Anda di halaman 1dari 28

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN

BERBASIS HOTS

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………………….. 2
C. Dasar Hukum ……………………………………………… 2
BAB II PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN HOTS
A. Prinsip-Prinsip Penilaian ………………………………… 5
B. Kaidah Penulisan Soal …………………………………… 6
C. Penyusunan Kisi-Kisi Soal .…………………………….. 9
D. Penyusunan Soal HOTS 14
1. Pengertian HOTS ……………………………………… 15
2. Karakteristik Soal HOTS ……………………………. 16
3. Teknik Penulisan Soal HOTS ……………………… 17
4. Langkah-langkah Penyusunan Soal HOTS ……… 17
5. Contoh-Contoh Soal HOTS …………………………. 18
6. Latihan Penyusunan Kisi-Kisi dan Soal HOTS … 22
BAB III PENUTUP …………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada Pasal 63 dijelaskan bahwa menurut Standar Penilaian
Pendidikan, penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas a) penilaian hasil belajar oleh pendidik, b)
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan c) penilaian hasil
belajar oleh Pemerintah. Adapun konten dalam kegiatan penilaian
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan PMK dan turunannya.

Penilaian harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh


informasi yang valid tentang efektivitas proses pembelajaran dan tingkat
pencapaian hasil belajar. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik,
satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistemik untuk
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Proses pembelajaran pada PMK diarahkan untuk mencapai tujuan yang


dikembangkan berdasarkan profil lulusan yaitu: (1) beriman, bertakwa,
dan berbudi pekerti luhur; (2) memiliki sikap mental yang kuat untuk
mengembangkan diri secara berkelanjutan; (3) menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki keterampilan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan; (4) memiliki kemampuan produktif
sesuai dengan bidang keahliannya baik untuk bekerja pada pihak lain
atau berwirausaha, dan (5) berkontribusi dalam pembangunan industri
Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global. Proses Pembelajaran
diselenggarakan dengan berbasis aktivitas secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik. Selain itu
proses pembelajaran juga memberikan ruang untuk berkembangnya
keterampilan abad XXI yaitu kreatif, berfikir kritis, penyelesaian masalah,
kolaborasi, dan komunikasi yang memberikan peluang bagi
pengembangan prakarsa dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat,
dan perkembangan psikologis peserta didik. Oleh karena itu, aktivitas
penilaian di SMK harus pula memfasilitasi kebutuhan proses
pembelajaran dan menjamin ketercapaian kompetensi lulusan serta
meningkatkan peluang kebekerjaan.

B. Tujuan

1. Meningkatkan mutu pelaksanaan penilaian di SMK;

2. Mengembangkan butir soal yang mengukur HOTS (Higher-order


Thinking Skills);

3. Pengembangan bank soal uji kompetensi keahlian, bank soal ujian


nasional teori kejuruan, dan bank soal ujian sekolah bertandar
nasional (USBN);

C. Dasar Hukum

Landasan Hukum yang digunakan dalam Panduan Penilaian Proses dan


Hasil Belajar Peserta Didik SMK ini adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah untuk terkahir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 205 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan


Pendidikan Karakter.
4. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK
Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia Indonesia.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan
SMK/MAK

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada
Satuan Pendidikan Formal.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.

8. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor


06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

9. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor


07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

10. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor


464/D.D5/KR/2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar
Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2) dan Kompetensi
Keahlian (C3).

11. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor


5819/H/TU/2018 tentang Rapor Akademik dan Non Akademik.
BAB II
PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN HOTS

A. Prinsip-Prinsip Penilaian

Penilaian Hasil Belajar peserta didik dilakukan berdasarkan pada


prinsip- prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti interpretasi hasil penilaian didasarkan pada data yang


mencerminkan kemampuan peserta didik dalam kaitannya dengan
kompetensi yang dinilai sebagaimana diamanatkan oleh Standar
Kompetensi Lulusan dan turunannya;

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang


jelas dalam pemberian interpretasi, tidak dipengaruhi subjektivitas
penilai, dimulai dari pengembangan instrumen penilaiannya sampai
dengan analisis hasil penilaian;

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta


didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender;

4. Terpadu, berarti penilaian mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan


keterampilan secara terintegrasi dan merupakan komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar


pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup


ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik;

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan


bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku sesuai tahapan
pelaksanaan kurikulum;

8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran Kriteria


Pencapaian Kompetensi yang ditetapkan sesuai Standar Kompetensi
Lulusan;
9. Akuntabel, berarti hasil penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya;

10. Reliabel, berarti penilaian memberikan hasil yang dapat dipercaya,


dan konsisten apabila proses penilaian dilakukan secara berulang
dengan menggunakan instrumen setara yang terkalibrasi; dan

11. Autentik, berarti penilaian didasarkan pada keahlian, materi, atau


kompetensi yang dipelajari sesuai dengan norma dan konteks di
tempat kerja.

