tinggi tingkatan kamera biasanya titik fokusnya lebih
banyak dan juga lebih sensitif. Sebagai perbandingan, kamera Canon 7D Mark II memiliki
titik fokus berjumlah 65 buah dan semuanya cross type atau sangat sensitif, dimana 1200D
hanya punya satu di tengah.
2. Pada viewfinder letakkan titik fokus pada objek yang akan kita fokuskan. Gunakan tombol
atas bawah atau kiri kanan pada kamera untuk menggeser titik fokus yang ada, biasanya titik
fokus yang dipilih berwarna merah.
3. Setelah kamu mendapatkan titik fokus pada objek yang kamu inginkan, tekan shutter
separuh sampai terdengar bunyi bip, artinya kamera sudah mengunci fokus.
4. Setelah itu baru tekan sepenuhnya tombol shutter dan kamera akan mengambil gambar.
Jangan lupa untuk tetap menjaga kestabilan memegang kamera saat memotret.
Selain pemilihan titik fokus, salah satu hal yang bisa menyebabkan salah fokus adalah
pemilihan aperture atau bukaan kamera yang besar. Seperti kita ketahui bukaan kamera yang
besar akan menyebabkan ruang tajam yang sempit, atau area yang fokus di kamera hanya
kecil.
>> Yang pertama adalah seberapa cepat objek yang kita incar bergerak, semakin tinggi
kecepatannya maka semakin tinggi shutter speed yang harus digunakan untuk membekukan
gerakan, pada kasus mobil balap tadi kita butuh kecepatan shutter speed yang sangat tinggi
karena objeknya juga bergerak super cepat.
>> Apakah Anda dalam posisi diam atau bergerak juga? Misalnya Anda sementara memotret
dari atas kendaraan yang bergerak, hal itu juga harus jadi perhitungan nantinya. Shutter speed
yang dibutuhkan pun harus lebih cepat mempertimbangkan kecepatan Anda atau kendaraan
yang ditumpangi.
>> Lensa yang digunakan. Semakin panjang fokal lensa yang Anda gunakan, semakin tinggi
shutter speed yang dibutuhkan. Ingat rumus dasar shutter speed 1/panjang fokal lensa.
Pertambahan panjang fokal berarti pertambahan shutter speed.
>> Jarak Anda dengan objek foto juga menentukan. Sederhananya seperti tadi, jika sebuah
mobil balap dengan kecepatan 300kpj lewat di depan mata, maka hanya akan terasa seperti
hembusan angin kencang, tapi jika Anda berdiri di tribun penonton yang jaraknya jauh dari
lintasan, maka mata kita masih bisa mengikuti arah pergerakan mobil tersebut bukan?
Demikian juga semakin dekat Anda dengan objek yang dipotret, semakin tinggi shutter speed
yang kita butuhkan untuk membekukan gerakannya.
Selain shutter speed, beberapa faktor lain juga turut berpengaruh dalam membekukan gerakan
objek ini. Salah satunya adalah pemilihan mode autofokus kamera, umumnya fotografer akan
menggunakan mode continous atau tracking agar objek tetap fokus.
Selain itu burst mode atau pemotretan berturut-turut pada kamera, akan sangat membantu.
Gunakan juga mode itu jika Anda ingin membekukan gerakan suatu objek foto.
Bab V – Memahami Komposisi Foto: Menghasilkan Foto Yang Lebih Baik
Panduan Visual adalah teknik yang menggunakan garis dalam bingkai gambar untuk
memandu mata pemirsa ke arah subjek utama. Garis-garis ini biasanya mengambil
bentuk dari sejumlah elemen, seperti jalan, sungai atau jalur kereta api, dan bisa
membentang dari depan hingga ke belakang gambar, dari kiri ke kanan, dsb. Karena
garis dan elemen ini begitu nyata, maka sangat mudah bagi pemirsa untuk mengetahui
tujuan sang fotografer.
Karena cara garis ini memandu penglihatan pemirsanya, Panduan Visual dapat
membantu menetapkan hubungan antara berbagai elemen dalam gambar.
Jika garis membentang dari depan ke belakang, Panduan Visual dapat juga membantu
menciptakan kesan kedalaman dalam gambar.
Menggunakan jalur kereta api untuk memandu perhatian pemirsa ke terowongan
Pada kedua gambar, jalur kereta memandu perhatian pemirsa ke terowongan. Tetapi, satu
gambar memiliki dampak yang lebih besar daripada gambar lainnya.
Pada gambar yang berhasil, saya ingin agar perhatian pemirsa jatuh pada rumah beratap
jerami yang berdiri di belakang sawah di sisi kiri gambar.
Hal yang tidak terduga: Menemukan sudut yang berbeda dari lazimnya
Jika merasa bahwa gambar Anda selalu terlihat sama, ini bisa jadi karena Anda
membidik dari sudut yang sama berulang kali. Pemirsa Anda pun akan merasa bosan
melihatnya. Untuk memutus tali kebosanan ini, Anda harus melihat subjek secara
berbeda, dan membuat perubahan mengenai cara Anda memandang bidikan melalui
lensa. Hal ini pun bisa membantu.
Inilah yang dapat Anda lakukan untuk mendapatkan perspektif yang berbeda
- Ubah panjang fokus Anda. Contohnya, jika Anda senang membidik pada sudut lebar,
tantang diri Anda untuk melakukan bidikan telefoto, dan sebaliknya. Hal ini akan segera
memaksa Anda untuk mengubah komposisi Anda.
- Gerakkan kamera ke posisi yang lebih tinggi atau rendah, khususnya jika Anda
menggunakan tripod. Bersikaplah berani, coba sekurangnya 10 cm lebih tinggi atau lebih
rendah. Anda akan mendapatkan perspektif baru dari berbagai macam hal.
- Coba mengubah sudut kamera. Contohnya, jangan membidik dari depan secara
langsung, tetapi coba lihat, apakah Anda bisa mendapatkan bidikan yang bagus dari
samping. Miringkan kamera Anda, atau coba melakukan bidikan sudut rendah atau sudut
tinggi. Jika Anda memiliki layar LCD Vari-angle, manfaatkan ini sebaik-baiknya.
- Maju lebih dekat ke subjek. Bahkan, beberapa centimeter saja bisa mengubah dinamika
komposisi Anda.
Sudut yang berbeda bisa membuat bidikan lebih berdampak
Berbagi keakraban
Dalam bidikan ini, saya memposisikan dua simpanse, di kiri dan di kanan untuk
membuatnya tampak seperti pasangan yang sedang berbagi keakraban. Saya mencoba
membayangkan bagaimana perasaan pengamat pihak ketiga saat melihat gambar ini
setelah saya menyusunnya. Jika membingkai gambar dengan baik, gambar Anda akan
menceritakan suatu kisah.
Pengurangan: Menghilangkan elemen yang mengganggu untuk menonjolkan subjek
Bilamana bidikan diambil secara tergesa-gesa, atau apabila Anda tidak memeriksa
komposisi melalui viewfinder , sering kali objek yang tidak diinginkan tertangkap dalam
foto yang dihasilkan. Hal ini khususnya berlaku pada bagian pinggir gambar, dan
cenderung terjadi, khususnya apabila kamera memiliki cakupan viewfinder kurang dari
100%.
Untuk “mengurangi” elemen yang mengganggu, sebaiknya menyusun ulang bidikan
Anda. Cara mudah adalah menggunakan panjang fokus yang lebih panjang, yang bisa
mengkrop berbagai elemen ini dan menyederhanakan gambar Anda.
“Subtraction” (pengurangan) bisa menonjolkan subjek dengan lebih baik
Bidikan yang gagal mengandung banyak elemen; kami tidak tahu pasti apa yang harus
kami fokuskan. Menggunakan panjang fokus yang lebih panjang bisa menghilangkan
berbagai elemen yang tidak dikehendaki. Hasilnya adalah suatu komposisi yang lebih
sederhana, dan perhatian kita ditarik ke pepohonan, yang memang merupakan tujuan
utamanya.
WHITE BALANCE
White balance adalah fitur yang memastikan, bahwa warna putih direproduksi secara
akurat, apa pun jenis kondisi pencahayaan saat foto itu diambil. Pada tingkat yang paling
dasar, adalah hal yang umum untuk menggunakan pengaturan Auto White Balance.
Namun demikian, pengaturan ini bukan solusi yang sesuai untuk semuanya. Untuk
pengaturan white balance yang paling sesuai dengan sumber pencahayaan, pilih salah
satu pengaturan preset white balance pada kamera Anda.
White balance memastikan bahwa hasil gambar Anda akan bagus dengan nada warna
yang sesuai untuk pencahayaan yang digunakan
Hal yang perlu dicatat
- Fungsi semula adalah untuk memastikan bahwa warna putih tampak putih dalam foto
Anda.
- Anda juga dapat menggunakannya untuk menambah torehan warna ke foto Anda.