Pinsip-prinsip penilaian otentik (Griffin, 2012):

1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum;

2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran;

3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik;

4. Berbasis kinerja peserta didik;

5. Memotivasi belajar peserta didik;

6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik;

7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya;

8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen;

10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.;

11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus;

12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata;

13. Terkait dengan dunia kerja;

14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata, dan

15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

B. Kaidah Penulisan Soal

1. Soal Bentuk Pilihan Ganda


Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Untuk tingkat SMK biasanya digunakan 5 (lima)
pilihan jawaban (a,b,c,d,e). Dari kelima pilihan jawaban tersebut, salah
satu adalah kunci (key) yaitu jawaban yang benar atau paling tepat,
dan lainnya disebut pengecoh (distractor). Pengecoh merupakan
jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh
untuk memilihnya apabila tidak menguasai materi pelajaran dengan
baik.

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

a. Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator;

2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi


materi;

3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau


yang paling benar.

b. Konstruksi

1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas;

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan


pernyataan yang diperlukan saja;

3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar;

4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif


ganda;

5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama;

6) Pilihan jawaban jangan mengandung Pernyataan: “Semua


pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di
atas benar”;

7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus


disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka
tersebut, atau kronologisnya;

8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat


pada soal harus jelas dan berfungsi, dan

9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.


c. Bahasa

1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan


kaidah bahasa Indonesia;

2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal


akan digunakan untuk daerah lain atau nasional;

3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif, dan

4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan


merupakan satu kesatuan pengertian.

2. Soal Bentuk Uraian

a. Substansi/Materi

1) Soal sesuai dengan indikator KD dan menuntut tes bentuk


uraian;

2) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sesuai;

3) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi, dan

4) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah,


dan tingkat kelas.

b. Konstruksi

1) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal;

2) Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya


atau perintah yang menuntut jawaban terurai. Gunakanlah
kata-kata: mengapa, uraiakan, jelaskan, tafsirkan, bandingkan,
buktikan, hitunglah, dan hindari pertanyaan: siapa, apa, bila;

3) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus jelas dan


berfungsi, dan

4) Ada pedoman penskoran.

c. Bahasa

1) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;

2) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku;

3) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan


penafsiran ganda atau salah pengertian;
4) Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan, dan

5) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku daerah tertentu atau


bahasa tabu.

C. Penyusunan Kisi-Kisi Soal

Kisi-kisi adalah suatu format (dapat berupa matriks) yang memuat


informasi/kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis/merakit
soal. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal hingga
menghasilkan soal yang siap digunakan sesuai dengan tujuan tes.
Melalui kisi-kisi dapat diketahui arah dan tujuan setiap soal. Kisi-kisi
yang baik akan dapat menghasilkan perangkat soal yang baik pula.
Indikator soal yang baik memungkinkan disusunnya banyak variasi soal
dan mampu mengukur kemampuan higher order thinking skill (HOTS)
peserta didik yakni kemampuan dalam melakukan analisis, evaluasi, dan
mengreasi.

Syarat kisi-kisi soal adalah:

1. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat;

2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, dan

3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal


yang ditetapkan.

Komponen kisi-kisi terdiri atas:

1. Identitas
 Nama Institusi
 Program/Kompetensi Keahlian
 Mata Pelajaran
 Semester
 Tahun Pelajaran

2. Format kisi-kisi soal


 Kompetensi Dasar
 Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
 Lingkup Materi yang akan dijadikan soal
 Indikator soal
 Level kognitif
 Bentuk soal
 Nomor urut soal

Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai


peserta didik setelah mempelajari materi pelajaran tertentu.

Indikator Pencapaian Kompetensi adalah rumusan tingkah laku


yang dapat diamati sebagai pertanda atau indikasi tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sudah dikuasai oleh peserta didik.
Rumusan indikator harus dapat diukur dan menggambarkan tingkat
kemampuan peserta didik dari suatu topik bahasan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dengan
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Syarat-syarat indikator yang baik adalah:


 Memilih KD-KD yang esensial dan relevan dengan kondisi yang
kekinian
 Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur;
 Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur.
Indikator soal bentuk pilihan ganda menggunakan satu kata kerja
operasional (KKO) yang terukur.
 Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih;
 Dapat dibuatkan soalnya.

Contoh merumuskan indikator:


 Bila soal mengandung stimulus, maka rumusan indikatornya:
“Disajikan …, peserta didik dapat menganalisis ….”

 Bila soal tidak mengandung stimulus, maka rumusan


indikatornya: “Peserta didik dapat membedakan ….”

Lingkup materi merupakan gabungan materi dari beberapa


Kompetensi Dasar

Pada muatan kejuruan/produktif, karena mata pelajaran produktif


merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran, lingkup materi
dapat pula diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran.
Penentuan lingkup materi; Seluruh standar kompetensi atau
kompetensi dasar (KD) diuraikan. KD-KD tersebut dikelompokkan ke
dalam lingkup materi

Materi adalah bahan ajar yang harus dikuasai peserta didik


berdasarkan kompetensi dasar yang akan diukur. Penentuan materi
yang akan diambil disesuaikan dengan indikator yang akan disusun.
Uraian materi dapat dirumuskan secara spesifik atau umum. Materi
yang dipilih adalah materi esensial yang akan dikeluarkan dalam tes.
Untuk memilih materi esensial dapat berpatokan pada kriteria-kriteria
berikut:
 merupakan materi penting yang harus dikuasai oleh peserta didik;
 merupakan materi lanjutan dan pendalaman dari satu materi yang
sudah dipelajari sebelumnya;
 merupakan materi yang sering diperlukan;
 merupakan materi yang berkesinambungan yang terdapat pada
semua jenjang kelas;
 merupakan materi yang memiliki nilai terapan dalam kehidupan
sehari-hari, dan
 untuk mempelajari bidang studi lain.

Indikator soal merupakan penjabaran dari Indikator Pencapaian


Kompetensi (yang telah diseleksi) ke ranah yang lebih operasional.

Indikator soal dianjurkan meliputi A (Audience), B (Behavior), C


(Condition), dan D (Degree).

Contoh:
“Disajikan gambar rangkaian listrik, peserta didik dapat menghitung
(C) (A) (B)

arus listrik yang mengalir pada salah satu cabang”.


(D)
A (Audience) = peserta didik
B (Behavior) = menghitung arus listrik yang mengalir
C (Condition) = disajikan gambar rangkaian listrik
D (Degree) = salah satu cabang

Untuk level kognitif C1-C2 minimalnya memenuhi pola A-B, dan

Untuk level kognitif C3-C5 minimalnya memenuhi pola A-B-C.


Level Kognitif merupakan tingkatan proses kognitif yang terdiri dari
Level 1, Level 2, dan Level 3.

Menurut Anderson & Krathwohl, Level 1 merupakan pengetahuan


dan pemahaman atau berfikir tingkat rendah (Lower Order Thinking
Skill/LOTS), meliputi C1 dan C2; Level 2 merupakan penerapan (C3),
dan Level 3 adalah merupakan penalaran (C4, C5, dan C6). Pada level
penalaran inilah yang termasuk pada berfikir tingkat tinggi atau High
Order Thinking Skill (HOTS).
Bentuk Soal merupakan bentk soal yang dikembangkan, apakah
dalam bentuk pilhan ganda (PG) atau bentuk uraian.

Nomor soal merupakan nomor urut soal dari jumlah soal yang dibuat
Contoh Kisi-Kisi
KISI-KISI SOAL
Nama Sekolah : SMK ………………….
Program Keahlian : Teknik Otomotif
Mata Pelajaran : Dasar-Dasar Teknik Otomotif
Kelas/Semester : ………………
Tahun : ………………

Ranah/Level Kognitif
Indikator
Kompetensi Lingkup Pengetahuan Penalaran Bentuk Nomor
Pencapaian Indikator Soal Aplikasi/
No Dasar Materi dan dan Soal Soal
Kompetensi Penerapan
Pemahaman logika
1 Menghitung Menghitung Tahanan, Disajikan gambar V/L2 PG 1
tahanan, daya listrik arus, dan rangkaian listrik,
arus, dan pada tegangan siswa dapat
tegangan rangkaian pada menghitung daya
pada kelistrikan rangkaian listrik pada
rangkaian Otomotif. seri dan rangkaian
seri dan paralel. kelistrikan
paralel. otomotif.
2 Menganalisis Mendiagnosis Listrik Disajikan sebuah V/L3 PG 3
ganguan gangguan Otomotif pernyataan
pada pada baterai. tentang baterai,
baterai. siswa dapat
mengdiagnosis
gangguan
pada baterai
D. Penyusunan Soal HOTS