Tergantung pada sumber cahayanya, foto benda putih yang Anda ambil dapat mengambil
torehan warna yang tampak kemerah-merahan atau kebiru-biruan, misalnya. Ini adalah
sesuatu yang tidak nyata secara kasat mata, karena otak kita secara otomatis mengoreksi
torehan warna, sehingga benda warna putih masih tampak putih apa pun sumber
cahayanya. Namun demikian, kamera tidak memiliki kemampuan itu. Alih-alih, fungsi
ini dilaksanakan oleh fungsi white balance (WB), yang memastikan bahwa benda putih
digambarkan sebagai benda berwarna putih, apa pun sumber cahayanya.
Sering kali, jika Anda membidik dengan white balance yang ditetapkan ke mode
"Auto", yang secara umum juga dikenal sebagai Auto White Balance (AWB), warna
dalam foto akan mendekati warna yang Anda lihat secara kasat mata. Namun demikian,
untuk sebagian pemandangan, "Auto" tidak dapat melakukan koreksi yang sesuai,
sehingga menghasilkan warna yang digambarkan secara berbeda dari yang Anda lihat.
Apabila hal ini terjadi, pilih pengaturan white balance di antara opsi preset. Anda akan
memiliki beberapa opsi, misalnya “Daylight”, “Shade”, “Cloudy”, “Tungsten light”,
“White fluorescent light” dan sebagainya.
Namun demikian, Anda juga dapat menggunakan fungsi WB untuk secara sengaja
menambahkan torehan warna ke foto Anda. Cobalah sendiri: Pertama-tama, ambil foto
dengan preset "Daylight". Bandingkan dengan foto yang diambil dengan “White
fluorescent light” atau “Tungsten light”. Lihat, apakah nada warna gambar tampak lebih
kebiru-biruan daripada yang dibidik dengan "Daylight"? Berikutnya, cobalah “Cloudy”
dan “Shade”. Anda akan mendapatkan gambar yang nada warnanya lebih hangat.
Perhatikan efek ini—Anda bisa menggunakannya untuk menciptakan pengubahan drastis
pada gambar akhir Anda.
Auto (Otomatis) Daylight (Siang)
Semua contoh dibidik dengan: EOS 5D Mark II/ EF70-200mm f/4L IS USM/ FL: 70mm/
Aperture-priority AE (f/4, 1/250 det., EV-1)/ ISO 100. Langit pada saat matahari terbit
dan ketika matahari terbenam memiliki nada warna kemerah-merahan. Apabila Anda
memotretnya dengan white balance yang ditetapkan ke "Auto", fungsi ini mencoba
mengoreksi awan warna merah agar tampak putih, dan tindakan ini memupus warna
kemerah-merahan di langit. Jika ingin menegaskan nada kemerah-merahan, berikut ini
adalah preset untuk dicoba agar dapat meningkatkan level efeknya:
Auto→Daylight→Cloudy→Shade.
Semua contoh dibidik dengan: EOS 80D/ EF-S18-135mm f/3.5-5.6 IS USM/ FL: 135mm
(setara 216mm)/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/200 det., EV+1,7)/ ISO 200
Kalau Anda akan memotret cahaya bola lampu tungsten (lampu pijar) dengan
menggunakan AWB, cahayanya akan tampak putih dalam gambar Anda, walaupun nada
warnanya memang lebih hangat. Untuk penggambaran warna putih yang lebih akurat,
pilih preset “Tungsten light”. Untuk nada warna yang bahkan lebih hangat, pilih salah
satu, "Shade" atau "Cloudy". Pengaturan ini akan memberikan nada kemerah-merahan
secara keseluruhan, sehingga seluruh gambar terkesan hangat.
Kata kunci 2: Fungsi koreksi white balance
Kalau kita ingin lebih teknis mengenai nada warna, preset white balance hanya
bisa menyesuaikan nada warna di sepanjang poros warna amber/biru. Untuk
menyesuaikan di sepanjang poros warna magenta/hijau, gunakan fungsi koreksi white
balance. Ini menegaskan nada warna ungu/hijau, yang bisa membuat subjek terlihat lebih
menawan.
Untuk menetapkan fungsi koreksi white balance, pertama-tama tetapkan nada
warna seluruh gambar dengan memilih salah satu preset white balance. Selanjutnya,
menu koreksi white balance, sesuaikan di sepanjang poros magenta/hijau. Kalau memang
perlu, sesuaikan juga untuk warna biru/amber, dan selesailah sudah—Anda memiliki
gambar custom-toned (nada khusus).
Dari menu SHOOT, pilih [WB Shift/Bkt.] untuk menampilkan layar seperti di atas.
Geser penanda kotak ke posisi kisi-kisi yang diinginkan.