1. Pengertian HOTS

Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking


Skill (HOTS) adalah proses berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun
representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:987)

ASPEK KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Keterampilan berpikir sesuai ranah Sebagai


kognitif, afektif, dan psikomotor
Transfer
sebagai kesatuan dalam proses
pembelajaran.
Knowledge

Keterampilan
Berfikir
Tingkat
Tinggi

Sebagai
Sebagai
Critical and
Promblem
Creative
Solving
Thingking

Keterampilan yang mendorong Keterampilan yang dikerahkan dalam


untuk dapat memecahkan memecahkan permasalahan dan
masalah kehidupan sehari-hari. mengambil keputusan: menganalisis,
menginvestigasi, dan menyimpulkan.

Gambar: Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Edward Glaser (1941:5) mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1)


suatu sikap yang mau berpikir secara mendalam tentang
masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis merupakan upaya keras untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti
pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.

Robert W. Bailey (1989), pemecahan masalah merupakan suatu


kegiatan yang kompleks dan tingkat tinggi dari proses mental
seseorang yang mengombinasikan gagasan cemerlang untuk
membentuk kombinasi gagasan yang baru berdasarkan
penalaran.

Cotton K (1991), berpikir kreatif memiliki karakteristik sebagai


berikut: fluency (membangun banyak ide), flexibility (dapat
mengubah-ubah pandangan dengan mudah), originality
(menghasilkan sesuatu yang baru), dan elaboration (membangun
ide-ide berdasarkan ide-ide yang lain).

Horold dan Cyril O’Donnell, pengambilan keputusan adalah


pemilihan di antara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan
tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Dimensi Proses Kognitif


(Anderson & Krathwohl, 2001)
Level kognitif Definisi
Mengambil pengetahuan yang
Mengingat C1
relevan dari ingatan jangka
(Remember)
Level 1 panjang.
Pemahaman Mengambil arti/makna dari
(LOTS) Mengerti C2 instruksi yang diberikan,
(Understand) termasuk komunikasi secara
oral/lisan, tulisan dan grafik.

Mengikuti atau menggunakan


Level 2 Menerapkan C3
prosedur di situasi yang
Penerapan (Apply)
berbeda/tidak lazim.
Level kognitif Definisi
Memisahkan bahan menjadi
bagian-bagian dan menentukan
bagaimana tiap bagian tersebut
Menganalisis C4
saling berhubungan satu sama
(Analyse)
lain dan terhadap suatu
struktur atau fungsi secara
keseluruhan.
Level 3
Penalaran Mengevaluasi C5 Membuat penilaian berdasarkan
(HOTS) (Evaluate) kriteria dan standar.
Menyatukan elemen-elemen
agar membentuk sebuah
Mengkreasi C6 kesatuan yang logis atau
(Create) fungsional; menyusun kembali
elemen-elemen menjadi sebuah
pola atau struktur baru.

2. Karakteristik Soal HOTS

a. Menuntut kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,


metakognitif, dan berpikir kreatif.

b. Meminimalkan kemampuan mengingat kembali informasi (recall),


tetapi lebih mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi:
1) transfer satu konsep ke konsep lainnya,
2) memproses dan menerapkan informasi,
3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,
4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
5) menelaah/menguji ide dan informasi secara kritis.

c. Menggunakan penalaran dan logika untuk:


1) Mengambil keputusan (evaluasi)
2) Memprediksi & Refleksi
3) Menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah

Catatan:
• Soal HOTS tidak berarti soal lebih sulit.
• Soal mudah bisa termasuk HOTS.

3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikdan dalam Penulisan Soal HOTS

a. Perhatikan cakupan materi yang diharuskan untuk level


pendidikan.

b. Perhatikan beberapa kompetensi yang diharapkan pada tiap level


pendidikan yang kemudian diturunkan menjadi beberapa
indikator dan tujuan dari pembelajaran berdasarkan anjuran
yang tertuang pada kurikulum.

c. Penggunaan pengetahuan dasar untuk suatu cakupan materi


sangat mungkin berbeda sesuai dengan level pendidikan.

d. Menggunakan pengetahuan atau kemampuan dasar untuk


menyelesaikan permasalahan yang ada.

e. Dalam taksonomi Bloom tingkatan yang paling rendah dapat


menjadi pengetahuan dasar untuk menjawab pertanyaan ke
tingkatan selanjutnya.

f. Dianjurkan untuk menyediakan berbagai macam data


(pernyataan, tabel, grafik, hasil dari percobaan yang dilakukan,
laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai stimulus
untuk menjawab soal-soal HOTS.

Stimulus sangat dianjurkan diambil dari konteks dunia nyata/


kehidupan sehari-hari (situasi yang otentik).

Pada stimulus, soal berupa cerita atau kalimat jangan


mengandung unsur kekerasan, pornografi, SARA, atau politik
dan juga hindari gambar, kalimat atau slogan yang mengandung
unsur iklan.

g. Berbagai macam data yang disediakan memberikan informasi


kepada peserta didik merujuk kepada pengetahuan atau
kemampuan dasar sehingga dapat diolah lebih lanjut.

h. Mengacu pada kaidah-kaidah penulisan soal

i. Menulis soal tertulis HOTS dapat berupa soal PG atau


esei/uraian.

4. Langkah-langkah Menyusun Soal HOTS

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS.


Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Oleh
karena itu guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP
dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu


para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-
kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a)
memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi
pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang digunakan hendaknya menarik dan konstektual,


artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus.
Stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong
peserta didik untuk membaca.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan


butir soal HOTS.dan setiap butir soal ditulis pada kartu soal.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan


pedoman penskoran dan kunci jawaban. Pedoman penskoran
dibuat untuk bentuk soal uraian, sedangkan kunci jawaban
dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda.

5. Contoh Soal HOTS

Contoh 1

Indikator Soal:

Disajikan gambar dan hasil pengambilan data teknisi terkait kondisi


mesin, peserta didik dapat menyimpulkan kondisi mesin tersebut.

Rumusan Soal:
Di sebuah bengkel motor seorang teknisi telah memperbaiki mesin 4 tak
dan mengambil data dari mesin dengan kondisi sebagai berikut:

Pengambilan Pemampatan Daya Buang


Piston bergerak dari Piston bergerak Piston terlempar dari kruk as memberikan
titik mati atas ke titik kembali dari TMB ke TMA menuju TMB gaya menggerakkan
mati bawah TMA piston dari TMB ke
TMA

Berdasarkan data di atas, kesimpulan yang dapat diambil oleh teknisi


adalah ….

A. tekanan piston membuat campuran bahan bakar dan juga udara


menjadi kabut yang di hisap melalu intake port.

B. posisi katub yang tertutup meningkatkan tekanan udara


sehingga mampu menstabilkan temperatur ruangan.

C. transformasi energi secara bolak-balik yang dilakukan oleh


piston disebabkan oleh klep in-let menutup penuh.

D. ledakan hasil pembakaran busi dapat mendorong piston


menghasilkan gas pembuangan ke port exhaust.

E. kondisi piston yang terlempar menuju titik mati atas dan bawah
digerakkan oleh putaran noken as.

Contoh 2

Indikator Soal:

Disajikan gambar rangkaian listrik, peserta didik dapat


menyimpulkan keadaan lampu-lampu yang terpasang.
Rumusan Soal:

Perhatikan gambar rangkaian listrik berikut!


L1
A

L2
S

Mula-mula saklar S dihubungkan menyebabkan arus listrik


mengalir sehingga lampu L1 dan L2 sama terangnya.

Kemudian pada kawat A - B dipasang lampu L3 yang sejenis dengan


lampu L1 dan L2. Ketika saklar S dihubungkan, bagaimana keadaan
lampu-lampu tersebut?

A. L1 akan padam, sedangkan L2 menyala sama terang dengan L3.

B. Ketiga lampu L1, L2, dan L3 menyala dengan sama terang.

C. Ketiga lampu menyala, namun lampu L2 lebih terang daripada L1


dan L3.

D. Ketiga lampu menyala, namun lampu L3 lebih terang daripada L1


dan L2.

E. Ketiga lampu menyala, namun lampu L1 lebih terang daripada L2


dan L3.

Contoh 3

Indikator Soal:

Disajikan kebutuhan Personal Computer pelanggan/individu, siswa


dapat merencanakan spesifikasi Personal Computer sesuai
kebutuhan pelanggan/individu tersebut.

Rumusan Soal:

Bapak Amir ingin merakit sendiri Personal Computer untuk


putranya yang berkuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual.
Adapun perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan lebih
banyak berkaitan dengan image editing, video editing, design dan
rendering 3D. Di bawah ini, spesifikasi yang tepat untuk kebutuhan
tersebut adalah ....