PICTURE STYLE
Dengan fungsi Picture Style, Anda bisa menyesuaikan nada warna dan kontras
untuk menambah pesona dan daya tarik subjek. Dengan memilih pengaturan Picture
Style yang sempurna, Anda bisa mendapatkan hasil sempurna dalam mengekspresikan
maksud pemotretan Anda dalam foto yang jelas.
Dengan Picture Style, Anda bisa mengubah kontras dan nada warna foto sesuai dengan
kesukaan Anda
Hal yang perlu dicatat :
- Dapat menyesuaikan pengaturan agar sesuai dengan subjek dan maksud pemotretan
Anda.
- Dapat mengkustomisasi pengaturan dalam pengaturan preset.
Picture Style adalah fungsi yang memungkinkan Anda menyesuaikan nada warna
dan kontras menurut preferensi Anda. Anda bisa berharap mendapatkan foto dengan nada
warna yang disempurnakan dan lebih segar, serta kontras yang mempertajam atau
memperlemahnya agar sesuai dengan pemandangan yang bersangkutan. Ada
kesalahpahaman, bahwa semakin tajam kontrasnya, semakin baik gambarnya, tetapi ada
kalanya apabila menggunakan nada warna yang lebih sendu atau menekan kontras untuk
menyajikan suasana ketenangan dan ketenteraman, bisa juga menghasilkan foto dengan
warna yang serba menyenangkan.
Jumlah Picture Style preset yang tersedia: “Auto”, “Standard”, “Portrait” dan
“Monochrome”. Anda bisa memilih Picture Style preferensi menurut maksud pemotretan
dan subjek Anda untuk memperoleh hasil yang spesial. Ini juga memungkinkan untuk
melakukan penyesuaian halus pada preset dengan menggunakan menu [Detail settings].
Dengan menala halus parameter, seperti Sharpness (Ketajaman) atau Contras (Kontras),
Anda bisa menciptakan foto yang artistik dengan polesan akhir yang berbeda-beda.
Auto Standard
Portrait Landscape
Neutral Monochrome
Pengaturan umum: EOS 5D Mark III/ EF70-200mm f/4L IS USM/ FL: 106mm/
Aperture-priority AE (f/4, 1/2000 det., EV±0)/ ISO 100/ WB: Daylight
Pengaturan umum: EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 47mm/ Aperture-
priority AE (f/4, 1/1250 det., EV-0,3)/ ISO 100/ WB: Daylight
Kustomisasi bisa dilakukan pada preset Picture Style. Pada menu “Detail settings”, pilih
“Sharpness”, “Contrast”, “Saturation”, ”Colour tone” untuk menghaluskan efek dan
mendapatkan hasil yang lebih Anda sukai.
Dengan menyesuaikan parameter dalam menu [Detail set.] akan memengaruhi foto
dengan cara berikut ini:
Apabila nilai dalam “Sharpness” ditingkatkan, Anda bisa melihat sketsa yang lebih tajam
dan menghasilkan gambar yang sangat jernih.
Apabila Anda meningkatkan “Contrast” ke ujung tanda ”+”, gambar menjadi lebih tajam
dan gambar yang menonjol untuk memberikan kesan 3D.
Dengan “Colour tone”, pengaturan dasar mencocokkan warna kulit manusia. Ini sangat
berguna apabila menyesuaikan warna kulit subjek manusia.
Apabila meningkatkan ke ujung tand “+”, Anda akan mendapatkan nada kuning yang
lebih kuat. Dengan beralih ke arah kisaran “-”, akan menghasilkan nada merah yang
lebih kuat. “Saturation” mengubah intensitas warna. Apabila meningkatkan ke arah
ujung tanda “+”, akan menghasilkan warna yang lebih tajam.
Konsep terkait 2: Efek Toning
Pengaturan umum: EOS M/ EF-M22mm f/2.0 STM/ FL: 22mm (setara 35mm)/ Aperture-
priority AE (f/2, 1/30 det., EV-1)/ ISO 200/ WB: Daylight
Pengaturan nada dalam Picture Style tersedia dalam "Monochrome". Anda bisa
menambahkan warna ke foto monokrom dengan fungsi ini. Ini khususnya berguna
apabila akan menciptakan foto dengan suasana spesial. Misalnya, warna sepia bisa
menciptakan suasana nostalgia dan rona kebiruan bisa memberikan kesan keheningan
dan kesejukan pada gambar. Warna ungu memberikan kesan elegan perkotaan,
kehidupan kota yang semarak. Yang terbaik untuk pemandangan klasik dan historis
adalah hijau.