A. CPU 8 Core 3,2 GHz; VGA DDR5 4GB; DDR3 4 GB; HDD SATA3 1
TB.

B. CPU 8 Core 3,2 GHz; VGA DDR5 4GB; DDR2 8 GB; HDD SATA3 1
TB.

C. CPU 8 Core 3,2 GHz; VGA DDR3 8GB; DDR2 8 GB; HDD SATA2 2
TB.

D. CPU 8 Core 3,2 GHz; VGA DDR3 8GB; DDR2 8 GB; HDD SATA2 2
TB.

E. CPU 6 Core 2,4 GHz; VGA DDR3 8GB; DDR2 8 GB; HDD SATA2 2
TB.

Contoh 4

Indikator Soal:

Disajikan tabel ukuran kabel, peserta didik dapat menganalisis


tahanan yang terjadi.

Rumusan Soal:

Berdasarkan tabel di atas, manakah pernyataan di bawah ini yang


benar?

A. Jika kabel ukurannya semakin kecil maka penyekatnya akan


semakin kecil.

B. Jika kabel ukurannya semakin besar maka resistensi


penghantarnya akan kecil.

C. Jika penghantarnya ingin lebih besar maka penyekatnya di


perkecil.
D. Jika penghantarnya ingin kesil maka penyekatnya harus lebih
besar.

E. Jika penyekatnya ingin lebih kecil maka penghantarnya harus


besar.

Contoh 5

Indikator:

Disajikan gambar rangkaian kelistrikan, peserta didik dapat


menganalisis lampu yang menyala di rangkaian dengan benar

Rumusan Soal:

Perhatikan gambar di atas!

Jika lampu yang digunakan memiliki daya yang sama, manakah


pernyataan di bawah ini yang benar:

A. Jika saklar 1 dan 2 mati dan saklar 3 menyala, maka yang


menyala lampu a, b dan c.

B. Jika saklar 1 dan 3 dinyalakan dan saklar 2 dimatikan, maka


lampu yang menyala a, c dan d.

C. Jika saklar 2 dan 3 dinyalakan dan saklar 1 dimatikan, maka


lampu yang menyala adalah b, c dan d.

D. Jika saklar 1 dan 2 dinyalakan dan saklar 3 dimatikan, maka


lampu yang menyala adalah a, b dan c.

E. Jika saklar 1 dan 3 dinyalakan dan saklar 2 dimatikan, maka


lampu yang menyala a, b dan d.
Contoh 6

Indikator Soal:

Disajikan gambar sensor bahan bakar, peserta didik dapat


mendiagnosa kerusakan sistem bahan bakar bensin injeksi
elektronik.

Rumusan Soal:

Perhatikan gambar berikut!

(1) (2)

(3) (4)

Seorang pelanggan mengeluhkan tentang kondisi gas mobilnya yang


putus sambung sehingga tidak stabil, maka seorang teknisi
mendiagnosis sensor kendaraan tersebut. Sensor yang harus
dilakukan pengecekan terdapat pada nomor …

A. (1) dan (2)

B. (1) dan (3)

C. (2) dan (3)

D. (2) dan (4)


E. (3) dan (4)

6. Latihan

LK. 1

Buat rancangan penilaian berupa kisi-kisi soal HOTS dari KD-KD


hasil analisis. (Gunakan format kisi-kisi soal seperti contoh).

LK 2

Buat rancangan soal HOTS berdasarkan kisi-kisi yang telah


dibuat.
BAB III
PENUTUP

Salah satu parameter utama keberhasilan implementasi kurikulum SMK


adalah tercapainya efektivitas pembelajaran, yaitu dengan dicapainya tujuan
pembelajaran oleh peserta didik secara optimal sesuai dengan standar
kompetensi lulusan. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran
tersebut diperlukan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang valid
dan objektif, serta diarahkan untuk mengembangkan butir soal yang
mengukur HOTS (Higher-order Thinking Skills);

Bahan Ajar tentang penilaian ini diharapkan dapat membantu para


guru dalam merancang penilaian pencapaian kompetensi peserta didik
berbasis HOTS, baik secara konsep, pengembangan dan penerapannya
sesuai mata pelajarannya.

Semoga, para guru diberi kemudahan dalam memahami bahan ajar ini
dan menerapkannya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran
dan penilaian. Pada akhirnya, peserta didik dapat memahami materi
pelajaran secara bermakna, luas dan mendalam serta dapat
menerapkannya pada berbagai konteks kehidupan sesuai dengan
semangat kurikulum. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu
pendidikan yang berkeadilan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai